Seorang pria dengan paras yang terlihat nyaris sempurna tengah melamun di balkon kamar. Pria itu adalah Jack Stewart. Tak ada yang tidak mengenal nama keluarga Stewart, terlebih lagi tak ada yang tidak mengenal sosok Jack Stewart. Wajah tampan, dengan bentuk tubuh yang tegap, gagah, sempurna serta karir yang cemerlang, tak heran membuat pria berusia tiga puluh tahun itu menjadi terkenal layaknya Public Figure.
Jack larut dalam lamunannya memikirkan masalah yang tengah menimpa hidupnya. Baru saja beberapa hari yang lalu Jack merasa hidupnya benar-benar sempurna, menjadi pria yang paling beruntung di dunia, saat semua hal yang diinginkannya berada dalam genggamannya. Namun, yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Satu musibah yang dialaminya membuat semua kebahagiaan itu seakan lenyap tak tersisa.
"Kenapa semua harus terjadi? Apa yang harus aku lakukan?" ucapnya.
Tangan Jack terangkat mengusap kasar rambutnya, pria tampan itu terlihat benar-benar frustasi. Sorot mata yang biasanya terlihat tajam, tapi juga indah itu sekarang terlihat berbeda. Pancaran mata itu diselimuti oleh kesedihan.
Jack memutar tubuhnya untuk kembali masuk ke dalam kamar setelah menutup pintu kaca balkon tersebut. Langkah Jack terhenti menatap keadaan di dalam kamar, sorot matanya yang tajam semakin meredup ditutupi oleh kesedihan. Jack yang tidak dapat berada lebih lama di sana memutuskan untuk keluar.
Dengan langkah yang lebar Jack keluar dari rumah bergegas masuk ke dalam mobilnya, lalu melesat dengan begitu cepat seakan-akan sesuatu tengah memburunya. Jack memutuskan untuk menempati apartemennya, sebab Jack sadar tidak akan bisa bertahan tinggal di rumah yang telah memberikan banyak kenangan indah untuknya.
***
"Hai Mei. Baru pulang? Apa semua berjalan lancar?" tanya seorang wanita paruh baya menyapa seorang gadis cantik, bernama Meisya, yang baru saja akan melewatinya dengan wajah terlihat bahagia.
Meisya Aaron, wanita yang menjadi kembang desa di tempat tinggalnya. Mempunyai paras yang cantik, sifat dan sikap yang baik, serta selalu terlihat sederhana membuat Meisya disukai oleh hampir semua orang di sana. Menjadikan Meisya sebagai menantu atau pun istri seakan sebuah pencapaian yang diinginkan banyak orang di sana, tetapi sayangnya wanita berusia dua puluh empat tahun itu sama sekali belum berpikir untuk menikah. Jangankan untuk menikah, kekasih saja Meisya tidak punya.
Meluluhkan hati Meisya bukanlah hal yang mudah, bukan karena Meisya menutup hatinya, hanya saja Meisya belum menemukan seseorang yang mampu membuatnya merasakan debaran cinta seperti yang dirasakan pasangan lainnya yang tengah jatuh cinta.
"Alhamdulillah… Wak," jawab Meisya dengan bangga menunjukan sesuatu dari dalam tasnya
Wanita paruh baya itu semakin mendekat pada Meisya, setelah itu mengulurkan tangannya pada wanita cantik yang menjadi tetangganya tersebut. "Selamat, Mei. Uwak bangga padamu. Sekar dan Ahmad juga pasti sangat bangga memiliki putri sepertimu."
"Terima kasih, Wak. Andai saja ayah dan bunda masih ada." Wajah cantik itu tersenyum sendu menatap wanita yang disebutnya dengan panggilan 'Uwak'.
"Jangan bersedih. Mereka akan ikut bersedih jika melihatmu seperti ini. Oh iya, tadi Uwak masak udang saus padang kesukaanmu. Kamu sudah makan, belum?" tanya Uwak berusaha mengalihkan pembicaraan untuk menghilangkan kesedihan Meisya.
"Aku sudah makan, Wak. Aku harus segera pulang dan bersiap untuk besok. Sekali lagi aku titip rumah, ya, Wak. Maaf aku selalu merepotkan, Uwak," ucap Meisya.
"Kamu tidak pernah merepotkan, Uwak. Hmm… Sepertinya keputusanmu sudah bulat. Meskipun Uwak berharap kamu batal pergi, tetapi Uwak juga tidak dapat memaksamu. Uwak selalu berharap yang terbaik untukmu," jawab Uwak sebelum melepas Meisya pulang ke rumahnya.
