"Pergilah dan jangan pernah kembali, karena aku akan segera menceraikanmu, dan segera kamu tanda tangani surat ini." ucap seorang pria tampan dan gagah yang dengan santainya duduk di hadapan seorang wanita yang tak lain adalah istrinya sambil menyodorkan sebuah kertas gugatan perceraian.
"Apa maksud kamu Mas?" tanya wanita di hadapan pria yang memandangnya dengan jengah.
"Ku rasa kau sudah mendengar perkataanku dengan sangat jelas" jawabnya ketus dengan menatap seolah merendahkan. Mendengar jawaban dari suaminya, wanita itu hanya menyandarkan tubuhnya ke sandaran tempat ia duduk sambil memejamkan matanyanya sejenak sebelum akhirnya ia pun menyerah dan memilih untuk menyetujui permintaan pria di hadapannya ini, karena percuma juga jika harus mempertahankan Rumah Tangga yang sudah tak membuatnya bahagia.
Cukup lama ia bertahan dengan sikap acuh dan tak peduli suaminya selama ini, bahkan iapun masih terus berusaha agar bisa hamil dan mengandung anak yang selama 2 tahun mereka harapkan, namun apalah daya, ternyata suami yang ia cintai telah mengkhianati pernikahan dan janji suci yang telah mereka ucapkan dahulu, bahkan kini suaminya telah memiliki anak dari wanita lain yang juga sudah ia nikahi secara siri. Namun itu tak menjadi habatan baginya, justru ia semakin gencar berusaha agar bisa hamil berharap suaminya akan kembali dalam pelukannya. Perjuangannya tak sia-sia, selama 1 tahun ini ia terus melakukan pengobatan demi pengobatan agar bisa mengandungpun berbuah manis, kini di dalam rahimnya ada tanda-tanda kehidupan yang membuatnya sangat bahagia.
Belum juga sempat ia mengatakan kabar kehamilannya, suaminya lebih dulu memberikan surat cerai. Dengan hati yang hancur namun ia tetap menunjukkan senyuman di wajahnya, ia menandatangani surat perceraian itu. Ia berjanji bahwa akan bahagia bersama anaknya tanpa pria di hadapannya saat ini.
"Sudah."
"Bagus, mulai hari ini kita berpisah dan akan bertemu lagi di pengadilan."
"Baik, tapi sebelum kita resmi bercerai aku akan tetap tinggal di rumah ini." ucapnya menatap pria yang sudah berdiri hendak pergi meninggalkannya
"Terserah, tapi setelah kita resmi berpisah kau harus segera angkat kaki dari rumahku,karena Istri dan anakku akan tinggal di sini." ungkap suaminya tanpa memperdulikan perasaannya.
"Baik." jawabnya tak lagi mampu menatap suaminya yang sudah berlalu pergi. Hati wanita mana yang takkan hancur jika ia di khianati lalu di ceraikan begitu saja dan di gantikan dengan wanita lain.
Sebelumnya ia telah memberitahukan Kabar bahagia kehamilannya itu pada ke dua orang tuanya saat mereka berkunjung ke rumah, namun ia belum sempat memberikan kabar itu pada suaminya karena masih mengurus perusahaannya di luar negri saat itu, namun siapa sangka saat tiba waktunya bukan sang suami yang di kejutkan dengan kabar bahagia itu tapi justru ia lah yang terlejut atas surat cerai yang di berikan suaminya.
"Mah, Pah aku ada kabar bahagia untuk kalian." ungkapnya penuh kebahagiaan.
"Kabar apa Nak, kami jadi penasaran?" jawab sang Mamah antusias, sedangkan Papah hanya mendengarkan percakapan mereka.
"Aku Hamil Mah, Pah." jawabnya memeluk Mamah.
"Sungguh?" kali ini Papah yang bicara
"hmmm.." jawabnya sambil menganggukkan kepala.
"Alhamdulillah, akhirnya Nak." ucap Mamah ikut bahagia. Setelah cukup lama bercengkrama bersama putri mereka, kedua orang tua itupun pamit pulang karena ada urusan lain.
