Seorang wanita cantik dengan balutan gaun pengantin tengah berjalan ke altar, di depannya sudah ada seorang pria tampan dengan tatapan dingin tengah menatapnya.
Kini mereka mulai mengucapkan janji suci satu sama lain yang mengikat mereka berdua dalam ikatan suami istri.
Raut wajah penuh kebahagiaan terpancar jelas di wajah wanita itu hingga acara pernikahan pun selesai.
Wanita cantik itu mulai berlari menyusuri lorong-lorong gedung dan masuk ke dalam sebuah ruangan.
"Vir." Panggil Elvina kepada saudara kembarnya.
Elvira pun langsung berbalik dan melihat ke arah Elvina, "Ada apa lo, manggil gue ke sini?"
"Gue butuh bantuan Lo, sekali ini aja."
Elvira mengerutkan keningnya saat mendengar kata 'bantu' yang keluar dari mulut Elvina.
"Bantu apa?"
"Please, gantiin gue di malam pertama."
Elvira langsung terdiam dan dengan tegas menolak permintaan dari saudara kembarnya.
"Gila Lo yah! Gue gak mau."
"Please lah Vir, bantu gue. Lo tahu kan gue udah gak perawan dan suami gue saat ini dengan tegas minta gue buat masih perawan, sementara gue udah enggak."
"Ya itu salah Lo, ngapain nyerahin keperawanan Lo ke cowok lain."
"Ya gue gak tahu kalau tuh cowok gak akan jadi suami gue di masa depan, please lah Vir, bantu gue. Sekali ini aja, gue gak mau pas besok gue malah di talak sama laki gue."
"Enggak, gue mau ngasih keperawanan gue ya buat suami gue nanti."
"Ayolah, Lo tahu kan gue dari kecil penyakitan dan Dokter juga mengatakan jika gue gak bisa hidup lama. Please, gue mohon sama Lo bantu gue sekali ini aja."
"Gue gak mau,"
"Please Vir, menikah dengan Luis itu impian gue dari dulu. Dan sekarang gue udah nikah sama dia tapi sebelum itu dia minta gue untuk tetap perawan karena dia gak mau punya istri bekas cowok lain. Jadi jika dia tahu gue udah gak perawan, bukan hanya gue yang akan kena dampak tapi orang tua kita juga, Vir."
Elvira terdiam dengan perasaan bingung, dia tidak mungkin menolong Elvina dengan memberikan keperawanannya kepada suami saudaranya sendiri.
Pinta ruangan pun terbuka menampilkan sosok pria dan wanita paruh baya yang masih menggunakan pakaian yang rapi.
"Bagaimana?" Sinta langsung bertanya kepada anak bungsunya.
"Ma, Vira gak mau nolong aku." Elvina segera mengadukan hal itu kepada Ibunya sendiri.
"Vir, kamu jangan egois dong." Tiba-tiba Wisnu angkat bicara dan memarahi putri pertamanya.
"Hah? Aku egois, ngaca dong. Kalian bertiga yang egois, demi kebahagiaan Vina kalian malah mengorbankan aku?"
"Vira sayang, please sekali ini aja bantu Vina."
"Ma, aku juga anakmu tapi kalian berdua selalu lebih memilih Vina ketimbang aku. Aku sama dia itu sama, sama-sama anak kalian tapi kasih sayang kalian lebih berat ke Vina."
"Vira, kamu jangan kekanak-kanakan."
"Aku kekanak-kanakan harusnya kalian bilang ke Vina bukan ke aku."
Terdengar suara tamparan yang mendarat langsung ke pipi Vira, wanita itu terdiam dengan mata yang menatap kesal ke arah Ibu kandungnya sendiri.
"Stop yah, kamu bully Vina."
"Mama nampar aku? Harusnya yang kalian tampar dan maki itu Vina bukan aku, dia bahkan tidak bisa menjaga kesuciannya sendiri. Tapi kalian malah menutupi kesalahannya, dan ini semua hasil dari perbuatannya dan jangan bawa-bawa aku ke dalam masalah yang kalian buat."
