NovelToon NovelToon

Istri Pengganti

Menjadi Pengganti

Didalam sebuah kamar besar, luas dan juga tampak sangat elegan, Aneska duduk dengan tubuh yang lelah.

Gaun yang dipakainya seharian tadi masih terpasang indah ditubuhnya. Mengambil segelas air yang diletakkan di atas meja nakas di kamar itu, Aneska lalu meneguk dengan cukup rakus, dan kemudian menghela napas kasar.

Hari ini, adalah hari dimana seharusnya dia menjadi sangat bahagia, karena dirinya menikah.

Tapi, nyatanya hari ini adalah hari yang sangat buruk bagi Aneska, karena yang seharusnya menjadi pengantin saat ini adalah Aresha, kakak kembarnya, bukan dirinya.

Aneska dipaksa oleh ayahnya untuk menggantikan Aresha menikah dengan Danish. Laki-laki yang datang dari keluarga super kaya dan juga berkuasa di ibu kota.

Dua hari yang lalu, ayahnya Aryo datang ke rumah sederhana Aneska bersama ibunya yang sedang dirawat di rumah sakit. Untuk meminta Aneska menggantikan Aresha menikah dengan Danish.

Yang membuat Aneska tak habis pikir adalah, ayahnya yang datang padanya setelah 10 tahun lalu ia menyelingkuhi ibunya dengan wanita lain, kemudian menelantarkan dirinya, dan hanya mengurus Aresha saja, dan kini masih memiliki muka untuk menemuinya.

Kalau bukan karena ibunya yang saat ini sedang sakit keras, tak akan mau Aneska mengikuti perintah ayahnya itu.

Bahkan untuk menganggap pria tersebut ayahnya saja, Aneska merasa muak.

Karena ayahnya berjanji akan membiayai pengobatan ibunya sampai sembuh kalau Aneska mau menggantikan Aresha.

"Aku akan menjadi istri yang baik demi kamu ibu. Sembuhlah secepatnya, agar aku tak khawatir lagi," gumam Aneska.

Lalu setelahnya Aneska bangun, dan berjalan menuju kamar mandi.

Aneska merendam tubuhnya didalam bathtub sangat lama. Bahkan ia berencana untuk tidak keluar dari dalam kamar mandi tersebut. Karena setelah acara pemberkatan tadi, ia tak lagi melihat Danish, suaminya, karena pria tersebut langsung pergi tanpa berucap sepatah katapun.

Namun karena sudah terlalu lama, akhirnya Aneska tidak tahan lagi. Ia mengambil handuk yang sudah disediakan disana dan keluar dari kamar mandi.

Suasana kamar itu masih sama seperti tadi, sunyi tanpa tanda-tanda ada seseorang yang masuk.

Aneska kemudian mengeringkan rambutnya didepan meja rias. Melihat jam yang tergantung di dinding, dan sudah menunjukkan tengah malam, membuat Aneska berharap semoga Danish tidak pulang ke rumah.

Saat Aneska sudah berpakaian dan siap untuk tidur, pintu kamarnya diketuk dari luar. Dengan pelan dan hati-hati, ia kemudian membuka pintu itu, dan ternyata ada ibu mertuanya berdiri disana dengan segelas susu coklat hangat ditangannya.

"Anes, minum susunya sebelum tidur, ya?" ujar Marisa dengan lembut dan penuh kasih sayang pada sang menantu.

Aneska dengan perasaan gugup mengangguk dan kemudian menerima pemberian mertuanya itu.

"Kamu jangan khawatir, Danish pasti sebentar lagi akan pulang, kok. Kalau kamu udah ngantuk, tidur duluan aja, ya?" kata Marisa. Ia tersenyum hangat, membuat Aneska jadi tak enak hati. Padahal dirinya berharap kalau Danish tidak pulang malam ini.

"Iya, terima kasih, Ma."

Marisa lekas beranjak dari depan kamar Aneska dan anaknya Danish, menuju kamarnya sendiri.

Satu yang membuat Aneska cukup heran adalah, ayahnya berkata kalau dia tidak perlu berpura-pura bertukar nama dengan Aresha, sebab saat dulu Aryo menerima perjodohan dari pihak Danish, dia menyebutkan kalau Aresha bernama Aneska.

