Seorang pemuda yang memiliki tinggi tubuh 187 cm tengah berdiri di depan kaca jendela transparan di ruang kantor miliknya. Mata hazelnya lurus menatap ke depan, menyaksikan gedung-gedung tinggi yang berada di hadapannya. Sejenak ia menghembuskan nafasnya dengan berat. Seakan hatinya penuh sesak dengan beban.
Ya pemuda itu adalah Kai Bhumi Abinawa, seorang milyuner muda berusia 27 tahun yang sukses membawa perusahaan rintisannya semasa kuliah menjadi salah satu perusahaan keamanan cyber terbaik di negeri ini. Abinawa Defence of internet system Company atau yang biasa di sebut A-DIS Company sebuah perusahaan yang bergerak dalam keamanan sistem internet.
Perusahaan perusahaan besar banyak yang menggunakan jasanya. Mulai dari perusahaan milik ayahnya JD Grup, Dewa Corp Company (DCC), Star Building, hingga Linford Transportation. Tidak hanya itu, masih banyak pula perusahaan luar negri yang meminta jasa Kai dalam mengamankan sistem cyber milik mereka.
Selain menjadi CEO, Kai juga masih aktif dengan identitasnya yang lain sebagai Mr. Sun. Seorang hacker terkenal yang ditakuti intelejensi internasional. Padahal Mr. Sun sendiri tidak pernah melakukan tindakan pembobolan sistem kemanan cyber mereka.
Pundi pundi uang yang dapat dari menjadi hacker sebenarnya cukup untuk hidupnya. Namun Kai tetap membuat sebuah perusahaan untuk menampung para karyawan dan tentunya membuka lapangan pekerjaan.
Tok...tok...tok...
Pintu ruangan Kai diketuk oleh seseorang. Pria tersebut langsung saja masuk tanpa dipersilahkan terlebih dulu. Tampaknya ia memang sering melakukan hal itu mengingat Kai kadang sedikit acuh beberapa bulan ini terhadap pekerjaan.
" Bos ... ada tamu."
" Oh ayolah Luk ... jangan memanggilku begitu. Balik seperti biasa saja seperti masa kita kuliah dulu."
" Ya baiklah baiklah. Kai ada tamu. Mari kita temui dulu."
" Apakah tidak bisa di pending Luk."
" No Kai. Tidak bisa lagi. Kau telah menolak mereka dua kali."
" Masa sih?"
Huft... Luki membuang nafasnya kasar. Bosnya ini memang agak rada rada. Kai jika merasa tengah lelah maka dia tidak akan mengingat hal hal penting. Bahkan beberapa klien lah yang sering menunggui Kai untuk bertemu. Beruntung mereka bersabar untuk bertemu CEO A-DIS tersebut. Karena memang mereka membutuhkan Kai untuk perusahaan mereka.
" Baiklah kau menang Luk untuk hari ini. Ayo kita temui tamu kita. Jangan biarkan mereka mau menunggu lama."
" Huft, mereka sudah lama menunggumu bos." Gumam Luki pelan.
Kai dan Luki pun berjalan menuju ke ruang rapat.
" Hallo, guten Tag, Herr."
" Guten Tag, setzen Sie sich bitte, Sir. Maaf sudah membuat anda semua menunggu lama."
" Kein Problem mein Herr, kami tau anda adalah orang yang sibuk. Maafkan kami selalu merepotkan anda."
Kai dan Luki melakukan pembicaraan bisnis dengan dua orang Jerman tersebut hingga dua jam lamanya.
Kini keduanya kembali ke ruang CEO setelah mengantarkan klien mereka pulang.
" Luk, apa next schedule ku?"
" Nggak ada sih. Hanya nanti malam ada acara dinner bersama perkumpulan pengusaha muda di Pandawa Resort."
" Hishh, aku malas. Kau dan Mira saja yang datang. Baiklah aku pulang dulu ya, kau handle lah sisa kerjaan di sini."
" Kau ini. Kai, apa kau tidak takut aku akan mengkhianati mu?"
" Hahaha, lakukanlah jika kau mau Luk. Jika kau benar mengkhianati ku maka aku akan tetap memaafkan mu. Jika kau membawa seluruh aset ku maka aku akan membiarkanmu. Bawalah semuanya pakailah sesukamu."
Kai berlalu sembari menepuk bahu asisten sekaligus sahabatnya itu.
