NovelToon NovelToon

Terjerat Pernikahan Rahasia With Doctor

Bagian 001. Awalan

Jika penasaran dengan cerita lengkapnya, kalian bisa mampir dulu dikarya Author yang berjudul Perjuangan Cinta Si Gadis Desa! Karena disana ada potongan-potongan awalan cerita mereka. Ini khusus untuk pembaca baru ya🐹

🍄🍄🍄

-

-

Hidup mandiri sejak usianya masih sangat muda, yaitu usia delapan belas tahun. Dimana saat itu dirinya masih bersekolah dan tentunya remaja sepertinya harus menikmati masa-masa kebebasan dan kesenangan bersama teman-teman sebayanya.

Masa remajanya yang harus ia nikmati itu berakhir, berawal saat ia masih duduk dibangku kelas sebelas, sekolah menengah atas. Dimana kedua orangtuanya mengalami kecelakaan pesawat ketika ingin melakukan perjalanan bisnis di Singapura.

Kedua orangtuanya meninggal dikejadian tersebut, tepatnya saat pesawat yang ditumpangi kedua orangtuanya akan lepas landas. Namun karena roda belakang yang harusnya keluar untuk menjejakkan dipijakan lapangan bandara, roda belakang itu malah mengalami kemacetan sehingga membuat pesawat tersebut lepas landas begitu saja tanpa adanya persiapan.

Tentu hal itu membuat pesawat tersebut mengalami kerusakan saat pesawat itu kehilangan arah dan menubrukan diri didinding penghalang bandara.

Pesawat tersebut meledak tepat diarea bandara, sehingga membuat area bandara tersebut ikut mengalami kerusakan yang sangat dasyat. Tentu orang-orang yang berada disana ikut mengalami musibah tersebut. Dimana ada yang mengalami luka ringan, luka yang sangat parah, hingga sampai meregang nyawa.

Hidup damai seorang gadis yang masih belia itu hilang dalam sekejab, dimana saat ia merasakan kesedihan yang mendalam atas kehilangannya kedua orangtuanya, musibah kembali datang kepadanya. Saat semua aset milik kedua orangtuanya harus disita karena perusahaan keluarganya tersebut mengalami kerugian yang sangat besar. Sebab! Perusahaan tersebut terbengkelalai karena tak adanya pengganti sang penerus perusahaan itu.

Sebenarnya gadis tersebut yang merupakan anak pertama lah, penerus perusahaan itu. Namun karena dirinya yang masih sekolah dan tak tahu apa-apa tentang dunia pembisnisan, akhirnya tak bisa menyelamatkan semua aset peninggalan milik kedua orangtuanya. Bahkan rumah kelahirannya pun tak bisa diselamatkan padahal rumah tersebut banyak meninggalkan kenangan antara dirinya dan kedua orangtua tercintanya.

Bagaimana dengan kerabat jauh maupun kerabat dekat? Apakah mereka membantu saat gadis itu merasakan kesusahan? Jawabannya tidak! Karena mereka semua menutup mata dan tak ingin susah-susah menampung kehidupan seorang gadis yang sudah tak punya apa-apa itu. Padahal semua kerabatnya dulu sungguh sangat baik kepadanya saat kedua orangtuanya masih hidup didunia, namun entah mengapa sifat baik tersebut sekejab hilang bersamaan dengan harta benda milik kedua orangtuanya hangus bak ditelan bumi.

Harta satu-satunya yang tersisa yang dimiliki oleh gadis itu adalah celengan berbentuk ayamnya yang merupakan hadiah pemberian mamanya sewaktu ia berumur sembilan tahun. Celengan tersebut ia gunakan untuk menabung uang jajan yang tersisa, hingga celengan tersebut sangat penuh sehingga ia pecahkan dan tak menyangka jika jumblah uang yang terkumpul selama sepuluh tahun lamanya itu bernilai seratus juta.

Ada pula harta yang tak ternilai bagi gadis tersebut, yang akan ia jaga dan akan ia sayangi sepenuh hati seperti kedua orangtuanya yang menyayanginya dengan segenap jiwa. Harta tak ternilai tersebut adalah sosok adik laki-lakinya yang selamat dari kecelakaan pesawat karena sewaktu itu adiknya ikut pergi bersama orangtuanya. Gadis tersebut merasa bahagia bahwa tuhan masih menyisakan orang tersayangnya untuk menemaninya saat kedua orangtuanya tiada, namun disatu sisi gadis itu juga merasa sedih karena akibat kecelakaan tersebut adiknya mengalami kelumpuhan dan tak bisa mengerakkan kedua kakinya seperti biasa. Hingga adiknya hanya bisa terbaring lemah diatas tikar yang tak berlapisan kasur karena keterbatasan ekonomi yang membuatnya hidup dalam kemiskinan.

