Tidak satu orang pun didunia ini yang ingin miskin, hanya saja takdir setiap orang berbeda-beda.
“Kamu juga tidak bermaksud memintaku untuk membelikan pembalut juga untuk adik perempuanmu, Bung?” ucap lelaki itu tertawa menyeringai.
“Saya hanya meminta gaji saya di dibayar lebih awal, apa salahnya Bos,” ucap Stenley menahan emosi.
“Dari beras di rumahmu habis, gas di rumahmu habis, sampai kolor ibumu dan adik perempuanmu tidak ada, aku yang membeli,” ujar lelaki sombong itu mempermalukan Stanley di depan banyak orang.
Tidak terima keluarganya di rendahkan Stanley memukul wajah Bosnya sampai ia babak belur, kalau saja temannya Dorroti tidak menahan tubuhnya, ia pasti sudah memukul pria gemuk itu sampai mati, kalau bukan karena adik perempuanya nyang membutuhkan uang untuk biaya sekolah, ia juga tidak akan mau mengemis.
Asta Stanley masuk penjara, di keluarkan dari pekerjaannya sebagai supir.
Setelah di tahan beberapa bulan, ia lepas. Hidupnya keluarganya semakin susah, semua tetangga menghina dan melecehkan adik perempuannya. Saat ia mencari pekerjaan tidak ada yang mau memperkerjakan mantan napi, lelaki bertubuh kekar itu berjuang untuk menyambung hidup, rumahnya dibakar orang suruhan mantan bosnya, menyebabkan ibunya meninggal karena terjatuh. Marah, dendam itulah yang dirasakan Stanley.
‘Suatu saat kamu akan membayarnya’ ucap Stanley dalam hati, menatap lelaki jahat itu dan putrinya, ada api yang membara dalam dadanya, tatapan tajam itu semakin berkobar saat lelaki jahat itu tertawa merendahkannya.
Stanley tidak tahan lagi, ia berniat membalas orang yang melecehkan adik perempuannya dan ingin membalas mantan bosnya, tapi Dorroty sahabat teman masa kecilnya membawa Luna menjauh dari kampung agar mentalnya tidak terganggu.
Tidak ingin adik perempuannya terus- menerus jadi bulian para tetangga, Asta mengantarnya ke sekolah asrama, ia berjanji akan mengirim biaya sekolahnya tiap bulan.
“Tolong jaga Luna,” ucap Asta pada Dorroty.
“Pergilah, jangan khawatir, Luna sudah seperti adik bagiku, aku akan sering-sering menjenguknya ke sini,” ucap Dorroty.
*
Asta Stanley hanya seorang pemuda biasa di kampungnya, demi menjaga ibunya yang sudah tua, ia rela bekerja sebagai supir toko bangunan, agar bisa tiap hari pulang menjaga ibu dan adik perempuannya yang masih sekolah.
Ia rela melakukan pekerjaan apapun. Hinaan ejekan dari tetangga dan teman-temanya, ia hiraukan yang terpenting bisa tetap bekerja dan menghasilkan uang.
Hari itu saat ia pulang kerja, melihat adik perempuannya menangis.
“Ada apa, apa yang terjadi?” tanya Asta.
“Aku tidak ingin sekolah lagi Kak, aku malu,” ucap Luna dengan tangisan.
“Apa ada yang nakal lagi? Kalau ada bilang, biar kakak hajar lagi.”
Adik perempuannya tidak mau memberitahukan apa yang terjadi, ia tidak ingin Stanley dapat masalah, setelah di selidiki, ternyata adiknya korban pembullyan di sekolah yang di lakukan anak-anak orang kaya, salah satunya anak bosnya tempatnya bekerja.
Tidak ingin adik selalu dibully, Asta meminjam uang pada bos di tempatnya kerja, bukannya uang ia dapat, malah hinaan yang ia terima dari bosnya, ia di permalukan di depan banyak orang.
