—🧸🐾-
°°°°
'Halah... ngakunya gak akan pernah jatuh cinta sama cowok gara-gara sinetron perselingkuhan diindosiar... munafik! Semua orang pasti akan merasakan apa itu yang nama jatuh cinta. 99% gue yakin itu!'
'Loh? Kok 99% sih Cik? Yang 1% nya lo taruh kemane...?'
'Yang 1% nya ya orang gila lah Din! Karena orang gila itu tak akan pernah merasakan apa itu yang namanya jatuh cinta. Dan gue yakin itu kalo lo diantara orang itu!'
'Lo ngangep gue gila gitu?'
'Baru nyadar loh, Juminten?'
'Sialan lo Cik!'
'Kan lo yang bilang sendiri Din! Kalo lo gak akan pernah jatuh cinta, ya gue ngangep lo gila lah!'
'Ya gak gitu juga keles perumpamaannya....'
Seorang gadis yang kerap dipanggil Cika itu mendekat pada sahabat sejatinya. Mengapa bisa dikatakan sejati? Karena mereka berdua sudah berteman sejak mereka belum bisa cebok sendiri, alias bocah berumur sembilan tahun yang bisa boker diwc tapi tak bisa membersihkan pantatnya sendiri. Nah, disitulah awal pertemanan mereka.
'Gue sumpahin lo ya Din–'
'Din, Dan, Din! Emang nama gue Didin apa? Sekate-kate lo ngubah nama panggilan!'
'Suka-suka gue lah!' acuh sang sahabat, 'Lanjut ucapan gue tadi, gue mau nyumpahin lo! Kalo lo nanti kemakan sama omongan lo sendiri. Gue sumpahin lo bakal merasakan jatuh cinta! Dan disitu lo akan menjadi orang yang sebucin-bucinnya. Kemudian setelah itu lo akan ngemis-ngemis ke gue untuk mengatasi rasa kebucinan lo itu!'
Cika menjeda perkataannya sejenak, lantas kemudian gadis itu tertawa terbahak-bahak bak memenangkan undian uang segepok.
'HUAHAHAHAHAHA!'
Melihat sahabatnya seperti itu, sosok gadis yang dipanggil dengan sebutan 'Din' itu diam-diam berjalan menjauh dan meninggalkan sang sahabat sendirian.
'Sumpah bukan temen gue itu....' gerutunya.
°
°
°
Diana yang sedang menikmati semilir angin dibalkon kamarnya, tersenyum-senyum sendiri saat mengingat masa lalu itu. Ia terus menyeduh kopi yang ada ditangannya sambil sesekali cengegesan, hal itu membuat orang lain yang melihatnya akan menganggap dirinya aneh. Namun beruntung sekali tak ada orang yang melihatnya karena dirinya berada dikamarnya sendiri.
“Ah... emang ya, kalo pagi-pagi buta begini paling enak ditemenin kopi moka... alias kopi bubuk hita kapal api! Jiakkkss....” gumam Diana sambil tertawa.
“Beruntung kali kamar gue ini mengarah pada rumah mertuanya kak Yuna, jadi gue bisa sambil liatin calon masa depan....” gumamnya lagi dan kembali tertawa cekikikan.
“Cika... sahabat lo ini udah termakan sama kutukan lo... jadi lo harus bertanggung jawab saat gue kembali nanti....”
Entah saat Diana mengumamkan nama sang sahabat, Diana jadi merasa merindukan sahabat soflaknya itu.
“Apa gue telfon Cika aja ya? Tanya kabarnya, apakah dia sedang merindukan sahabat cantiknya ini....”
Diana mulai merogoh saku celananya, berniat untuk menghubungi sang sahabat yang sudah berpisah dengannya selama sebulan. Alasannya karena Diana meminta izin saat kedua orangtuanya mengalami kecelakaan, dan sampai sekarang ia masih belum pulang kedesa neneknya.