***
Esok harinya. Meisya yang telah tiba di ibu kota seperti yang sudah lama direncanakan olehnya, terlihat menatap ke sembarang arah. Pergi modal nekat. Tiga kata itu bisa ditujukan untuk Meisya. Kenapa tidak? Karena Meisya memutuskan untuk datang ke kota hanya karena Meisya merasa bosan dengan kehidupan di desa.
Meisya pergi ke kota tanpa tahu tujuan, hanya berniat melihat-lihat kondisi di kota sebelum pada akhirnya Meisya dapat memutuskan apakah akan benar-benar memulai hidup di kota atau tidak.
Meisya mulai menggerakkan kakinya untuk melangkah. Hal pertama yang akan Meisya lakukan adalah mencari kos-kosan untuknya. Meisya terus saja melangkah tanpa beban, tanpa menyadari jika seorang pria sejak tadi sudah mengintainya. Hal yang tidak Meisya bayangkan akan terjadi padanya, persis seperti sinetron yang pernah Meisya tonton di televisi saat protagonis wanita mengalami musibah saat mencoba merantau ke kota.
"Jambret!" Suara teriakan Meisya terdengar bersamaan dengan kakinya yang bergerak cepat mengejar seseorang yang telah lancang menarik dan membawa pergi tasnya.
Meisya terus saja berlari mengejar pria yang mencuri tasnya. Meisya sadar jika langkah kakinya tidak akan bisa menyamakan langkah kaki pencuri itu, tetapi Meisya tidak akan menyerah, Meisya terus saja mengejar pencuri itu agar tidak kehilangan jejak hingga pada akhirnya di sebuah persimpangan.
Tiba-tiba sebuah mobil melaju kencang ke arah Meisya dan... "Aaaaaa!"
"Aaaaaaa!!"
"Sial! Apa yang aku lakukan?" Jack mengumpat saat dia yang sedari tadi mengemudikan mobil sambil melamun, telah menabrak seseorang.
Jack masih diam di dalam mobilnya, menatap ke sekitar jalanan yang terlihat sepi. Pikiran Jack memberikan perintah untuk kabur, karena akan sangat fatal jika ada yang mengetahui jika Jack Stewart telah menabrak seseorang. Namun, hatinya tidak mendukung jalan pikirannya. Jack memutuskan untuk keluar dari mobil dan memeriksa orang yang telah di tabrak olehnya.
"Dia perempuan," gumam Jack perlahan menunduk untuk memastikan keadaan wanita yang ditabraknya.
Jack memperhatikan keadaan wanita itu, tak terlihat tanda-tanda cedera berat di tubuh wanita itu. Jack bernafas lega, Jack berpikir untuk menghubungi ambulan agar bisa membawa wanita itu ke rumah sakit. Jack bukan orang jahat yang tidak bertanggung jawab setelah melakukan kesalahan. Baru saja Jack akan kembali berdiri, rasa penasaran menyelimuti Jack menatap wajah yang tertutup oleh rambut panjang tersebut. Jack menyingkirkan rambut yang menutupi wajah wanita yang terbaring lemah di aspal tersebut, dan sesaat kemudian tubuh Jack membeku setelah menatap wajah wanita itu.
"Dia…," ucapnya menggantung.
Tanpa pikir panjang, Jack mengangkat tubuh wanita itu, lalu membawanya pulang ke apartemennya, karena Jack punya alasan tersendiri sehingga tidak dapat membawa wanita itu ke rumah sakit.
***
Meisya perlahan tersadar dari pingsannya. mata yang sedari tadi terpejam itu perlahan terbuka dan menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya dan lingkungan yang ada.
"Di mana aku?" ucapnya lemas.
Meisya merasa sekujur tubuhnya sakit, Meisya kembali mengingat apa yang sudah terjadi padanya. Terakhir yang dia ingat jika dirinya telah dijambret oleh seseorang, dan saat dia coba mengejar penjambret itu, dia justru tertabrak mobil.
"Syukurlah aku tidak apa-apa, meskipun aku harus kehilangan barang-barang berhargaku," gumam Meisya.
Tatapan Meisya kembali menatap ke sekitarnya, Meisya sadar jika saat ini Meisya berada di kamar seseorang. Tak ada pikiran buruk di benaknya, Meisya pikir mungkin orang baik telah membantunya. Namun, saat Meisya menyadari jika pakaian yang dia kenakan berbeda dengan pakaian yang sebelumnya dia kenakan, terlebih lagi yang dikenakan Meisya saat ini adalah pakaian pria. Meisya seketika merasa panik dan bergegas turun dari tempat tidur.
Aw…." Suara rintihan terdengar dari Meisya saat dia yang baru saja akan turun dari tempat tidur justru terjatuh saat kedua kakinya tak dapat menopang tubuhnya
"Tubuhmu masih sangat lemah, lihat lutut dan pahamu memar karena tertabrak oleh mobilku." Meisya yang masih terduduk lemas di lantai mengangkat kepalanya saat mendengar suara seseorang berbicara padanya.