Sepulang dari asrama, ia mendapat pesan misterius dari kakak lelakinya yang merantau di Jakarta, mengirim pesan sebuah code berwarna hitam. Stanley berencana menemui abangnya yang sudah beberapa bulan tidak mengirim mereka uang, dan tidak ada kabar, tetapi hari itu tiba-tiba ia mengirim kode padannya.
Stanley akan mencari arti ‘Black kode’ tersebut, yang akan mengubah hidupnya selamanya. Pria berwajah tegas itu mencoba menghubungi nomor abangnya , nomor itu sudah tidak aktif lagi, Asta berpikir telah terjadi sesuatu pada sang kakak dan ia mencoba meminta bantuan padanya.
Stanley memutuskan datang ke Jakarta untuk mencari tahu keberadaan sang kakak. Stanley bertemu dengan teman satu kampungnya yang juga merantau di Jakarta, ia dibawa ke sebuah klup pelatihan tinju.
Dalam ruangan pelatihan tampak pria berbadan tegap, menghajar seorang pria, Stanley baru saja tiba di tempat tersebut, tetapi pemandangan yang tidak biasa membuat hatinya penuh tanya.
“Ampun Bang, ampun …,”rintih sang pria dengan mulut berlumuran darah.
“Sudah saya bilang jangan melakukannya, kenapa masih saja melakukanya lagi . Ha!”
Buk … Buk !
“Ampun Bang, ampun!”
“Kamu jadi petarung atau tidak?”
“Ya Bang, aku mau”
“Yang keras!”
“Ya Bang, aku mau!”teriak pria muda itu dengan mulut berdarah.
“Untuk petarung bebas itu harus kuat mental, jangan gampang dawn. Kalau kamu ingin melanjutkan jadi petarung di ring, kamu harus pilih, kekasihmu atau karier! Pilih apa?”
“Karier Bang!”
“Kalau begitu putuskan hubunganmu dengan wanita dan keluargamu. Kalau tidak aku akan melemparkanmu kembali ke jalanan sana jadi gembel selamanya.”
“Baik Bang.”
“Bersiaplah, besok kita akan pergi, ingat jangan katakan sama siapa- siapa, ini rahasia,” ucap lelaki berbadan tegap dengan tato penuh dalam tubuhnya.
Asta hanya diam melihat semua yang terjadi.
“Kamu datang sebagai orang buta, kalau kamu keluar dari sini, harus bisu,” ucap John mengingatkan Asta.
“Memangnya kenapa?” tanya Asta, ia meletakkan tas ransel miliknya.
“Apapun yang kamu lihat di sini jangan pernah mengatakan pada siapa - siapa,” ucap John.
“Aku tidak tahan melihat kekerasan seperti ini,” ucap Asta.
“Katanya lu, mau mencari tahu tentang abang mu.”
“Ya, aku mencari tahu tentang Dave, tapi bukan di tempat seperti ini.”
“Hei, aku mendengar Dave salah satu anggota petarung bebas dari klup ini,” ujar John.
Tetapi melihat kekerasan dalam klup pelatihan tersebut, Asta merasa tidak nyaman, ia merasa tempat itu penuh dengan orang-orang misterius. Tidak ingin dapat masalah, Asta ingin keluar. Tetapi John menahannya.
“Hei lu lemah bangat, tidak sekuat abangmu, abangmu seorang petarung hebat,” ucapnya lagi.
“Apa pernah lihat dia bertarung.” Asta penasaran.
“Tentu saja, aku melihatnya di latihan di pojok sana.”
Wajah Asta sangat bersemangat saat Jhon mengatakan kalau ia pernah melihat sang kakak bertarung.
“Kalau begitu ayo kita bertemu dengan pemiliknya,”ucap Asta.
“Tidak semudah itu … belum ada satu orang pun yang bertemu dengan pemiliknya, tapi tenang, aku akan memperkenalkan kamu padanya, kalau kamu mau membantuku.
“Aku akan membantumu, tetapi ceritakan tentang tempat ini?’ tanya Asta.
“Tempat ini, club ilegal, melatih para petinju bebas dan mengirimnya bertarung di Bangkok, itu saja yang bisa aku ceritakan,” ucap Jhon.