Entah apa maksudnya, tapi yang jelas, ayahnya menggunakan namanya untuk Aresha.

Aneska juga tahu, kalau Aresha memiliki sikap yang sangat buruk. Bahkan kali ini, dia kabur bersama kekasihnya sebelum pernikahan dan membuat Aneska ada diposisi sekarang ini.

Aneska meneguk susu hangat pemberian mertuanya. Setelah susu tersebut habis, ia meletakkan gelasnya diatas meja, dan kemudian membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur.

Mata Aneska terasa sangat sulit untuk terpejam. Pikirannya bercabang kemana-mana, ia juga memikirkan apakah Danish akan pulang malam ini, dan menciptakan kecanggungan.

Sementara disebuah gedung apartemen mewah dikawasan elite, dua orang pria sedang duduk dengan beberapa botol minuman yang sudah kosong diatas meja.

"Boss, kalau kamu terlalu mabuk, kamu tidak akan bisa pulang sendiri malam ini!" Liam, yang tak lain adalah asisten sekaligus sekretaris Danish berkata dengan wajah yang sudah lelah.

"Kamu ini, dari tadi cerewet sekali. Aku hanya ingin minum, untuk merayakan pernikahanku hari ini!" ujar Danish dengan kesadaran yang sudah tidak utuh lagi.

Liam menghela napas berat. "Kalau kamu ingin merayakan hari pernikahanmu, seharusnya bukan disini, tapi dikamarmu bersama dengan istrimu, Anes!" ujar Liam kesal.

Selain menjadi asisten dan sekretaris, Liam adalah sahabat Danish sejak SMA. Liam yang kala itu berniat untuk tidak melanjutkan kuliahnya karena ketergantungan biaya, ditolong oleh keluarga Danish.

Dan saat keduanya tamat kuliah, Liam mengabdikan dirinya untuk keluarga Danish, dengan menjadi kaki tangan pewaris keluarga itu, yang tak lain adalah Danish, sahabatnya.

Danish meminum tegukan terakhir dan kemudian bangkit. Ia menyambar jas hitamnya dan juga kunci mobil.

Melihat jalan Danish yang sudah tidak lurus, Liam kemudian ikut berdiri dan membantu membawa pria itu menuju mobilnya.

"Biar aku mengantarmu pulang malam ini. Kalau tidak, Anes akan menjadi janda sebelum ia merasakan malam pertama," ujar Liam dengan wajah cukup kesal.

Danish hanya diam saja dengan mata terpejam. Pernikahannya hari ini yang terkesan tertutup adalah permintaan Danish sendiri.

Ia tidak ingin publik tahu kalau dirinya sudah menikah. Terlebih, ia tak ingin wajah Aneska, sang istri terekspos.

Liam membantu Danish masuk kedalam rumah. Hingga kemudian dia mendudukkan pria itu di sofa.

"Pergilah sendiri ke kamarmu. Aku akan pulang," ujar Liam, sebelum akhirnya pria itu benar-benar pergi.

Danish kemudian membuka matanya, dan melihat kearah tangga menuju kamarnya dengan Aneska, wanita yang ia nikahi siang tadi.

Mengembuskan napas pelan, Danish bangkit dan berjalan menapaki tangga satu-persatu dengan kepala yang sempoyongan.

Didepan pintu kamar, Danish terdiam. Teringat olehnya tentang pernikahan ini. Orangtuanya sudah sangat menginginkan seorang cucu, sementara dirinya belum juga membawa seorang wanita pada mereka, hingga akhirnya orangtuanya mencarikan ia jodoh.

Danish membuka pintu kamar secara perlahan, dan diatas ranjang kamar yang kini dihiasi cahaya remang-remang itu, terlihat seorang wanita yang terlelap dengan sangat cantik.

Danish berjalan mendekat, memperhatikan wajah yang terlihat sangat indah dimatanya tersebut.

"Aku tidak menyangka, kamu lebih cantik saat ini, daripada tadi," ujar Danish tanpa sadar.

Setelahnya, Danish berjalan menuju kamar mandi. Setidaknya ia harus membasahi tubuhnya yang tiba-tiba terasa panas. Entah itu efek dari alkohol yang tadi ditenggaknya atau karena hal lain.

Cukup lama Danish berada dalam kamar mandi, bahkan kini dia merasa kalau dirinya sudah tidak mabuk lagi.