Namun saat Diana ingin memencet nomor sang sahabat, tiba-tiba matanya tak sengaja melihat sosok lelaki yang saat ini terus mengisi hatinya. Dan tepat saat melihat wajah lelaki itu, jantung Diana langsung berdebar-debar tak karuan.
“Ele, ele, ele... sekonyong-konyong koder. Pagi-pagi disuguhi wajah tampan! Bukankah ini merupakan keberuntunganku?” ucapnya bertanya-tanya. “Haduh-haduh... wajahnya saja sudah bikin jantung ini kecenat-kecenut! Oh my darling....”
Begitulah Diana jika sudah merasakan kebucinan, maka seorang yang anti pria itu akan berubah menjelma menjadi seorang gadis alay saat sudah merasakan pesona seorang pria.
Tanpa basa-basi lagi, Diana pun langsung terjun masuk kedalam kamar dan segera mengganti pakaiannya, tak lupa ia memoles sedikit wajahnya agar terlihat cantik ketika berhadapan dengan pria pujaannya.
“Otw bos kuy....”
Dengan kecepatan kilat, Diana berlari kebawah menampaki tangga satu per satu dengan berlari. Hal itu membuat Eva yang kebetulan sedang memasak untuk sarapan pagi, sampai dibuat terkejut saat melihat anak gadisnya yang sungguh serampangan itu.
“Yaampun Diana... kalo jalan ditangga tu ya jangan lari-lari dong sayang... nanti kalau kamu jatuh bagaimana? Emang mau kemana sih kok buru-buru begitu?” tanya Eva kepada putrinya.
Diana menghentikan larinya dan menatap sang mama, “Mau nemuin calon masa depan mah!” jawab Diana. Lantas kemudian ia melanjutkan larinya kembali, dan langsung menuju pintu keluar.
“Ada apa mah? Kok papa kayak denger suara ribut-ribut?” tanya Sigit yang baru saja keluar dari kamarnya.
Eva tak langsung menjawab, wanita yang sudah berumur empat puluh tahun itu hanya bisa menghela nafas dengan panjangnya.
“Mama juga gak paham pah!”
°°°°
Disisi lain, Diana yang sejak tadi seperti dikejar anjing itu sekarang sedang menuju halaman rumah sang kakaknya atau halaman rumah keluarga Albaret, yang disana sudah ada Firo yang sedang olahraga.
Diana tak langsung masuk kerumah besar itu, ia malah mengitipi Firo dari balik pagar besi. Sampai membuat penjaga yang tak sengaja melihatnya berjalan kearahnya.
“Wah, ternyata calonku sedang olahraga... pantesan makin ganteng....” celetuk Diana ngasal.
“Non Diana!”
Diana hampir terjungkal saat mendengar suara itu, “Yaampun pak... kagak bilang-bilang kalo ada disana, kan Diananya jadi kaget ini....” gerutu Diana sambil mengelus dadanya yang terasa berdetak kencang.
“Hahaha, maaf non! Soalnya bapak bingung lihat non Diana diam saja diluar gerbang! Kirain ada apa karena biasanya non Diana langsung masuk kedalam dan langsung nemuin non Yuna, sekarang malah diam bae disini sambil ngelihatin tuan Firo yang lagi senam pagi!” ujar penjaga rumah itu yang masih terlihat kebingungan.
Diana menanggapi itu dengan cengegesan, lantas ia mengaruk kepalanya dengan perasaan kikuk. “Iya pak, jujur saja saya lagi liatin kak Firo yang lagi olahraga. Soalnya ketampanan kak Firo sungguh membuat saya mabuk kepayang...”
Penjaga rumah itu sampai terganga mendengarnya, “Wah, selain non Diana petakilan. Non Diana juga orang yang jujur ya?” ceplos penjaga itu.
“Itu memuji sekaligus menghina ya pak?”
“Pujian kok non....”
Diana hanya mengerutkan bibirnya mendengar jawaban itu.
