NovelToon NovelToon

One Night Stand With My Uncle

Bab 1. Xander mabuk

...🍀🍀🍀...

Seorang pria tampan, bertubuh tinggi dan berkulit putih. Terlihat baru saja menaiki lift sebuah apartemen mewah di sebuah kota bernama Paris, negara Prancis. Negara yang terkenal dengan salah satu keajaiban dunia, negara dengan julukan negara romantis.

Pria itu adalah Xander Andara Sanderix, berusia 28 tahun seorang dokter dari sebuah rumah sakit ternama di kota Chicago. Lalu untuk apa dia datang ke Paris? Ya, dia datang ke kota romantis ini untuk bertemu dengan kekasihnya Tessa yang berprofesi sebagai model ternama di kota itu. Sudah lama Xander tidak menemui kekasihnya karena kesibukannya sebagai kepala dokter di salah satu rumah sakit Chicago. Kali ini Xander meluangkan waktunya di hari anniversary hubungannya dengan Tessa yang sudah berjalan 3 tahun lamanya. Xander juga berencana untuk melamarnya. Walau sudah malam, Xander menyempatkan diri pergi kesana setelah dia selesai operasi pasien dari Chicago.

Dan itu terlihat dari dirinya yang membawa buket bunga mawar mewah besar ditangannya dan kotak cincin di saku celananya.

"Tessa pasti senang karena aku datang tanpa mengabarinya lebih dulu." kata pria itu sambil tersenyum lebar, membayangkan bagaimana reaksi kekasihnya itu saat tau bahwa ia datang tanpa kabar lebih dulu. Pasti akan seperti surprise yang membahagiakan.

Ting!

Xander, pria itu sampai di lantai 4 apartemen mewah tempat tinggal kekasihnya. Begitu pintu lift terbuka lebar, Xander langsung melangkah buru-buru dan tak sabar ingin segera menemui kekasihnya.

Nafas Xander naik turun, senyuman manis masih terpatri dibibirnya begitu ia sampai didepan pintu apartemen Tessa. Niat hati ingin memencet bel, namun ia urungkan niat itu dan memutuskan untuk masuk sendiri k dalam sana sebagai bentu surprise pada kekasihnya.

CEKLET!

Setelah menekan kode password dari apartemen itu, lantas pintu pun terbuka. Xander masuk ke dalam sana dengan jalan yang mengendap-endap. Belum lama ia berjalan, ia menemukan banyak botol botol minuman haram yang kosong disana. Xander mengerutkan keningnya, mata birunya memicing menatap botol-botol yang berserakan di atas meja dan sofa ruang tengah apartemen itu. Dan lagi ia mencium bau aneh disana.

"Ukh...fuckk me baby...faster...ohhh..."

Xander semakin tercengang manakala ia mendengar suara desahann Tessa dari arah kamarnya. Xander berjalan pelan menuju ke kamar Tessa untuk melihat apa yang terjadi. Dalam hati ia berharap bahwa ini tidak seperti apa yang ada dipikirannya.

Sepersekian detik kemudian, Xander dibuat hancur saat melihat Tessa kekasihnya tengah bercinta dengan seorang pria berambut pirang yang tidak dikenalnya.

Hancur hati Xander melihat itu semua, ia bahkan sampai menjatuhkan bunga yang ia bawa ke lantai. Sampai suara itu membuat Tessa dan si pria yang tengah bercinta dengannya terganggu tatkala mendengar suara benda jatuh itu.

"Sa-sayang..." Tessa terdiam membeku melihat sosok pria bermata biru yang tengah menatapnya dengan nyalang.

Buru-buru wanita itu menutupi tubuhnya dengan kain seadanya yang ada disana. Panik, Tessa berjalan menghampiri Xander yang masih mematung disana.