Bermula saat itu, gadis tersebut bertekad dengan kegigihannya ia akan bekerja keras dan menjadi orang sukses dengan caranya sendiri, agar bisa membawa adiknya berobat dan melihat kembali sura tawa keceriaan saat adiknya berlari dengan kedua kakinya yang utuh...

°°°°°

“Mino...!! Mino...! Kakak berangkat dulu ya! Nanti kalau kamu mau berangkat ke les musik jangan lupa makan sarapannya ya? Kakak udah bikinin kamu roti isi dimeja makan!”

Teriak Mita saat sudah selesai mengemasi barang-barang yang akan ia bawa kerumah sakit. Karena pagi-pagi sekali ia sudah dijadwalkan untuk mengecek para pasiennya yang akan melahirkan. Itu sebabnya ia terburu-buru hari ini.

Sang adik yang dipanggil itu keluar dari kamar dengan wajah ceberutnya. Lelaki berusia tujuh belas tahun itu tak bisa menghampiri sang kakak dengan cepat karena keterbatasannya, yang hanya bisa menggunakan alat kursi roda untuk pengganti kakinya yang tak bisa digerakkan selama beberapa tahun lamanya.

“Kakak ini! Kan sudah aku katakan berkali-kali kakak... jangan panggil aku Mino... namaku itu Miko kakak! Mi-ko! Miko Rendra!” ucap lelaki muda itu dengan kata terakhir yang ditekan.

Sejenak Mita langsung menghentikan pergerakannya dan menatap sang adik yang memalingkan wajahnya dengan raut yang ditekuk. Mita pun dibuat tersenyum karena melihat wajah sang adik yang menurutnya sangat mengemaskan itu, karena hal faforit bagi Mita adalah melihat wajah adik laki-lakinya yang kusam karena dirinya yang selalu ngasal memanggil nama sang adik. Padahal menurut dirinya nama Mino sangat bagus untuk adiknya, itu sebabnya ia setiap hari memanggil sang adik dengan sebutan Mino! Tapi jika ia sedang marah maka ia akan memanggil nama sang adik dengan benar. Bukankah hal itu malah aneh?

Mita melangkahkan kakinya untuk mendekati adiknya, saat sudah dekat, ia pun segera memeluk leher sang adik dan mengacak-acak rambut lelaki muda itu dengan gemasnya.

Hal itu membuat Miko yang sudah kesal menjadi bertambah kesal, dan membuat lelaki muda itu berteriak histeris sehingga para pelayan yang sedang bekerja tentu dibuat terkejut setengah mati.

“Nona muda dan tuan muda mulai lagi....” ucap seorang pelayan wanita paru baya yang sedang ingin menjemur pakaian.

“Yah biarkan saja mereka Siti... berkat suara-suara kericuhan mereka rumah jadi makin hidup, sebab jika mereka saling bermusuhan maka rumah ini pasti akan jadi horor kayak kuburan!” timpal mang Dadang sang tukang kebun sekaligus penjaga rumah.

“Iya mang! Bahagia sekali melihat mereka berdua rukun sampai sekarang, dulu waktu masih kecil pun suka rusuh begitu. Sekarang kerusuhan mereka dibawa sampai dewasa.” Terang Siti.

“Nah itu Siti! Kita juga harus bersyukur kepada tuhan, karena kesedihan mereka dulu sekarang diganti dengan kebahagiaan kembali. Nyonya dan tuan diatas sana yang melihat mereka tumbuh menjadi orang-orang hebat pasti sangat bangga! Aku saja yang bukan orangtuanya meresa bangga sekali loh Sit!”

“Bener! Bener banget mang! Aku juga senang sekali bisa melihat pertumbuhan mereka yang sangat jauh berbeda sekali!” balas Siti mengebu-gebu.

“Yasudah Sit! Balik lagi kerja, biarkan mereka menghabiskan waktu bersama.”

“Iya mang!”

Kemudian kedua pekerja itu, kembali mengerjakan tugas mereka masing-masing.

