NovelToon NovelToon

Suffering Becomes Happiness

Bab 01

Dikisahkan ada seorang anak Perempuan bernama Icha. kelahiran Tahun 1996.

Anak seorang Petani dari desa, Pasangan dari Sumiatun 30 tahun. Dan Suseno 35 tahun.

Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga ini terkenal kurang Harmonis, setiap hari sering bertengkar.

Ya ma'lum lah, mereka kekurangan dalam segi Finansial.

Dan merekapun sering bertengkar dalam hal ini, Dan sayangnya, pertengkaran mereka kerap kali terjadi di hadapan Icha kecil sang anak. Tapi parahnya, akibat dari

permasalahan tersebut, Icha si anak merasakan trauma yang sangat luar biasa, dan itu terjadi hampir tiap hari.

Pada sa'at si Icha ber umur 7 Tahun, mulailah ia masuk Sekolah Dasar di desanya.

Dalam kesehariannya, si Icha menjadi anak yang pendiam, pemalu, dan tidak percaya diri alias minder kalau berhadapan dengan Orang lain atau Teman-temannya di sekolahnya.

Itu semua terjadi akibat trauma yang dialaminya di dalam lingkungan Keluarganya.

Icha pun kerap di BULLY sama Teman-temannya di sekolah, atau pun di lingkungan teman- teman bermainnya.

Si Icha tidak berani melaporkan atau menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya kepada Guru di Sekolahnya, ataupun kepada Orang tuanya.

Ia sering diejek atau dikatain anak orang miskin, atau anak orang gak punya sama Teman-temannya,

Pada saat Icha menginjak Kelas 3 Sekolah dasar di desanya,

Orang tua Icha bercerai, dan si Icha di asuh oleh Ibunya.

Dan lengkaplah penderitaan Icha. Dan Icha pun putus Sekolah di Kelas 3 Sekolah dasar, karena terkendala masalah biaya atau uang jajan, karena sang Ayah bercerai dengan sang Ibu.

Karena sang Ibu semenjak bercerai dengan sang ayah, hanyalah seorang buruh cuci di desanya tersebut, untuk menopang hidup sehari-hari dirinya dan sang anak.

Lama kelamaan, sang Guru pun mengetahui hal itu, dan mendatangi rumah Ibu Sumiatun dan menanyakan perihal kenapa Icha berhenti Sekolah kepada Ibu Sumiatun.

Ibu guru bilang, "Bu, kenapa Icha kok gak masuk sekolah,? ini sudah satu minggu Lo Bu, Icha gak masuk,! ada apa.?"

Tanya sang Guru kepada Ibu Sumiatun....

Lalu Ibu Sumiatun menjawab....

"Bukannya saya bermaksud tidak mau meneruskan Sekolah anak saya Bu,!

Tapi masalahnya, si Icha sekarang sudah tidak ada yang membiayai lagi Bu.!"

Kata Ibu Sumiatun kepada Ibu Guru....

Lalu Ibu Guru bertanya lagi kepada Ibu Sumiatun....

"Lho.. kenapa,! memangnya ada apa Bu.?"

Tanya Ibu Guru kepada Ibu Sumiatun....

Ibu Sumiatun menjawab....

"Gini Lo Bu, Kami sekarang hanya hidup berdua.!"

Lalu sang Guru bertanya lagi kepada Ibu Sumiatun, dengan penuh rasa penasaran.....

"Maksudnya.?"

"Gini Bu, saya sekarang sudah di ceraikan oleh Suami saya, jadi Kami hanya hidup berdua, jangankan uang jajan dan biaya keperluan Sekolah, untuk biaya makan sehari hari saja Kami kesulitan Bu.!"

Jawab Ibu Sumiatun kepada sang Guru....

Sontak sang Guru yang mendengar jawaban dari Ibu Sumiatun langsung kaget. Ada perasaan sedih, kasihan, dan iba, yang ter sirat di balik wajah sang Guru. Lalu Sang Guru menoleh ke arah Icha, yang sa'at itu duduk di samping sang Ibu dan tertunduk lesu. Tanpa terasa, air mata sang Guru mengalir deras di sela-sela kaca mata yang di pakainya.