"Vir, Lo jangan kek gitu dong. Mereka orang tua kita tapi Lo malah bentak-bentak kayak gitu, Lo boleh marah sama gue tapi please jangan sama orang tua kita." Elvina langsung membela kedua orang tuanya.
"Terserah kalian aja, tapi yang jelas aku gak mau bantu ataupun nyerahin keperawanan aku untuk pria itu hanya sekedar untuk menutupi kelakuan busuk Vina."
"Ayolah Vir, bantu ayah. Jika pernikahan ini sampai gagal, keluarga kita akan hancur."
"Aku gak peduli, lagi pula yang kalian sayangin itu si Vina bukan aku. Jadi hancur atau enggak nya keluarga ini itu gak ada hubungannya dengan ku." Elvira langsung memaki kedua orang tuanya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Bahkan selama bertahun-tahun kalian tidak pernah memperkenalkan ku ke publik, dan yang semua orang tahu kalian cuman punya satu anak yaitu Vina. Sementara aku? Aku gak pernah di anggap, tapi di saat kalian terkena masalah aku harus ikut campur dan membantu kalian berdua. Lucu banget.." Sambung Vira.
"Oke, Mama minta maaf sayang."
"Lalu apa yang kau inginkan? Asal kau mau membantu Vina. Ayah janji akan mengabulkan semua keinginan mu, kau ingin di manja atau kau ingin jalan-jalan keluar negeri? Ayah akan kabulkan sayang, ayah dan mama mu janji tidak akan pernah pilih kasih lagi."
"Kasih sayang? Selama bertahun-tahun aku menginginkan kasih sayang yang kalian berikan kepada Vina, tapi untuk usia ku sekarang aku sudah tidak membutuhkan kasih sayang yang kalian bicarakan itu."
"Please sayang, Mama mohon sekali ini aja."
Vira terdiam, ia masih memikirkan apa yang harus dia lakukan sekarang.
"Baik, aku akan menuruti apa yang kalian katakan. Tapi aku menginginkan hubungan di antara kita di putus, aku tidak ingin lagi menjadi anak bayangan kalian berdua."
Wisnu pun terdiam lalu dia dengan tegas menyetujui permintaan dari Vira, tapi Vira masih belum selesai bicara.
"Aku masih belum selesai mengatakan keinginan ku yang lain, aku menginginkan uang 5 miliar."
Kedua orang itu terdiam saat mendengar perkataan dari Vira.
"5 miliar, Lo bercanda yah? Keperawanan kayak gitu Lo hargai sebesar 5 miliar." Vina nampak tidak senang dengan permintaan dari Vira karena baginya itu sangat tidak masuk akal.
"Ya setidaknya keperawanan gue gak di kasih secara gratis, cuman modal kata-kata manis langsung mau ngasih keperawanan." Ejek Vira.
"Oke, ayah akan mengabulkan keinginan mu itu. Sekarang kau siap-siap untuk melayani Luis sebagai Vina."
"Enggak, transfer sekarang baru aku akan melayani pria itu."
"Apa? Vira, Mama dan Ayah kamu gak mungkin bisa bayar kamu secara langsung."
"Aku gak peduli, aku mau uang itu sekarang juga. Jika enggak, ya aku gak mau melayani pria itu." Vira dengan santai langsung mengancam balik Wisnu dan juga Sinta.
Wisnu hanya bisa menghela nafas, ia langsung mengeluarkan handphone miliknya dan mentransfer uang sesuai jumlah yang di inginkan oleh Vira ke rekening pribadi milik wanita itu.
Vira langsung melihat handphonenya miliknya yang terdapat notif bank, dengan senyuman hampar Vira langsung memasukkan kembali handphone nya ke dalam tas.
Kini Vira harus menggantikan adiknya di malam pertama untuk menutupi aib adiknya yang sudah tidak perawan.