Luki adalah teman semasa kuliah Kai. Awalnya Luki direkrut Kai karena Kai membutuhkan asisten untuk melakukan pekerjaannya. Namun lama kelamaan Kai yang berniat membuat sebuah perusahaan membutuhkan kecerdasan Luki dalam membantunya mengelola. Kai juga merekrut Mira teman sekelasnya di jurusan manajement. Mira di daulat Kai untuk mengatur semua yang ada di perusahaan.
Karena sering bersama maka tumbuhlah benih cinta antara Mira dan Luki. Mereka pun menikah 4 tahun yang lalu dan sudah dikaruniai satu putri.
Pria berusia 32 tahun itu membuang nafasnya kasar mendengar ucapan bos nya itu. Sungguh Kai tidak ada kekhawatiran sedikitpun akan dirinya.
" Kai... Kai... kau begitu percaya kepadaku. Aku selalu berharap aku bisa mendampingi mu hingga tua nanti."
🍀🍀🍀
Kai yang sudah sampai di rumah langsung menuju dapur dan memeluk sang mommy yang tengah membuat kue kesukaannya.
" Hay baby, sudah pulang? Tumben."
" Mom, don't call me baby. I'm not kid anymore."
" Hahahaha. Mommy serasa dejavu kalau abang ngomong gitu. Kenapa masih siang sudah pulang hmm?"
" Tidak apa. Rindu saja dengan mommy."
Sita tersenyum mendengar ucapan manis sulungnya itu. Dari dulu Kai memang selalu punya cara menyenangkan hati Sita.
" Ada acara apa mommy buat kue sebanyak ini?"
Kai menghempaskan bokongnya di kursi ruang makan tersebut sambil mencomot sepotong brownis buatan Sita. Ia pun langsung memasukkan ke mulutnya.
" Ya Allaah bang, cuci tangan dulu."
" Ups, sorry."
Kai berlari kecil menuju wastafel dan mencuci tangannya. Ia pun kembali duduk sambil memperlihatkan kedua tangannya yang sudah di cuci. Sita hanya tersenyum melihat kelakuan putra sulungnya.
" Oh iya mom, mommy belum jawab pertanyaan abang."
" Eh, maaf. Itu keluarga Om Hendri mau datang."
Kai mengerutkan kedua alisnya.
" Itu lho bang. Temen ayah yang putrinya pemilik butik terkenal itu."
" Oh..."
Kai hanya ber oh ria. Ia tidak terlalu tertarik dengan tamu yang di bicarakan sang mommy.
" Assalamualiakum."
" Waalaikum salam."
" Abaang ... ."
Seorang gadis berusia 20 tahun dengan suara cemprengnya langsung berlari dan memeluk leher Kai dari belakang.
" Uhuk uhuk ... adek!!!"
" Hehehe maaf abang. Abang tumben udah pulang."
" Hu um lagi bosen di kantor. Adek kok baru pulang?"
" Tadi Ana ada tugas kelompok jadi pulang telat."
" Dek, jangan peluk-peluk gitu ah. Udah gede juga masih manja. Ntar kalo dilihat pacarnya cemburu lho."
Ana si bungsu yang memang begitu manja kepada Kai seketika memberengut. Ia pun melepaskan rangkulan tangannya di lengan Kai.
" Abang apa-an sih. Pacar-pacar, Ana tuh nggak kepengenan pacar-pacaran."
" Wohoooo si brother complex manyun. Sini bibirnya kakak kuncir."
Akhza yang juga baru pulang langsung ikut menggoda si bungsu. Akhza menghampiri sang mommy dan mencium tangan ratu di rumah tersebut. Ia pun mencium tangan Kai. Hal yang sudah biasa ia lakukan sedari kecil itu masih terjaga hingga sekarang.
" Baru pulang juga Za?"
" Iya bang, tadi mampir dulu di kantor ayah."
" Kakak apa-an sih ikut ikutan abang ngledekin."
Kai dan Akhza hanya tertawa melihat Ana yang ngambek. Sedangkan Sita hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah anak anaknya. Mereka selalu seperti ini jika berkumpul. Tinggal satu orang lagi maka suasananya akan semakin ramai.
" Ehmm, kalau seandainya abang pergi untuk sementara waktu gimana?"
Tiba tiba Kai mengatakan sesuatu yang membuat seisi rumah terdiam.
" Abang mau kemana?"