"Mamah sma Papah pulang dulu, kamu baik-baik jaga calon cucu Mamah ini ya!" ucap Mamah sambil mengelus perut anaknya yang masih terlihat rata.
"Iya Mah.."
"Assalamualaikum." ucap keduanya sebelum masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan kecepata stabil.
"Waalaikumussalam."jawabnya menatap kepergian kedua orang tuanya, entah mengapa ia merasa bahwa ini adalah hari terakhir baginya bertemu dengan orang tuanya.
Baru setengah jam setelah kepergian Mamah dan Papahnya, ia mendapatkan telpon dari kantor polisi jika kedua orang tuanya telah meninggal akibat kecelakaan yang mereka alami. Itulah mengapa ia sangat terpukul, bahkan di saat-saat berkabung suaminya justru meminta berpisah tanpa melihat waktu dan kondisinya saat ini. Walau begitu ia tetap berusaha tegar karena tak ingin membuat calon anaknya merasakan apa yang ia rasakan.
Dua minggu setelahnya, akhirnya mereka bertemu kembali di ruang sidang untuk yang terakhir, karena setelah ini ia bukan lagi istri dari pengusaha muda yang sudah ia nikahi selama 2 thn ini.
"Akhirnya Mas, aku akan jadi istri kamu yang sah." ucap wanita sambil menggendong anak perempuan yang masih balita.
"Ya, kamu benar. Mulai sekerang kamu dan Putryku ini akan tinggal di rumahku." jawab pria di sampingnya lalu mengambil anak dalam gendongan wanita yang kini menjadi istrinya
Dari kejauhan, wanita lainnya sedang menatap ke arah mereka dengan air mata yang terus saja mengalir di pipi mulusnya. Dia adalah mantan istri pria yang kini tengah berbahagia di atas penderitaannya.
"Sebahagia itu kamu Mas!" lirihnya tersenyum getir sambil memegang dadanya yang terasa nyeri. Iapun memutuskan kembali ke rumah mantan suaminya untuk mengambil semua barang-barang dan keperluannya miliknya yang akan ia bawa pergi sejauh mungkin dari kehidupan pria yanh sudah mencampakkannya begitu saja.
"Loh Mas, kok dia masih di sini sih?" tanya wanita di samping suaminya.
"Dia hanya mengambil barang-barangnya saja, setelah itu kamu yang akan menggantikan posisinya di rumah ini sayang." mendengar penuturan sang suami, wanita itu tersenyum penuh kemenangan. ("Akhirnya, aku yang akan menjadi nyonya di rumah ini") batinnya menatap sinis ke arah mantan istri suaminya itu.
"Tunggu Syakira..." panggil pria yang berdiri tepat di depan pintu saat ia hendak meninggalkan Rumah. Mendengar panggilan dari orang yang masih ada dalam hatinya, iapun menoleh dan sedikit tersenyum, berharap jika pria di hadapannya kini memintanya untuk tetap bersamanya. Namun sayang harapan cuma tinggal harapan, karena bukan itu tujuan dari pria di hadapannya, melainkan ia ingin mempermalukannya dan menghinanya untuk yang teralhir.
"Ya, Mas!" jawabnya
"Ambillah, jangan sampai kau mengemis di jalanan." ucap pria itu melempar sebuah amplop berwarna coklat yang berisi uang. Mendapat penghinaan dari mantan suaminya, wanita yang di Syakira itupun itupun sangat marah kemudian mengembalikan uang yang di berikan padanya dengan santai dan senyuman pahit.
"Aku sama sekali tidak membutuhkan uangmu, karena kau bukanlah wanita lemah seperti yang kamu fikirkan selama ini." ucapnya berbalik hendak meninggalkan mereka berdua.
"Ah, ya satu lagi..." Syakira mengeluarka sebuah map berwana coklat dari dalam tasnya dan memberikannya langsung kepada mantan suaminya yang kejam.
"Ini, kau baca baik-baik."
"Ingatlah, penghinaanmu hari ini tidak akan pernah aku lupakan dan jangan pernah berharap untuk bisa menemuiku lagi ataupun dengan....." kata-katanya sengaja ia gantung, namun tangannya mengelus perutnya yang masih rata.