"Sa-sayang aku bisa jelaskan semuanya...ini tidak seperti yang kau--"

Rahang Xander mengeras. "Diam kau wanita jalangg! Hubungan kita berakhir saat ini juga." ucap Xander tegas.

Daripada menghabiskan tenaga, waktu, untuk memukul atau marah lebih lama. Xander lebih memilih to the poin. Dia cukup peka untuk mengetahui bahwa kekasihnya berselingkuh dan menikmati perselingkuhan ini.

"Ta-tapi sayang...aku tidak bisa putus denganmu!" Tessa memegang tangan Xander, wajahnya begitu memelas.

Sementara Xander, pria itu hanya tersenyum sinis melihat wanita yang ia cintai ternyata berkhianat padanya. Raut wajah Xander memang datar, tapi hatinya teramat sakit. Xander menepis tangan Tessa, kemudian ia mengambil kotak cincin yang ada di saku celananya. Ia serahkan kotak cincin itu kepada Tessa.

"Sayang, apa ini?" Tessa berkaca-kaca.

"Tadinya aku berniat menjadikanmu pelabuhan terakhir di dalam hidupku. Tapi sepertinya, itu tidak bisa lagi. Wanita jalangg sepertimu, cocok untuk anjing jalanan seperti dia." kata Xander dingin.

"Apa?!" sentak Tessa.

Tanpa bicara apa-apa lagi, Xander segera pergi dari apartemen itu. Saat sampai di depan apartemen, Xander menumpahkan emosinya dengan memukul tembok hingga punggung tangannya berdarah.

"Shittl! 3 tahun berakhir sia-sia! Dasar JALANGG kau Tessa! Tega sekali kau mengkhianati cintaku." geram Xander dan akhirnya bulir air mata pun membasahi pipinya. "Kenapa aku menangis hah?!"

Pria itu berjalan masuk ke dalam lift dengan perasaan sakit hati, semua tiga tahun itu sia-sia. Rencana masa depan yang sudah dia rangkai bersama dengan wanita cantik itu, hancur dalam satu hari.

Guna menumpahkan semua kekesalan dan sakit hatinya, Xander pergi ke sebuah club' malam. Hal yang tidak pernah ia lakukan adalah meminum alkohol, sebab dia merasa profesinya sebagai seorang dokter tidak menghalalkannya untuk meminum minuman itu. Tapi kali ini, untuk pertama kalinya dia melanggar semua itu. Xander mabuk-mabukan, seorang diri di club' asing kota Paris.

****

Di belahan kota Paris lainnya, seorang gadis bertubuh mungil, rambut coklat, bermata biru dan berparas bak Dewi Yunani, baru saja pulang dari kampusnya. Dia adalah Zeevana Sanderix, dia sekolah desain di kota Paris.

"Haaah...lelahnya..." Zeevana merebahkan tubuhnya ke atas ranjang empuk miliknya. Kemudian ia rebahan sebelum pergi mandi, bosan rebahan. Ia membuka ponselnya, ternyata ada beberapa pesan dan panggilan masuk disana. Dari mommy dan Daddynya.

...Mommy : Nak, unclemu ada disana. Katanya dia mau menemui kekasihnya....

"Uncle ada disini? Ah... baiklah aku akan coba untuk menelponnya." gadis itu menekan tombol panggilan untuk unclenya, Xander. Dia menulis nama kontak Xander dengan nama Uncle menyebalkan. Itu karena Xander selalu saja mengganggunya dan mereka akan selalu berdebat bila bertemu.

Tak lama kemudian, Xander mengangkat teleponnya. "Uncle...ini aku Zee. Uncle ada dimana?"

"Oh...apa ini adalah kucing kecilku yang galak? Ada apa, sayang?"

"Uncle, kenapa suaramu terdengar aneh? Kau--tidak mungkin mabuk kan?" tanya Zeevana merasa suara pamannya yang aneh dan terkesan meracau itu. Apalagi ada suara dentuman musik terdengar disana.