“Baik, apa yang ingin aku lakukan.”
“Ayo kita bertemu mereka.” Jhon membawanya bertemu salah seorang pelatih, lelaki berkepala botak bermata biru turun dari ring, ia melepaskan sabuk tinjunya dan ia menatap Jhon.
“Oh, tenang saja, dia teman saya yang butuh pekerjaan.”
Lalu mereka saling melihat seolah -olah lelaki itu bertanya.
“Apakah dia barang?”
“Oh, tidak. Dia hanya ingin pekerjaan,” ucap Jhon.
Lalu ia berjalan ke dalam membawa sebuah kotak dan memberikannya pada Jhon.
“Kamu harus tepat waktu , malam ini mereka akan pakai,” ucapnya lagi, memberikan sebuah camera, pastikan kamu mengambil gambar yang bagus,” ucap lelaki itu dengan santai.
“Baik ucap Jhon.” Ia memakai kartu pers miliknya.
Lalu mereka meninggalkan gedung tersebut, “apa yang kita kerjakan?’ tanya Asta.
“Pekerjaan kita mudah, hanya mengambil gambar saat pertemuan nanti.”
“Oke baiklah, Asta berpikir hanya pekerjaan mudah, ia setuju.
Tiba di pertemuan, Jhon meminta menggantikannya mengambil gambar, Asta tidak keberatan, tapi saat mengambil gambar, tiba-tiba polisi menyergap tempat tersebut dan menangkap Asta, rupanya dalam lensa kamera yang ia pegang ada banyak sabu yang sudah dikemas siap edar.
Ia kembali dijebloskan dalam penjara, kali ini berbeda, ia tempatkan di tempat isolasi khusus, karena dikategorikan dengan bandar narkoba kelas kakap.
Di penjara, ia bertemu dengan bandar narkoba sesungguhnya, yang mendapat hukuman mati, saat jhon menunjukkan sebuah kode rahasia padanya, sang ketua bersedia membantunya keluar dari penjara.
Menyerahkan kerajaan bisnis gelapnya untuk Asta, ingin membalaskan dendam pada orang yang mengkhianatinya dan menghina keluarganya. Asta menerimanya , secara resmi ia dinobatkan sang ketua sebagai pengganti dirinya.
Seluruh harta dan orang-orang jadi milik Stanley.
Bersambung...
Seorang pria bermanik hitam pekat dan berambut gondrong baru saja keluar dari penjara, matanya di penuhi dengan awan gelap, seolah - olah ingin mengeluarkan kilatan petir dari sorot matanya yang tajam. Tidak lama kemudian ia berjalan menuju mobil yang sudah menunggunya di depan lapas, mobil jemputan yang akan membawanya pulang.
“Selamat siang Bos”
“Ya.”
“Semuanya sudah siap,” ucapnya menunjukkan tas berisi uang dan beberapa senjata.
“Baik siapkan semuanya, malam ini kita akan dapatkan wilayah itu,” ujarnya datar, “sang ketua tidak ingin menunggu lama.”
“Baik Bos,” jawab dua pria yang menjemputnya hampir bersamaan.
Hari kebebasan harusnya ia nikmati dengan bersenang-senang, tetapi tidak untuk sang pria itu, ia mendatangi sebuah organisasi yang biasa mengendalikan sebuah wilayah di pelabuhan.
“Aku ingin kamu meninggalkan tempat ini,” ucap Stanley , saat ia tiba di satu bagunan yang terbuat dari triplek, dan di sana ada logo organisasi kesatuan mereka, organisasi yang selalu meminta pungutan pada perusahaan yang mengirim barang di pelabuhan.
“Ini wilayah kami,’ ucap pria itu dengan marah.
“Saya ingin bicara dengan Bosmu, katakan padanya sang ketua tidak ingin kalian menganggu pengriman barang miliknya, besok saya melihat bagunan ini saya akan bakar.”
Mendengar nama ketua, pria berpakain ala ormas itu menelepon bosnya, tidak lama kemudian lelaki itu menganguk setuju. Sang ketua yang mereka takuti itu seorang bos yang ditakuti para preman.