"Apa maksudmu Syakira?" tanya pria di Hadapan Syakira. Mendengar pertanyaan itu, ia hanya tersenyum simpul kemudian meninggalkan mantan suaminya dan istri barunya.
🙏🙏🙏🙏
Setelah kepergian Syakira, pria itu membuka isi dalam map yang di berikan mantan istrinya. Ia sangat terkejut setelah melihat dan baru mengetahui jika ternyata Syakira sedang mengandung anaknya.
"Sial, Syakira kenapa kau tidak memberitahukannya padaku?" timbul pertanyaan dalam benaknya
"Mas kamu kenapa?" tanya sang istri yang memperhatikan suaminya yang terlihat sangat kesal dan marah. Ia mengambil kertas dalam genggaman tangan suaminya yang kini sudah lusuh akibat di genggam sangat erat.
"Dia..." kata-katanya terputus.
"Dia sedang mengandung anakku Maya." jawab suaminya sedikit ada penyesalan dalam hati.
"Kamu yakin itu anak kamu Mas?" tanya wanita di sampingnya
"Kamu lihat, bahkan dia sudah menyiapkan tes DNA kami dan hasilnya anak itu memang darah dagingku." jawabnya semakin kesal
"Aku harus kejar Syakira sekarang sebelum semakin jauh." ucapnya hendak pergi, namun lebih dulu di tahan oleh Maya
"Tunggu Mas.."
"Kenapa?" jawabnya
"Lihatlah Mas, kami di sini untuk mu dan kamu akan mengejar Syakira dan calon anaknya yang belum lahir!" ucap Maya membuat suaminya di lema, ia menatap kebelakang dan melihat senyum manis dari putri kecilnya.
"Aku mohon Mas, jangan pergi. Biarkan dia hidup dengan anaknya, sekarang kamu punya aku dan Risa." lanjut Maya meyakinkan suaminya. Sesaat pria itu memikirkan apa yang di katakan istrinya, kemudian iapun memutuskan untuk tidak mengejar Syakira dan calon bayinya.
Ternyata, Syakira belum pergi jauh ia masih menunggu mantan suaminya di depan pagar namun agak jauhan tapi ia masih bisa melihat dan mendengarkan apa yang di bicarakan oleh mereka berdua. Jujur saja, ia masih berharap jika mantan suaminya mengetahui ia hamil, maka ia akan mengejar dirinya dan meminta maaf atas perlakuannya selama ini, namun sayang lagi-lagi itu hanyalah harapan kosong karena kini mantannya itu benar-benar telah jatuh dalam pelukan wanita lain yang kini sudah menggantikan posisinya sebagai istri yang sah.
"Hah, bodoh kamu Syakira masih mengharapkan pria seperti Mas Regar. Seharus nya aku sudah lergi dari tadi." lirihnya kemudian mengemudikan mobilnya dengan cepat menuju ke bandara.
"Selamat tinggal Jakarta, kota dimana luka telah tergores dalam hati ini." lirihnya menatap langit
"Ku harap, jika saat nanti aku kembali, luka ini benar-benar telah sembuh dan aku harap takkan pernah bertemu lagi dengan nya." lanjutnya memandangi ke arah belakang sejenak sebelum akhirnya ia masuk ke dalam pesawat yang akan lepas landas.
Beberapa tahunpun berlalu, suka dan duka telah ia lalui selama berada di kota yang baru. Ia memulai kehidupannya dari awal bersama anak dan sahabat-sahabat barunya.
Di sebuah Restoran, seorang wanita cantik dengan pakaian serba tertutup sedang sibuk memasak pesanan di dapur, dengan sangat telaten dan penuh cinta.
"Mbak, Sya 3 lagi." ucap salah seorang pelayan tersenyum hangat ke arah wanita yang di panggil Sya sambil memberikan kertas pesanan.