Lalu sang Guru bertanya kepada Icha dengan nada pelan, lirih, dan bergetar, karna menahan rasa sedih dan iba yang mendalam.

"Nak... coba Ibu mau tanya sama kamu.!

Apa kamu masih mau sekolah Nak,?

coba jawab ibu Nak.!"

Icha mendengar pertanyaan dari Bu Guru, diam seribu bahasa dengan kepala tetap tertunduk.

Dan sekali lagi sang Guru bertanya...

Dan kali ini sang Guru mendekat kepada Icha, sembari memegang kedua tangannya, dan berkata kepada Icha dengan nada yang sangat pelan, dan dengan mata yang berlinang.

"Icha.! coba jawab ibu Nak, Icha mau Sekolah lagi kan.?"

Kali ini Icha menangis tersedu-sedu, sembari menggeleng kan kepalanya dengan pelan, pertanda dia tidak mau.

Lalu sang Guru diam sesa'at.

Kemudian, sang Guru bertanya lagi pada Icha.

"Kenapa kamu gak mau Nak,? nanti biaya Sekolah dan uang jajan di tanggung Ibu,! gimana.?"

Tanya sang Guru sekali lagi...

Kali ini jawaban Icha sungguh mengejutkan sang Guru dan Sumiatun sang Ibu.

Icha menjawab dengan segala kepolosannya.

Icha bilang dengan Ter Bata-bata..

"Ma,"-maafkan Ica Bu Guru, bukannya-" I,"- Icha,- gak ma,"-mau,"- Sekolah, "ta,"-tapi,"-I,"-Icha",- takut di BULLY lagi,"- sama "Teman,"- teman di Sekolah. kemaren "se,"-waktu,"masih ada Bapak,

Icha,"- dikatain, "baju Icha," -jelek la,"-

"Se,"-patu Icha,"- robek la,

"Icha,"- "gak,"- pernah,"- jajan la,

"Icha,"- anak,"- orang miskin la,

"apa lagi,"- sekarang,"- Bapak Icha sudah,"- gak "bersama,"- Icha lagi, "nanti,"- teman- teman bilang,"- Icha gak punya Bapak,"- kan,"- Icha,"- malu bu.!"

Mendengar jawaban Icha seperti itu, sontak Ibu Guru dan Ibu Sumiatun kaget...

Dan kali ini, malah Ibu Sumiatun menangis sejadi jadinya. Dan malah Ibu Guru tertunduk malu kepada Ibu Sumiatun.

Bagaimana tidak, sewaktu Icha ada di Sekolah, sang Guru tidak mengetahui, kalau Icha sering di BULLY sama teman-temannya,

Soalnya Icha tidak pernah melaporkan kejadian BULLY tersebut kepada sang Guru.

Sedangkan arti dari tangisan ibu sumiatun,

dia juga tidak mengetahui kalau anaknya sering di BULLY di Sekolahnya.

Pasalnya sang anak juga tidak pernah memberitahukan kejadian tersebut kepada sang Ibu.

Sontak keduanya langsung memeluk si Icha secara bersamaan, dan menangis sejadi-jadinya, mendengar jawaban Icha, yang sangat menyayat hati tersebut.

Setelah sesaat, ketiganya larut dalam kesedihan. Lalu sang Guru berkata kepada Ibu Sumiatun...

"Bu...!! Saya minta maaf kepada Ibu Sumiatun, atas apa yang terjadi dan menimpa terhadap Icha. Sungguh Bu, saya tidak mengetahui apa yang menimpa Icha di Sekolah. Seandainya saja, saya mengetahui kejadian tersebut, pasti saya tidak akan membiarkan kejadian tersebut menimpa Icha.

Sekali lagi, Saya minta maaf kepada Ibu Sumiatun.!"

Lantas Ibu Sumiatun menjawab...

"Iya. tidak apa-apa Bu."!

