NovelToon NovelToon

Jerat Cinta Sang Mafia

Bab 1. Acara lelang

#TerjebakGairahSangMafia2

Pelelangan

"Baiklah, para hadirin yang berbahagia. Sebentar lagi kami akan memulai acara lelang kali ini, yang pastinya banyak dari kalian yang sudah tidak sabar ingin melihat apa saja yang ada di pelelangan ini. Tentunya semuanya tidak kalah menarik dibanding tahun-tahun sebelumnya, dan mungkin ini akan jadi edisi lelang yang terbaik,"

MC sudah naik ke atas panggung dan memberikan sambutan kepada para peserta lelang yang hadir di tempat itu.

Kebanyakan dari mereka adalah para pengusaha kaya yang bingung ingin menghabiskan uangnya untuk apa dan memilih datang kesana.

Acara lelang ilegal ini memang dilaksanakan di salah satu tempat tersembunyi di daerah Monaco, acara ini juga sudah berlangsung selama beberapa tahun dan tanpa ketahuan.

"Karena waktu juga sudah larut, langsung saja saya akan memanggil gadis-gadis cantik yang bisa menjadi milik tuan-tuan semua disini. Pastinya mereka masih belia dan membutuhkan kasih sayang dari kalian semua yang ingin membelinya," ucap sang MC.

Prok prok prok

Semua orang bertepuk tangan, lalu MC pun mulai memanggil sederet gadis cantik yang berasal dari seluruh belahan dunia.

"Yang pertama, ada si cantik dari Indonesia. Dia berusia 20 tahun dan memiliki body yang seksi, cukup banyak pria yang ingin memilikinya. Tapi, hanya dia yang beruntung yang bisa memiliki gadis manis ini," ucap sang MC.

Tirai dibuka, tampaklah seorang wanita cantik yang berada di dalam kurungan besi dengan kondisi tangan serta kaki terikat.

"Ya inilah dia, Dinda Lautesha. Penawaran akan dimulai dari angka 100 juta dolar. Bagi yang berminat, silahkan angkat alat yang sudah tersedia di meja masing-masing lalu sebutkan angka yang kalian ajukan!" ucap sang MC.

"150 juta untuknya," penawaran pertama dimulai oleh seorang pengusaha kaya yang terkenal.

"Wow amazing! Ada lagi?" sang MC mulai mencari penawaran lainnya.

"200 juta!"

"300 juta!"

"500 juta!"

"1 milliar dollar untuk dia!"

Suasana seketika hening dan sontak menatap ke arah pria besar yang duduk di paling belakang, dialah mister Erick yang memang terkenal dengan seluruh aset-aset mahalnya di dunia ini.

"Waw waw waw, sungguh luar biasa! Mister Erick, lagi-lagi anda yang berhasil menang kali ini," ucap sang MC cukup terkejut.

"Baiklah, Dinda terjual untuk mister Erick dengan harga 1 milliar dollar!" ucap sang MC sambil mengetuk palu di mejanya.

Semua kembali bertepuk tangan, mister Erick tampak tersenyum lebar setelah memenangkan lelang kali ini. Ia memang sangat tertarik dengan Dinda dan ingin sekali membelinya.

"Oke, kita akan lanjut ke gadis lainnya. Masih dari Indonesia, dan dia bernama Alova Christyn," ucap mc itu lagi.

Sementara itu, Jeevan nampak duduk santai di kursi VVIP memantau acara lelang di bawah sana dengan santai bersama para anak buahnya.

Ia tersenyum lebar melihat gadis-gadis bawaannya sangat laris dan menarik minat para pengusaha disana yang langsung menawar dengan harga cukup tinggi.

"Bos, sepertinya gadis-gadis yang bos bawa laris manis bos," ucap Alden.

"Betul, saya senang melihat mereka berhasil bikin saya untung besar," ucap Jeevan.

"Seandainya nona Queen juga ada disini bos, pasti dia bisa jadi pendongkrak keuntungan buat kita. Mungkin dia akan ditawar dengan harga yang luar biasa bos, tapi sayang dia malah ngilang gitu aja," ucap Alden.

"Heh! Kamu lupa apa gimana sih Alden? Saya kan sudah bilang, jangan bawa-bawa Queen saat sedang bicara dengan saya!" tegas Jeevan.

"Ma-maaf bos, saya cuma ngerasa heran aja bos. Kira-kira nona Queen pergi kemana ya bos?" ucap Alden.