Berhasil menyelesaikan satu misi dari sang ketua, Stanley ingin mengerjakan misi kedua, misi yang paling penting baginya. Ia ingin mencari keberadaan sang kakak yang menghilang, ia ingin melakukan sendiri.
“Kalian tidak usah ikut, biarkan saya yang melakukannya, berjagalah di luar dan beri saya kabar.”
“Baik Bos.”
Stanley menyelipkan dua pistol di pingganngnya dan masuk ke sebuah bar.
Dalam ruangan private room, tampak seorang pria dengan rambut di kucir sedang bersenang-senang, ia memangku dua gadis seksi yang menemaninya, tiba-tiba terdengar suara.
Door …!
Door…!
Dua orang pria berkepala plontos yang bertugas menjaga pintu terkapar bersimbah darah, lalu Stanley masuk.
“Halo Jhon apa kabar,” ucapnya sembari duduk di depan pria yang bernama Jhon.
“Oh … Asta Stanley, kamu sudah bebas dari penjaraha rupanya Bung, aku pikir kamu akan membusuk di sana selamanya. Ha, Ha.” Ia tertawa terbahak-bahak.
“Tertawalah Bro, selagi kamu masih bisa tertawa.”
“Apa yang kamu inginkan?” tanya Jhon kemudian, melihat anak buahnya terkapar, mental pria itu seketika menciut, ia masih sayang dengan nyawa sendiri, berbeda dengan lelaki di depannya, pria dingin yang tidak mengenal rasa takut dan tidak punya hati.
Kerasnya hidup penjara telah mengubah hidup Stanley, nyawa tidak ada arti baginya, entah berapa nyawa yang sudah sudah ia lenyapkan di penjara untuk bertahan hidup.
“Aku harap kamu tidak lupa dengan janji kita Bung, kamu menghianatiku dan menjebak Bung, aku ingin menangih janjimu, berikan aku informasi tentang ini.”
Stanley memberikan kertas itu ke hadapannya, melihat hal itu, wajah Jhon langsung berubah, terlihat jelas ada ketakutan di wajahnya, “itu di bawah wilayah saya, saya tidak mengetahuinya.”
“Come on Bung, kita sudah sepakat, gue sudah membayar harga yang mahal untuk mendapatkan itu,” ucap Stanley.
“Aku tidak bisa Bung,”bantah Jhon.
“Aku akan membongkar semuanya pada polisi,” ancam Stanley.
Tiba-tiba Jhon mendorong wanitanya ke hadapan Stanley, lalu ia melarikan diri dari pintu belakang, sementara Stanley terjatuh ke belakang dan ditiban dua wanita, kedua wanita tersebut sengaja menahan tubuh Stanley agar tidak mengejar Jhon.
Dengan marah ia mendorong kedua wanita itu dengan kekuatan tangannya, dan tubuh mereka berdua terhempas ke sisi meja, lalu Stanley berlari mengejar Jhon.
Saat ingin turun, dua orang berbadan besar anak buah jhon memukulnya dengan tinju kuat, tepat mengenai wajahnya, Stanley yang ahli dalam bela diri melawan mereka dengan tangan kosong, lalu mematahkan tangan salah seorang dari mereka, perkelahian di satu club malam sudah hal biasa, saat mereka saling baku hantam , orang-orang dalam bar, hanya mengindar lalu kembali berjoget mengikuti alunan musik.
Tidak lama kemudian terdengar suara tembakan dari pintu masuk.
“Semuanya diam, ini polisi!” teriak seorang pria berbadan tegap memakai jaket kulit, pria itu mengarahkan mocong pistol keatas.
Dor! Dor!
Terdengar suara tembakan membuat musikd alam ruangan itu seketika berhenti, semua orang di minta duduk berjongkok.
Polisi sudah mengepung tempat tersebut, tidak ingin masuk penjara lagi, Stanley mencari akal untuk lepas dari penangkapan polisi, ia melompat dari jendela kaca dan terjatuh kebawah, beruntung ia terlempar ke depan mobil seorang gadis cantik, ia membantu Stanle masuk ke mobilnya lalu melarikan diri dari bar. Mobil melaju membelah jalanan ibu kota, saat sedang berkendara wanita yang berpakaian minim itu meyondorkan tangan .