Vira berjalan masuk ke dalam sebuah kamar, pikirannya masih memikirkan perlakuan kedua orang tuanya. Demi kebahagiaan Vina bahkan mereka rela mengeluarkan uang 5 miliar hanya untuk mempertahankan pernikahan Vina.
"Kau sudah datang?"
Suara bariton terdengar dan membuat Vira tersadar dari lamunannya, hingga tatapan matanya langsung tertuju pada sosok pria yang tengah duduk di atas ranjang.
Pria tampan dengan hidung mancung dan rahang yang tegas, tapi tatapan matanya menatap dingin ke arah Vira.
"Iya, sayang." Vira dengan senyuman manis langsung menghampiri suami adiknya itu.
Pria itu menatap dingin ke arah Vira yang tengah menyamar menjadi Vina, Vira dengan perlahan datang dan duduk di samping pria itu.
"Apa yang sedang kau lakukan?!" Luis menatap tajam ke arah wanita yang tengah duduk dan bersandar di dadanya.
"Kenapa? Bukankah kita suami istri."
"Apa kau lupa, apa yang ku katakan kepada mu tempo hari? Jika kau tidak boleh bersikap manja kepada ku."
Vira terdiam, ia tidak tahu jika Luis pernah mengatakan hal itu kepada Vina.
"Iya tentu saja aku ingat, tapi kau terlalu tampan dan aku tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak bermanja-manja kepada suami ku sendiri." Vira hanya bisa memasang wajah tebal.
Lalu wanita itu langsung memeluk Luis, pria itu terdiam. Dia bisa mencium wangi parfum beraroma Coffe dari tubuh istrinya.
"Kau suka aroma Coffe?"
"Iya, aku paling suka aroma Coffe."
Di dalam pelukan Luis, Vira terdiam pikirannya terus teringat akan apa yang di lakukan oleh kedua orang tuanya.
Bahkan mereka lebih memilih kehilangan uang miliaran demi kebahagiaan Vina, dengan mengorbankan dirinya.
Luis mengerutkan keningnya saat mendengar suara Isak tangis dari wanita yang ada di dalam pelukannya, dengan cepat Luis menarik pundak Vira dan melihat wajah wanita itu.
"Ada apa denganmu? Jangan kotori kemeja ku dengan ingus mu itu." Omel Luis.
Vira langsung memonyongkan bibirnya, dia tidak habis pikir kenapa adiknya mau menikah dengan pria yang sangat kasar seperti ini.
"Memangnya kenapa jika aku menangis? Lagi pula baju mu juga tidak kotor." Vira mengatakan hal itu dengan tangan yang menyeka air matanya secara kasar.
Luis mengerutkan keningnya, wanita di hadapannya sangatlah berbeda dengan Vina yang selama ini dia kenal karena seingatnya wanita itu selalu menunjukkan sisi keanggunan nya sebagai seorang wanita. Tapi Vina yang ada di depan matanya jangankan anggun bahkan lebih mirip seperti seorang anak kecil.
"Lalu kenapa kau menangis?" Luis penasaran alasan wanita itu tiba-tiba menangis.
Vira terdiam, "Apa kau tahu rasanya tidak memiliki siapapun di dunia ini?"
Luis mengerutkan keningnya, ia tidak paham dengan apa yang di katakan oleh istrinya.
"Bukankah kau memiliki kedua orang tua mu yang selalu memanjakan mu?"
Vira langsung menggelengkan kepalanya dengan senyuman hambar, "Mereka tidak pernah menyayangi ku." Jawab Vira dengan mata yang berkaca-kaca.
Melihat wanita itu menangis Luis terdiam, untuk pertama kalinya ia melihat sisi lain dari istrinya lebih tepatnya saudara kembar istrinya.
"Jangan menangis, kau sangat jelek jika menangis."
Mendengar perkataan tajam dari Luis membuat Vira menggerutu, "Kau sedang memaki ku?" tanya Luis.
"Tidak sayang."
"Tapi aku mendengarnya."
"Mungkin pendengaran mu sedang bermasalah, bagaimana mungkin aku memaki suami tampan ku ini." Vira mengalungkan tangannya di leher Luis, tatapan mereka saling bertemu satu sama lain.