"Lagian, si Icha juga tidak pernah memberitahukan kejadian tersebut kepada saya. Dan seandainya saya juga mengetahui kejadian tersebut, Pasti saya akan melaporkan hal tersebut kepada Ibu.!"

Kali ini sang Ibu Guru dihadapkan dengan dua perasaan, antara rasa malu dan rasa iba.

Dari perasaan tersebut timbul dalam benak sang Guru, untuk menolong dan meringankan beban, dari Ibu Sumiatun dan Icha.

Lalu ibu guru berkata...

"Bu Sumiatun.! "Begini saja.!!"

"Bagaimana kalau Ibu bekerja di rumah saya.!

Nanti saya Gaji tiap minggu, dan Icha bisa Sekolah setiap hari dengan pengawasan saya langsung, dan menjadi tanggung jawab saya.

Ibu kerja hanya waktu siang saja.!"

"Bagaimana Bu.?"

Tanya Bu guru kepada Ibu Sumiatun...

Lalu Ibu Sumiatun menjawab pertanyaan Ibu Guru, dan sekaligus tawaran yang diberikan kepada dirinya.

"lantas, apa yang harus saya kerjakan Bu.?"

Tanya Ibu Sumiatun kepada Ibu Guru.

Lantas Ibu Guru menjawab....

"Ibu bisa memasak, mencuci pakaian,. dan bersih-bersih rumah.!"

Lalu Ibu Sumiatun bertanya lagi kepada sang Guru....

"Lantas bagaimana dengan Icha Anak saya Bu, kalau saya bekerja sama Ibu nanti, urusan Icha bagaimana Bu.?"

Lalu ibu guru menjawab pertanyaan dari Ibu Sumiatun....

'Ibu jangan khawatir masalah Icha,

Kan saya sudah bilang dari awal. Kalau Icha sudah menjadi tanggung jawab saya.!"

"Yaaa.. itung-itung- itu semua penebus dari kesalahan saya kepada Icha,

atas kejadian yang menimpanya di Sekolah, itu semua atas kelalaian saya, sebagai pendidik dari Icha.!"

Lalu ibu guru berkata lagi kepada Ibu Sumiatun....

"Ibu jangan khawatir, Ibu tenang aja.!"

"Gimana Bu.?"

Tanya sang Ibu Guru lagi...

Lalu Ibu Sumiatun bertanya lagi kepada sang guru....

"lantas saya harus berangkat jam berapa untuk memulai kerja ke rumah Ibu Guru.?"

Lalu ibu guru menjawab....

"Ibu bisa berangkat jam 06.00 Pagi, soalnya si Icha itu berangkat ke Sekolahnya dari rumah saya. Jad Ibu sebelum jam 06.00 pagi, Ibu beres-beres dulu.

Dan jangan khawatir semua peralatan Sekolah, uang saku, dan sarapannya itu sudah menjadi tanggung jawab saya.!"

" Gimana Bu.?".

Tanya sang guru lagi...

Mendengar tawaran sang Ibu Guru, Ibu Sumiatun tersenyum bahagia mendengarnya.

Karena ada harapan masa depan yang cerah, terhadap Icha, dan dirinya.

Setidaknya bisa meringankan beban hidup yang menghimpitnya.

Lagian kalau dipikir-pikir,

rumah sang Ibu Guru tidak begitu jauh dari rumah Ibu Sumiatun.

karena rumah mereka satu desa, atau satu kampung.

Lalu ibu sumiatun langsung menjawab...

"Baiklah Bu, saya menerima tawaran Ibu, dan saya berterima kasih kepada Ibu Guru, yang telah meringankan beban kami.!

Sekali lagi terima kasih banyak Bu..!!"

"Iya sama-sama Bu.!"

jawab sang Guru...

Lalu sang Guru berkata kepada Icha, dan bertanya....

"Icha.! bagaimana menurut kamu dengan semua tawaran Ibu, apa kamu mau Nak.?"

Lalu Icha menjawab.

"Iya saya mau Bu.!"