“Hais kakak! Rambutku berantakan lagi kan, padahal aku sudah susah-susah merapikannya....” gerutu Miko sebal kepada Mita.

Mita yang tak merasa bersalah itu, hanya menertawakan adiknya tanpa dosa dan merasa sangat terhibur melihat adiknya yang semakin memasamkan wajahnya.

“Abisnya kamu makin gemesin banget sih... kan kakak jadi tega pingin karungin kamu dan bawa kamu ketemen-temen kakak, buat pameran jika adik kakak ini super-super ngegemesin!” ujar Mita kembali merusuhi adiknya dengan menciumi pipi lelaki muda itu.

“Iyuh kakak... jangan cium-cium... aku jijik tauuu....” pekik Miko sambil menjauhkan wajah Mita dari wajahnya.

“Kenapa? Sini kakak masih pengen ciumin kamu....” Mita berusaha meraih wajah sang adik namun Miko terus menghalanginya.

“Cepet nikah saja kau kak! Dari pada nyiumin aku terus, lebih baik kakak nikah! Terus ciumin tuh suami kakak sampai puas!” pekik Miko lagi-lagi.

“Gak ada calonnya sayangku... jadi kamu aja dulu yang kakak ciumin...” ucap Mita terus berusaha meraih wajah sang adik.

“Ada calonnya kok kak! Itu kak Dava yang nungguin kakak sampai lumutan!” terang Miko, dan tepat saat itu sebuah suara langsung menghentikan aktivitas mereka berdua.

“Ada apa nih? Kok namaku disebut-sebut?” celetuk seorang pria yang tengah berjalan menghampiri mereka.

“Noh kak! Udah ada calonnya....” bisik Miko kepada kakanya, kemudian menaik turunkan kedua alisnya untuk menggoda sang kakak.

“Ssst... Mino, jangan bicara sembarangan! Siapa yang ngajarin kamu ngomong begitu ha?” tanya Mita yang ikut berbisik, sambil melempar tatapan tajam kepada adiknya. Namun adiknya hanya membalas mengedikan kedua bahunya dengan acuh tak acuh-acuhnya. Hal itu mampu membuat Mita tersulut kesal.

-

-

🍄🍄🍄

Hai🙆 jumpa lagi dengan othor, sekarang Author kembali dengan kisah Mita dan Fadli ya... terus ikuti cerita mereka sampai akhir. Dan jangan lupa tinggalkan komen kalian biar Author semangat nge up!

Bagian 002. Nenek Sihir

🍄🍄🍄

-

-

-

“Dafa... ada apa kamu kesini?” tanya Mita kepada pemuda tinggi nan tampan dihadapannya. Pemuda itulah yang merupakan sahabatnya, yang selalu ada untuknya ketika ia merasa susah.

Tepat dihadapan Mita, pemuda itu sedikit menunduk untuk melihat wajah sang sahabat. Kemudian memberikan senyuman hangat kepada sahabatnya itu.

“Tentu saja aku disini untuk menjemputmu!” jawab Dafa.

Mita menukikan kedua alisnya, “Menjemputku? Mengapa menjemputku?” tanyanya bingung.

Dafa sejenak terkekeh, “Ya tentu saja untuk mengantarmu kerja lah, baby....” kata Dafa yang kemudian mengelus kepala Mita dengan perasaan gemasnya.

Mita melepaskan tangan besar itu dari kepalanya. “Jangan panggil aku baby, aku bukan bayimu....” ucap Mita memberengutkan bibirnya.

“Hahaha, maaf baby... aku sudah terbiasa memanggilmu seperti itu. Bahkan sejak kita duduk dibangku Sma aku selalu memanggilmu seperti itu.” Jelasnya.

“Jangan mengingatkanku tentang itu...  gara-gara panggilan itu orang yang mendengarnya mengira kita sedang pacaran, padahal kita hanya cocok menjadi sahabat saja....” ujar Mita sambil mengelengkan kepalanya.

Sedangkan Dafa yang mendengar itu, hatinya kembali terenyuh. Itulah mengapa sampai sekarang ia belum mengungkapkan perasaannya kepada wanita itu, karena ia takut jika wanita berkedok sahabatnya akan menjauhinya ketika ia mengungkapkan perasaannya. Dia benar-benar takut akan hal itu.