Benar, dia adalah Syakira. Kini kehidupannya penuh akan kebahagiaan dalam kesederhanaan. Saat ini ia sedang berkunjung ke Restoran miliknya, dan menyempatkan dirinya untuk terjun langsung memasak pesanan para pelanggan setianya selama ini. Meski tak setiap hari ia datang karena iapun ahrus mengurus butik miliknya yang jaraknya sedikit jauh dari tempat Restorannya saat ini berada. Sebab itulah setiap ia datang maka Syakira akan memasak pesanan para pelanggannya.
"Huhh, lelahnya Maa Syaa Allah.." lirih Syakira namun masih bisa di dengar oleh karyawannya.
"Capek ya Mbak?" tany karyawannya sambil menyodorkan air mineral pada Syakira.
"Lumayanlah." jawabnya tersenyum menerima air mineral dari tangan karyawannya.
"Aku kagum deh sama Mbak, walaupun udah sukses tapi mbk sama sekali gak malu atau gengsi gitu buat masak di dapur, padahalkan ini Restoran mbak dan udah ada kokinya." ungkap karyawannya dengan bangga
"Kamu bisa aja Marni." jawabnya tersenyum hangat.
"Udah waktunya. Mbak pergi dulu ya, nitip Restoran dulu hari ini soalnya Hana hari ini gak masuk." ucap Syakira sambil membereskan barang-barangnya.
"Siap mbk." jawab karyawannya yang bernama Marni
Syakira berlalu dari Restoran miliknya dan menuju ke suatu tempat.
"Bundaaaaaa...." panggil seorang anak kecil dari arah belakang Syakira yang sedang mengobrol dengan ibi-ibu lainnya. Mendengar namanya di panggil, ia segera menoleh dan tersenyum hangat menyambut anak yang memanggilnya barusan dengan merentangkan tangannya sambil berjongkok.
"Ahhh, sayangnya Bunda makin berat ya!" ucap Syakira setelah anak kecil itu sudah berada dalam gendongannya.
"Iya dong Bunda, kan Arka udah besar." jawabnya tersenyum menunjukkan deretan giginya yang rapih dan bersih.
"Hahaha, iya deh iya Arka udah gede." ucap Syakira ikut tersenyum begitupun dengan ibu-ibu yang lain.
"Buk, kqmi duluan kalo begitu!" pamit Syakira kepada ibu-ibu yang sejak tadi menemaninya mengobrop sambil menunggu anak-anak mereka keluar. Syakira dan Arka kemudian masuk ke dalam mobilnya dan kembali tersenyum sebelum menjalnkan mobilnya menuju ke rumah mereka, begitupun dengan Arka, ia melambaikan tangannya ke arah teman-teman satu kelasnya.
"Bunda, Arka mau eskrim!" pinta Arka manja
"Gak boleh, kan. kemaren udah." jawab Syakira menoleh ke arah putranya sejenak.
"Ah Bunda...." ucap Arka yang kini sudah melipat kedua tangannya di depan dada dan memanyunkan bibirnya membuat Syakira menjadi tak tega dn akhirnya menyetujui permintaan sang Putra dengan satu syarat.
"Baiklah, tapi Arka harus janji besok gak boleh makan eskrim?" ucap Syakira yang langsung di anggukan kepala oleh Arka dengan cepat.
"Horeee, makan eskrim." teriaknya girang, Syakira hanya tersenyum melihat tingkah anaknya yang semakin menggemaskan.
Sampailah mereka di supermarket dekat rumah, Syakira turun lebih dulu baru kemudian ia membukakan pintu untuk Arka yang langsung berlari ke arah supermarket.
"Arka pelan-pelan Nak, jangan lari." ucap Syakira mengikuti anaknya yng sudah menunggu di depan pintu.
"Ayo Bunda.." ucap Arka menarik tangan Bundanya menuju ke tempat eskrim.
"Yang ini?" tanya Syakira menunjuk eskrim rasa coklat kesukaan putra itu. Arka hanya mengangguk menerima eskrim dari Bunda dengan hati senang, ia bahkan langsung memakannya dengan lahap.
"Berapa Mbak?" tanya Syakira setelah berada di depan kasir.
"Jadi 150 rbu mbak." Syakira segera mengambil uang dalam tasnya dan memberikannya ke kasir kemudian keluar. Kenapa mahal, itu karena sebelumnya Syakira juga mengambil beberapa cemilan untuknya dan Arka.