Vira mengakui jika suami adiknya memang sangat tampan, ini mungkin merupakan sebuah musibah tapi keberuntungan juga untuk nya.
"Apa kau lupa tujuan kita malam ini?"
"Tentu saja dan aku tidak akan pernah mengecewakan mu."
Luis yang mendengar hal itu tersenyum tipis, ia masih sedikit kurang percaya jika istrinya memiliki sisi yang menarik seperti ini.
"Lalu sekarang kita buktikan karena yang ku dengar jika kau memiliki kehidupan yang cukup gelap." Bisik Luis yang mulai mendorong tubuh Vira secara perlahan.
Vira terdiam, jantungnya masih terus berdetak dengan kencang. Dia sekarang mulai sedikit takut karena ini kali pertamanya melakukan hubungan badan dengan seorang pria, apalagi pria itu suami dari adiknya sendiri.
Luis mulai membuka ****** ***** Vira, wanita itu terkejut saat pria itu tiba-tiba membuka ****** ******** tanpa mengatakan kepada dirinya.
"Kenapa kau langsung membukanya?"
"Kenapa? Kau tidak suka, aku bukan orang yang suka basa-basi, sebelum melakukan pemanasan aku hanya ingin memastikan jika kau masih perawan. Agar pemanasan yang ku lakukan tidak sia-sia," Jawab Luis dingin.
Vira hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, hingga dia merasakan sakit saat jari Luis masuk ke dalam tubuhnya.
"Arg.. Ku mohon hentikan." Pinta Vira dengan mata yang berkaca-kaca, baru dengan jari saja dia sudah kesakitan ia tidak bisa membayangkan jika benda itu menerobos miliknya pasti akan terasa lebih sakit.
Luis tersenyum puas saat mengetahui jika istrinya masih perawan, sementara Vira langsung mundur dengan tangan yang segera menutupi roknya.
"Ada apa? Bukankah ini sudah kewajiban kita? Lagi pula karena kau masih perawan, maka aku akan meniduri mu dan membuat mu hamil putra untuk ku." Bisik Luis.
Mendengar hal itu membuat Vira langsung merinding, "Aku tidak mau.." Jawab Vira tegas.
"Kenapa?" Seketika ekspresi Luis langsung berubah drastis, pria itu menatap dingin ke arah wanita di depannya.
"Rasanya sangat sakit, aku takut." Jawab Vira dengan wajah yang menunduk.
Melihat wanita itu ketakutan Luis terkekeh, lalu dia perlahan mengangkat dagu Vira. "Jangan takut, akan ku buat malam pertama mu menjadi malam yang paling indah dan tidak akan pernah terlupakan." Luis mengatakan itu dengan tatapan mata yang melihat langsung ke arah Vira.
Perlahan dia mulai mencium bibir wanita itu dengan lembut, tapi Vira diam dan tidak merespon tapi Luis mencubit pinggang Vira hingga wanita itu menjerit. Luis mulai memainkan lidahnya di dalam mulut Vira, wanita itu mulai terbawa oleh kenikmatan permainan dari Luis.
Perlahan tangan pria itu mulai meraba-raba bagian atas tubuh wanita di depannya, secara perlahan Luis juga membuka semua pakaian Vira tanpa wanita itu sadari.
Vira yang masih terlena dalam kenikmatan ciuman dari Luis, hingga dia merasakan hawa dingin yang menyapu setiap pori-pori kulitnya.
Vira langsung melepaskan ciumannya dari Luis ketika menyadari jika tubuhnya sudah tidak menggunakan apa-apa, "Ternyata tubuhmu lebih berisi dari yang ku kira." Bisik Luis.
Karena selama ini dia selalu melihat tubuh Vina dari luar pakaian nampak tepos dan tidak berisi, tapi rupanya ia salah. Tubuh istrinya sangatlah berisi, meski Luis tidak mengetahui jika wanita yang tengah dia tiduri bukanlah Vina melainkan Vira.