Miko yang menjadi saksi bagaimana perlakuan Dafa kepada kakaknya itu, mengelengkan kepalanya. Ia merasa heran kepada sang kakak yang selalu tak peka. Dan menekankan diantara keduanya tak akan ada yang namanya berpacaran. Jelas-jelas diantara pria dan wanita pasti akan ada yang namanya jatuh cinta, atau diantara mereka pasti akan ada yang namanya menyimpan sebuah perasaan.

“Jadi Dafa... mulai sekarang jangan memanggilku seperti itu ya?” peringat Mita.

Dafa tersenyum meremeh, “Entahlah... aku gak bisa janji baby....”

Mita kembali memberengutkan bibirnya, “Ish! Kau nih....”

“Ayo aku antar, bukankah kau sebentar lagi ada jadwal memeriksa pasien? Katamu pasienmu akan segera melahirkan?”

Tiba-tiba Mita menepuk jidatnya, “Oh iya lupa! Astaga....”

Dafa kembali terkekeh. “Lebih baik aku antar kamu sekarang! Yuk, mumpung aku bawa motor, dan pasti lebih cepat dari mobil karena jalanan sekarang mungkin sedang macet!” jelas Dafa.

Mita nampak berfikir, namun pada akhirnya wanita itu menganggukan kepalanya. “Yasudah, aku ikut denganmu saja.”

Dafa yang mendengar itu kembali tersenyum kesenangan. “Ayo baby, kita berangkat sekarang!” ujar Dafa yang langsung menarik tangan Mita untuk dibawa pergi.

“Minoo!! Kakak berangkat dulu ya! Kamu jangan lupa sarapan!” teriak Mita kepada sang adik.

“Ya kak... santai saja, nikmati aja waktumu!” jawab Miko yang juga ikut berteriak. Namun sambil mengerlingkan matanya guna untuk menggoda sang kakak.

“Ish bocah itu....” gumam Mita sebal melihat tingkah adiknya.

°°°°°

Dengan kecepatan tinggi, Dafa membawa motor besarnya dengan sangat lihai. Bahkan Mita yang sedang dibonceng itu sampai memeluk erat pinggang pemuda itu, tentu Dafa sangat senang mendapati hal itu. Dirinya bahkan rela mengantar jemput Mita setiap hari jika saja ia tak sibuk dikantornya. Itu sebabnya ia berangkat pagi-pagi hanya ingin menjemput Mita dan mengantarnya sampai didepan rumah sakit. Hal sesederhana begitu saja sudah membuatnya senang! Apalagi jika diantara mereka sudah menjalin hubungan. Sudah dipastikan Dafa pasti akan merasa sangat senang.

Saat motor itu memasuki area rumah sakit, barulah Dafa menghentikan laju motornya.

Dafa lebih dahulu turun dari motornya setelah ia menstandar motornya itu, ia turun lebih dulu karena ingin membantu Mita untuk turun dari motornya.

Bahkan Mita sampai terpekik kaget kala merasakan tubuhnya yang melayang diudara, sebab Dafa membantu menurunkan Mita dengan cara mengangkat tubuh wanita itu.

“Yaampun Dafa... bikin orang kaget aja! Lain kali jangan diulangi. Aku benar-benar tak suka!” pekik Mita saat dirinya sudah turun diatas motor.

Dafa terkekeh pelan, “Mengapa tak suka? Bukankah malah lebih mudah turun dengan cara digendong?”

“Iya mudah... tapi kalau kamu gak izin dulu aku jadi gak suka....” ucap Mita berusaha menetralkan rasa kekesalannya.

“Hahaha, iya deh iya....” dengan perlahan, pria itu membantu melepas helem yang ada dikepala Mita tentu dengan sangat lembut karena dirinya tak ingin jika wanita itu sampai terluka.

“Hup! Sudah baby....” ucap Dafa sambil meletakkan helem itu dibagikan motornya.

“Beba, bebi... sudah dibilangin masih gak nurut aja....” gerutu Mita.

“Hahaha keceplosan beby....” timpal Dafa yang kembali mengelus kepala Mita.

Hal itu tentu membuat Mita bertambah sebal, “Singkirkan tanganmu itu... disini area umum, takutnya ada teman kerjaku yang melihat....” bisik Mita.

Namun dugaanya itu benar adanya, jika interaksi keduanya sudah dilihat oleh Clara yang kebetulan saat itu berjalan bersama Fadli.

“Wah dokter Mita... saya tak menyangka jika anda bisa berpacaran secara terang-terangan diarea rumah sakit ini?” ucap Clara yang saat itu membuat Mita dan Dafa saling mengalihkan pandangan.