“Hai, gue Shopia,” ucap wanita seksi itu menyodorkan tangan.
“Hai.. jack,” ucapnya dengan wajah datar, ia sengaja menyamarkan namanya
“Apa kamu juga menghindari polisi seperti aku?”
“Ya, saya tidak ingin berurusan dengan polisi,” ucap Stanley, awalnya ia tidak perduli dengan sosok wanita yang menyelamatkannya, tetapi sat wanita itu menyebut mengenal Jhon , Stanley jadi tertarik.
Wanita itu terus memulai obrolan dan Stanley hanya jadi pendengar, tatapan matanya yang misterius, membuat sang wanita semakin penasaran.
“Apa kita pernah bertemu, aku merasa wajahmu tidak asing,” ucap Shopia.
“Ini pertama kalinya saya bertemu wanita cantik seperti kamu, saya ingin mengudangmu untuk minum anggur di pentahouseku.”
‘Oh laki - laki ini, sepertinya orang kaya’ ucap Shopia menggulum bibirnya dengan manja.
“Boleh, bagaimana kalau sekarang saja,” ujarnya menggoda manja.
‘Wow wanita yang berani ucap Stanley mengedipkan alisnya sebelah. Kode panas di mulai.
“Senang senang hai cantik,” ucap Stanley mengulum senyuman nakal, ia melepaskan satu kancing kemejanya memperlihatkan lukisan yang diukir didadanya, melihat dada bidang Stanley, Shopia menahan napas.
“Wow … You seksi Man,” gumamnya manja, suara ******* manja itu di dengar oleh Stanley, lelaki bertato itu semakin menggodanya. Melihat Shopia wanita yang gampang dirayu, Stanley semakin berani, ia ingin wanita itu masuk ke prangkapnya lalu ia menelepon anak buahnya.
“Neil, malam ini saya gak pulang ke rumah, saya ingin ke apartemen, tolong bersihkan sebelum saya datang, saya akan kesana dengan wanita cantik,” ucap Stanly sembari tersenyum manis pada wanita seksi di sampingnya.
Menyadari Stanley seorang bos besar, Shopie semakin menggoda.
“You beautiful baby,” ucap lelaki itu sembari mendesis di daun teliga wanita itu.
Tiba-tiba Shopie menghentikan mobilnya di pinggir jalan tol, dengan sikap berani ia meraih dagu Stanley dan mengecap bibir tebal itu dengan sikap tergesa-gesa
‘Wanita murahan’ masa seorang Bos Mafia melakukannya di jalanan, itu terlalu rendah’ bisik Stanley dalam hati.
“Wow … sabar cantik, bagaimana kalau kita melakukannya di apartemenku,” ucap Stanley menarik diri.
“Ba-baik,” ucapnya mengusap bibir Stanley dengan jemari lentiknya.
Lalu mobil melaju menuju apartemen
Siapakah Shopia sebenarnya? kenapa Stanley tiba-tiba tertarik padanya,? ikuti kisah serunnya di bab selanjunya ya …
Bersambung
Mobil shopia berhenti di sebuah apartemen mewah di daerah Menteng, baru saja mereka tiba berada dalam lift, wanita bertubuh seksi itu sudah meraih bibir Stanley dengan sikap agresif, lalu menikmatinya, Stanly tidak menolak, ‘kunci lapar tidak akan menolak ikan’ ia membalasnya, aktivitas panas terjadi dalam lift, lidah mereka saling berpangutan dan saling membelit. sesekali Shopia mengeluarkan suara legukan manja dari bibir merahnya, tubuh mereka saling panas dialiri rasa yang bergejolak dari bagian tubuh mereka berdua.
Ting …!
Shopia melepaskan tubuhnya dan menarik diri saat sepasang suami istri masuk ke dalam lift, tiba di lantai tujuh pintu lift terbuka.