Ya Tuhan. Dia tampan sekali. Batin Meisya terdiam menatap kagum pada sosok yang berdiri menatap hangat padanya.
"Maaf. Aku benar-benar tidak sengaja," ucap pria itu lagi yang tidak lain adalah Jack. Takdir telah mempertemukan Jack dan Meisya dalam awal pertemuan yang tidak begitu baik.
Meisya masih saja terdiam. Dia bahkan tidak menolak saat Jack perlahan mengangkat tubuhnya dan kembali merebahkan Meisya di atas ranjang. "Aku tahu aku salah, tapi aku benar-benar tidak sengaja. Sekali lagi aku minta maaf."
Apa yang Jack ucapkan saat ini benar-benar berbeda dari sosok Jack selama tiga puluh tiga tahun belakang. Kata maaf dan terima kasih sangat jarang terdengar dari Jack. Namun, saat ini Jack justru berulang kali mengatakannya, menimbulkan kesan baik, sopan, dan bertanggung jawab darinya.
Ucapan maaf Jack yang ketiga barulah menyadarkan Meisya dari kekagumannya pada sosok pria tampan yang ada bersamanya. Untuk pertama kalinya Meisya benar-benar mengagumi seseorang dan itu tepat di hari pertama mereka bertemu. 'Sadar, Mei. Jangan jadi terlihat bodoh seperti ini.' Meisya berbicara dalam hati, memperingati dirinya sendiri.
"Kamu yang menabrakku?" tanya Meisya mulai bersuara, berusaha bersikap tenang di hadapan Jack.
Jack duduk di tepi ranjang dan itu membuat Meisya benar-benar merasa gugup. Detak jantung Meisya bahkan berpacu jauh lebih cepat saat untuk pertama kalinya Meisya berada di sebuah kamar berdua dengan pria asing, terlebih di atas ranjang yang sama. Namun, Meisya tetaplah Meisya. Meisya tidak akan memperlihatkan kelemahannya, Meisya berusaha untuk tetap tenang menghadapi Jack.
"Ya, aku yang menabrakmu. Semua ini seratus persen salahku karena mengemudikan mobil dalam keadaan pikiran yang tengah kalut. Katakan padaku, bagian mana saja yang terasa sakit? Aku akan meminta dokter terbaik untuk menyembuhkanmu," ucap Jack berbicara dengan begitu lembut pada Meisya yang semakin merasa kagum padanya.
Apakah dia nyata? Dia tampan, dia baik, dia begitu sopan dan bertanggung jawab. Dan kalau dilihat, dia juga bukan pria biasa. Lihat saja kamar ini begitu mewah. Batin Meisya berkomentar.
"Jika saja kamu tidak bertanggung jawab setelah menabrak ku, aku akan mengutukmu sehingga di manapun kamu berada kamu tidak akan dapat hidup dengan tenang. Namun, karena kamu pria yang baik, aku memaafkanmu," jawab Meisya berhasil mengundang tawa Jack.
Jack tertawa lepas setelah mendengar jawaban Meisya, Meisya yang melihat itu jadi tersenyum saat melihat wajah tampan itu terlihat semakin tampak saat tertawa ceria.
Menyadari Meisya tengah menatapnya dan menyadari dengan apa yang terjadi padanya, Jack sontak terdiam. Wajah tampan itu tiba-tiba saja berubah garang, mata itu bahkan terlihat begitu tajam, memperlihatkan sosok Jack yang sesungguhnya.
"Maaf. Aku hanya bercanda," ucap Meisya pelan saat Meisya merasa jika Jack mungkin saja tersinggung dengan ucapannya.
Jack. Jangan menakutinya. Ucap Jack dalam hati.
"Kamu berhak mengutukku jika aku kabur, tapi sekarang aku dan kamu berada di sini. Aku tidak seburuk itu." Jack kembali terlihat ramah. "Oh ya, siapa namamu. Aku Jack," sambung Jack mengulurkan tangannya pada Meisya.
"Aku, Meisya. Senang bertemu denganmu, Jack," balas Meisya.
Jack kembali tertawa, tetapi hanya sebentar. "Kamu yakin senang bertemu denganku? Kamu tertabrak mobilku, loh," ucap Jack membuat Meisya menjadi salah tingkah.
Pertemuan yang diawali dengan sedikit kecelakaan itu seakan berakhir baik untuk Meisya dan Jack. Terlihat saat ini keduanya masih saja saling mengobrol seperti keduanya adalah teman akrab yang sudah biasa melakukannya.
"Oh, jadi kamu sengaja datang ke Jakarta tanpa tujuan seperti ini?"