“Bapak jangan bilang-bilang ya! Kalo saya ada disini, soalnya saya pengen puas-puas liatin calon ayang yang lagi mode seksinya pak....” bisik Diana kepada penjaga rumah itu, agar suaranya tak didengar oleh Firo yang sedang olahraga.
Penjaga rumah itu tertawa mendengar itu, “Wah kalo itu saya gak bisa janji non Diana....”
“Loh kenapa pak?” tanya Diana merasa heran.
Penjaga itu tak langsung menjawab, penjaga itu malah menyingkirkan diri sedikit kekanan. Dan tiba-tiba nampaklah Firo yang sudah berada disana sambil menatap Diana dengan tatapan tajam.
“Soalnya tuan Firo sudah ada disini non Diana....” celetuk penjaga itu.
Diana sampai mengaga ditempatnya. “Waduh pak! Kok gak bilang dari tadi sih?” pekik Diana kalang kabut.
°°°°
—🧸🐾-
Definisi! Author pake tata bahasa aku-kamu dan lo-gue ya guys....
Aku-kamu kalo Diana lagi bicara sama yang lebih tua. Sedangkan lo-gue jika Diana bicara sama temen sebayanya. Oke gaes... Author kasih tau itu biar kalian gak bingung nanti kalo bacanya.
See you~ selamat menikmati cerita terbaru author, dimana kisah Firo dan Diana akan dimulai dinovel ini. Jangan lupa dukung Author setiap update terbarunya💓 dan tinggalkan komen setiap babnya🐨
—🧸🐾-
°°°°
Disinilah Diana, dihalaman yang luas seluas lapangan sepak bola. Dimana sekarang ia sedang diintrogasi oleh sosok pria tampan paripurna. Yaitu Firo William.
Diana terus diintrogasi berbagai macam pertanyaan, namun gadis itu nampaknya hanya menanggapi ucapan itu dengan menganggukan kepalanya saja. Tentu membuat Firo yang menyadari itu menjadi geram.
“Apa kau paham apa yang ku katakan tadi?” tanya Firo, sambil melipat kedua tangannya didada.
“Ya... ya... ya....” jawab Diana dengan mengangguk-anggukan kepalanya sebanyak tiga kali. Padahal apa yang keluar dari mulut Firo, Diana sama sekali tak mendengarkannya. Gadis itu malah lebih fokus pada wajah mulus milik pria yang ada didepanya. Dan sesekali curi-curi pandang pada perut six pack yang beruntungnya pada saat itu Firo tak mengenakan baju atasannya.
Lagi-lagi Firo menyadari tingkah laku itu, ia pun mengikuti arah pandang dimana gadis kecil itu melihat. Dan betapa terkejutnya ia saat menyadari apa yang dilihati oleh gadi itu.
Seketika Firo langsung menyentil kening Diana dengan keras, sampai membuat kening itu membekas berwarna merah.
“Kyakkk... apa itu tadi? Batu?” pekik Diana linglung, karena baru tersadar dari lamunnya.
“Batu gundulmu! Kau lihat apa tadi hah? Jangan-jangan apa yang ku katakan tadi tak kau dengarkan?” nampaklah Firo menjadi kesal.
Sambil mengelus-elus keningnya, Diana tiba-tiba saja menampakkan senyum malu-malunya. “Maaf ya kak... tapi aku gak gundul! Rambutku masih utuh... dan soal pertanyaan kakak aku denger kok....” jelasnya.
“Emang apa yang ku katakan tadi?” tanya Firo, sambil menganggkat sebelah alisnya.
Nampak Diana mengetuk-ngetuk dagunya seolah tengah berfikir, “Emm... kakak minta dipijit, karena aku sudah ngintipin kakak tadi?”
Pletak!!
“Aww! Kenapa disentil lagi sih?” gerutu Diana kembali mengelus keningnya yang terkena sentilan maut dari Firo itu.