Mita sedikit terkejut ketika mendapati Clara dan Fadli berjalan kearahnya, lain hal dengan Dafa yang biasa-biasa saja tak ada rasa terkejut didalam dirinya. Karena dirinya tak pernah menyangkal jika orang lain selalu menganggap dirinya kekasih Mita, sang sahabat.

Clara tersenyum kemenangan saat mendapati Mita yang selalu melawan ucapannya, kini hanya diam tak menanggapi.

“Pagi dokter Mita....” sapa Clara, yang hanya sebagai basa-basi saja. Sedangkan Fadli hanya menyapa dengan menganggukan kepalanya saja.

“Pa-pagi dokter Clara... pagi juga buat dokter Fadli....” ucap Mita sambil melirikkan matanya kearah Fadli. Namun Fadli sama sekali tak menatapnya.

“Sudah berapa lama anda berpacaran dokter Mita?” tanya Clara yang sangat kepo. Dirinya melakukan itu hanya untuk menjatuhkan nama baik didepan mata Fadli.

Sejenak Mita menghela nafasnya, karena jika dirinya dihadapkan dengan penyihir hitam yang ada didepannya, ia selalu melakukan itu. Guna untuk mempersiapkan dirinya untuk melawan sang penyihir.

“Maaf ya dokter Clara, anda ini sepertinya hanya salah pamah saja. Saya dan seorang pria yang ada disamping saya ini hanyalah seorang teman saja... kami berdua tak ada menjalin hubungan seperti yang diucapkan oleh dokter Clara barusan,” jelas Mita dengan sangat rinci.

“Bukankah begitu Dafa?” tanya Mita kepada sahabatnya, untuk memberikan sebuah bukti semata saja.

Dafa tak langsung menjawab, pria itu malah diam entah apa yang sedang dipikirkannya.

“Wah? Bahkan pria yang anda sebut teman itu tak menyangkalnya dokter?” ucap Clara meremeh.

Tentu Mita merasa kesal mendengar hal itu, “Sepertinya teman saya sedang sariawan, itu sebabnya dia sejak tadi hanya diam saja!” jelas Mita.

Hal itu membuat Clara tertawa mendengarnya. “Oh? Begitukah?” tanya Clara merasa tak percaya.

Clara pun mengalihkan pandangannya kepada Dafa, “Maaf tuan jika saya lancang. Apakah anda benar-benar bukan kekasih dokter Mita? Anda tak perlu malu-malu mengatakannya karena saya merupakan teman dokter Mita....” ucap Clara mencoba memancing.

Mita bahkan sampai bergedik ngeri kala mendengar ucapan itu. 'Cih! Teman katanya? Lebih baik aku berteman sama orang gila dari pada berteman dengan nenek sihir sepertinya.' Batin Mita sambil mengelus tubuhnya yang terasa merinding.

-

-

-

🍄🍄🍄

Bagian 003. Masih Menunggumu

🍄🍄🍄

-

-

-

Kini Dafa mengalihkan tatapannya kearah Clara, tatapan itu begitu berbeda dengan tatapan yang ia berikan kepada Mita. Tatapan yang begitu lembut dan mendamba, sedangkan tatapan yang ia berikan kepada Clara. Hanya sebuah tatapan datar nan terkesan tak tertarik. Hal itu tentu membuat Clara menyadari jika ada sesuatu diantara Mita dan juga pria itu.

Bahkan Clara sempat dibuat terpesona saat melihat ketampanan dari seorang Dafa, yang belum ia ketahui identitasnya itu. Namun Clara nampak familiar dengan wajah nan rupawan pria itu.

'Boleh juga laki-laki ini. Tampannya setara dengan ketampanan Fadli... dilihat dari gaya pakaiannya pun sepertinya pria ini orang kaya?' gumam Clara nampak menelisik gaya berpakaian Dafa.

“Oh iya tuan, mengapa anda tak menjawab pertanyaan saya? Apakah pertanyaan saya begitu sulit? Sehingga anda tak bisa menjawabnya?” tanya Clara dengan nada mengejek.

“Apakah jawaban saya begitu penting untuk anda?” kini Dafa yang melontarkan pertanyaan.

“Apa?” nampak Clara sedikit bingung.