Meisya mengangguk mengiyakan ucapan Jack.
"Astaga, Meisya. Sepertinya otakmu sedikit bermasalah. Bagaimana kamu berpikir untuk pergi tanpa persiapan seperti ini? Ini kota besar, berbeda dengan keadaan di desa. Tidak mudah bertemu dengan seseorang yang benar-benar tulus. Jangan mudah tertipu dengan penampilan luar, tidak semua yang kamu lihat baik akan benar-benar baik," ucap Jack panjang, tetapi sesaat kemudian Jack terdiam sendiri saat Jack justru merasa tidak nyaman dengan ucapannya sendiri.
"Hmm…. Itulah bodohnya aku. Jika menginginkan sesuatu, terkadang otakku sepertinya tidak berfungsi. Aku datang tanpa tujuan, padahal aku sudah lama berencana untuk pergi," jawab Meisya tertawa menanggapi komentar Jack tentangnya.
"Terima kasih, Jack. Terima kasih sudah membantuku. Aku beruntung bertemu dengan pria baik sepertimu," ucap Meisya lagi, memberikan senyum yang begitu tulus pada Jack yang masih saja terdiam larut dalam pikirannya setelah mengatakan sesuatu pada Meisya yang justru menyinggung dirinya sendiri.
Ucapan terima kasih dari Meisya serta kalimat Meisya yang mengatakan beruntung karena bertemu dengannya semakin menusuk ke hati Jack. Jack yang sudah mengetahui jalan cerita yang akan terjadi selanjutnya merasakan perasaan bersalah pada gadis yang dengan sengaja dia bawa ke apartemennya itu.
"Tinggallah di sini dulu sampai kondisimu benar-benar pulih. Itupun jika kamu tidak merasa takut tinggal di sini bersamaku." Tawaran yang Jack katakan terlihat ragu untuk dia ucapkan, tetapi Meisya yang sejak awal sudah menilai baik sosok Jack sama sekali tidak berpikir buruk pada Jack. Meisya justru semakin menganggap jika Jack adalah sosok yang begitu sempurna menurutnya.
"Benarkah, aku boleh menumpang di sini untuk sementara waktu?" Dengan rasa terharu, Meisya bertanya.
"Jujur saja aku tidak mempunyai apa-apa. Uang, ponsel, dompet, semuanya ada di dalam tas itu. Saat ini aku seperti orang hilang tanpa identitas. Tolong jangan berpikir aku telah memanfaatkanmu, aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Namun, aku juga tidak bisa menolak tawaran mu karena aku butuh tumpangan untuk saat ini," ucap Meisya lagi dengan wajah menunduk antara sedih dan malu mengingat apa yang sudah menimpanya.
"Bagaimana jika justru aku yang memanfaatkanmu?" tanya Jack dengan begitu tegas dan serius bertanya pada Meisya yang langsung membalas tatapannya.
Meisya tersenyum, lalu berkata. "Aku percaya kamu adalah orang baik yang ditakdirkan bertemu denganku. Kamu tidak akan mungkin melakukan itu padaku."
Jack yang mendengar itu hanya bisa tersenyum, tersenyum dengan arti yang hanya dia sendiri yang mengetahui arti dibalik senyumannya.
"Kalau begitu istirahatlah! Sebentar lagi akan ada orang yang membawakan pakaian dan menyiapkan makanan untukmu. Dokter juga akan kembali datang memeriksamu. Pelayan akan datang membantumu, karena sekarang aku harus pergi. Aku akan segera kembali setelah pekerjaanku selesai," ucap Jack bangkit berdiri setelah memberikan usapan lembut di kepala Meisya yang kembali merasa terharu dibuatnya.
Jack keluar dari kamar yang ditempati Meisya tanpa menunggu tanggapan dari Meisya yang masih terdiam haru menatap kepergiannya. "Terima kasih, Tuhan. Karena mempertemukan aku dengan orang baik sepertinya," ucap Meisya merasa bersyukur.
Rasa bersalah lagi-lagi bertambah di hati Jack. Namun, Jack sudah membulatkan tekadnya untuk menahan Meisya sementara waktu di sisinya, memanfaatkan kehadiran Meisya di hidupnya, karena Jack juga percaya jika takdir tidak akan mempertemukan mereka tanpa sebab.
Jack yang saat ini masih berdiri di depan pintu kamar Meisya, mengembuskan nafas kasar. Wajah yang beberapa saat lalu selalu berusaha untuk terlihat ramah di depan Meisya itu sekarang sudah terlihat seperti wujud aslinya. Wajah tampan dengan sorot mata yang begitu tajam. Jack memejamkan matanya sejenak, berusaha menyakinkan dirinya jika apa yang dia lakukan sudah tepat. Setelah itu Jack benar-benar pergi dari sana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!