“Itu masih tak seberapa, jika orang lain yang mendengar perkataanmu seperti itu. Sepertinya kau akan dijual dan dijadikan makanan singa....” sungut Firo. Kemudian lelaki itu beranjak dari tempatnya dan kembali melanjutkan olahraganya.
Diana yang ditinggal begitu saja itu tentu tak mau diam saja, ia pun bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Firo berada. Kemudian tanpa malu-malu ia mendudukan dirinya diatas rerumputan yang tak beralasan apa-apa itu, tentu tepat dihadapan Firo yang saat itu sedang melakukan olahraga menggunakan alat dumbbell. Yaitu alat untuk meningkatkan kekuatan pada otot. Membuat Diana yang menatap pria begitu menikmatinya.
Firo sampai bergidik ngeri saat melihat wajah menggelikan dari Diana, bagaimana tidak, jika gadis itu menatap dirinya secara terang-terangan sambil tersenyum-senyum?
“Pergilah kau dari sini gadis aneh! Bisakah kau tak mengangguku satu hari saja? Mengapa kau datang kesini hanya untuk mengangguku saja?” ucap Firo terlihat sangat kesal. Karena setiap ia tengah melakukan aktifitas Diana selalu datang dan merusak hari-hari tenangnya.
Sebenarnya ia bisa saja menginap dihotel, tapi karena jarak antara rumah pamannya dan juga jarak perusahaan utamanya begitu dekat. Hanya memakan satu jam saja jika pergi keperusahaan. Lain hal jika ia menginap dihotel, mungkin membutuhkan waktu tiga jam jika berangkat keperusahaannya.
“Sepertinya aku harus mencari apartemen untuk ku tinggali sendiri....” gumam Firo tampak serius berfikir.
“Hehehe, aku kesini gak pernah gangguin kakak kok... kakak aja mungkin yang terlalu serius melihat keberadaanku disini dan aku pun senang jika keberadaanku begitu penting dimata kakak.” Jelasnya sambil menampakkan senyum terbaiknya. Membuat kepercayaan diri itu terlihat dari wajah polosnya.
“Sebenarnya aku kesini karena ingin menghibur kakak... kakak pasti bosan kan? Selalu hidup sendiri tanpa ada yang menemani. Sesekali ada yang rusuh gitu biar hidup kakak gak terlalu hambar....” ucap Diana apa adanya tanpa adanya beban didalam hatinya.
Tiba-tiba Firo menatap sinis Diana, didalam hatinya ia benar-benar tidak suka dengan tingkah sembrono yang dilakukan oleh gadis itu. Benar-benar bukan tipe idealnya.
“Percaya diri sekali ya kau? Emang kata siapa aku hidup sendiri disini? Apa kau buta? Jika disini masih ada keluargaku!” terang Firo dengan nada sinisnya.
“Kata aku kak!” jawab Diana masih memasang wajah polosnya, seolah ia mengabaikan ucapan sinis dari Firo.
Firo akhirnya mendengus kesal, ia benar-benar tak tahu lagi harus menanggapi saudara dari istri sepupunya itu seperti apa.
“Kau benar-benar memiliki sifat yang berbeda dengan saudara kandungmu!” ucap Firo spontan.
Namun Diana hanya menanggapi itu dengan kekehan, “Jelas dong kak! Kalau sifat kak Yuna kalem dan lemah lembut. Nah, kalau aku mah kebalikannya... sifatku ini ceria dan ngangenin!” jelas Diana yang seketika membuat Firo bertambah jengah.
“Sudahlah! Tambah pusing saja jika aku berhadapan dengan gadis aneh sepertimu!” gerutu Firo, yang akhirnya lagi-lagi meninggalkan Diana sendiri disana. Kali ini Firo berjalan masuk kedalaman rumah.
Sedangkan Diana tertawa kesenangan karena lagi-lagi berhasil merusuhi lelaki pujaanya itu.