Sebuah suara yang amat mereka kenali dan semua hormati di rumah ini datang dari pintu depan.
" Ayah?"
"Assalmaualaikum"
" Waalaikum salam."
" Abang mau kemana emangnya?"
Kai terdiam, ia bingung mau memulai semua dari mana. Namun dalam hatinya ia sejenak ingin menepi dari semua kegiatannya yang mulai membosankan.
TBC
Holla sahabat readers. Abang Kai is Coming.... Ini adalah novel ke lima Othor. Tapi eh tapi... Mohon maaf ya nanti jika ceritanya diluar ekspektasi readers. Di sini kana berpusat pada kehidupan pribadi Kai. Namun akan tetap ada kejutan kejutan di sepanjang jalan kenangan heheheh...
Baiklah selamat membaca ... Ayo kirim dukungnya biar othor. Biar selalu semangat lagi nulisnya.
Terimkaasih... Matursuwun...
NOTE: MY BILLIONARE HUBBY AKAN SLOW UPDATE YA READERS KESAYANGAN. Jadi ditunggu dan baca dulu kisah othor yang lainnya.
Malam hari tiba, seluruh keluarga dari teman bisnis Rama datang. Dengan malas Kai turun tangga untuk menemui mereka.
" Sttt, bang, bang mau nemuin mereka?"
" Eh Abra, kapan kamu pulang. Abang nggak lihat."
" Tadi sebelum magrib. Bang, bukannya si pira-pira itu ngejar ngejar abang terus ya? Hish, Abra nggak suka tahu. Awas aja kalau dia jadi kakak ipar ku. Sungguh aku tak sudi."
" Hust, jangan sembarangan. Lagian siapa yang suka sama tuh cewe. Oh iya namanya Safira bukan Pira."
" Whatever lah. Tapi awas ye bang. Abra nggak restu kali dapet ipar modelan kek gitu. Hih."
Kai tersenyum melihat tingkah adiknya yang kedua itu. Abra memang selalu frontal jika mengemukakan pendapatnya. Kai pun mengacak pelan rambut Abra.
" Abang, kebiasaan ih. Aku udah gede. Udah MAHASISWA jangan ngacak rambutku dong."
Kai melenggang tak peduli dengan ocehan Abra.
Sebenarnya Kai sangat malas menemui keluarga Hendri Suryoprojo itu. Terlebih anak perempuan mereka sangat agresif dalam mengejar Kai. Sungguh Kai sangat tidak menyukai wanita seperti itu.
" Selamat malam tuan, nyonya. Maaf saya tadi sedang sholat magrib jadi telat untuk bergabung."
Kai berbasa-basi, agar tidak kentara dengan perasaan tidak sukanya.
" Oh nak Kai, kok panggil tuan dan nyonya. Panggil mom and dad aja seperti Safira. Ya kan sayang."
Heleh... Ngarep bener jadiin abang mantu. Jangan harap ya. Ana nggak akan setuju abang dapet cewek macem ulet keket begitu. Batin Ana kesal.
Sedangkan Kai, ia hanya tersenyum tipis. Sita yang tahu putra sulungnya tidak nyaman langsung berdiri dan mengajak Kai keluar rumah sebentar.
" Maaf ya jeng Tyas... Mas Hendri... Saya keluar sebentar tadi ada janji sama pak RT mau ngurus sesuatu."
Rama yang paham akan maksud istrinya pun mengikuti permainan peran sang istri dan menguatkan alasan istrinya tersebut.
" Oh iya sayang, tolong sampaikan ke pak Rt kalau mas nggak bisa ikut kumpulan bapak bapak karena ada tamu penting bilang Kai yang akan nggantiin."
Hendri yang mendengar pun tersenyum bangga dianggap sebagai tamu penting.
" Waah... maaf lho Ram. Aku jadi buat kamu absen."
" Nggak apa apa Hend. Temanku datang, ya aku tidak mungkin ninggalin kamu kan."
Kedua pria paruh baya itu pun tertawa bersama. Namun tidak dengan Safira. Dia amat kesal karena tidak bisa bicara berdua dengan pria pujaannya.
" Daddy apa an sih. Bukannya bantu aku buat deketin Kai malah sibuk ngobrol sendiri."
Tyas tahu putrinya kesal namun ia juga tidak bisa berbuat apa apa. Wanita itu hanya duduk di sana menemani sang suami yang tengah berbincang dnegan temannya.