"Uncle kau dimana?!"

Zeevana yang khawatir dengan keadaan pamannya itu, segera pergi meninggalkan apartemennya. Setelah ia mendapatkan jawaban dari salah satu pemilik bar bahwa Xander ada disana.

****

Sesampainya di bar itu, Zeevana terkejut melihat pamannya dikerumuni oleh wanita malam. Zeevana langsung melindungi pamannya itu. "Minggir! Jangan ganggu uncle ku." ujar Zeevana sambil memegangi Xander yang saat ini sudah tidak sadarkan diri.

Para wanita malam itu pun langsung pergi dengan perasaan kesal sebab Zeevana datang merebut calon pelanggan mereka.

"Hai kucing kecilku! Kau datang." sambut Xander dengan mata teleng.

"Uncle walaupun aku tidak percaya kau tidak akan pernah melakukan ini, tapi kau mabuk, ayo kita pulang ke apartemenku." ajak Zeevana pada pamannya. Gadis itu kasihan melihat Xander kepanasan dan tidak sadarkan diri. Tapi dia tidak sadar betapa bahayanya pria yang tidak sadarkan diri itu.

Zeevana meminta bantuan seorang pria dari club' malam itu untuk membawa Xander naik ke taksi. Setelah melalui perjalanan selama 5 menit, Zeevana dan Xander sampai di apartemen Zeevana. Dengan susah payah, gadis itu merebahkan tubuh besar pamannya di atas sofa.

"Paman, kau tunggu disini. Aku akan buatkan sup untuk--"

Belum sempat Zeevana menyelesaikan ucapannya, tangan pria itu lebih dulu menarik tubuhnya dan membenamkan bibir keduanya agar menyatu. Zeevana kaget dengan apa yang dilakukan oleh pamannya ini.

"Tessa...kau sangat manis." ucap Xander setelah ciuman itu terlepas. Xander menatap nanar pada Zeevana yang kini sudah duduk di atas pangkuannya.Ia menahan tubuh Zeevana dengan kedua tangannya.

"Uncle...aku bukan Tessa, uncle kau kena--"

Kembali, Xander memagut bibir Zeevana dengan kasar di dalam ketidakwasarannya. Zeevana berusaha berontak, namun tenaga Zeevana kalah kuat.

"Uncle---JANGAN!!" teriak Zeevana, namun pria itu tak mengindahkannya. Ia sudah tak waras, hingga akhirnya dia menyetubuhi keponakannya dengan paksa.

...****...

Bab 2. Kita sudah melakukannya?

...🍀🍀🍀...

Malam itu terjadi begitu cepat dan juga menyakitkan untuk Zeevana tapi memuaskan untuk Xander. Berulang kali gadis itu memberontak, memohon dan meronta-ronta agar di lepaskan oleh Xander, namun pria yang sedang tidak waras itu terus menyetubuhinya dengan paksa. Bukan hanya sekali tapi berkali-kali dan tidak hanya itu saja. Xander menyetubuhi Zeevana sambil menyebut-nyebut nama Tessa, wanita yang ia cintai.

Pertempuran panas itu baru berakhir saat menjelang dini hari dan barulah Zeevana bisa bebas dari Xander. Bebas dari kungkungannya, tapi tidak bebas dari rasa sakitnya. Sekujur tubuhnya perih, apalagi di bagian mahkota miliknya. Zeevana tidak percaya bahwa kali pertamanya akan diambil oleh pamannya sendiri. Lebih tepatnya paman angkat, sebab Xander di adopsi oleh Savana dan Javier saat Zeevana berusia 1 tahun. Namun Zeevana tak tahu bahwa Xander adalah paman angkatnya, tidak ada yang pernah mengatakan itu.