“Kak Firooo!! Kakak memang punya keluarga! Tapi hanya satu yang kak Firo gak punya! Yaitu aku. PENDAMPING HIDUPMU....!!” teriak Diana dengan sekencang-kencangnya.
Tentu teriakannya itu dapat didengar oleh para pekerja rumah besar itu. Bahkan mereka yang melihat sampai dibuat geleng kepala.
“Suara apa itu tadi?” tanya Zeen yang saat itu sedang mengendong putra bungsunya. Disampingnya pun ada Yuna yang juga sedang mengendong putra sulungnya.
Firo berjalan melewati pasutri itu dengan acuh tak acuh-acuhnya. Namun langkahnya ia hentika kala ia melihat Yuna.
“Istrinya sepupu! Beri tahu adikmu itu, jangan pernah datang kesini jika hanya ingin menganggu hidupku! Aku sungguh muak dibuatnya!” ketus Firo, lalu ia kembali melanjutkan langkahnya.
Zeen dan Yuna sampai dibuat mengangga mendengarnya.
“HEI! SEPUPU EYDAN! KALAU NGOMONG SAMA ISTRI SEPUPUMU YANG SOPAN DONG!” teriak Zeen pada Firo, yang tak ditanggapi oleh sepupunya itu.
“Dasar bajingan tengik!” gerutu Zeen saat tak ditanggapi oleh Firo.
“Mas... ada anakmu disini....” tegur Yuna, yang seketika membuat Zeen langsung terdiam.
Yuna pun mengalihkan pandangannya kearah Diana, dimana adiknya itu masih berada dihalaman depan rumah.
Ia pun melanjutkan langkahnya, mendekati sang adik berada.
Melihat kakaknya mendekat kearahnya, Diana pun berjalan mendekat. Kemudian mengambil alih begitu saja bayi mungil itu yang ada pada gendongan Yuna.
“Utututttt... keponakan gantengnya auntiyy... luchu! Banget sih?” dengan rasa gemasnya, Diana terus mengecupi pipi gembul itu. Yang mana membuat sisulung yang anti ciuman dari orang lain selain dari mommynya merasa risih dibuatnya.
Akhirnya pun bayi mungil itu mengeluarkan jurusnya. Yaitu jurus yang sangat berbeda dengan kebanyakan anak bayi seusianya, misalkan jika para bayi merasa tak nyaman dengan orang asing maka akan mengeluarkan jurus tangisannya. Lain dengan bayi laki-laki tersebut yang akan mengeluarkan jurus kentutnya jika ada yang menganggu dirinya, maka orang yang mendapati itu akan dengan sendirinya melepaskan dirinya.
DUTTTTTT!
“Ah! Lagi-lagi....” keluh Diana yang langsung memberikan bayi itu pada sang kakak. Tak lupa ia menahan nafas, karena kentut bayi itu sungguh menyengat. Tentu Diana tau jika bau itu sangat menyengat, karena ia sudah terbiasa dikentuti oleh keponakannya itu.
Zeen yang melihat itu tentu dibuat tertawa terbahak-bahak. “Mungkin putraku itu tau! Jika hanya orang cantik saja yang boleh menciumnya, tentu yang paling cantik hanya mommynya saja... hahahaha!”
Diana dibuat memberengut kesal mendengar itu, “Iss... aku ini cantik juga keylesss....”
“Diana, kamu kesini ngapain? Kenapa gak samperin kakak didalam?” tanya Yuna penasaran.
“Kakak pasti tau sendiri lah... tentu saja aku kesini hanya ingin melihat wajah tampan kak Firo....” jawab Diana kesenangan dan sampai melupakan rasa kekesalannya tadi.
“Aku jijik sekali mendengar Firo dikatakan tampan! Apanya yang tampan dari orang itu? Wajahnya saja biasa-biasa saja menurutku....” monolong Zeen sambil mengeleng-gelengkan kepalanya merasa heran.