Kata itu disampaikannya kepada sang Guru, dengan wajah yang Sem ringah,

menunjukkan bahwa Icha merasa bahagia, dengan semua yang dijanjikan sang guru.

Lantas ketiganya berpelukan dengan penuh rasa kebahagiaan....

Bab 02

Setelah semuanya CLEAR....

    Maka sang Guru langsung pamit pulang, kepada Ibu Sumiatun, dan Icha.

"Baiklah Bu Sumiatun dan Icha, kalau begitu Ibu pamit pulang ya.?

Oh iya Bu,  mulai besok Ibu bisa langsung kerja di rumah saya.!  Saya tunggu di rumah Bu ya.?"

Tambah sang Guru, kepada Ibu Sumiatun....

Ibu Sumiatun menjawab....

"Iya Bu, mulai besok saya akan kerja di rumah Ibu.!!"

Jawab Ibu Sumiatun kepada Ibu Guru....

Lalu, Ibu Guru berpamitan kepada Ibu sumiatun, dan Icha.....

"Assalamualaikum.!"

Lalu Ibu Sumiatun dan Icha menjawab....

"Waalaikum salam.!"

Lalu sang  Guru langsung pulang ke rumahnya.

    Lalu keesokan harinya, Ibu Sumiatun dan Icha, bangun pagi-pagi sekali, dan langsung beres-beres rumah, untuk kemudian bersiap-siap pergi ke rumah sang Ibu Guru.

    Setelah Jam 06.00 Pagi, dan pekerjaan rumah sudah beres, Ibu Sumiatun dan Icha, langsung berangkat ke rumah sang Ibu Guru.

Dan sesampainya di rumah Ibu Guru,

Ibu Sumiatun dan Icha, disambut dengan ramah oleh sang Ibu Guru. Kebetulan sang Ibu Guru, tinggal berdua dengan sang Suami, mereka selama hidup berumah tangga tidak dikaruniai anak.

Dan Suami si Ibu Guru sendiri, adalah seorang pensiunan TNI. Dan kesehariannya adalah peternak ikan lele di rumahnya.

Dan permasalahan dari Ibu Sumiatun dan Icha, itu sebelumnya sudah diceritakan kepada sang Suami oleh sang Ibu Guru, Dan sang Suami si Ibu Guru, menyetujui. Rencana sang Ibu Guru, untuk mempekerjakan Ibu Sumiatun, dan membantu Icha anaknya, untuk membiayai Sekolahnya.

    Setelah Ibu Sumiatun disambut sang Ibu Guru dengan sang suami, maka mereka mulai berkenalan. Kebetulan walaupun mereka satu kampung, tapi mereka tidak saling kenal satu sama yang lain. Karena rumah mereka tidak bertetangga atau tidak satu RT. Sang Ibu Guru sendiri bernama "Farida 40 tahun."

dan sang suami bernama  "Hartono 45 tahun."

    Setelah mereka berkenalan, lalu Ibu Guru dan suaminya, mengajak Ibu Sumiatun dan Icha untuk sarapan pagi. Sebelum Ibu Sumiatun memulai kerja, dan Icha berangkat ke Sekolah.

    Setelah keduanya selesai makan,

lalu Ibu Farida sang Guru menyuruh Icha, untuk segera mandi, dan Ibu Farida menyuruh Ibu Sumiatun, untuk segera mengerjakan pekerjaan di rumah Ibu Farida sang guru.

Termasuk membereskan piring, yang sudah dipakai Ibu Sumiatun dan Icha makan tadi.

    Setelah Icha selesai mandi,. lalu Ibu Farida sang guru, menyuruh Icha untuk berpakaian, untuk segera berangkat ke sekolah.

Dengan pakaian seragam Sekolah, yang telah dipersiapkan oleh Ibu Farida sang guru.

Dengan pakaian seragam yang baru, tas yang baru dan sepatu yang baru.

    Tentu saja hal itu, sangat membuat Icha gembira sekali.

"Ya maklumlah."

    Selama ini, Icha belum pernah dibelikan baju baru, tas baru, sepatu baru, dari sang Ibu.