Dengan memakai celana pendek, dan kaus tipis, Danish keluar dari kamar mandi. Ia duduk disebelah Aneska yang terlelap sangat nyenyak.

"Entah ini perasaanku saja, atau tidak. Tapi aku merasa, kalau kamu sedikit berbeda dengan Aneska yang aku kenal sebelum pernikahan," gumam Danish, saat dia memperhatikan wajah polos Aneska yang sedang tertidur.

***

Happy reading!!

Wanita Lain

Suara jam yang terdengar berdetak dengan pelan, membuat Aneska mengerjapkan matanya perlahan. Mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

Bergerak pelan, Aneska langsung terdiam saat dia merasakan ada sebuah lengan kekar yang melingkar diperutnya.

Aneska kemudian melirik ke sampingnya, dan langsung terkejut saat matanya menangkap siluet wajah tampan dengan tulang wajah yang sempurna, tertidur sembari memeluknya.

Manik mata yang terpejam itu tampak indah dengan bulu lentik yang menghiasinya. Rahang kokoh menambah kesan maskulin, sangat cocok dipadukan dengan hidung mancung dan rambut tipis disekitar dagunya.

Untuk kali pertamanya, Aneska terpaku melihat laki-laki yang kemarin menikahinya. Yang mengucapkan janji suci pernikahan didepan Tuhan bersamanya.

"Setampan inikah laki-laki yang menjadi suamiku?" batin Aneska, menahan debaran jantungnya yang menggila.

Tak tahu bagaimana caranya melepaskan diri dari pria disampingnya, tanpa harus membuat pria itu terbangun, membuat Aneska kembali memejamkan matanya.

Ia tak sanggup kalau harus menahan malu saat nanti Danish terbangun karena gerakannya.

Karena terus berusaha memejamkan matanya, Aneska tidak sadar kalau dia kembali tertidur. Dan tak lama setelah itu, Danish menggeliat pelan, untuk meregangkan otot tubuhnya.

Dan seketika itu juga, dia langsung sadar kalau Aneska tertidur didalam pelukannya. Lebih tepatnya, lengan kekarnya memeluk wanita itu dengan erat.

Danish segera berdiri dengan menatap Aneska yang tertidur dengan nyenyak. Kemudian dia tersenyum saat wajah polos itu, terlihat lucu baginya.

"Astaga, apa yang aku lakukan?" Danish menggelengkan kepalanya sembari memijit pelipisnya yang terasa berdenyut.

Kemudian ia segera berjalan menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri. Berdiri dibawah guyuran air shower, Danish mendinginkan tubuhnya yang terasa memanas.

Setelah cukup lama, Danish keluar dari dalam kamar mandi, dan berpakaian. Ia bersiap untuk pergi ke kantor.

Melihat Aneska yang masih berada diatas tempat tidur dengan mata terpejam, Danish kemudian mendekat. Ia menatap setiap inci wajah istrinya tersebut.

Kemudian secara tanpa sadar, Danish mendekatkan bibirnya ke kening istrinya itu. Menciumnya pelan, dan kemudian segera keluar dari dalam kamar.

Sepeninggal Danish, Aneska yang sebenarnya sudah kembali terbangun, terkejut dengan sikap Danish yang secara tiba-tiba menciumnya.

Ia kemudian duduk dan memegang keningnya.

"Di-dia baru saja menciumku?" tanya Aneska pada dirinya sendiri.

Cukup lama terdiam, Aneska kemudian menggelengkan kepalanya. "Bukankah itu hal wajar yang dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah?" ujar Aneska.

Hingga akhirnya, ia teringat dengan perkataan ayahnya. "Kamu harus melayani Danish dengan sangat baik. Jangan biarkan dia melakukan semuanya sendiri. Dan yang terpenting, layani dia di tempat tidur!"

Kata-kata ayahnya membuat Aneska tiba-tiba merasa bersalah. Tidak seharusnya dia kembali tidur saat tahu kalau Danish tidur sembari memeluknya. Seharusnya dia menyiapkan keperluan Danish sebelum berangkat bekerja.

Dan yang terpenting, ia semalam tidak menunggu Danish pulang terlebih dahulu, dan malah tidur terlebih dahulu.

"Apa yang sudah aku lakukan? Ya Tuhan."