“Kakak ipar memang tak tau, pesona wajah ketampanan dari seorang Firo William... uhhh... sangking gemasnya pengen ku cubit-cubit pipi embemnya....”
Zeen dan Yuna langsung saling berpandangan setelah mendengar itu.
“Sungguh Kebucinan!!”
°°°°
—🧸🐾-
—🧸🐾-
°°°°
Malam hari, nampak Diana tengah bergelung manja didalam selimut tebalnya. Gadis itu terus membolak-balikan badannya seolah tengah tak tenang ketika berbaring dikasur empuknya itu. Padahal hari sudah menunjukkan jam sepuluh malam, tapi entah mengapa mata gadis itu seolah tak mau terpejam jua.
Akhirnya Diana membuka selimutnya dengan sekali hentakan yang membuat selimut itu terhempas kelantai. Gadis itu lalu bangkit dari baringnya, kemudian memposisikan dirinya menjadi duduk.
Wajah sedikit tembam itu nampak cemberut nan tertekuk, seolah tengah banyak pikiran didalam otaknya.
“Jika diingat-ingat? Nyebelin banget ya ucapan kakak ipar tadi? Masa gue disuruh mov on sama kak Firo?”
Ternyata yang tengah dipikirkan oleh Diana yang sampai seperti itu, adalah perkataan Zeen pagi tadi. Kakak iparnya itu memprotes dirinya jika ia tak begitu pantas bersanding dengan seorang Firo William.
Flash back-
“Sudahlah Diana... lebih baik kau hentikan rasa bucinmu itu sekarang juga! Sebab, sepupu bajiganku itu tak bisa dikatakan cocok untuk dirimu. Karena si pria bajigan itu suka mempermainkan wanita. Sebagai kakak ipar aku mengatakan ini kepadamu, agar kau bisa memiliki pasangan yang lebih baik darinya!” jelas Zeen dengan tegas.
“Apakah kakak ipar merupakan pria baik untuk kakak ku?” tanya Diana dengan polosnya.
Zeen sedikit tersentak mendengarnya, ia jadi teringat akan masalalunya yang juga pernah jadi pria brengsek yang selalu menyakiti hati istrinya. Tentu hanya demi wanita lain.
“Ehem! Te-tentu saja aku adalah pria baik untuk istriku, bahkan kami sudah memiliki dua keturunan.” Jawab Zeen dengan sedikit kikuk, dirinya jadi merasa malu dengan ucapannya sendiri.
Ia bahkan menatap sang istri dengan senyuman kikuk.
“Hemm, tapi menurutku, kak Firo itu baik kok kakak ipar....” ujar Diana dengan percaya dirinya.
Hal itu membuat Zeen menghela nafasnya untuk kesekian kalinya. “Mungkin karena matamu itu yang tertutup oleh kabut cinta! Maka kau tak akan pernah bisa menilai orang yang terlalu kau dambakan itu!”
“Apa kau pernah pacaran sebelumnya?” tanya Zeen.
Diana langsung menanggapi itu dengan gelengan kepala.
Zeen kemudian menatap sang istri kembali, yang pada saat itu Yuna juga tengah menatap dirinya. Kedua pasutri itu langsung menghela nafas secara bersamaan.
“Kenapa kakak dan kakak ipar menghela nafas?” tanya Diana bingung.
“Sepertinya akan susah jika kasusnya seperti kau adik ipar, sebagai kakak ipar yang baik dan berbudi luhur! Aku sarankan jika kau jangan memendam perasaan terlalu dalam kepada Firo. Sebab Firo suka sekali bergonta-ganti wanita, entah tujuannya apa! Yang pasti kami berdua tak ingin kau menjadi korbannya yang selanjutnya.” jelas Zeen dengan sangat tegas.
“Iya Diana... kakak takut jika adik kakak merasakan sakit hati, maka....”
“Mungkin karena kak Firo belum menemukan yang pasti kak!” sela Diana.