Sejak Icha duduk di bangku sekolah kelas 1 SD,sampai kelas 3 ini, cuma satu kali memakai baju, tas, dan sepatu baru. Yakni mulai masuk sekolah dasar kelas 1, sampai kelas 3 ini.

"Ya miris memang."

    Sekarang Icha berumur 10 Tahun, dan tumbuh sebagai anak periang, cantik, pintar, dan tidak minder lagi. Dan teman-temannya di sekolah pun, tidak berani mem BULLY Icha lagi. Karena mereka semua tahu, bahwa sekarang Icha menjadi anak angkat ibu Faridah sang Guru.

    Icha sekarang mulai disukai teman-temannya, karena selain dia pintar, dia juga berpenampilan baik, dan berperilaku baik. Dan lagi, dia adalah anak angkat sang Ibu Guru Farida.

    Icha sendiri menganggap Ibu Farida, layaknya Ibu kandung. Dan Icha sangat menghormati ibu Farida, dan sopan kepadanya.

    Setiap harinya pulang dari Sekolah,Icha langsung kerumah Ibu Farida, soalnya Ibu Sumiatun ibunya Icha belum pulang, yang kerja di rumahnya Ibu Farida.

Baru ntar sore Ibu Sumiatun pulang kerumahnya, dan Icha ikut bersamanya.Dan begitu seterusnya.

    Hari demi hari berlalu, dan tanpa terasa sekarang Icha sudah duduk di bangku Kelas 6 Sekolah Dasar. Dan kian hari, si Icha makin pintar saja.

Iya  semenjak duduk di bangku Kelas 3 Sekolah Dasar, iya selalu Ranking 1. Tapi bukan karena ia, dijadikan anak angkat oleh ibu Farida. Akan tetapi, itu semua terjadi karena Icha semenjak Kelas 3 SD, bebas dari beban mental dan moral. Dan dia juga rajin belajar.

    Iya sekarang menjadi Anak yang cantik, pintar, dan disegani oleh teman-temannya di Sekolah. Dan itu, membuat Ibu Sumiatun bangga. Dan bahkan bukan hanya Ibu Sumiatun,, Ibu Farida sang Guru pun, beserta Pak Hartono sang suami dari Ibu Farida sang Guru, merasa bangga kepada Icha.

Bahkan Ibu Faridah dan bapak Hartono berencana, akan terus melanjutkan Pendidikan Icha sampai ke Perguruan tinggi.

Karena dinilai, Icha memiliki Potensi, untuk menjadi orang sukses.

Dan hal itu pun sudah dibicarakan kepada Ibu Sumiatun, selaku orang tua dari Icha.

    Ibu Sumiatun mendengar rencana tersebut, tentu saja merasa senang dan bahagia,

lagi pula, apa yang diberikan oleh Ibu Farida dan bapak Hartono, itu dirasa Ibu Sumiatun betul-betul tulus dan ikhlas.

Lagi pula, Ibu Sumiatun dan Icha Putrinya, sudah dianggap keluarga sendiri oleh mereka.

"Kalau dihitung-hitung sih...."

    Mereka tidak mempunyai anak penerus dalam keluarganya.

Jadi, pantaslah mereka memperlakukan Icha sebagaimana Putri kandungnya sendiri.

    Tapi.... Walaupun Ibu Farida dan bapak Hartono begitu tulusnya menganggap mereka keluarga sendiri, Ibu Sumiatun dan Icha sang Putri, cukup tau diri siapa mereka.

Ibu Sumiatun menganggap, keluarga Ibu Farida dan bapak Hartono adalah malaikat penolong bagi dirinya dan putrinya, dengan segala ketulusan dan kebaikannya.

Waktu terus berlalu....

    Dan tidak terasa sekaran, Icha sudah lulus dari Sekolah Dasar di desanya tersebut.

    Icha si Anak pintar tersebut, akan memasuki bangku SMP.

Dan kebetulan, Sekolah menengah pertama, atau SMP tersebut, tidak ada di desanya.