Aneska segera beranjak dari tempat tidur untuk membersihkan diri. Setelahnya ia bergegas keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah.

"Anes sudah bangun?" Marisa bertanya dengan lembut saat dia melihat menantunya turun dengan cukup tergesa-gesa.

Anes menggenggam erat tangannya. Dan melihat ibu mertuanya dengan perasaan yang tidak enak.

"Maafin Anes ya, Ma, karena bangun terlambat," ujar Aneska tidak enak hati.

Marisa tersenyum lembut, dan memegang lengan Aneska.

"Enggapapa, kok. Kamu pasti kecapekan. Mama ngerti, kok," ucap Marisa lembut.

Setelahnya, Aneska terlibat perbincangan yang hangat dengan Marisa. Ia juga mendapati fakta kalau Danish dan Aresha sebelumnya sama-sama tidak mau dijodohkan.

Hingga akhirnya Marisa memperlihatkan foto Aneska yang diberikan oleh Aryo pada Danish, dan akhirnya pria itu menyetujuinya.

Aneska juga berpikir, apakah karena ia tidak mau dijodohkan dengan Danish, membuat Aresha kabur bersama dengan kekasihnya dan kini harus digantikan olehnya?

Aneska kembali ke kamar setelah cukup lama berada dilantai bawah. Ia tidak tahu harus melakukan apa hari ini.

**

Di sebuah gedung megah yang berdiri dikawasan elite, dua pria sedang duduk dengan beberapa berkas diatas meja mereka.

Keduanya cukup sibuk memeriksa kertas-kertas yang didalamnya berisi surat-surat kontrak itu. Hingga akhirnya, pintu ruangan yang sebelumnya ditutup dengan rapat tersebut, dibuka dengan cukup kasar.

Danish dan Liam sontak langsung melihat kearah sana, dan mendapati seorang wanita cantik sedang berdiri dengan wajah yang cukup masam.

Dandanan glamor dengan riasan wajah yang cukup berani itu membuat wanita tersebut tampak cantik dan juga panas.

Liam langsung melihat kearah Danish yang tersenyum kearah wanita tersebut.

"Sialan kamu boss! Kalau nanti ada masalah, jangan ajak aku!" ujar Liam kesal. Ia tahu, kalau saat wanita ini tiba di kantor Danish, ia harus segera keluar.

Danish hanya diam saja mendengar umpatan Liam. Ia lekas berdiri menyambut wanita tersebut.

"Jangan menyentuh aku! Aku masih marah padamu!" bentak wanita itu. Ia menatap Danish dengan penuh amarah.

Melihat reaksi Zoya, kekasihnya itu, Danish hanya tersenyum tipis.

"Maafkan aku, Sayang." Danish tidak menghiraukan Zoya yang memberontak, ia membawa wanita tersebut kedalam pelukannya.

"Kenapa kamu sangat wangi," ujar Danish, sembari terus menciumi leher Zoya.

"Jangan sok-sokan memujiku! Kenapa kamu tidak datang ke apartemenku semalam?" tanya Zoya kesal. Ia mencemberutkan bibirnya.

Danish hanya tersenyum menyikapi sikap Zoya yang manja padanya. Ia tidak mungkin memberitahu Zoya kalau dirinya sudah menikah kemarin. Tak dapat ia bayangkan, seperti apa amukan wanita itu nantinya.

"Maafkan aku, Sayang. Semalam aku terlalu lelah bekerja, sehingga langsung pulang ke rumah," ujar Danish memberikan alasan.

"Kamu tahu, kan, kalau pekerjaanku sangat banyak? Maafkan aku, ya?" Danish bertanya sembari memegang pipi Zoya.

Melihat senyuman manis Danish saat menatapnya, wanita tersebut langsung luluh. Ia akhirnya membalas pelukan Danish.

"Temani aku belanja, ya?" ujar Zoya merengek.

Mendengarkan perkataan Zoya, Danish tertawa kecil. Ia sangat tahu kalau Zoya sangat hobi berbelanja.

"Maafkan aku, Sayang. Tapi setelah ini aku ada rapat dengan staf. Kamu belanja sendiri saja, ya?" Danish menolak ajakan Zoya, karena dia memang memilih agenda setelah ini.