"Kalau saya tahu, sudah pasti saya temuin dia dan bawa dia balik ke rumah saya Alden," ucap Jeevan.

Jeevan pun mendadak berubah, ia yang sebelumnya merasa senang kini justru bersedih akibat memikirkan Queen kembali yang hingga kini tak tahu ada dimana.

"Kemana kamu Queen? Apa kamu benar-benar tega meninggalkan saya?" batin Jeevan.

Alden merasa bersalah, karena ucapannya tadi justru membuat Jeevan kini bersedih dan kembali teringat pada Queen.

"Bos, saya minta maaf ya bos! Saya gak maksud bikin bos jadi sedih," ucap Alden.

"No problem, kamu gak salah. Sudahlah, saya mau pergi aja dari sini," ucap Jeevan.

"Eee bos mau kemana?" tanya Alden.

"Saya pengen balik ke hotel buat tenangin diri, kamu disini aja sama yang lain pantau acaranya!" jawab Jeevan.

"Ba-baik bos!" ucap Alden gugup.

Jeevan pun pergi meninggalkan acara itu, ia sulit fokus kalau sudah teringat dengan Queen.

"WOI LEPASIN GUE! LEPAS!!"

Tom terus berteriak minta dilepaskan dari ruang penyiksaan, namun usahanya sia-sia lantaran tidak mungkin dirinya bisa lepas dari sana.

Lalu, Rezham serta Surya muncul di hadapannya. Mereka tersenyum puas melihat kondisi Tom yang saat ini sangat mengkhawatirkan.

"Hahaha, sampai kapanpun lu gak akan bisa lepas dari sini Tom! Ini tuh tempat lu!" ucap Surya.

"Iya Tom, pengkhianat kayak lu emang pantas ada disini. Hahaha," timpal Rezham.

"Kalian benar-benar kurang ajar! Kalian udah mau melecehkan Dinda dan kalian malah laporin yang enggak-enggak ke bos Jeevan, dasar munafik!" kesal Tom.

"Kita bukan munafik Tom, tapi kita cuma mau pengkhianat kayak lu dihukum dan dimasukkan ke ruang penyiksaan ini," ucap Surya.

"Sekarang kalian lepasin gue, gue harus selamatin Dinda! Gue gak mau dia sampai dijual ke orang yang gak bertanggung jawab, tolong kali ini aja kalian bantuin gue!" rengek Tom.

"Gak bisa Tom, kita bukan pengkhianat kayak lu. Lagipun semua udah terlambat, gue yakin si Dinda juga udah dijual sama bos Jeevan disana," ucap Rezham menyeringai.

"Gue mohon sama kalian, lepasin gue! Gue janji bakal kasih apapun yang kalian mau asalkan kalian bisa bebasin gue!" mohon Tom.

"Hahaha, apa lu kata Tom? Lu mau kasih apapun yang kita mau? Emangnya lu punya apa? Lu tuh udah jadi miskin sekarang, mana bisa lu kasih apa yang kita mau," ledek Surya.

"Tenang aja, gue masih punya aset rahasia yang gak diketahui bos Jeevan," ujar Tom.

"Cih, kita gak percaya! Lo gausah pengaruhi kita, karena kita bukan pengkhianat kayak lu!" ucap Surya.

"Bener, gue sama Surya ini setia ke bos Jeevan. Jadi lu jangan harap kita bakal bebasin lu!" sahut Rezham.

Tom pun bingung dan tak tahu lagi harus bagaimana untuk bisa selamat dari sana.

"Gue harus gimana lagi? Dinda pasti lagi dalam bahaya sekarang, gue gak boleh biarin Dinda kenapa-napa!" batin Tom.

"Surya, Rezham!"

Suara tersebut mengejutkan kedua pria si pemilik nama yang tadi sedang asyik tertawa itu.

"Eh Fritzy?" ucap Surya.

Ya wanita yang ada disana adalah Fritzy, seketika Tom tersenyum lebar melihat kehadiran Fritzy.

"Ngapa sih? Kangen kamu sama aku?" goda Surya.

"Dih, jangan kege'eran deh! Itu lu dipanggil sama Azura di luar, katanya dia minta bantuan lu," ucap Fritzy.

"Oh gitu, oke deh aku kesana. Aku titip si Tom ya, jagain dia!" ucap Surya.

"Iya bawel!" ketus Fritzy.