Saat di rumah.....
"Bunda!" panggil Arka berjalan mendekati Syakira yang sedang duduk di ruang tamu sambil menonton tv. Syakira menoleh ke arah suara yang memanggilnya.
"Arka kenapa Nak?" Tanya Syakira, setelah melihat tatapan sendu anaknya.
"Bunda, apa Arka gak punya Ayah?" pertanyaan Arka membuat Syakira terenyuh, sakit tapi tidak berdarah rasanya. Jujur ia sangat bingung harus menjawab apa pada anaknya yang masih sangat kecil, ia berfikir apa mungkin Arka akan menegrti dengan apa yang akan ia katakan nanti.
"Tumben Arka nanyain Ayah Nak?" Syakira tak langsung menjawab pertanyaan anaknya, nmun ia bertanya balik ingin tahu mengapa tiba-tiba saja putranya itu bertanya tentang Ayah yng selama ini tak pernah ia singgung.
"Besok ada acara di sekolah Arka, tapi Arka harus ajak Ayah dan Bunda Arka." Syakira hanya menyimak apa yang di katakan putranya
"Bundaa..." panggil Arka lagi, ia menatap Bundanya dengan mata yang berkaca-kaca seolah meminta penjelasan tantang Ayahnya.
"Apa, Arka punya Ayah?" lagi-lagi pertanyaan anaknya membuat Syakira tak terasa hancur, hatinya sangat sakit saat mendengar ucapan anaknya. Ia tak menyangka jika Arka akan bertanya tentang Ayah nya secepat ini. Syakira berusaha untuk tetap tegar dan tak. menangis di hadapan anaknya, ia tersenyum hangat kemudian menciumi wajah anaknya hingga yang empunya merasa geli.
"Ahhh, Bunda gelii...." ucap Arka mencoba menjauh dari sng Bunda yang terus saja menciuminya. Melihat tawa anaknya, seakan rasa sesak dalam dadanya sedikit berkurang. Syakira kembali tersenyum ia menatap putranya dan memberikan pertanyaan pada Arka yang langsung di jawab dengan sangat antusias.
"Arka mau tahu siapa Ayah Arka?" tanya Syakira
"Hmmm." jawab Arka
"Tunggu di sini dulu!" perintah Syakira sambil menurunkan Arka dari pangkuannya. Ia segera berdiri dan masuk ke dalam kamarnya mengambil beberapa lembar foto yang sengaja ia bawa dari rumah mantan suaminya dulu yang tak lain adalah Ayah dari anaknya. Arka hny memperhatikan sang Bunda tanpa bnyak bertanya.
"Sini Nak!" ucap Syakira memperlihatkan lembaran foto yang ia taruh di atas meja pada Arka.
"Inilah Ayah Arka Nak." jawab Syakira menunjuk gambar seorang Pria tampan nan gagah sedang memeluk seorang wanita cantik di hadapannya yang tak lain adalah dirinya sendiri.
"Ayah Arka Bunda?" tanya Arka mengambil foto di atas meja dan memperhatikannya dengan seksama. Terlihat senyuman mengembang di pipi anak kecil itu.
Nah men temen lanjutannya,, jangan lupa like dan komen yang mendukung ya. Maaf masih proses pembelajaran, novel pertama soalnya....
jangan lupa juga mampir di cerpen² karyaku yah..
Pamud kesayangan, dan Akhir cinta kita...
see u guys...
terima kasih
Arka masih memandangi wajah tampan Ayahnya dengan sangat bangga dan bahagia, ia juga selalu mengatakan jika Bundanya sangat cantik.
"Bunda.." panggil Arka setelah puas memandangi wajah Ayah dn Bundanya yang terlihat amat sangat serasi.
"Hmm,," jawab Syakira menatap wajah anaknya
"Mengapa Ayah tak pernah menemui kita" Syakira tersenyum getir, ia sudah yakin jika anaknya pasti akan menyakan hal ini. Hati ibu mana yang tidak akan hancur saat anak yang selalu ia jaga dan bahgiaan menyakan Ayah yang bahkan selama ini tak pernah menganggap mereka ada. Syakira memandangi wajah anaknya dengan seksama, jujur saja wajah Arka sangat mirip sekali dengan Ayahnya membuat Syakira terasa agak sakit mengingat masa lalunya yang begitu menyedihkan.