"Ya Tuhan...aku harus bagaimana ? Bagaimana kalau mommy dan Daddy tau semua ini? Hiks... bagaimana dengan masa depanku? Mahkota yang aku persembahkan untuk suamiku, kenapa harus terenggut oleh uncleku sendiri? Hiks..." Zeevana menangis meratapi nasibnya. Ia menatap Xander yang masih terlelap dalam tidurnya dengan tajam. Dia pulas sementara Zeevana si korban sama sekali tidak bisa tidur.

"Uncle jahat...uncle jahat...hiks..." Zeevana, gadis itu yang saat ini tanpa sehelai benang pun ditubuhnya. Hendak beranjak dari atas ranjang, namun tubuhnya tidak bisa diajak kompromi.

"Ahhh...sakit...ya Tuhan...ini sakit sekali." ringis gadis itu yang sekarang sudah bukan seorang perawan lagi. Kesucian yang sudah ia jaga selama 19 tahun akhirnya terkoyak diambil paksa oleh Xander, sang paman.

Zeevana sungguh tidak bisa bergerak, ia pun hanya bisa kembali berbaring sambil menangis karena untuk menutup mata, ia sangat sulit. Bayang-bayang kejadian yang pasti akan merubah hidupnya itu, terus terlintas di kepalanya bak film yang diputar putar. Lebih tepatnya film 21 ++.

Gadis itu menangis penuh sesal, kenapa ia harus pergi menemui pamannya bila akhirnya seperti ini. Seharusnya ia biarkan saja Xander disana.

****

Sinar mentari pagi mulai membangunkan pria tampan yang memilik 6 otot di tubuhnya itu, mata birunya mulai terbuka secara perlahan. Ia merasakan tubuhnya sedikit pegal terutama bagian pinggul. Pria itu duduk dengan kondisi bertelanjang dada dan bagian bawah masih ditutupi selimut.

Xander, pria itu menatap bingung ke langit-langit kamar dan ruangan yang asing baginya. Dimana dia? Kenapa dia bisa ada disini? Pertanyaan mulai bermunculan didalam kepalanya.

Namun pertanyaan itu segera terjawab dengan kebingungan, tatkala ia melihat seorang gadis berambut coklat terbaring disampingnya sambil menangis dan hanya ditutupi selimut.

"Ze-Zee?" dengan ragu Xander memanggil nama gadis itu. Tangan Xander juga menyentuh tangan Zeevana. Benar, itu adalah Zeevana keponakannya. Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?

"Zee, kenapa kau ada disini dan kenapa kau menangis?" tanya Xander yang malah semakin membuat Zeevana kesal dan sedih.

"Uncle tanya kenapa aku ada disini? Apa uncle--tidak ingat kejadian semalam?" tanya Zeevana dengan suara serak. Bagaimana tidak serak, semalam ia diserang buas oleh Xander dan terus menjerit-jerit, mendesahh bahkan mengerang. Suaranya jadi parau dan serak.

"Kita...kita tidak mungkin melakukannya kan? Ini..." Xander menepis semua pikirannya yang mengarah ke arah intim. Tidak mungkin dia melakukan itu dengan seorang wanita, apalagi Zeevana. Oh God!

"Kalau uncle tidak ingat, ya sudah...lupakan saja semuanya uncle. Tapi mulai detik ini dan seterusnya, aku benci Uncle! Aku benci!" seru Zeevana dengan tatapan nyalang penuh air mata tertuju pada pria itu.

Xander memijat pelipisnya, berusaha menata apa yang ia lihat di kamar itu dan keadaan Zeevana saat ini. Hingga sebuah ingatan terlintas di kepalanya, kejadian semalam ketika ia minum-minum di bar dan di apartemen ini. Xander yakin dia telah berbuat hal intim dengan keponakannya itu.

"Zee, maafkan Uncle! Uncle tidak bermaksud untuk menodaimu. Zee, uncle tau maaf saja tidak cukup! Kau berhak memukul uncle ataupun menghukum uncle dengan cara apapun! Uncle rela! Ini salah uncle." Xander memegang tangan gadis itu. Dia sangat merasa bersalah pada Zeevana, ia sudah menghancurkan gadis itu.