Surya dan Rezham pun keluar, kini hanya ada Fritzy serta Tom di dalam ruang tersebut yang membuat Tom mempunyai ide gemilang.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Bab 2. Dimana kamu?

#Terjebak Gairah Sang Mafia 2

Dimana kamu?

"Surya, Rezham!"

Suara tersebut mengejutkan kedua pria si pemilik nama yang tadi sedang asyik tertawa itu.

"Eh Fritzy?" ucap Surya.

Ya wanita yang ada disana adalah Fritzy, seketika Tom tersenyum lebar melihat kehadiran Fritzy.

"Ngapa sih? Kangen kamu sama aku?" goda Surya.

"Dih, jangan kege'eran deh! Itu lu dipanggil sama Azura di luar, katanya dia minta bantuan lu," ucap Fritzy.

"Oh gitu, oke deh aku kesana. Aku titip si Tom ya, jagain dia!" ucap Surya.

"Iya bawel!" ketus Fritzy.

Surya dan Rezham pun keluar, kini hanya ada Fritzy serta Tom di dalam ruang tersebut yang membuat Tom mempunyai ide gemilang.

Fritzy pun beralih menatap Tom yang masih terikat disana, ia sejujurnya kasihan dan tidak tega melihat Tom seperti itu.

Namun, sebagai seorang karyawan ia tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa berharap Tom tak akan kenapa-napa.

"Tom, apa kabar? Kamu baik-baik aja kan? Semua aman?" tanya Fritzy.

"Ya gitu deh, saya sih gak masalah dihukum dan disiksa kayak gini. Tapi, saya cuma khawatir sama Dinda. Saya gak mau dia sampai dijual sama bos Jeevan," jawab Tom.

"Disaat seperti ini aja kamu masih mikirin Dinda, secinta itu kamu sama dia?" heran Fritzy.

"Saya gak tahu jelasnya, mungkin iya mungkin juga tidak. Yang pasti saya sangat khawatir sama Dinda," ucap Tom.

"Terus kamu mau apa Tom? Kamu gak mungkin kan bisa bantuin Dinda sekarang," ujar Fritzy.

"Bisa kok, asalkan kamu mau bantu saya Fritzy," ucap Tom.

"Maksud kamu? Aku harus bantu apa? Kayak gimana Tom?" tanya Fritzy.

"Kamu bisa bantu bebasin saya dari sini Fritzy, ayo tolong saya supaya bisa lepas dari tempat ini!" jawab Tom.

"Apa? A-aku gak berani ah Tom, aku takut ketahuan sama bos Jeevan nanti," ucap Fritzy.

"Gak bakal, ayo buruan kamu bantu saya Fritzy! Saya janji kamu akan baik-baik aja, biar saya atur strateginya supaya kamu gak ketahuan," ucap Tom.

"Yaudah, kali ini aku mau bantu kamu. Aku lepasin ikatan di tubuh kamu ya?" ucap Fritzy.

"Makasih Fritzy, makasih banget!" ujar Tom.

Fritzy mulai bergerak mendekati Tom dan melepaskan ikatan di tangan serta kaki pria itu dengan mudah.

"Aku ngelakuin ini karena aku cinta kamu Tom, meskipun kamu gak pernah bisa balas cinta aku karena yang ada di pikiran kamu itu cuma Dinda dan Dinda," gumam Fritzy dalam hati.

Akhirnya Tom berhasil lepas, tanpa menunggu lama ia pun bergegas pergi setelah membisikkan sesuatu di telinga Fritzy.

Jeevan masih berada di kamar hotelnya, ia duduk seorang diri menatap ke luar jendela sembari memegang segelas wine.

Pikirannya tak berhenti memikirkan tentang Queen, gadisnya yang telah lama hilang. Ada sekitar empat bulan ia sudah berpisah dengan wanita itu.

"Kamu dimana Queen? Saya harus cari kamu kemana lagi? Kenapa sih kamu pergi dari saya? Apa kurangnya saya di mata kamu Queen? Padahal saya bisa berikan apapun yang kamu mau," gumam Jeevan dengan tampang sedihnya.

Drrttt

Drrttt

Disaat ia tengah asyik melamun, suara ponsel miliknya membuat pikirannya terusik dan ia memutuskan mengangkat telpon itu sejenak.

📞"Halo! Ada apa Alden? Sudah saya bilang saya ingin sendiri, jangan ganggu saya!" geram Jeevan.