“Hah?” beo kedua pasutri itu.
“Ya! Mungkin karena kak Firo belum menemukan dambaan hatinya, jadi karena belum merasa cocok kak Firo akhirnya bergonta-ganti pacar....” sungut Diana dengan percaya diri yang mengebu.
Zeen dan Yuna kembali dibuat saling berpandangan, keduanya langsung tepuk jidat kala tak berhasil membujuk sang adik.
°°°°
“Gue yakin jika cintaku ini akan terbalaskan! Karena jika gue terus berjuang maka gue akan mendapatkan hasilnya nanti!” gumam Diana penuh ketekatan.
“Ah... jadi gak bisa tidurkan....” gerutu Diana merasa frustrasi. “Kak Firo pasti sudah tidur sekarang?” Diana melirik jendela yang ada dikamarnya itu.
“Bisakah gue bertemu dengannya sebentar saja sebelum gue tidur?” gumamnya lagi.
Gadis itu terus merenung memikirkan sesuatu, sampai beberapa menit kemudian gadis itu langsung beranjak dari tempat tidurnya kemudian berjalan menuju lemarinya.
Diana pun langsung mengganti piamanya menjadi hodie berwarna hitam, “Kalau begini rasanya nyaman banget....” ucapnya yang nampak tersenyum cerah didepan cermin. Sambil menutup kepalanya dengan topi yang ada dihodienya itu.
“Kuy lah boskyu....”
Diana langsung berjalan mengedap-edap untuk keluar dari kamarnya, sampai ia sudah berhasil keluar dari kamar tersebut ia pun masih terus berjalan mengedap-edap karena takut jika kedua orangtuanya terbangun dari tidurnya.
Namun tiba-tiba saja lampu yang tadinya padam kini menyala. Hal itu membuat Diana langsung jantungan karena merasa terkejut.
“Hampir aja jantung gue copot....” gerutu Diana sambil menetralkan detak jantungnya.
“Diana?”
Mendengar namanya dipanggil, Diana pun menoleh kesamping. Dimana ia langsung mendapati sosok papanya yang berdiri tak jauh darinya.
“Diana? Kenapa kamu disini nak? Kenapa gak tidur? Papa kira kamu maling tadi,” cecar Sigit yang berjalan mendekati putrinya.
Diana tak langsung menjawab pertanyaan itu, gadis itu malah mengaruk tengkuknya dengan perasaan kikuk. “Emm... anu pah, Diana mau pipis tadi jadi Diana keluar kamar....” monolog Diana beralasan.
“Hah? Emang kamar mandi kamu bermasalah?”
“I-iya pah! Air dikamar mandi gak mau keluar!” jawab Diana yang bertambah lagi kebohongannya.
“Oh... gitu ya, yaudah besok papa pangilin tukang servis biar bisa memperbaiki kamar mandi kamu!” ujar Sigit yang pada akhirnya mempercayai ucapan putrinya.
“Yaudah, sekarang kamu balik kekamar lagi ya sayang... sudah malam cepat tidur gih!” Sigit mendorong pelan tubuh putrinya untuk masuk kedalam kamar, tak lupa pria paru baya itu menyempatkan mencium kening Diana. “Good ninght bintangku....”
Diana tersenyum, “Good ninght bulanku....” setelah itu Diana mengunci pintu kamarnya, namun ia tak langsung beranjak dari tempat dan menunggu didepan pintu untuk beberapa menit.
Setelah dirasa aman dan melihat jika lampu diruangan itu telah dimatikan, Diana pun kembali melanjutkan aksinya.
“Hufft... semoga gak ada yang kebangun lagi....” gumamnya, kemudian ia berlari kecil sambil menenteng kedua sendalnya menuju pintu utama.
°
°
°
Diana saat ini tengah berjalan sendiri dijalan kompleks, tepatnya kompleks tempatnya tinggal. Karena saat ini gadis itu tengah berjalan menuju rumah sang kakak.
