NovelToon NovelToon

ANAK GENIUSKU

Bab 1

Judul Anak Genius ku

Bab 1

Margot Evans adalah anak angkat dari keluarga Lee Ryder, keluarga super kaya raya di Amerika. Semenjak kecil dia telah diambil anak oleh keluarga Lee Ryder dari sebuah panti asuhan saat perayaan tahun baru.

Ketika ayah dari Lee Ryder berkunjung ke panti asuhan untuk berbagi kebersamaan di malam tahun baru.

Namun kini usia Margot Evans sudah berusia 17 tahun sedangkan Won Shik Lee sudah berusia lanjut. Won Shik Lee sendiri memiliki anak, salah satunya adalah Lee Ryder.

Lee Ryder sendiri adalah seorang pengusaha minyak yang sangat kaya raya dan termasuk dari sembilan orang paling terkaya serta berpengaruh di dunia.

Gadis cantik itu tinggal dan tumbuh besar di rumah besar milik keluarga Lee Ryder dengan penuh kasih sayang.

"Pagi, ayah !", sapa Margot Evans.

"Selamat pagi, sayang !", sahut pria berambut putih yang sedang duduk di sebuah kursi kayu dekat jendela yang terbuka lebar.

"Aku sudah membuat pie apel kesukaan ayah", ucap Margot Evans.

"Kamu harus ingat akan gula darahku yang bisa naik, sayang", sahut Won Shik Lee.

Margot Evans tertawa pelan seraya memotong pie apel yang ada di atas meja makan untuk Won Shik Lee.

"Pie apel ini tidak terlalu manis, ayah", ucap Margot Evans.

Margot Evans menyodorkan sepotong pai apel kepada ayah angkatnya.

"Terimakasih, Margot", sahut Won Shik Lee.

"Bukankah hari ini jadwal ayah pergi ke dokter Andreas Simons", ucap Margot Evans.

"Hmmm..., iya...", Won Shik Lee terdiam.

"Aku antarkan ke sana, ya, ayah, karena hari ini aku libur sekolah", ucap Margot Evans.

"Kenapa libur ?", tanya ayah.

"Ada rapat di sekolah sehingga semua siswa terpaksa diliburkan", sahut Margot Evans.

"Hmmm, begitu ya..., tapi ayah akan pergi ke dokter Andreas diantar sopir saja", ucap Won Shik Lee.

"Umm..., baiklah, jika ayah pergi bersama sopir", sahut Margot.

"Kau istirahat saja di rumah dan nikmati hari liburmu", ucap ayah. "Ayah pergi dulu, ya ! Jaga rumah karena hari ini pekerja di rumah sedang libur juga sama sepertimu", sambungnya.

"Mmm..., iya !", sahut Margot Evans sembari mengunyah pai apel di garpunya.

"Ayah berencana mengadakan pesta tahun baru di rumah besar ini, akan ada banyak tamu yang hadir untuk merayakannya", kata Won Shik Lee.

"Woah..., asyik ! Pesta tahun baru !", seru Margot Evans riang.

"Apa kamu suka ?", tanya Won Shik Lee.

Won Shik Lee memperbaiki letak kacamatanya yang tergantung di hidungnya yang mancung.

"Sangat suka ! Apa ayah juga mengundang Lee Ryder ?", tanya Margot Evans.

"Tidak...", sahut ayah.

"Oh...", ucap Margot Evans.

Margot Evans terdiam sambil memotong pai apel di atas piring pipih yang ada di depannya.

"Aku tidak akan mengundangnya karena tanpa di undangpun dia pasti datang", sahut ayah.

"Tapi..., aku pikir sebaiknya ayah mengundangnya ke rumah besar untuk menghadiri pesta tahun baru", ucap Margot Evans.

"Sebentar lagi dia akan datang kemari, kamu saja yang memberitahukan jika akan ada pesta di rumah besar", sahut ayah.

"Aku !?", kata Margot Evans panik. "Mana mau dia berbicara denganku, ayah !?", sambungnya.

"Katakan saja padanya jika ada pesta tahun baru, tidak usah banyak bicara panjang lebar dengannya, akan percuma ! Buang-buang waktu saja !", kata ayah.

"Ayah tahu itu tetap saja menyuruhku memberitahukan padanya", sahut Margot merengut.

"Sudah ! Sudah ! Jangan cemberut begitu ! Atau kamu tulis saja pada selembar kertas lalu kamu berikan kepadanya, nanti dia pasti akan membaca pesan itu", kata ayah.

"Fuih ! Itu pasti sangat melelahkan..., lebih melelahkan dari lomba lari jarak jauh...", keluh Margot.

"Bersabarlah, kita harus sabar dengan sikapnya yang seperti itu ! Pada dasarnya dia, anak laki-laki yang baik budi", kata ayah.

Won Shik Lee lalu melangkah pergi dari ruangan tengah rumah besar.

Suasanan rumah mendadak sepi tanpa seorangpun di rumah besar, tinggal Margot Evans yang ada di dalam ruangan sambil duduk menghadap meja makan.

Menikmati pai apel buatannya dengan lahapnya.

"Bicara dengannya ? Itu sama saja dengan menaruh kepala di kandang buaya !?", gerutu Margot.

Margot Evans memainkan garpu di tangannya ke atas piring berisi pai apel yang tinggal sedikit.

"Dia tidak pernah merasa suka padaku sejak aku datang ke rumah besar bahkan sejak dia menikah", ucap Margot.

Margot Evans memandangi piring makannya lalu meletakkan garpu yang dia pegang.

"Kapan dia bisa menerimaku dengan tulus di rumah ini ?", kata Margot.

Pandangan Margot Evans terhenti pada sesosok pria bertubuh tinggi yang berdiri di luar ruangan tengah.