"Bunda..." panggilan Arka membuyarkan lamunannya, ia tersenyum hangat dan mencium pipi anaknya cukup lama sambil memejamkan matanya berharap jika jawabannya nanti tidak menyakiti perasaan putra semata wayangnya itu.
"Itu karena sekarang Ayah sudah punya keluarga baru Nak, belum lagi tempat kita dan Ayah sangat jauh." jawab Syakira.
"Jadi karena itu Ayah tidak pernah datang ke sini Bunda?" tanya Arka yang matanya mulai basah. Syakira sangat sedih melihat anaknya menangis hanya karena Ayahnya tak pernah perduli akan dirinya, bahkan telah mencampakan mereka berdua. Syakira memeluk putranya dengan erat, tanpa terasa air matanyapun ikut menetes namun segera ia hapus agar Arka tak semakin sedih.
"Arka!" Syakira melepaskan pelukannya
"Meskipun Ayah gak bersama kita, tapi Arka harus percaya ya Nak, kalo Ayah juga sayang sama Arka." ucap Syakira mencoba menenangkan Arka
"Apa Ayah syang Arka Bunda?" tanya Arka meyakinkan perkataan sang Bunda
"ya, tentu saja Nak, kan Arka anaknya Ayah juga sayang, lagian siapa sih yang gak sayang sama anak Bunda yang gemoy ini. Hmm? ." jawab Syakira mencubit pipi anaknya.
"Bundaaaa...." rengek Arka memeluk Bundanya
"Mulai sekarang Arka sama Bunda, kita akan hidup berdua dan bahagia bersama ya Nak!" ucap Syakira menangis, tak mampu lagi menahan segala rasa gejolak dalam hatinya.
"Bunda jangan nangis, Arka janji akan jadi anak yang baik dan akan selalu jagain Bunda." jawab Arka setelah melihat Bundanya menangis untuk yang pertama.
"Arka juga janji gak akan tanya soal Ayah lagi." lanjutnya menghapus sisa air mata di pipi sang Bunda
"Ya, Nak, terimakasih sayangnya Bunda.." jawab Syakira.
Malam itupun berlalu dengan air mata antara Syakira dan Arka. Syakira sudah merasa lega, tak ada lagi beban dalam hatinya yang selama ini ia tanggung. Ia tak menyangka jika anak sekecil Arka bisa mengerti dengan apa yang ia katakan, bahkan yang lebih membuatnya terharus, Arka mampu mengerti perasaannya yang rapuh. Syakira merasa sangat beruntung memiliki putra yang tampan dan baik seperti putranya kini, walaupun usianya masih sangat kecil tapi ia bisa berfikir layaknya orang dewasa. Bangga dan bahagia, itulah yang Syakira rasakan malam itu, meskipun ia harus membuka kembali luka lama yang masih belum sembuh sepenuhnya akibat pengkhianatan juga penghinaan bahkan pengabaian untuk putranya yang belum lahir saat itu. Namun Syakira tetap mengatakan hal baik tentang pria yang telah menyakitinya dahulu kepada putranya, agar kelak jika takdir memang mempertemukan mereka maka Arka akan tetap menghormati Ayahnya dan bisa menerimanya dengan baik, walaupun ia tak tahu apakah Ayahnya bisa menerima Arka atau tidak.
Enam tahun berlalu, kini Arka kecil yang menggemaskan tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan gagah, persis seperti Ayahnya dulu. Kini usianyapun sudah menginjak 13 tahun, bahkan sedik banyak sifat² Ayahnya menurun pada Arka. Arka tumbuh menajdi anak yang dingin terhadap orang baru, namun sangat menyenangkan saat bersama Bunda atau orang-orang memang sudah mengenalnya sejak kecil.