📞"Ma-maaf bos! Tapi, ada masalah besar di tempat pelelangan bos. Kita diserang dan para wanita itu dibawa kabur oleh pasukan misterius bertopeng yang kita tidak tahu siapa," ujar Alden.

Jeevan tersentak dan spontan bangkit dari duduknya dengan kedua tangan terkepal menahan emosi.

📞"Apa? Sial, gimana bisa pertahanan gedung itu ditembus sama mereka?!" heran Jeevan.

📞"Entahlah bos, sepertinya mereka bukan orang sembarangan," ucap Alden.

📞"Aaarrgghh kurang ajar! Yasudah, kamu perintahkan pasukan untuk kejar mereka! Jangan sampai gadis-gadis itu lolos!" ucap Jeevan.

📞"Baik bos!" ucap Alden patuh.

Tut Tut Tut...

Jeevan segera menutup telpon dan menggeram kesal, ia memukul angin untuk meluapkan emosi di dalam dirinya.

"Sialan! Siapa yang berani main-main dengan saya? Lihat saja, akan saya habisi siapapun itu! Kamu memang salah besar karena sudah memancing singa yang sedang emosi!" kesal Jeevan.

Tanpa basa-basi lagi, Jeevan bergegas pergi dari hotel dan kembali menuju acara pelelangan tadi untuk menemukan si penyusup.

Aulia, Nina serta Lova masih tak mengerti dengan apa yang terjadi pada mereka barusan. Ketiganya tiba-tiba dibebaskan dan dibawa kabur oleh orang misterius bertopeng hitam.

Kini mereka berada di dalam mobil bersama dua orang bertopeng itu, Aulia pun sangat penasaran ingin tahu siapa yang berani menculik mereka dari tempat tadi.

"Kalian ini sebenarnya siapa? Kalian mau beli kita tapi gak punya uang ya?" ujar Aulia.

"Bukan, kami justru ditugaskan untuk bebasin kalian. Buat apa juga kami beli kalian bertiga? Kami gak tertarik," ucap orang itu.

"Ih sialan banget lo! Body gue bagus kali, kenapa bisa lu gak tertarik?" protes Lova.

"Tenang aja, sebagus apapun body kalian, gue tetap gak akan tertarik," ucap orang itu.

"Iya, soalnya dia ini penyuka sesama. Mana mungkin tertarik sama kalian?" timpal temannya.

"Hah??" ketiga gadis itu kompak terkejut.

"Terus lu sendiri gimana? Gay juga gak?" tanya Lova penasaran.

"Saya sih normal, kalau kamu mau jadi pacar saya ayo aja!" jawab pria itu.

"Emang lu siapa sih?" tanya Lova lagi.

"Saya Reza," jawab pria itu mengenalkan diri.

"Ohh, terus ini yang gay siapa?" tanya Lova.

"Buset baru kenal langsung ngatain aja! Nama gue Jago, sesuai nama makanya gue juga jago tadi pas berantem dan bebasin kalian," jawabnya.

"Hilih iyain aja deh," cibir Lova.

"Omong-omong, kalian tuh sebenarnya kenapa bebasin kita sih?" heran Nina.

"Daritadi yang ditanyain itu terus, emang kalian gak senang apa kita bebasin?" ujar Jago.

"Ya senang sih, senang banget malah. Tapi, kita bingung aja apa alasan kalian rela korbanin nyawa demi bebasin kita. Disana kan bahaya banget tadi, malah gue lihat ada beberapa teman kalian yang kena tembak juga," ucap Nina.

"Iya gapapa, mereka itu emang siap mati kok buat misi kali ini. Yang penting misi kita berhasil dan kalian bisa dibebaskan," ucap Jago.

"Misi? Kalian disuruh buat bebasin kita?" tanya Aulia.

"Ya gitu deh, kita punya bos dan si bos kita ini yang suruh kita buat bebasin kalian," jawab Jago.

"Siapa bos kalian?" tanya Nina penasaran.

"Udah gausah banyak tanya, nanti juga kalian tahu sendiri begitu kita sampai di Indonesia!" ucap Reza ketus.

"Ish galak amat sih gue kan cuma nanya!" cibir Nina.

"Sabar Nin, kita nurut aja sama mereka! Ya semoga aja mereka beneran mau selamatin kita!" ucap Aulia.