"Ku mohon, lakukan dengan perlahan." Pinta Vira yang merasa sakit saat keperawanan nya hendak di terobos.
"Tentu."
Dengan penuh tenaga Luis menerobos keperawanan Vira, wanita itu langsung menjerit kesakitan dengan mata yang berkaca-kaca.
Tapi secara perlahan rasa sakit itu mulai hilang di gantikan dengan rasa kenikmatan yang tiada dua, Vira sampai kehilangan kesadaran dia terus di buai oleh kenikmatan yang di berikan Luis.
Beberapa kali Luis menyuruhnya untuk berganti gaya, wanita itu tanpa perlawanan menuruti semua perkataan Luis.
Berkali-kali Luis menumpahkan hasil keringatnya tepat di rahim Vira, hingga keduanya pun kini terbaring lemas di atas ranjang.
Vira yang tengah tertidur pun mulai kembali sadar, ia teringat akan ucapan Vina yang harus memberikan obat bius kepada Luis.
Vira pun langsung mengambil sebuah sapu tangan yang sudah di beri obat bius, lalu membekapnya secara perlahan tepat ke hidung Luis.
Vira dengan langkah yang masih kesakitan mulai kembali memunguti semua pakaiannya yang berserakan, lalu ia berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan sisa-sisa cairan di area sensitifnya.
Setelah itu, Vira mulai keluar dari kamar mandi. Ia menatap Luis yang masih tertidur di atas ranjang, lalu wanita itu langsung bergegas pergi meninggalkan kamar.
Rupanya di luar kamar sudah ada Vina dan kedua orang tuanya, Vina nampak menatap Vira dari atas sampai bawah dengan tatapan tidak suka.
"Aku sudah selesai." Ucap Vira.
"Iya dan sesuai kesepakatan, kau sudah bukan lagi bagian dari keluarga ini. Dan gue harap Lo gak muncul di depan gue ataupun Luis." Vina langsung memberikan peringatan kepada Vira.
Wanita itu langsung tersenyum mengejek kepada saudara kembarnya, "Dasar rubah."
"Tentu, aku akan pergi lagi pula aku sudah mendapatkan uang yang ku mau dan juga mencicipi suami mu." Jawab Vira dengan senyuman bangga.
Mendengar hal itu Vina sangat kesal, lalu Wisnu segera menyuruh Vira untuk segera pergi meninggalkan tempat ini.
Di saat Vira berjalan keluar dari gedung, Sinta memanggil namanya. Di saat Vira berbalik, wanita paruh baya itu langsung memeluk Vira, ia bisa mendengar suara Isak tangis dari ibu kandungnya.
"Jaga kesehatanmu, sayang." Bisik Sinta. "Mama selalu menyayangimu." Sambung nya.
Mendengar hal itu Vira tersenyum lalu membalas pelukan dari Sinta, lalu wanita itu mulai melepaskan pelukannya pada tubuh Vira.
"Iya, aku pasti aku pasti akan menjaga kesehatan ku. Ku harap Mama dan Ayah selalu bahagia bersama dengan Vina."
Setelah mengatakan itu Vira langsung bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut.
Kini Vira berada di rumah tempatnya tinggal para pelayan memperhatikan raut wajah Vira yang nampak sendu, lalu wanita itu mulai berjalan masuk ke dalam kamarnya untuk membereskan semua pakaian miliknya.
Para pelayan hanya bisa diam dan penasaran dengan Vira yang mulai melangkah pergi dengan membawa sebuah koper, tapi tidak ada yang berani bertanya kepada wanita itu.
Lalu seorang supir pun langsung membawakan koper Vira masuk ke dalam mobil, hari ini wanita itu akan pergi ke luar kota untuk menata kehidupannya kembali dari awal.
Meski di dalam hatinya masih ada perasaan rindu terhadap kedua sosok orang tuanya, Vira memang tahu jika kedua orang tuanya pilih kasih tapi meski begitu Vira selalu sadar jika kedua orang tuanya juga menyayanginya.