Hari ini adalah hari di mana ia dan Bundanya akan mengawali kehidupan mereka yang baru di kota yang pernah menorehkan luka di hati sang Bunda, ya benar, saat ini mereka akan menuju kota Jakarta. Kota kelahiran Bundanya dan tempat dimana Ayah nya berada sekarang, di kota itu pulalah Syakira harus merasakan pedih nya pengkhianatan dan kehilangan orang-orang yang ia cintai. Dulu, Syakira selalu berusaha menjauh dari kota itu, namun kini ia harus rela kembali demi masa depan putranya, Ia harus bisa menahan ego dan perasaannya.
"Bunda yakin akan ikut Arka ke jakarta?" tanya Arka. Sebenarnya Arkapun sudah mengetahui tentang masa lalu sang Bunda yang menyakitkan dari buku diary dan teman-teman Bundanya yang sempat cerita saat Arka baru mau memutuskan untuk sekolah di sana. Arka tahu bagaimana perasaan Bundanya saat ini.
"Ya, tentu saja Nak. lagi pula di sana memang tempat kelahiran Bunda. Sudah lama juga Bunda gak mengunjungi makan Oma dan Opa kamu di sana, dan. mungkin ini memang saat yang tepat buat Bunda kembali ke sana." jawab Syakira sedikit merasa sedih karena mengingat kedua orang tuanya yang sudah lama tak pernah ia kunjungi.
"Benar, Bunda belum mengenalkan Arka pada mereka!" jawab Arka tersenyum kemudian membantu Bundanya membereskan semua keperluan mereka di sana.
"Bagaiman dengan usaha Bunda di sini?" Arka menatap Bunda yang masih sibuk memasukkan pakaian mereka ke dalam koper
"Kan ada tante Hana dan Sisi di, mereka bisa Bunda percaya kok." jawa Syakira tersenyum
"Oh, Iya Arka lupa." Arka menepuk keningnya, iapun ikut tersenyum dan kemabali melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.
Hari semakin malam, Syakira dan Arka baru selesai menyiapkan segalanya, merekapun kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat karena besok mereka akan menempuh perjalanan cukup jauh dan melelahkan.
"Bismillah, kuatkan hamba Ya Allah. demi anak hamba dn masa depannya. Semiga kami tak perlu melihat mereka kembali." lirih Syakira sebelum akgirnya ia terlelap dalam tidurnya. Sedangkan di kamar Arka.
"Ya Allah. kuatkan Bunda, semoga di sana kami tak bertemu dengan Ayah dan wanita yang telah merebut Ayah dari Bunda." batin Arka, iapun tertidur.
Keesokkan harinya, Syakira lebih dulu bngun dari Arka setelah memdengar suara adzan subuh. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Setelah selesai ia hendak memabangunkan Arka di kamarnya, namun ternyata Arka sudah bangun dan sedang melaksanakan ibadahnya. Melihat putranya sudah bangun, membuat hati Syakira merasa bahagia, ia kembali menutup pintu kamar aknya dan segera memasak sarapan di dapur.
"Bunda." panggil Arka setelah keluar dari kamar dan melihat Bunda sedang menata sarapan pagi mereka di atas meja.
"Sarapan dulu, habis itu siao-siap berangkat ya Nak." ucap Syakira, melihat anaknya yang sudah rapi dengan pakaian ala² korea menambah kemanisan dan ketampanan putranya bertambah.
"Iya Bun." jawab Arka setelah duduk di sampin Bunda yang sedang menyendokkan nasi goreng spesial di piringnya.
"Masakan Bunda yang terbaik.." puji Arka menunjukkan ibu jarinya, sambil mengunyah makanannya. Syakira hanya tersenyum kemudian membereskan bekas makan mereka lalu mencucinya.
"Udah siap?" tanya Syakira sebelum ia melajukan mobilnya ke bandara.
"Siap." jawab Arka menunjukkan jarinya seperti huruf O. Syakira tersenyum hangat melihat kelakuan sang putra, iapun segera melajukan mobilny dengan kecepatan sedang menuju bandara.
"Bismillah..." batin keduanya.
nih lanjutan yang sebelumnya....
jangan bosen buat baca karya ku ya men temen semua....
terima kasih
🙏🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!