Stanley berjalan mendahului Shopia lalu menempelkan card pintu pun terbuka.
Pintu terbuka mata wanita itu terbelalak kagum, sebuah ruangan yang super mewah, segala interior dalam apartemen berkelas.
“Selamat datang di apartemenku baby,” ucap Stanley, ia berjalan menuju lemari kaca.
‘Wah .. kamu lelaki hebat, malam ini kamu milikku’ bisik Shopia dalam hati, lalu ia melepas pakaian atasnya memperlihatkan bongkahan indah yang mengembul dari kap pengaman yang ia kenakan.
Stanley hanya tersenyum sinis melihat Shopia yang merayunya setelah ia tahu kalau dirinya kaya.
Setelah mengeluarkan sebuah botol anggur dan menuangkannya ke gelas, mereka berdua duduk di sofa.
“Lalu apa tidak ada yang marah ni, kalau wanita cantik seperti kamu bersamaku?”tanya Stanley.
“Tidak ada,” jawab Shopia dengan yakin.
‘Aku tidak perduli lagi dengan kamu Jhon, walau kamu punya banyak wanita simpanan’ ucap Shopia, wanita cantik sebenarnya kekasih Jhon. Orang yang memanggil polisi ke bar itu adalah Shopia, ia marah saat sang kekasih menghiraukannya malah memilih bersenang-senang dengan wanita lain.
“Wow … sayang sekali wanita cantik seperti kamu tidak ada punya.”
Ia tertawa menggoda, Stanley menuangkan anggur ke dalam gelasnya lagi , lalu ia bertanya, “kenapa Jhon meninggalkanmu?”
“Oh, kamu curang, sebenarnya kamu sudah tau,” ucap Shopia memajukan bibirnya.
“Aku tidak tahu, hanya saja kamu tadi menyebutkan nama lelaki itu.”
“Apa kamu mengenal Jhon?” tanya Shopia mulai mabuk.
“Justru aku ingin bertanya padamu tentang dia, masalahnya aku ingin mengajak dia bekerja sama dengannya, di bisnisku,” ujar Stanley, dengan sengaja menebar pesona dengan melepaskan kemeja yang ia kenakan, seni di tubuh Stanley terpampang nyata, melihat tubuh berberbentuk kotak-kotak itu Shopia membasahi bibir bawahnya lalu mengigit ujung bibirnya, menahan gejolak dalam tubuhnya yang kian bertambah panas.
“Lelaki itu banyak bisnis, ada bar dan sebuah kasino di Thailand aku pernah dibawah ke sana, dia juga memiliki bisnis gelap dan anak buahnya ada di mana-mana,” ucap Shopia, ia membocorkan semua rahasia kekasihnya tersebut.
‘Dapat kamu Bung, aku akan menghancurkan mu sebagaimana kamu menghancurkan hidupku’Stanley membatin.
Stanley tersenyum puas, ia mendapatkan rahasia laki-laki itu dengan mudah, tiba-tiba Shopia berdiri melompat kepangkuan Stanley, lelaki bertato itu belum sempat berpikir panjang wanita bermata besar itu sudah mendapatkan bibirnya, mengulumnya dengan sangat akgresif tanpa komando, wanita berpinggang ramping itu sudah melucuti kain pengaman bagian indah di tubuhnya, seketika dua bongkahan indah itu terjuntai indah di depan mata Stanley.
Tidak ingin menyia-nyiakan barang bagus, tangan kekar Stanley mencengkram kedua benda indah itu, Shopia mengeluarkan suara lengkuhan manja dari bibirnya.
“Apa kamu ingin melakukannya denganku cantik?” tanya Stanley, ia tidak ingin wanita itu menyesal, Stanley bahkan meletakkan ponselnya di sisi sofa, merekam aktivitas mereka berdua, ia tidak ingi di salahkan di kemudian hari, karena ia tahu persis ia berurusan dengan siapa saat ini. Stanley tahu suatu saat nanti ia akan dapat masalah besar akibat malam panas yang mereka lakukan malam itu.