"Uncle jahat, uncle jahat...aku sudah bilang untuk berhenti, tapi uncle tidak mau berhenti. Sekarang aku harus bagaimana uncle? Bagaimana kalau mommy dan Daddy sampai tau apa yang terjadi padaku? Mereka pasti akan kecewa padaku, uncle..." gadis itu memukul-mukul dada bidang Xander dengan keras, tapi tidak terasa apa-apa oleh Xander.

Ditatapnya gadis itu dengan dalam, ucapannya barusan membuat Xander terganggu. Bagaimana bila kakak dan kakak iparnya tau tentang hal ini? Pastinya mereka akan kecewa, Xander juga akan di cap tidak tahu diri karena sudah diangkat adik oleh Javier tapi berani menodai putri kesayangan mereka yaitu Zeevana.

"Kita...kita rahasiakan hal ini dari mommy dan Daddymu. Berikan uncle waktu, uncle akan memikirkan untuk memecahkan masalah ini." pinta Xander berusaha tenang, padahal ia pun kacau. Ini juga pertama kali untuknya, berhubungan intim bersama seorang wanita.

"Iya uncle, aku juga tidak mau mereka tau. Uncle tenang saja, aku juga akan rahasiakan ini dari kekasih uncle. Uncle...kau tidak perlu bertanggungjawab." ucap Zeevana dengan tangisan masih pecah itu. Lebih baik memang merahasiakan hal ini.

"Zee, uncle pasti bertanggungjawab untukmu!" serka Xander pada Zeevana.

"Dengan cara apa uncle? Menikah? Tidak mungkin kita menikah uncle. Uncle adalah uncle ku, adiknya Daddy. Dan lagi uncle mau menikah dengan kekasih uncle bukan?" seloroh Zeevana.

Sebenarnya Xander ingin menjelaskan tentang hubungannya dan Tessa pada Zeevana, tapi semua itu tak penting sebab semuanya sudah kandas.

Drett...Dreet...

🎶🎶🎶

Tiba-tiba saja ponsel Xander berbunyi, buru-buru pria itu melihat ponselnya. Matanya melebar melihat nama kakak disana. Tangannya gemetar, hatinya bingung. Haruskah ia mengangkat panggilan itu atau tidak?

Tidak! Dia harus mengangkatnya.

"Halo kak." suara Xander berhasil membuat Zeevana menoleh ke arahnya dengan raut tegang dan ketakutan.

"Halo Xander? Kau ada dimana? Apakah kau bersama Zeevana saat ini?'

"Iya kak, aku di apartemennya."

"Kalau begitu apa dia baik-baik saja? Semalam dia bilang ingin menemuimu dan setelah itu dia tidak mengangkat telpon ataupun membalas pesan dari kakak iparmu. Dia sangat cemas pada anak kesayangannya itu." tutur Javier seraya melihat Savana yang tengah duduk di pangkuannya saat ini.

"Kakak tenang saja, Zee baik-baik saja. Dia masih tidur." dusta Xander dengan perasaan bersalah yang menyesakkan dadanya.

"Baiklah, Kakak akan kabari kakak iparmu ini supaya hatinya tenang. Xander, kakak percaya kau bisa menjaga Zee."

Xander tidak menjawab ucapan kakaknya. Hatinya mencelos sebab Javier dan Savana begitu memercayai dirinya untuk menjaga Zeevana. Padahal ia sudah menghancurkan masa depan gadis itu dengan merusak.

'Aku tidak lebih dari seorang perusak kak, aku sudah merusak putri kesayanganmu' batin Xander seraya melihat ke arah Zeevana yang masih menangis.

...*****...

Bab 3. Lupakan saja semuanya

...🍁🍁🍁...