"Tuh dengerin kata temen lu!" ujar Reza.

Aulia mendengus kesal, ia pun menurut dan tidak lagi banyak bertanya.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Bab 3. Rumah baru

#Terjebak Gairah Sang Mafia 2

Rumah yang baru

Disaat teman-temannya berhasil dibebaskan dan dibawa pergi oleh sekumpulan orang misterius, Dinda justru terjebak dalam jeratan Mr Erick yang telah membelinya seharga 1 milliar dollar itu.

Kini Dinda dibawa menuju rumah besar milik si pria setelah berhasil menghindari kejaran orang-orang misterius tadi yang ingin mencoba merebut Dinda dari Erick.

Dinda pun pasrah saja dengan apa yang terjadi padanya kali ini, ia sudah tidak memiliki harapan untuk bisa hidup bebas seperti dulu karena saat ini kehidupannya sudah sangat hancur.

"Welcome to your new house baby girl! Disini lah kamu akan tinggal sayang," ucap Erick.

Dinda menatap sekeliling, sampai matanya tiba di dua buah bola mata hitam yang juga tengah menatapnya disertai seringaian tipis itu. Ya Dinda dan Erick kini saling bertatapan.

"Bagaimana baby? Do you like it?" tanya Erick.

"Iya, aku suka." jawab Dinda pelan.

"Baguslah, saya senang kalau kamu suka. Nanti kalau kamu butuh apapun, katakan aja sama saya ya Dinda!" ucap Erick.

"Apa termasuk lepas dari sini? Karena hanya itu yang aku inginkan," tanya Dinda.

"Oh enggak dong baby, kalau yang satu itu saya gak bisa bantu. Saya kan udah beli kamu mahal, masa saya lepasin gitu aja?" jawab Erick.

"Tapi, kamu kan belum lunasi pembayaran. Kamu langsung bawa aku pergi tadi," ujar Dinda.

"Itu persoalan mudah, saya bisa temui panitianya lagi nanti di kemudian hari. Yang terpenting itu saya bisa amankan kamu Dinda," ucap Erick.

"Kenapa kamu segitunya sampe rela pasang harga tinggi buat aku?" tanya Dinda.

"Because you are special in my eyes dear," jawab Erick tepat di telinga wanitanya.

Lalu, pria itu pun menggandeng tangan Dinda dan mengajaknya untuk segera masuk ke dalam menuju kamar mereka.

"Come on baby, kita lihat kamar kamu yang indah!" ajak Erick.

Dinda setuju saja dengan ajakan Erick, meski dalam hatinya ia sangat ingin lepas dari jeratan pria tersebut.

Mereka pun melangkah bersamaan menuju kamar mewah yang sudah disediakan Erick untuk mereka berdua disana.

Setibanya di kamar itu, Dinda langsung terbelalak melihat kondisinya yang sangat mewah berbalut emas dimana-mana.

"Ini dia kamar kamu baby, eh kamar kita deh karena saya juga akan tidur disini," ujar Erick.

"Maksudnya? Kamu mau tidur sama aku juga di kamar ini gitu?" tanya Dinda.

"Iyalah baby, saya beli kamu kan sebagai pendamping hidup saya. Masa saya malah biarin kamu tidur sendirian sih, terus gimana saya bisa penuhi hasrat saya?" ucap Erick.

"Aku masih capek, boleh aku istirahat dulu?" tanya Dinda dengan pelan.

"Of course, kamu memang butuh istirahat supaya nanti malam kamu bisa puaskan saya," jawab Erick.

"Terimakasih," singkat Dinda.

Dinda pun berjalan mendekati kasur, ia masih tak percaya jika kamar serta ranjangnya seluas ini dan mungkin saja bisa ditempati 4 orang sekaligus.

"Tunggu apa lagi baby? Kamu bisa rebahkan tubuh kamu di atas ranjang itu sekarang!" ujar Erick.

"Enggak, aku pikir kayaknya aku butuh mandi dulu deh. Badanku lengket semua nih," ucap Dinda.

"Oh yasudah, kamu boleh mandi. Apa mau saya mandikan?" ucap Erick menawarkan diri.

"Gausah repot-repot, aku lebih suka mandi sendiri dibanding dimandiin," tolak Dinda.

"Hahaha, saya hanya bercanda baby. Silahkan kamu mandi! Saya akan menunggu di luar sampai kamu selesai," ucap Erick.