Ana yang melihat mommy dan abangnya pergi keluar diam diam pun menyelinap pergi meninggalkan obrolan yang menurutnya membosankan. Ia juga enggan berlama lama di sana, ia takut nanti diajak mengobrol oleh Safira. Gadis itu benar benar tidak menyukai Safira.
***
Kai bernafas lega saat telah berada di luar rumah. Sita menatap geli melihat tingkah sang sulung yang seperti baru saja terbebas dari kurungan.
" Hehehe, sebegitu leganya kah?"
" Yes mom. Berasa baru dapat ngehirup oksigen setelah berada di ruangan yang dimana di sana ada orang kentut. Dan kentut itu bau banget."
Sita tertawa terbahak mendengar perumpamaan yang disampaikan Kai.
" Mom, kita sudah di luar. Jalan-jalan yuk. Cari sesuatu."
Sita mengangguk, ia pun menggamit lengan Kai. Kai dan Sita berjalan beriringan. Jika tidak mengenal mereka maka Akan berpikir bahwa mereka berpacaran. Sita diusianya yang hampir kepala 5 masih tampak cantik dan badannya terlihat segar. Semua itu karena Sita masih rutin berolah raga terlebih lagi yoga. ( kalau artis macam Diana Pungki gitu lah hehehe)
Saat sedang berjalan jalan Kai melihat sebuah warung tenda yang menjual aneka makanan.
" Mom, mau mampir?"
" Boleh, mommy sedikit lapar."
Ibu dan anak itu menghampiri warung tenda dan memilih duduk lesehan di tikar.
" Mang, pesan pecel ayam dua, tumis kangkung sama kerang saus tiram ya. Minumnya teh tawar panas dua."
" Siap den."
Kai ikut duduk disebelah sang mommy. Mereka melihat ke atas. Menatap langit malam yang gelap dan bulan yang tinggal separo.
" Mom, lama ya kita tidak begini?"
" Iya, kamu nya sibuk mulu."
Tak berselang lama makanan mereka datang. Kai dan Sita menatap semua makanan itu dengan mata berbinar. Namun tiba-tiba hawa dingin menyelusup ke tubuh mereka.
" Mom, kok tiba-tiba dingin ya."
" Iya bang, mommy jadi merinding."
" Ya, bagus sekali. Ayah ditinggalin di rumah bersama tamu-tamu ngebosenin itu dan kalian ibu dan anak sedang enak-enakan menikmati pecel ayam. Sungguh ter ... la ... lu."
Ternyata Rama datang menghampiri Sita dan Kai disusul Akhza, Abra, dan Ana dari belakang.
Sita yang melihat sang suami sedikit kesal langsung menarik tangan suaminya untuk ikutan duduk.
" Mang, pesenannya tambah 4 lagi ya pecel ayam nya. Minumnya sama teh tawar panas empat. Sama tumis kangkungnya dua lagi."
Kali ini Abra yang berteriak menambah pesanan. Oleh mamang penjual hanya dijawab dengan acungan jempol.
" Mommy curang nih sama abang. Makan nggak ngajak-ngajak."
" Bener kak Akhza. Abang curang."
" Bukan abang yang curang Abra, tapi kalian yang tidak beruntung hahaha."
Kini mereka berenam duduk bersama di tikar sebuah warung tenda pinggir jalan. Sungguh tidak akan ada yang menyangka bahwa sebenarnya mereka adalah orang orang yang berkantong tebal.
Rama dan Sita serta anak anaknya memang tidak pernah merasa risih makan di tempat pedagang kaki lima. Bagi mereka yang penting tempatnya bersih, makanannya enak, dan yang pasti halal.
Kai dan Sita yang makanannya telah sampai dulu akhirnya menunggu semua pesanan siap agar mereka bisa makan bersama.
" Andai eyang masih ada ya yah. Pasti seru."
" Doakan saja semoga eyang Hardi dan Eyang Ayu husnul khotimah. Doa kalian lah nanti yang bisa melapangkan kubur eyang."
Anak anak itu sejenak menunduk. Mengirimkan doa untuk eyang mereka. Ya eyang Hardi meninggal 5 tahun yang lalu dan eyang Ayu menyusul eyang Hardi 6 bulan kemudian.