Setelah bicara dengan kakaknya, Xander melihat beberapa pesan dan panggilan tidak terjawab dari Tessa. Nama wanita itu didalam ponselnya adalah My love, belum sempat Xander menggantinya.

Pesan itu sendiri, berisi permohonan maaf pada Xander dan dia mengatakan akan menjelaskan semuanya bila mereka bertemu. Xander acuh dan tidak menjawab pesan, jujur ia masih sangat mencintai Tessa tapi wanita itu sudah menghancurkan hatinya dengan perselingkuhan.

Tidak! Sekarang ia tak boleh memikirkan tentang Tessa, tapi ia harus memikirkan tentang Zeevana lebih dulu. Bagaimana mental dan perasaan anak itu yang perawannya telah ia ambil.

"Zee...uncle akan bicara pada Daddymu, bahwa uncle..." lirih Xander dengan terpaksa. Misal ia harus menikahi Zeevana, ia akan melakukannya dengan terpaksa. Bagaimana pun juga ia harus bertanggungjawab.

"No uncle, jangan katakan apapun pada Daddy. Ki-kita lupakan semuanya uncle, anggap saja semuanya tidak pernah terjadi." kata gadis itu dengan suara gemetar, begitu pula dengan tubuhnya.

"Zee... uncle--tidak bisa melupakan apa yang sudah uncle lakukan padamu. Perbuatan nista ini, uncle aku bertanggungjawab!" kedua tangan Xander memegang bahu Zeevana yang polos. Ia menatap gadis itu penuh rasa bersalah.

"Uncle, apa kau tidak memikirkan bagaimana perasaan kekasih uncle kak Tessa? Semalaman dia terus menelpon uncle, dia pasti mencemaskan uncle." ucap Zeevana merasa bersalah. Semalaman ia tidak tidur dan melihat panggilan dari Tessa ke ponsel unclenya. Zeevana tentu saja tidak berani mengangkat, namanya tidak sopan. Walaupun ia dekat dengan Xander. Tapi setelah ini hubungan mereka akan berubah, pasti.

"Baiklah Zee, anggaplah semua ini tidak terjadi dan rahasiakan dari mommy Daddymu. Tapi jika kau merasakan sesuatu, cepat katakan pada uncle ya." balas Xander seraya mengusap lembut rambut Zeevana.

"Merasakan sesuatu apa uncle?" tanya Zeevana polos.

"Aku hanya takut....aku takut kau hamil anak uncle." jawab Xander dengan menggigit bibir bawahnya. Ia takut dengan kemungkinan yang terjadi.

Zeevana syok mendengarnya. Dia menggelengkan kepalanya. "Tidak uncle, tidak mungkin! Sekali melakukan tidak mungkin langsung hamil."

"Zee, ini hanya perkiraan uncle. Semalam kita melakukannya tanpa pengaman. Tapi uncle berharap kau tidak sedang dalam masa suburmu." jelas Xander yang banyak tau tentang ilmu medis sebab ia adalah dokter. Dokter genius spesial bedah dan syaraf.

"A-aku belum lama selesai datang bulan." cicit Zeevana pelan dan wajahnya tampak ketakutan.

"Kau bilang apa Zee?" tanya Xander yang tidak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Zeevana.

"Tidak apa-apa uncle, aku tidak bicara apa-apa."

Kemudian Xander melihat banyaknya mahakarya bernama kissmark di leher dan dada Zeevana. Sontak saja Zeevana menutup tubuhnya dengan selimut karena malu. "Uncle akan siapkan salep untuk luka-lukamu dan sekarang uncle akan siapkan air hangat untukmu kucing kecilku."

Xander beranjak dari ranjang itu dengan mengenakan boxer saja. Ia pergi ke kamar mandi dan menyiapkan air hangat untuk Zeevana. Xander tegaskan pada dirinya, jika Zeevana sampai hamil. Maka ia akan bertanggungjawab dan menikahi Zeevana.