“Huahh... ternyata seperti ini ya kabur dari rumah malem-malem? Trus kaburnya pengen kerumah doi?” gumamnya lantas terkikik geli.
Tepat saat langkahnya sudah mencapai rumah besar yang ia tuju, Diana pun nampak terdiam sejenak sambil mengamati bangunan besar itu dari bali pagar.
Diana pun segera mengecek gembok yang ada pada pagar itu, apakah dikunci atau tidak. Dan ternyata pagar itu terkunci dengan rapat, akhirnya Diana pun lagi-lagi menghela nafasnya.
“Haruskan gue memanjat? Oh tentu saja ferguso! Ini soal kecil bagi seorang Diana....” monolongnya dengan penuh percaya diri sambil menatap pagar tersebut yang tinggi darinya.
“Woke! Letsgo!” pekik Diana namun tetap bersuara lirih. Kemudian gadis kecil itu dengan kelincahanya dapat memanjat pagar besi itu tanpa adanya hambatan atau keluhan. Dan hanya memakan waktu lima menit saja Diana berhasil memanjat pagar itu dan akhirnya bisa masuk kedalam area perkaragan rumah tersebut.
Diana tanpa basa-basi lagi, langsung berlari terbit menuju salah satu jendela kamar, milik pujaan hatinya.
“Lampunya masih menyala? Sepertinya kak Firo belum tidur?” gumam Diana saat melihat kamar milik Firo nampak masih terang.
Diana pun tersenyum kesenangan melihat itu, “Wokelah! Ayo kita memanjat lagi!” ucap Diana yang langsung berancang-ancang mengambil posisi.
Kemudian gadis itu langsung meloncat pada salah satu pohon yang ada disana, lalu meloncatkan dirinya ditembok-tembok dengan kelincahan tubuhnya. Padahal jarak antara balkon kamar Firo sangatlah tinggi, namun gadis itu tetap bisa mengapainya tanpa adanya hambatan.
Sampai gadis itu menampaki balkon tersebut, gadis itu pun langsung tersenyum bangga. “Untung sejak kecil gue pernah lompat-lompat atap rumah warga didesa! Jadi sekarang gue bisa dengan mudah melompat tanpa hambatan!” gumam Diana benar-benar merasa bangga.
“Wokelah! Sekarang kita intipi dulu pangeran rapunzel, baru nanti setelah itu gue bisa tidur dengan nyenyak!” celoteh Diana yang kemudian berjalan mengedap-endap menuju jendela untuk melihat keberadaan Firo dari sana.
Diana pun terus mengerak-gerakan bola matanya mencari sosok lelaki itu dengan menempelkan wajahnya dikaca. Namun selang beberapa menit, Diana tak mendapati sosok yang ia cari.
“Kemana dia....?” gumam Diana bingung, namun masih terus mencari.
“Kau cari sesuatu?”
Diana mengangguk, “Ya! Aku cari sesuatu.”
“Apa itu?”
“Emmm, lagi cari orang....” jawab Diana yang masih terlihat santai saja ketika ada orang yang menanyainya.
Namun barulah beberapa menit, Diana nampak melototkan matanya saat menyadari hal tersebut. Diana pun langsung mengigil ditempat, karena menduga-duga sesuatu yang pasti membuatnya benar-benar kalut.
'Oh mama....' batin Diana menjerit.
Diana pun menghela nafas panjang untuk sejenak sambil memejamkan matanya, kemudian dengan mengumpulkan keberaniannya gadis itu langsung membalikkan badannya untuk melihat sosok tersebut.
“Jangan sampai hantu! Jangan sampai hantu!” itulah yang digumamkan Diana sejak tadi.
Sedikit-sedikit Diana langsung membuka kedua matanya, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat sosok yang ia cari sudah berada didepan matanya.
“KYAKK! HANTU TAMFAN?!” pekik Diana menjerit histeris.
°°°°
—🧸🐾-
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!