Mereka semua sungguh sedih, terutama Kai. Kai merasa sangat kehilangan. Kai bahkan sering mengingat pertemuan pertamanya dengan kedua eyang itu di puncak saat usianya 6 tahun. Meskipun Kai bukan cucu kandung Hardi dan Ayu, namun kedua eyang itu sungguh sangat menyayangi Kai.
" Mom, Yah, dan kalian bertiga. Ada yang mau abang sampaikan."
Semua berhenti beraktifitas dan langsung menatap ke arah Kai.
" Ehmmm, abang berencana melakukan sebuah perjalanan."
" Maksud abang?"
Semua orang belum paham dengan ucapan Kai dan sudah diwakilkan oleh Ana yang bertanya.
" Selama ini kan abang selalu di kantor kerja. Nah abang merasa sedikit bosan. Jadi abang ingin sejenak berhenti melakukan itu semua. Abang ingin melakukan perjalanan tapi tanpa mobil, tanpa gawai dan tanpa fasilitas kemewahan apapun. Abang mau berkelana seperti pemuda biasa. Abang juga nggak akan bawa atm. Abang hanya akan bawa uang tunai aja."
" Apa....???"
Kelima orang tersebut terkejut. Mereka tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Kai.
" Abang kalo mau liburan liburan aja.. Mengapa menyusahkan diri sendiri?" Protes Akhza.
" Iya, abang aneh ih." Imbuh Ana.
" Maksud abang, abang mau berpura pura nggak punya apa-apa gitu. Ingin menikmati dunia orang-orang pada umunya."
" Cerdas, kau benar Abra."
" Mommy nggak setuju!!!"
Sita sedikit berteriak, wanita itu langsung pergi meninggalkan anak dan suaminya. Semua panik terlebih Kai dan Rama.
" Mom ... wait!!" Kai berteriak.
" Sudah, biar ayah saja yang bicara dengan mommy mu.
Rama menepuk pelan bahu Kai dan langsung mengejar Sita.
Kai tertunduk lesu. Adik adiknya menatap iba. Dan Ana masih cemberut menatap ke arah Kai.
" Abang nggak sayang lagi ya sama kami."
" Bukan begitu An, abang cuma lagi bosen. Abang pengen sedikit bebas aja."
" Brarti selama ini abang ngrasa nggak bebas. Apa karena kami."
" Bukan An, bukan begitu."
Ana ikutan berlari dan meninggalkan tiga kakaknya itu.
" Bang, kami berdua tahu kok keinginan abang. Nanti kami bantu bilangin ke Ana ya."
" Thanks, kalian memang pengertian. Jaga Ana, Mommy dan ayah saat abang pergi oke."
" Siap."
Ketiga pria itu berjalan beriringan. Memang susah meluluhkan hati kedua wanita di rumah itu. Kai harus berusaha keras meyakinkan mommy nya dan adik bungsunya soal perjalanannya.
TBC
Di sebuah mansion mewah sebuah keluarga baru saja turun dari mobilnya. Tampak sang putri tengah kesal dan marah dengan ayahnya. Ia mengehentakkan kakinya dan berlalu masuk ke mansion.
" Mom ... Kenapa dengan putrimu." Hendri melirik istrinya yang sedang cemberut.
" Kau Ini benar benar ya Dad. Kau sungguh tidak tahu mengapa Safira bisa sangat kesal begitu?"
Hendri menggeleng. Ia benar benar tidak tahu penyebab marahnya Safira. Karena saat bernagkat tadi Safira sungguh sangat antusias.
" Dia marah karena kamu tidak memberinya kesempatan untuk dekat dengan Kai. Suamiku... Kau tahu sendiri kan Safira putrimu itu sangat menyukai Kai."
" Oooh... Hanya gara gara itu to. Gampang. Aku akan mengatur perjodohan Safira dengan Kai. Aku akan membicarakannya dengan Rama. Kai anak yang patuh. Dia pasti tidak akan menolak perjodohan ini."
" Benarkah? Apa kau akan melakukan itu sayang."
" Iya... Bagaimana? Apakah kau senang sekarang."
Tyas tersenyum lalu mencium bibir Hendri sekilas. Ia pun segera berjalan cepat masuk ke mansion.
" Hei... Sayang. Kau harus tanggung jawab dengan apa yang kau mulai."
Safira yang berada di balkon kamarnya tersenyum bahagia mendengar ucapan sang ayah. Ia merasa impiannya menjadi nyonya Abinawa akan segera terwujud. Safira sudah membayangkan gaun apa yang akan ia kenakan di acara spesialnya nanti. Safira pun tersenyum membayangkan semua nya.