Zoya memanyunkan bibirnya, dan mendelik kesal kearah Danish.

Danish yang paham kemudian mengambil dompetnya, dan memberikan sebuah kartu kredit limited pada Zoya. Membuat wanita itu langsung berbinar.

"Kamu bisa beli apa saja dengan kartu ini," ujar Danish.

Zoya tersenyum cerah. Lekas dia mencium Danish beberapa kali membuat pria itu tertawa kecil.

"Kalau begitu aku pergi dulu, ya. Selamat bekerja! Aku mencintaimu!"

Setelahnya Zoya segera keluar dari dalam ruangan Danish. Sedangkan pria yang ia tinggalkan kembali duduk dikursinya.

Tak lama setelah Zoya pergi, Liam kembali ke ruangan Danish. Wajah laki-laki itu cukup masam. Terlebih saat melihat Danish yang biasa saja.

"Apa kamu tidak ada rencana untuk meninggalkan dia?" tanya Liam. Yang dia maksud adalah Zoya, kekasih sahabatnya tersebut.

"Dia tidak membuat kesalahan apapun, jadi aku tidak bisa memutuskannya," jawab Danish.

Zoya adalah kekasihnya selama satu tahun ini. Ia mencintai wanita itu, dan dulu saat orangtuanya menyuruhnya menikah, ia sempat mengajak Zoya menikah.

Tapi wanita itu menolaknya dan mengatakan kalau dia belum siap untuk menjadi seorang istri, dan masih ingin menikmati masa mudanya menjadi seorang wanita yang bebas.

Dan karena itu juga akhirnya Danish menerima perjodohan yang diatur oleh orangtuanya dengan Aneska.

Liam menggelengkan kepalanya. "Ingat, Danish, kamu sudah menikahi Aneska! Dan sekarang dia adalah istrimu! Jangan sampai kamu menyesal suatu hari nanti karena hal ini," ujarnya.

***

Happy reading!

Obat

Setelah letih seharian bekerja, mengisi jadwalnya yang padat, Danish kini sedang dalam perjalanan menuju apartemen Zoya.

Saat sebelum pulang tadi, wanita itu meneleponnya dan merengek, meminta agar Danish menemuinya. Karena tak tahan mendengar rengekan Zoya, akhirnya Danish mengiyakannya.

Setelah memarkirkan mobilnya, Danish lekas berjalan masuk kedalam gedung tersebut.

Danish tiba di lantai sepuluh gedung itu, dan langsung memasukkan kode apartemen Zoya. Ia tahu kodenya, karena Danish lah yang membeli apartemen tersebut sebagai hadiah ulang tahun Zoya enam bulan yang lalu.

Dan sampai kini, Zoya tidak pernah mengganti kode apartemennya.

"Sayang?" Danish memanggil Zoya dengan suara yang cukup keras, berharap wanita itu segera muncul. Tapi setelah beberapa panggilan, Zoya tidak muncul juga, hingga akhirnya Danish berjalan kearah kamar yang Zoya tempati.

Membuka kamar itu, Danish terkejut saat melihat Zoya yang ternyata sudah berdiri didepannya dengan pakaian yang menurutnya sangat terbuka.

"Surprise!!" Zoya langsung memeluk Danish setelah mengucapkan kata tersebut.

Danish yang masih terkejut pun hanya bisa membalas pelukan Zoya dengan canggung.

"Gimana? Aku cantik, kan?" Zoya bertanya dengan gaya centilnya. Ia mengedipkan matanya dengan penuh pesona.

Danish tentu saja terpesona dengan pesona Zoya malam ini. Entah ada angin apa hari ini, membuat Zoya kali ini sangat berani didepannya memakai baju lingerie merah menyala, dan tentunya terlihat panas dan menggairahkan.

"Ka-kamu kenapa pakai baju begini?" Danish bertanya dengan canggung.

Mendengar pertanyaan Danish, sontak saja Zoya langsung mencemberutkan bibirnya. Ia melirik Danish gemas.

"Ya pastinya buat kamu, lah!" seru Zoya sedikit kesal. "Aku mau kamu tidur disini malam ini. Gak usah pulang ke rumah mama kamu, ya," sambungnya merengek sembari memeluk lengan Danish yang kekar dan berotot.