Bahkan mereka selalu memberikan hadiah atau barang-barang keinginannya tanpa di ketahui oleh Vina.
"Aku juga menyayangi kalian berdua."
*
*
Luis mulai bangkit dari tidurnya, ia melihat sosok istrinya tengah berbaring dengan tangan yang memeluknya.
"Mas kamu sudah bangun." Tiba-tiba Vina bangun dan tersenyum seraya melihat ke arah Luis.
Tapi Luis sedikit terdiam saat melihat sosok wanita di depan matanya, wajahnya sangat mirip tapi entah kenapa ia merasa dia tidak sama dengan wanita semalam.
"Iya."
Luis buru-buru bangkit dari atas ranjang, ia mulai memperhatikan Vina dari atas sampai bawah. Keningnya mulai mengkerut saat melihat tubuh Vina yang tidak berisi alias tepos.
"Mas, kenapa?"
"Siapa kau?"
"Apa yang kau katakan, tentu saja aku istrimu."
Luis terdiam, mungkin semalam dia terlalu banyak minum dan lupa akan istrinya sendiri. Luis segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Vina pun hanya bisa bernafas lega sekarang, hampir saja Luis mengetahui jika yang semalam tidur dengannya bukanlah dirinya melainkan Vina.
Kini Luis dan Vina sudah resmi menjadi sepasang suami istri, nampak Vina dengan lembut menyiapkan makanan untuk suami tercintanya.
Tapi Luis hanya diam dan menatap dingin wanita di sampingnya, meski mendapatkan perlakuan yang kejam dari Luis tapi Vina tetap berusaha untuk tersenyum karena menikah dengan Luis adalah keinginan terbesarnya.
Setelah makan Luis dan Vira langsung pergi ke rumah baru mereka, nampak banyak pelayan yang sudah menyambut kepulangan Luis dan juga Vina.
"Jika ada yang kau butuhkan, kau bisa katakan kepada para pelayan."
"Iya Mas."
Lalu Luis kembali pergi untuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah menumpuk, melihat kepergian Luis.
Senyuman di wajah Vina pun mulai luntur, ia langsung melihat ke arah para pelayan.
"Apa yang sedang kalian lihat?" Maki Vina dengan nada tinggi.
Para pelayan pun langsung menundukkan kepalanya, "Sekarang aku Nyonya di rumah ini dan kalian harus mematuhi semua perintah ku, dan satu lagi. Aku tidak mentoleransi satu kesalahan pun, jika ada yang melakukan kesalahan aku akan memecat kalian."
"Baik Nyonya."
Vina dengan anggun dan sombong langsung berjalan masuk ke dalam kamarnya, perasaan senang dan puas terus menyelimuti hati Vina.
Ia memang tidak pernah salah memilih pasangan dan kini ia mendapatkan semua yang dia inginkan.
Kekayaan, ketenaran dan sosok suami tampan. Luis adalah sosok pria idaman yang akan membuat semua wanita menjadi iri kepadanya.
Tapi sesaat kemudian Vina kembali kesal jika mengingat suara-suara penuh kenikmatan yang keluar dari mulut Vira dan juga Luis saat tadi malam.
"Jika bukan karena masalah itu, aku tidak akan pernah sudi membiarkan suami ku tidur dengan wanita lain."
Hingga Vina merasa pusing dan mual yang secara bersamaan, dengan cepat wanita itu langsung pergi ke kamar mandi untuk mengeluarkan semua isi perutnya.
"Arg.. Ada apa dengan ku."
Vina memegangi perut dan juga kepalanya, setelah selesai wanita itu kembali ke dalam kamar dan mulai membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
Hingga tiba-tiba Vina teringat jika dia belum datang bulan, lalu wanita itu mengambil handphone dan melihat kalender dan benar saja bulan ini dia belum datang bulan.
Lalu Vina langsung menelpon orang tuanya untuk membelikan sebuah test pack, tapi Vina berpesan agar para pelayan yang ada di rumah Luis jangan sampai tahu tentang hal ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!