" Aku yakin Kai akan jadi milikku. Pasti itu. Haaah.... Betapa bahagianya, jika aku menyandang nama Abinawa dibelakang namaku maka semua orang akan tunduk di hadapanku. Safira Jasmin Abinawa. Wuaaah sungguh hebat."
Safira terus bermonolog sambil menatap foto Kai di ponselnya. Foto yang ia dapat dari laman pencarian pastinya.
" Ya Tuhan Kai... Kau sungguh tampan. Mata hazelmu itu sungguh indah. Bibir seksi, hidung mancung. Kyaaaaa aku tidak tahan memeluk tubuhmu yang sangat seksi itu. Aku yakin semua wanita akan cemburu padaku jika aku menjadi istri Kai nanti heheheh."
Tok...tok...tok...
" Sayang... Ada apa mengapa berteriak."
" Tidak ada apa apa mom."
" Hmmm foto Kai. Pasti lagi ngebayangin Kai ya. Anak mommy benar benar sedang jatuh cinta."
Safira tersipu mendengar penuturan sang ibu.
" Mom... Jangan meledekku."
" Ya ... Ya... Baiklah. Oh iya tadi Daddy bilang akan mengatur perjodohanmu dengan Kai."
Safira hanya diam namun senyum tak lepas dari bibirnya.
" Lhoo kok hanya diam saja."
" Soalnya Fira udah denger tadi. Terimakasih Mom... Fira sayang mommy."
" Sama sama sayang. Mommy juga sayang Fira. Kebahagiaan Fira adalah kebahagiaan Mommy."
Ibu dan anak itu berpelukan. Tyas mengusap kepala anak gadisnya itu. Ia berharap suaminya benar benar bisa meyakinkan Rama untuk perjodohan Safira dan Kai.
🍀🍀🍀
Hari berlalu begitu saja. Kini Kai tengah berada di ruangannya. Ia berkali kali mengetuk ngetukkan pena nya ke meja sehingga menimbulkan suara yang begitu berisik bagi Luki yang tengah mengerjakan pekerjaannya.
Tuk.. Tuk... Tuk.. Tuk...
" Kai... Berisik banget sih ente ampun deh. Kagak tau ape ane lagi kerja. Ente sih enak tinggal corat coret macem dosen pembimbing skripsi."
" Eh... Sorry bro... Ane lagi pusing nih."
Kedua orang itu kalau dalam mode sahabat memang sangat santai dalam berbicara. Seakan tidak ada batasan. Namun saat dalam mode bos dan asisten, Luki pun profesional. Ia akan hormat dengan Kai.
Luki pun mengehentikan aktivitasnya dan fokus ke sobat nya itu.
" Ada apa sih."
" Gini, ane mau pergi bro. Nanti ane nitip A-DIS ye. Tapi ane masih bingung. Nyokap susah banget ngizinin nya."
" Pergi tinggal pergi aja. Mau liburan kemana emang? Terus kenapa mommy susah ngasih izin?"
" Begini Luk. Aku ingin melakukan perjalanan seperti pemuda biasa yang merantau gitu. Rencananya aku nggak akan bawa mobil, nggak bawa smartphone. Nggak bawa laptop. Aku cuma bawa hp yang bisa buat telpon aja. Aku juga nggak akan bawa atm, kartu kredit dan lain sebagainya itu. Aku cuma mau bawa uang tunai ya sekitar 5 juta lah buat pegangan. Aku bakalan naik bus disetiap pindah tempat."
" Gila... Lo Gila Kai!! Nggak gue nggak setuju."
Luki seketika berdiri dan berteriak di depan sahabat sekaligus bosnya itu.
Nah kan.. Kalau udah mode lo gue tandanya die kesel , batin Kai.
" Terus Mr. Sun?"
" Aku akan buat pengumuman kalau sementara ini Mr. Sun vakum."
" Gila!!! Lo beneran GILA. Gue nggak setuju. Bahaya Kai. Lagian lo nggak pernah pergi sendiri gitu apa lagi jadi orang biasa. Otak lo gesrek apa. Pokoknya gue nggak setuju!!"
Mira yang hendak masuk ke ruangan Kai dibuat terkejut dengan ulah suaminya yang marah marah kepada bosnya.