Zoya membawa Danish kearah ranjang. Kamar yang didominasi warna merah itu sangat cocok dengan penampilan Zoya yang panas. Wanita tersebut sepertinya sangat suka dengan warna terang menyala itu.

Danish tentu saja paham dengan apa yang Zoya maksud. Dia bukanlah laki-laki suci yang tidak tahu tentang hal ini. Dirinya penuh dengan dosa. Contohnya saja seperti saat ini. Ketika dia sudah memiliki istri, tapi malah datang ketempat wanita lain yang bukan istrinya.

Tapi, untuk saat ini, tentu saja Danish tidak bisa melakukannya, karena mamanya pasti akan marah kalau dia ketahuan tidak pulang semalaman. Terlebih dirinya masih disebut-sebut sebagai pengantin baru.

"Maaf, Sayang. Tapi sepertinya aku gak bisa temani kamu malam ini." Danish menolak dengan lembut.

Teringat dengan kata pengantin baru membuat Danish ingat dengan Aneska, istrinya.

Penolakan Danish membuat wajah Zoya merah padam. Ia kesal karena Danish menolak ajakannya kali ini. Padahal dia sudah mempersiapkan semuanya untuk malam ini.

"Kamu itu, sekali-kali apa gak bisa untuk gak terkekang sama aturan mama kamu? Kita ini sekarang udah dewasa, loh. Bukan anak kecil lagi, yang harus pulang tiap hari ke rumah dan tidur diketiak mama kamu."

Zoya tampak emosi dengan kata-katanya. Ia sangat menginginkan Danish, tapi pria itu selalu menolaknya dengan alasan mamanya.

"Kita ini hidup sudah dizaman modern, bukan zaman kuno seperti mama kamu lagi!"

Mendengar perkataan Zoya, Danish tentu saja tidak terima.

"Maksud kamu apa? Kamu merendahkan mama aku?" Danish tersulut emosi. Menurutnya sangat tidak pantas Zoya berkata seperti itu tentang mamanya. Terlebih Zoya sangat tahu kalau Danish sangat menyayangi dan menghormati mamanya.

Dan kalau bukan karena ia sangat menyayangi mamanya, tak akan mungkin Danish menerima permintaan mamanya untuk menikahi Aneska. Terlebih ia tak mengenal wanita itu sebelumnya.

"Bukan aku bermaksud seperti itu! Tapi kamu itu udah dewasa, Danish. Udah bisa menentukan pilihan kamu sendiri." Zoya membela dirinya. Ia tak gentar saat melihat Danish yang tampak marah.

"Kamu tahu, alasan kenapa aku waktu itu menolak ajakan kamu untuk menikah? Ya karena mama kamu! Aku gak mau mama kamu nantinya setelah kita menikah, ikut mengekang aku. Aku gak suka dikekang kayak kamu gini! Aku jadi gak bebas!"

Zoya bersidekap tangan menatap Danish. Sedangkan pria itu hanya diam sembari menatap Zoya tak percaya. Ia tak menyangka kalau Zoya akan mengeluarkan kata-kata seperti ini.

"Baiklah! Kalau begitu menurut kamu. Aku sekarang lebih baik pulang aja. Aku mau tidur diketiak mamaku!" Danish berkata sarkas, kemudian berjalan keluar dari kamar Zoya. Ia tak habis pikir dengan apa yang wanita itu katakan tadi.

Melihat Danish yang keluar meninggalkannya, langsung saja Zoya berlari mengejarnya. Ia tak tahu kalau Danish akan tersinggung sampai seperti ini. Menurutnya, apa yang ia katakan adalah benar. Danish punya hak menentukan pilihannya sendiri.

"Danish! Danish tunggu dulu!"

"Aku harus pulang Zoya. Aku gak bisa menemani kamu disini!" Danish menepis tangan Zoya yang menahannya. Ia sangat tidak suka dengan kata-kata Zoya tadi.

"Maafin aku, Dan. Maafin aku. Aku gak bermaksud seperti tadi, aku cuma kesal aja, karena kamu gak pernah mau menginap disini sama aku." Zoya menatap Danish dengan mata yang berkaca-kaca. Memperlihatkan kalau dia merasa bersalah. Ia tahu kelemahan Danish adalah, tidak bisa melihatnya menangis.

Melihat Zoya yang meminta maaf hingga hampir menangis seperti itu, membuat Danish tidak tega.