“Aku sangat ingin,”balas Shopia, ia melepaskan celana Stanley.
“Kamu belum mengenal siapa aku apa, itu tidak apa-apa?” tanya Stanley, saat adegan panas mereka, otak lelaki bertubuh kekar itu masih menyisakan sedikit kewarasan, hidup dalam dalam penjara membuatnya berhati-hati dalam bertindak.
“Aku tidak perduli, aku hanya ingin dengan belaian, tubuh kekarmu membuatku terpesona,” ujar Shopia. wajahnya semakin bersemangat saat ia berhasil melepaskan celana berbahan jeans itu dari tubuh Stanley, lalu ia menariknya dari ujung kaki sampai terlepas.
Menyisakan brief bermerek Calvin Klein, sebagai kain pembungkus senjata milik Stanley, Shopia mengigit bibir bawahnya dengan tubuh gemulai manja saat melihat tonjolan besar itu, seolah-olah menantang, meminta Shopia untuk menggenggamnya.
“Wow itu sangat besar,” desah Shopia, Lelaki itu mengedipkan matanya menginginkan wanita cantik itu bermain dengan juniornya, Shopia jongkok di lantai dan mengarahkan wajahnya ke bagian batang milik Stanley.
Mendapat servis dari wanita cantik, Stanley tidak menyia-nyiakannya, ia membalasnya dengan gerakan dan sentuhan yang memukai, mereka berdua saling memberi dan menerima, mencoba berbagai gaya untuk menambah sensasi permainan.
“Kamu sangat hebat tuan Jack,” puji Shopia, tak kala pria itu melakukannya dengan gaya menggendong tubuh Shopia di depannya dan mendorong senjata miliknya beberapa hentakan.
Jeritan kecil dari bibir wanita itu membuat Stanley semakin bersemangat dan menghentakkan tubuhnya dengan gerakan cepat, semakin ia melakukan tempo cepat semakin Shopia mengeluarkan suara-suara ribut dari bibirnya. Melihat Shopia yang semakin tidak terkendali pria itu mengganti posisi, meminta Shopia membelakanginya sembari berpegangan pada dudukan sofa, lalu ia melakukan dengan tempo yang lebih cepat, membuat wanita itu berteriak-teriak kenikmatan, suara ribut mereka.
“Aku ingin keluar, apa aku membuangnya di dalam atau di luar?” tanya Stanley meminta persetujuan pada partner wanitanya.
“Terserah baby,” desahnya dengan wajah basah bermandikan keringat.
‘Aku tidak ingin menanamkan benih di rahim wanita seperti kamu’ ucap Stanly menatap dengan sinis, lalu ia menumpahkan cairan miliknya di luar.
Puas dalam pertempuran yang panas, mereka berdua tergeletak di ranjang.
“Terimakasih Jake, aku sangat puas,’ ucap Shopia setengah sadar efek minuman yang memabukkan itu, ia menarik bedcover dan tertidur.
Sementara Stanley bergegas ke kekamar mandi, menyalakan shower, mengguyur kepalanya dengan air dingin menyegarkan kepalanya agar tetap sadar. Lalu ia berpakaian rapi dan menelepon anak buahnya.
“Bawakan mobilku ke apartemen,” pintanya dengan nada tegas.
“Baik Bos,” jawab Billy.
Beberapa menit menunggu seorang pria bertubuh tinggi, berbadan tegap, berambut plontos datang ke apartemen, ia kaki tangan sang ketua yang kini jadi pengawal untuk Stanley.
“Urus wanita itu sampai pulang, jangan biarkan dia tau indentitas ku,” ucap Stanley.
“Baik Bos.” Billy menyodorkan kunci mobil pada Stanley.
Lalu ia meninggalkan wanita yang habis ia tiduri itu begitu saja, ia berkendara menuju apartemen pribadinya, apartemen yang ia pakai untuk bersenang-senang tadi milik anak buahnya Billy, selepas ia pergi Billy masuk ke kamarnya melihat wanita cantik sedang tertidur tanpa busana, ia menggeleng lalu tidur di sofa di ruang tamu.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!