Tapi ada di kampung sebelah, yang jaraknya lebih jauh dari Sekolah Dasar yang pernah ia tempuh sebelumnya.

Jadi mau nggak mau, Icha harus naik kendaraan, untuk mempermudah akses ke Sekolah tersebut.

Dan hal itu dirembukkan oleh Ibu Farida dan bapak Hartono sang suami, kepada Ibu Sumiatun.

   Ibu Sumiatun mendengar rencana tersebut, tentu saja merasa tidak enak hati,

karena walau bagaimanapun juga, itu akan lebih membebani terhadap Ibu Faridah dan sang suami.

Ibu Sumiatun berbicara sama Ibu Farida dan pak Hartono....

"Maaf Ibu Farida dan bapak Hartono.!!"

   "Kalau masalah transport si Icha untuk ke sekolah,

biar saya yang membelikannya sepeda ontel saja, agar tidak terlalu membebani Ibu dan bapak,

lagian gaji saya hasil kerja dari Ibu dan bapak masih ada kok, saya tabung.!!"

   Mendengar ucapan Ibu Sumiatun tersebut...

Ibu Farida dan pak Hartono langsung menegur Ibu Sumiatun.

"Buu.. bukannya kami lancang terhadap Ibu,!!"

   "Kami berembuk hal ini, karena kami tau ,Ibu adalah Ibu kandung dari Icha.

Dan kami tidak ada hak untuk pengambilan keputusan terkait dengan Icha, tanpa sepengetahuan Ibu.

Dan kami tahu Ibu tidak enak hati terhadap kami.

Tapi kami mohon Bu, terimalah ketulusan hati kami untuk membantu Ibu Sumiatun dan Icha.   Lagi pula kami ini sudah tua, dan tidak punya keturunan.Jadi izinkanlah kami untuk berbuat yang terbaik untuk Icha, agar kami menjadi orang yang berguna bagi orang lain disisa sisa hidup kami ini."!

Mendengar kata-kata tersebut...

   Sesaat Ibu Sumiatun terdiam dan tertunduk. Lalu Ibu Sumiatun langsung berdiri dan memeluk Ibu Farida, seraya menangis haru dan bahagia.

Lalu Ibu Farida bertanya sekali lagi kepada

Ibu Sumiatun....

.

"Bagaimana Bu, apa Ibu setuju dengan rencana kami.?"

Lalu Ibu Sumiatun menjawab...

"Iya Bu, saya setuju dengan rencana Ibu dan bapak.

Dan saya sangat berterima kasih sekali sama Ibu dan Bapak, atas semua ketulusan dan keikhlasan yang diberikan kepada kami, karena saya sebagai orang tua dari Icha, tidak mampu membalas kebaikan ibu dan bapak.

Saya hanya bisa berdoa kepada Tuhan.

Semoga kebaikan Ibu dan Bapak dibalas yang setimpal oleh Tuhan.!"

   Mendengar jawaban dan doa Ibu Sumiatun, Ibu Faridah dan pak Hartono langsung berucap  "Amin..!!"

Bab 03

Setelah selesai berembuk....

  Keesokan harinya bapak Hartono langsung membeli sepeda motor untuk keperluan transportasi Icha ke Sekolah.

Icha yang mengetahui hal itu, sangat senang dan gembira, dan semakin bersemangat untuk sekolah.

Dan satu minggu setelahnya...

   Icha sudah mulai masuk Sekolah menengah pertama, dengan menggunakan sepeda tersebut. Dan Icha mulai mengikuti mata pelajaran di Sekolah tersebut. 

   Memang Icha tidak jauh berbeda sewaktu dia masih duduk di Sekolah Dasar.

Dia adalah anak yang pandai bergaul,dan disukai banyak teman. Selain itu, Icha adalah anak yang penyayang dan penyabar.

Jadi pantas kalau dia disukai banyak teman.

    Bukan Icha namanya, kalau dia tidak bisa mendapatkan Ranking 1 di Sekolahnya.