"Oke, aku maafin kamu. Tapi aku benar-benar gak bisa nemenin kamu disini," ucap Danish akhirnya.

Zoya tersenyum puas. "Oke, gak usah temanin aku. Cukup kamu temanin aku minum sebentar. Aku haus," ujar Zoya.

Danish menurut. Ia berjalan mengikuti Zoya, yang membawanya ke sofa.

Zoya berjalan kearah dapur untuk mengambil minuman untuk dirinya dan juga Danish.

"Ini, kamu minum juga." Zoya menyerahkan gelas minuman itu pada Danish. Dan pria itu menerimanya tanpa curiga dengan apapun.

"Oke, sekarang sudah, kan? Aku bisa pulang sekarang?" tanya Danish, setelah ia selesai menghabiskan minumannya.

Zoya mengangguk. Ia mengantar Danish sampai kedepan pintu apartemennya.

Sepeninggal Danish, Zoya tersenyum licik. "Kita lihat saja, Danish. Kamu pasti akan segera kembali lagi kesini untuk melampiaskan hasrat kamu, karena sudah meminum minuman itu," ucap Zoya tersenyum licik.

Zoya kemudian menutup pintu apartemennya, duduk di sofa sembari menghabiskan sisa minumannya yang tinggal sedikit.

Didalam perjalanan pulang, entah kenapa Danish merasa sangat tidak nyaman. Tubuhnya terasa panas dan juga ia jadi merasa sangat berhasrat saat ini.

"Tahan, sebentar lagi akan sampai," ucap Danish pada dirinya sendiri. Ia terus bergerak tak nyaman hingga sampai dirumahnya.

Bergegas Danish turun dari dalam mobil dan berjalan masuk kedalam rumah. Yang penting baginya saat ini adalah, ia butuh air dingin untuk meredakan rasa panas yang sangat membuatnya tak nyaman tersebut.

Saat masuk kedalam kamar, Danish sedikit terkejut saat melihat Aneska yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Wanita itu sepertinya belum tidur, padahal ini sudah cukup larut.

Aneska berjalan dengan sedikit canggung kearah Danish yang tampak gelisah.

"Kamu baru pulang, Mas? Mau langsung mandi? Aku siapkan air hangat?" Aneska bertanya sembari tersenyum sopan. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, untuk melayani Danish seperti suami istri pada umumnya.

Mendengar perkataan Aneska, Danish langsung menggeleng.

"Tidak usah siapkan air hangat. Aku akan mandi dengan air dingin saja. Kamu tidur saja, tidak usah menungguku."

Tanpa mendengar jawaban Aneska, Danish langsung membuka sepatu, jas dan juga dasinya. Meletakkannya secara asal dan langsung menuju kamar mandi.

Melihat tingkah Danish, Aneska hanya tersenyum tipis. Ia mengambil jas, dasi, dan sepatu yang Danish letakkan asal tadi, dan menaruhnya di rak sepatu dan keranjang pakaian kotor.

Didalam kamar mandi, Danish terus berusaha untuk mendinginkan tubuhnya. Tapi tetap saja ia masih merasa sangat berhasrat. Tiba-tiba saja terpikir olehnya tentang minuman yang Zoya berikan sebelum ia pulang tadi. Pasti ada sesuatu dengan minuman tersebut.

"Zoya! Sialan kamu!" Danish mengumpat karena tak bisa menahan emosinya lagi.

Sudah lebih dari setengah jam lamanya Danish didalam kamar mandi, tapi sepertinya tak ada tanda-tanda akan keluar. Itu membuat Aneska khawatir, terlebih ia tahu kalau mandi tengah malam tidak baik untuk kesehatan.

Setelah menunggu lagi, akhirnya Aneska memilih untuk mengetuk pintu kamar mandi.

"Mas? Kamu masih mandi?" Aneska bertanya dengan sopan. "Kamu gak ketiduran didalam kan, Mas?" sambungnya bertanya.

Aneska tak mendapatkan jawaban dari panggilannya. Dan entah kenapa dirinya merasa cemas.

"Duh, bagaimana ini? Gimana kalau Mas Danish tertidur didalam?" Aneska tidak memiliki keberanian untuk membuka pintu kamar mandi tersebut.

***

Happy reading!!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!