" Mas... Kamu kenapa marah marah gitu?'
" Sayang sini. Noh lihat bos mu. Masa dia mau pergi tanpa mobil, atm, credit card, smartphone. Pokonya tanpa apa apa alias dia mau ngegembel. Yang benar saja."
" Apa??? Benar begitu Kai?"
Kai hanya mengangguk. Melihat suami istri itu begitu terkejut membuatnya sedikit merasa bersalah.
" Jangan bercanda Kai."
" Aku serius Mir. Aku tidak bercanda."
Mira menatap Kai lekat, tampaknya pemuda itu memang serius dan mantab dengan apa yang jadi rencananya.
" Pantas saja mommy tidak setuju. Kupikir kau hanya akan ke inggris berziarah ke makan grandpa mu. Ternyata... Haish... Kau lagi kesambet Cristopher Colombus apa TinTin Kai!!!"
Luki terus saja meneriaki Kai. Sampai sampai Kai menutup kedua telinganya.
" Ayolah ijinkan aku pergi please... Ku mohon."
" Kalau ada apa apa denganmu gimana!!"
"Mas... Biarkan saja Kai pergi. Dia butuh healing."
" Tapi...."
" Mira... Kau memang the best. Oke kalian yang pegang semuanya. Besok aku akan berangkat. Daaa."
Kai berlari keluar. Luki hanya bisa meneriaki pemuda itu.
" Sudahlah mas.. Biarkan dia melakukan yang dia suka. Selama ini dia sudah sangat bekerja keras."
" Tapi sayang, aku sungguh khawatir. Aku takut dia kenapa napa di luar sana."
" Mas... Percayalah Kai bisa mengatasi segalanya. Kau tahu siapa dia."
" Huft... Kau benar."
Mira tahu suaminya itu bukannya marah. Luki hanya sangat khawatir kepada sahabat yang sudah dianggap adiknya itu.
***
Kai kembali ke rumah namun rumah tampak sepi. Ia langsung menuju ke kamar dan merapikan beberapa bajunya. Ia hanya mengemas baju baju biasa tanpa merek. Ia membelinya di online shop beberapa waktu yang lalu. Ia memasukkan beberapa buku dan blocknote untuk menemaninya dalam pekerjaan.
"Sudah. Semuanya siap. Tinggal nemuin mommy."
Gara gara Sita ngambek, Rama pun sampai absen dari perusahaan. Ia masih memberi pengertian kepada istrinya akan kemauan sang putra sulung.
" Sayang, izinkanlah Kai pergi. Biarlah dia melakukan hal yang diinginkan."
"Tapi mas..... Mas tahu kan aku tidak pernah bisa jauh dari Kai. Lha ini dia mau pergi dengan cara kayak gitu. Terus aku harus pakai cara apa untuk menghubunginya nanti."
" Sayang... Dengar... Selama ini Kai selalu patuh apa yang kita mau. Apa kau tidak ingin membiarkan sekali saja dia melakukan hal yang dia inginkan?"
Sita tercengang dengan perkataan suaminya. Semua yang dikatakan Rama benar. Selama ini Kai selalu di sisinya. Selalu menyenangkan hatinya. Sita merasa dia sangat egois.
" Huft... Baiklah mas.. Aku akan biarkan dia pergi."
" Bagus... Begitu baru istriku."
Kai yang berada di depan pintu kamar orang tuanya reflek berteriak.
" Yes....!!!"
Rama dan Sita hanya tersenyum melihat tingkah sulung mereka. Kai bagi mereka selalu seperti anak kecil.
" Masuk bang..."
Kai langsung berlari memeluk Rama dan Sita.
" Terimakasih mom... Ayah."
" Mau sholat ashar berjamaah? Tapi abang yang jadi imam."
Kai mengangguk, mereka sholat ashar bersama. Mereka bertiga mengenang masa masa kecil Kai dulu yang suka sekali subuh subuh datang ke kamar Rama dan Sita untuk sholat subuh bersama.
Dan tidak terasa 20 tahun berlalu. Anak kecil itu kini tumbuh jadi pemuda yang tampan dan hebat. Pemuda yang selalu melindungi keluarganya.
Sita meneteskan air matanya dan memeluk putra sulungnya dengan erat. Ia sungguh bersyukur mempunyai Kai dalam hidupnya.
" I love you abang."
" I love you too mom."
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!