Itu dibuktikan juga di Sekolah menengah pertama, yang baru diduduki nya sekarang.

Semua mata pelajaran yang dijalaninya, iya sikat habis dengan nilai di atas rata-rata.

Tak telak, Icha menjadi idola di Sekolahnya tersebut. 

Bukan hanya teman-temannya yang mengagumi Icha, tapi semua Guru pun kagum kepadanya.

   Icha seringkali diikutkan lomba cerdas cermat oleh pihak Sekolah, baik tingkat Kecamatan, maupun tingkat Kabupaten, Icha meraih juara "1."

Dan berkat kepintaran dan , maka Icha dapat Beasiswa dari pihak Sekolah.

Dan itu berlanjut, sampai Icha duduk di Kelas 3 Sekolah menengah pertama tersebut. Icha selalu, dan selalu mendapatkan ranking, dan selalu menang dalam Kontes-kontes cerdas cermat tingkat Sekolah yang didudukinya itu.

Dan itu membuat Ibu Sumiatun sang Ibu dari Icha, ataupun Ibu Faridah dan bapak Hartono, selaku orang tua angkat dari Icha,

lagi- lagi merasa bangga, dan bahagia melihat Icha.

   Ia pun menjadi perbincangan banyak orang,

dan bahkan menjadi Viral di media sosial. Dan bahkan pihak Sekolah pun, sering didatangi orang-orang penting dari Dinas Pendidikan. Mereka datang hanya ingin mengetahui sosok Icha secara langsung.

   Tanpa terasa, Icha sekarang memasuki semester akhir di Sekolahnya. Dan sebentar lagi, akan tiba waktu kelulusan Sekolah menengah pertama tersebut.

Dan lagi-lagi Ibu Farida, pak Hartono, dan Ibu Sumiatun berembuk lagi.Membahas perihal Icha, yang segera akan memasuki bangku Sekolah menengah atas, atau SMA.

Dan kali ini yang dibahas bukan lagi transportasi, karena memang sudah ada.

Tapi yang dibahas kali ini adalah, di mana Sekolah yang akan diduduki Icha, saat masuk Sekolah menengah atas nanti.

Dan mereka sepakat, akan menyekolahkan Icha di salah satu Sekolah unggulan, dan ternama di kota.

Waktu terus berlalu...

  

   Dan Icha sekarang sudah lulus dari Sekolah menengah pertama.Dan mereka pun berembuk lagi. Mereka ber- empat duduk bersama di meja makan, di rumah Ibu Faridah, sambil membicarakan hal tersebut.

Langsung Ibu Farida berbicara kepada Icha....

   "Icha.."!!    "Iya Bu."

Jawab Icha....

   "Kami telah bermusyawarah tentang kelanjutan Pendidikan kamu. Dan kami sepakat untuk meneruskan pendidikan  kamu, di Sekolah unggulan dan ternama di kota."!

"Bagaimana menurut kamu Nak."?

Tanya ibu Faridah kepada Icha....

Lalu Icha menjawab...

  "Saya terserah Ibu saja,  Kalau itu memang pilihan yang terbaik menurut Ibu, maka saya setuju.!"

Waktu terus berlalu...

   Setelah pendaftaran dibuka di Sekolah menengah atas yang dimaksud, Maka Ibu Faridah dan Icha segera mendaftar ke Sekolah tersebut. Dan Icha pun diterima di Sekolah tersebut.

Selang beberapa hari kemudian...

   Icha mulai masuk Sekolah menengah atas di kota tersebut, dengan menaiki sepeda motor yang dulu dibelikan oleh Ibu Farida dan pak Hartono tersebut.

   Setelah Icha beberapa bulan menempuh pendidikan di sekolah tersebut, Maka lagi-lagi dan lagi. Icha menyita perhatian di Sekolah tersebut, dengan segala skill dan kemampuannya.

Tapi kali ini lebih spektakuler. Pasalnya  Kali ini Icha berada di lingkungan Sekolah elit dan ternama.