Dinda mengangguk setuju disertai senyum tipisnya, sedangkan Erick melangkah keluar kamar meninggalkan wanita itu.

Jeevan tiba di lokasi pelelangan ilegal itu lagi, tapi ia terlambat karena semua anak buahnya kini sudah terkapar dan tidak ada tanda-tanda keberadaan para penyusup itu.

Jeevan pun menggeram kesal, ia menghampiri Alden yang juga tengah menahan sakit di atas jalan sambil memegangi perutnya.

"Alden, kamu baik-baik saja?" tanya Jeevan.

"Uhuk uhuk uhuk, iya bos saya gak kenapa-napa kok. Saya cuma terluka sedikit," jawab Alden.

"Ayo bangun!" perintah Jeevan.

Pria itu membantu anak buahnya berdiri dengan cara memegangi kedua tangannya, tampak Jeevan cukup kesulitan meski akhirnya berhasil berdiri.

"Terimakasih bos, saya beruntung masih bisa selamat dari serangan tadi!" ucap Alden.

"Ya, itu memang harus terjadi. Kalau kamu gak selamat, entah siapa lagi yang bisa saya andalkan di pasukan saya. Setelah Tom berkhianat, cuma kamu yang bisa saya percaya," ucap Jeevan.

"Tapi bos, kita banyak kehilangan pasukan. Serangan tadi benar-benar mendadak dan kami tidak sempat menghindar," ucap Alden.

"Sial!" umpat Jeevan pelan.

"Pak Jeevan!" suara seorang pria bertubuh gemuk itu mengagetkan keduanya yang tengah asyik berbincang.

"Ada apa pak Sandro?" tanya Jeevan heran.

"Bagaimana ini pak? Semua wanita yang pak Jeevan bawa, berhasil dibawa kabur sama orang-orang misterius tadi. Saya bisa rugi besar kalau begini caranya," jawab pria bernama Sandro.

"Bapak gak perlu khawatir, saya pasti akan cari tau siapa pelakunya!" ucap Jeevan.

"Memang itu yang saya harapkan dari anda, semoga berhasil pak Jeevan!" ucap Sandro.

"Iya pak, tapi sepertinya saya butuh pasukan tambahan dari anda. Pasukan saya banyak yang tumbang," ucap Jeevan.

"Tenang saja, itu bisa diatur. Yang penting anda bisa temukan pelakunya," ucap Sandro.

"Terimakasih pak, kalau begitu saya dan beberapa pasukan saya yang masih tersisa izin memeriksa isi tempat ini. Siapa tahu aja kami bisa temukan sesuatu disini," ucap Jeevan.

"Iya iya, silahkan pak Jeevan!" ucap Sandro.

Jeevan tersenyum tipis sembari menganggukkan kepala, lalu ia beralih menatap Alden yang masih kesakitan di sebelahnya.

"Alden, ada berapa yang tersisa?" tanya Jeevan.

Pria itu menggeleng pelan, "Tidak tahu bos, saya belum cek mereka," jawabnya.

"Aaarrgghh sial! Yasudah, kita berdua saja yang cek ke seluruh tempat ini! Kita cari tau, mungkin ada bukti yang bisa kita temukan disini," ucap Jeevan.

"Baik bos!" singkat Alden patuh.

Mereka pun melangkah perlahan menyusuri gedung pelelangan yang porak-poranda setelah insiden penyerangan tadi.

Jeevan terus mengelilingi tempat itu, berharap ia bisa menemukan sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk baginya untuk mencari tau siapa yang sudah menyusup ke gedung itu.

"Siapapun yang melakukan ini, saya gak akan kasih ampun!" ucap Jeevan lirih.

Tak lama, Alden mendatangi Jeevan dengan sedikit tergesa-gesa dan nafas terengah. Sepertinya ia berhasil menemukan sesuatu dari sana.

"Bos, saya temukan sesuatu nih," ucap Alden.

"Apa itu?" tanya Jeevan penasaran.

Alden menunjukkan barang yang ia temukan di atas jalan depan gedung itu tadi kepada Jeevan.

"I-ini bos barangnya," jawab Alden.

Deg!

Jeevan melotot lebar melihat apa yang ditunjukan Alden kepadanya, tentu ia tidak asing dengan benda tersebut.

"Ini kan milik grup walters, apa jangan-jangan yang barusan menyerang kesini itu pasukan ayahnya Queen?" gumam Jeevan.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!