Dengan gaya coolnya, Dafa menyelipkan kedua tangannya disaku celananya. “Anda mengaku jika anda merupakan teman dokter Mita kan?”

Sejenak Clara mengangkat sebelah alisnya, karena pria yang ada didepannya itu terus memberikan pertanyaan yang membuatnya kebingungan. “Ya... saya memang teman dokter Mita, bahkan kami hampir saja bertemu dan saling mengobrol!” jawab Clara percaya diri.

Sedangkan Dafa yang mendengar itu terkekeh kecil, bahkan sampai kecilnya suara kekehan itu sampai tak terdengar. “Jika anda memang temannya dokter Mita, maka anda pasti tau jika saya dan dokter Mita menjalin sebuah hubungan. Entah hubungan pertemanan atau percintaan?” sejenak Dafa menghentikan ucapannya. “Lantas mengapa anda masih bertanya jika memang anda adalah teman dokter Mita?”

Kini pertanyaan itu begitu menohok sehingga membuat Clara terdiam membeku.

“Oh! Mungkin anda masih belum akrab ya dengan dokter Mita?” Dafa mencoba menebak. Namun perkataan itu seperti meledek bagi Clara.

“Ehem! Kalau memang anda tak ingin mengatakannya, yasudah! Saya tak apa jika pertanyaan saya tak dijawab!” ucap Clara yang tak tahu harus menjawab pertanyaan itu seperti apa, ia akhirnya beralih menatap Fadli yang ada disampingnya.

“Mari dokter Fadli, kita berdua masuk terlebih dahulu!” ajak Clara yang pada saat itu Fadli tengah melamun sambil menatap Mita.

Clara yang bingung dengan keterdiaman itu, ia pun mengikuti arah pandang tersebut. Dan betapa terkejutkan ia saat arah pandang itu langsung menunjuk kearah wajah Mita, sang saingan yang membuatnya kesal setengah mati.

“Bisa-bisanya dia lagi... dia lagi....” gerutu Clara mendengus kesal.

Tak ingin membuat pria incaranya terus menatap wanita lain dan bukan dirinya, ia pun langsung mengalihkan pandangan itu dengan cara menepuk bahunya.

“Dokter Fadli! Dokter Fadli! Mengapa anda diam saja? Apakah anda mendengar suara saya?” panggilnya dengan suara yang agak dikencangkan.

Tentu Fadli langsung tersadar dari lamunnya, “Eh? Iya saya mendengarnya.”

“Bagaimana kalau kita berdua masuk terlebih dahulu dokter Fadli? Sepertinya dokter Mita masih ingin mengobrol dengan teman prianya....” ucap Clara sambil melirik sinis kearah Mita.

“Begitukah?” monolog Fadli kembali menatap Mita, “Apakah dokter Mita masih ingin mengobrol disini? Atau ikut kami berdua masuk kedalam?” ujar Fadli bertanya pada Mita.

“Oh? Maaf dokter Fadli, terimakasih atas ajakkannya... namun saya masih ingin disini sejenak, nanti setelah saya selesai dengan urusan saya. Maka saya akan menyusul anda berdua didalam!” jawab Mita sambil mengaruk kepalanya merasa kikuk.

“Hem, baiklah jika seperti itu. Kalau begitu kami permisi dulu....” sejenak Fadli mengalihkan pandangannya kearah Dafa, yang saat itu juga Dafa tengah menatapnya.

Keduanya saling berpandangan agak lama, namun setelahnya saling menganggukan kepala tanpa saling bersuara. Hal itu hanya digunakan sebagai basa-basi saja.

“Mari dokter Mita... kami permisi dulu....” kata Clara dengan nada yang dibuat meledek, karena dirinya berhasil membuat Fadli berjalan berdampingan dengannya.

Dengan menahan kekesalannya, Mita menunjukan senyum keterpaksaannya. “Ya dokter Clara....” jawab Mita.

Saat Fadli dan Clara sudah beranjak dari sana, kini kedua sahabat itu, kembali berdua saja.

Mita yang tadi tengah menahan rasa kekesalnya terhadap sahabatnya itu, akhirnya melampiasakannya dengan memukul lengan Dafa. Bahkan pukulan itu tanpa adanya jeda.

“Aw! Aw? Baby... mengapa kamu memukulku seperti ini....”