   Maka ketenaran Icha bukan hanya terkenal di lingkungan sekolah, ataupun tingkat kabupaten. Malah sekarang sampai ke pemerintah pusat. Dan Icha pun sekarang sering dipanggil ke salah satu stasiun Televisi swasta, untuk wawancara.

   Sedangkan ibu sumiatun, Ibu Farida, dan pak Hartono mengetahui Icha masuk Televisi, dan diwawancarai seperti itu,mereka semua gembira bukan kepalang. Dan langsung sujud syukur, sembari menonton Televisi, pada saat Icha diwawancarai tersebut.

Mereka langsung berucap...

   "Allahu Akbar."- Allahu Akbar."-.Allahu Akbar."

"Alhamdulillah ya Allah." Anakku masuk TV."!!

   Dan mereka pun langsung berpelukan dengan perasaan gembira yang tiada tara.Dan mereka menangis dengan tangisan bahagia.

   Kini Icha sudah tidak lagi membenahi orang tua.  pasalnya sejak dia masuk SMA, Seluruh biaya pendidikannya itu, di tanggung pemerintah dengan Beasiswa yang di terimanya.

Apa lagi sekarang Icha sering keluar masuk TV.   Tentu saja Icha mendapatkan  "HONOR"  dari stasiun TV tersebut. Sehingga Icha bukan hanya dapat penghasilan, akan tetapi Icha sudah bisa mengangkat   harkat dan martabat orang tua.

Waktu pun terus berjalan....

   Kehidupan Ibu Sumiatun sekarang sudah membaik,  karna sampai sekarang masih bekerja di rumah Ibu Farida. Begitu pula dengan Ibu Farida dan pak Hartono.  Mereka semakin sukses dengan peternakan lelenya.

Waktu pun terus berjalan....

   Sekarang Icha sudah menginjak bangku kelas 3 SMA.  Tapi bersamaan dengan itu.

Ibu Farida sekarang sudah pensiun, dari  Sekolah Dasar tempat Icha dulu Sekolah.

Dan sekarang Icha sudah memasuki semester akhir, dan sebentar lagi akan memasuki waktu kelulusan.

Dan seperti biasa, Ibu Farida, pak Hartono, dan Ibu Sumiatun bermusyawarah perihal  Pendidikan Icha.

   Di musyawarah kali ini, mereka bersepakat untuk meneruskan Pendidikan Icha ke bangku kuliah. Kebetulan universitas yang disepakati adalah, Universitas ternama di luar kota. Karena tempat Universitas yang disepakati tersebut berada di luar kota,

Jadi mau tidak mau Icha harus "IN THE KOST."

Dan rencana itu pun, sudah dikonsultasikan dengan Icha sendiri.

Ibu Faridah berbicara dengan Icha.....

  

   "Icha.. Begini nak.! kami sudah berdiskusi tentang kelanjutan Pendidikan kamu. Dan kami sepakat untuk melanjutkan pendidikan kamu, ke bangku Kuliah. Kebetulan Universitas yang kami sepakati yaitu di luar kota.!"

"Bagaimana menurutmu Nak, apa kamu setuju.?"  

      

Tanya Ibu Farida....

Lalu Icha menjawab....

   "Baiklah Bu, saya setuju dengan rencana Ibu.

Kalau memang itu yang terbaik, saya setuju saja.!"

Terus Ibu Farida nanya lagi kepada Icha....

  Tapi Universitas tersebut ada di luar kota, jadi kamu mau nggak mau harus nge kos,

"Bagaimana, kamu setuju nggak Nak.?"

Terus Icha menjawab....

  "Iya.  nggak apa-apa Bu. Icha siap, walaupun Icha harus nge kos Icha yakin, keputusan Ibu adalah yang terbaik buat Icha.!"

   Mendengar jawaban Icha tersebut, Ibu Farida, Pak Hartono,. Dan Ibu Sumiatun,

terlihat senang mendengarnya,dan tersenyum bahagia.  Demikian juga Icha, Terlihat senang terlihat dari raut wajahnya.  Karena rencana tersebut, sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh Icha sendiri.

  

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!