Setelah selesai membersihkan diri, Xander menggendong keponakannya itu. Sebab Zeevana kesulitan berjalan. Meski enggan, tapi Zeevana juga tak punya pilihan lain.

"Ini makanan untukmu, uncle akan pergi mandi dulu ya." ucap Xander seraya menyerahkan nampan yang diatasnya ada piring berisi omelette dan segelas susu disampingnya.

Zeevana tidak menjawab, tapi menganggukkan kepalanya. Dia masih canggung dan takut saat berhadapan dengan pamannya itu. Apalagi semalam, Xander dalam mode seram dan berbeda dengan sikap Xander yang lembut sebelumnya.

****

Usai berganti baju dan sarapan pagi bersama, Xander dan Zeevana terlihat canggung.Tidak ada canda gurau yang biasa mereka lakukan sebelumnya. Zeevana yang cerewet juga jadi lebih pendiam. Hingga akhirnya Xander membuka pembicaraan lebih dulu ketika Zeevana sedang berada di ruang tengah.

"Zee, sebenarnya uncle dan Tessa sedang ada dalam masalah."

"Masalah apa?"

"Ya,Tessa dia--"

Ting tong!

🎶🎶🎶

Belum sempat Xander bicara lebih banyak, suara bel apartemen sudah mengganggunya. Zeevana pun beranjak dari tempat duduknya, namun Xander menahannya.

"Biar uncle saja yang buka! Kita tidak tahu siapa yang datang, bisa jadi itu seorang pria."

"Walaupun itu seorang pria, tapi pasti hanya temanku saja uncle..." ucap gadis itu polos.

"Kau ini...harus waspada pada laki-laki. Kau terlalu polos." tukas Xander pada keponakannya itu. Dari dulu sampai sekarang, Zeevana tidak menyadari bahwa banyak pria yang tergila-gila padanya dan Xander ditugaskan oleh Javier untuk menahan Zeevana dari pergaulan bebas. Tapi apa yang terjadi? Ia sendiri yang merusak Zeevana. Sungguh, ketenangan Xander terganggu.

Xander berjalan ke depan pintu apartemen itu, kemudian ia melihat siapa yang datang. Tessa, dia datang kesana.

****Ceklet****!

Dengan berat hati Xander membuka pintunya.

"Ternyata benar kau ada disini, sayang! Tolong, dengarkan dulu penjelasanku. Kita bicara, oke?" bujuk Tessa pada Xander, seraya memegang tangan pria itu. Ya, Tessa datang kesana setelah ia menelepon Savana dan menanyakan keberadaan Xander. Tessa cukup dekat dengan keluarga Mavericks, sebab Xander selalu membawanya ke acara-acara keluarga dan memperkenalkan Tessa sebagai calon istri, tapi Tessa saat itu cuek dan tak peduli pada Xander.

Xander menepis tangan Tessa dengan kasar. Ia enggan bicara dengan wanita itu, meski dalam hati ia masih cinta. Tak lama kemudian Zeevana berjalan mendekat ke arah sana.

"Uncle...ada siapa?" tanya Zeevana. Sesaat kemudian atensinya menatap Tessa ada disana, kekasih dari unclenya.

Tessa dengan tidak tahu malunya, masuk ke dalam apartemen itu dan memeluk Zeevana. "Zee, apa kabar? Kau semakin cantik saja ya." kata Tessa basa-basi. "Zee, apa kakak bisa minta tolong padamu? Tolong bujuk Xander agar dia mau bicara padaku. Aku dan pamanmu sedang ada masalah, kumohon Zee." Tessa memohon seraya mengatupkan kedua tangannya pada Zeevana. Ia rasa dengan membujuk keponakan kesayangan Xander, pasti bisa membuat Xander mau bicara dengannya.