Mita menghentikan aksinya, lalu menatap tajam pria itu. “Beba, bebi... lagi-lagi ini gara-gara kamu. Kan sudah aku peringatkan! Jika kamu jangan memanggilku seperti itu lagi. Orang lain yang mendengar pasti akan salah sangka! Seperti barusan!” Mita menghela nafasnya lalu memijit pelipisnya.

Dafa hanya cengegesan saja menanggapi omelan itu, karena baginya, dengan menatap wajah kekesalan Mita sudah membuatnya senang.

“Hehe, maaf ya... sudah kebiasaan....” ujar Dafa.

“Hahhh... sudahlah, aku sudah terlambat beberapa menit gara-gara kamu! Sekarang aku mau masuk dulu! Beyy....”

Mita mulai beranjak dari tempatnya dan mulai berjalan masuk kedalaman rumah sakit. Bahkan ia sampai lupa berterimakasih kepada sahabatnya itu.

Namun Dafa merasa tak keberatan sama sekali, pria itu malah tertawa sambil mengelengkan kepalanya, menatap punggung sang sahabat yang sudah berjalan menjauhinya. “Dari tadi kayaknya aku terus yang disalahkan....”gumamnya diselinggi kekehan kecil.

“Aku masih menunggumu Mita....” gumamnya lagi.

°°°°°

Disisi lain, nampak Fadli yang saat ini tengah melakukan pemeriksaan kepada pasien yang kemarin melakukan operasi, yang kala itu disebabkan oleh usus buntu.

Namun entah apa yang dikerjakan oleh dokter itu, karena sejak tadi pikirannya ditempat lain sehingga membuat pekerjaannya jadi tertunda. Hal itu membuat seorang suster yang tengah menemani dirinya yang tengah melakukan pemeriksaan itu menjadi bingung.

“Dokter Fadli?”

Akhirnya suster tersebut memanggil Fadli sambil menepuk punda pria itu. Hal itu membuat Fadli tersentak karena dirinya yang tengah melamun, sehingga membuat alat pemeriksaannya jatuh berserakan begitu saja dilantai.

“Eh?” dengan linglung Fadli memunguti alat pemeriksaannya dengan tergesa, dibantu oleh suster tersebut yang menatap Fadli dengan tatapan aneh. Aneh karena suster itu baru pertama kali melihat Fadli yang tak perfesional dalam bekerja.

“Kenapa dokter? Apa yang sedang dokter pikirkan?” tanya suster itu.

“Hah?” beo Fadli menatap suster itu dengan bingung.

“Saya bertanya kepada dokter, mengapa sejak pemeriksaan pertama anda melamun sejak tadi? Apakah ada yang sedang anda pikirkan, sehingga membuat pikiran anda terganggu?” ucap suster itu mengulangi pertanyaan dengan sabar.

Fadli tak langsung menjawab, dokter muda itu berdehem sejenak, lantas kemudian berdiri dari jongkoknya.

“Ehem! Tidak ada yang sedang saya pikirkan,”

“Lantas? Mengapa anda melamun? Bahkan anda dan saya hampir dua jam lebih, diruangan ini loh dok?” suster itu bertambah bingung.

Mendengar itu, Fadli pun langsung mengecek jam yang ada ditangannya. Pria itu langsung melotot kala melihat jam yang sudah waktunya beristirahat.

“Oh yaampun, mengapa kamu tak memberitahu saya? Sekarang kamu bisa istirahat sekarang. Biar saya yang melanjutkan sisa pekerjaan.”

“Tapi dokter?” suster tersebut nampak meragu.

“Tidak apa-apa, saya tak akan melamun lagi. Jadi, kamu tak perlu menhwatirkan saya.” Ujar Fadli sambil tersenyum ramah kepada suster itu.

“Emmm, yasudah kalau begitu. Saya permisi dulu ya dokter!”

“Ya... selamat beristirahat!” timpal Fadli yang masih menunjukan senyum ramahnya.

Fadli pun langsung menghembuskan nafas lega saat melihat suster itu sudah menjauh dari tempatnya, “Apa yang sedang aku pikirkan tadi...?” gumammnya sambil mengingat-ingat sesuatu yang membuat dirinya menjadi tak fokus dalam bekerja. Dan yang melintas dalam pikirannya hanya wajah Mita saja, dengan sosok pria yang tadi pagi bersama wanita itu.

“Fokuslah Fadli! Jangan memikirkan hal-hal konyol dan tak penting seperti itu!” monolongnya sambil menekankan kata tersebut pada dirinya.

-

-

-

🍄🍄🍄

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!