"Kita bicara di luar Tessa!" ujar Xander seraya memegang tangan Tessa dengan kasar. Wajahnya tampak dingin dan datar. "Zee,uncle keluar dulu! Kau jangan lupa kunci pintunya. Uncle akan segara kembali." ucap pria itu pada Zeevana.

"Iya uncle."

*****

Satu jam kemudian, Xander kembali sambil membawakan makanan untuk Zeevana dan dirinya. Xander kembali dengan raut wajah yang sulit di artikan oleh Zeevana. "Uncle kenapa?"

"Zee, apakah salah bila uncle memberikan kesempatan untuk Tessa sekali lagi untuk hubungan kami?" desah Xander sambil duduk di sofa.

"Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua uncle, jadi menurutku tidak apa." kata Zeevana pada unclenya.

"Semoga saja dia tidak mengecewakan ku lagi." gumam Xander yang ternyata memutuskan untuk memberikan kesempatan kedua pada Tessa.

"Iya uncle."

****

3 Minggu kemudian...

Setelah kejadian itu, semenjak Xander kembali ke Chicago, ia selalu menghubungi Zeevana dan menanyakan keadaannya. Namun tak satupun pesan ataupun telpon dibalas oleh Zeevana.

Xander pun gelisah dengan keadaan Zeevana, ia takut terjadi sesuatu padanya. Xander berniat terbang ke Paris untuk melihat keadaannya, namun sebelum Xander pergi kesana. Zeevana sudah pulang terlebih dahulu ke Chicago, ke rumah orang tuanya. Ia sampai ke Chicago pada sore hari.

"Zee sayang! Kau sudah pulang nak?" sambut Savana pada putrinya itu, ia bahagia sekali dengan kedatangan Zeevana yang mendadak.

"Iya mom, aku pulang." jawab Zeevana membalas pelukan ibunya.

"Kenapa kau tidak bilang kalau kau akan pulang nak?" tanya Javier pada putrinya. Ia tersenyum melihat Princessnya ini.

"Ini kan Suprise dad, hehe." Zeevana terkekeh, lalu beralih memeluk daddynya.

"Kakak, aku merindukanmu." ucap Darren, adik laki-laki Zeevana berusia 17 tahun dan baru lulus SMA. Hanya berbeda 2 tahun dengannya.

"Aku juga Dare," Zeevana tersenyum lebar melihat adik laki-lakinya itu. Tapi senyuman Zeevana berbeda, ia tidak ceria seperti dulu.

Savana, Javier dan Darren bisa melihat dan merasakan itu.Tapi mereka pikir itu karena Zeevana lelah setalah dari perjalanannya dari Paris ke Chicago. Dan buktinya, Zeevana langsung naik ke kamarnya di lantai atas. Bertepatan dengan itu, Xander baru saja pulang dari lemburnya di rumah sakit. Ia langsung pulang ke rumah saat Darren mengabarinya bahwa Zeevana pulang ke mansion.

"Kak, dimana Zee?" tanya Xander pada Savana yang ada di ruang tengah, begitu ia sampai di rumah itu. Terlihat keringat bercucuran di wajah tampannya.

"Dia ada di kamarnya, temuilah dia. Kau pasti sangat merindukannya." jawab Savana sambil tersenyum. Ia tau Xander sejak dulu dekat dengan Zeevana.

Tanpa bicara lebih banyak, Xander berlari menaiki tangga. Ia tak sabar ingin menanyakan kepada gadis itu tentang keadaannya dan kenapa dia tidak membalas semua pesan, juga panggilan telepon darinya.

"Zee!"

Pintu kamar Zee terbuka, Xander melangkah masuk ke dalamnya. Kemudian ia mendengar suara seseorang di dalam kamar mandi.

"Uwek...uwekkkk..."

Xander mematung ketika mendengar suara itu, seketika pikirannya penuh dengan pertanyaan dan ketakutan.

...****...

Author up lagi nanti malam tapi..m😍😍jangan lupa komennya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!