Melepaskan jaket panjangnya dan berjalan masuk ke dalam ruang tengah.

Margot Evans tercekat kaget ketika pria berambut perak itu mendekat ke arahnya.

"Apa yang kamu lihat ?", ucap pria berwajah tampan itu.

"A--anjing... Ya..., anjing pudel yang ada di wallpaper handphoneku !?", sahut Margot gugup.

"Hmmm..., kamu tidak akan mengatakan bahwa wajahku mirip dengan hewan mamalia itu, bukan ?", kata pria berambut perak.

"Tidak ! Aku tidak mengatakannya seperti itu karena aku berkata yang sebenarnya...", jawab Margot menelan ludah.

Margot Evans dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah piring makannya.

"Kapan Lee Ryder datang ? Dia masuk tiba-tiba ke dalam rumah besar tanpa terdengar sama sekali !? Setidaknya dia membunyikan bel rumah !"

Margot Evans bergumam pelan seraya melirik ke arah Lee Ryder yang berjalan ke dekat televisi.

Pria berambut perak itu duduk dengan santainya sambil menyaksikan layar televisi tanpa menghiraukan keberadaan Margot Evans di ruang tengah.

"Oh, iya, tadi ayah berpesan padaku untuk memberitahukan bahwa akan ada pesta tahun baru di rumah nanti, ayah mengundangmu untuk datang", kata Margot.

"Pesta tahun baru ?", jawab Lee Ryder.

"Iya, ayah mengharap kedatanganmu ke pesta nanti dan aku juga berharap kamu suka dengan undangan ini", kata Margot.

Margot Evans beranjak dari kursi seraya membersihkan piring makan.

"Hari ini para pekerja di rumah besar semua libur, jadi tidak ada yang memasak seperti biasanya sedangkan ayah pergi ke dokter Andreas", lanjut Margot.

Lee Ryder masih memperhatikan layar televisi yang ada di depannya tanpa bersuara.

"Aku pergi ke kamar dulu, jika kamu butuh sesuatu kamu bisa memanggilku atau jika kamu lapar, pesan saja layanan cepat saji", ucap Margot Evans.

Margot Evans selesai mencuci piring kemudian dia melangkah keluar ruangan tengah.

"Dan beritahu aku jika kamu akan pulang agar aku mengunci pintu rumah karena tidak ada siapa-siapa di rumah", ucap Margot.

"Aku akan pulang nanti malam..., jangan kuatirkan hal itu !", sahut Lee Ryder.

"Mmm..., baiklah...", kata Margot Evans.

"Kenapa kamu tidak sekolah hari ini ?", tanya Lee Ryder.

"Libur, sekolah ada rapat", sahut Margot Evans.

Margot Evans berlari keluar ruangan menuju kamar tidurnya yang ada di lantai atas rumah besar.

Lee Ryder menolehkan kepalanya dan melihat ke arah luar ruangan.

Menghela nafasnya sambil bergumam pelan.

"Tidak bisakah gadis centil itu berbicara menghadap padaku ? Fuih..., dasar gadis manja !", ucap Lee Ryder agak mengeluh kesal.

Bab 2

Bab 2

Margot Evans bertemu dengan Aaron Lee yang saat itu berusia lima tahun.

Dia melihat Aaron Lee yang tengah bergandengan tangan dengan Lee Ryder saat pesta tahun baru yang diadakan di rumah besar.

"Selamat malam tuan Lee Ryder ! Silahkan masuk ! Ayah anda sudah menunggu di dalam rumah", sapa pak Ha-Joon ramah.

"Selamat malam, pak Ha-Joon !", sahut Lee Ryder.

Margot Evans memandangi mereka dari kejauhan dekat meja yang diatasnya penuh gelas-gelas minuman.

"Dia datang rupanya...", gumam Margot Evans.

Margot Evans meminum gelas di tangannya sambil memperhatikan Lee Ryder dan anak laki-lakinya.

Lee Ryder membawa Aaron Lee ke rumah besarnya dari rumah mereka yang lainnya.

Disitulah awal pertemuan Margot Evans dengan anak laki-laki kecil Lee Ryder.

"Dia datang hanya dengan putranya !? Biasanya dia membawa sedikitnya dua wanita di acara-acara yang dihadirinya", gumam Margot Evans.

Sebelumnya Margot Evans tidak pernah melihat Aaron Lee karena mereka tinggal terpisah sejak Lee Ryder menikah.

Istri Lee Ryder tidak pernah membawa Aaron Lee ke rumah besar tempat Won Shik Lee tinggal.

Itu dikarenakan Won Shik Lee tidak pernah merestui hubungan cinta Lee Ryder dengan ibu kandung Aaron Lee sehingga hubungan antara Lee Ryder dengan ayahnya menjadi dingin.

Sejak ditinggal pergi oleh istrinya, Lee Ryder mulai sering terlihat berkunjung ke rumah besar Won Shik Lee.

Meskipun Lee Ryder tahu ayahnya tidak pernah menyukainya.

"Ayah... Selamat tahun baru, kami ucapkan...", sapa Lee Ryder.

Won Shik Lee membalikkan badannya menghadap Lee Ryder seraya menatapnya dingin.

"Hmmm... Selamat tahun baru...", sahut ayah.

Won Shik Lee melirik ke arah bocah kecil disebelah Lee Ryder.

"Bagaimana kabar kalian berdua ?", tanya ayah dengan sikap dinginnya.

"Baik, kabar kami baik-baik, ayah", sahut Lee Ryder.

"Nikmati acara tahun barunya. Dan Selamat tahun baru !", kata ayah.

Won Shik Lee berlalu pergi dari Lee Ryder tanpa menghiraukan kehadiran Aaron Lee, cucu laki-lakinya.

Lee Ryder hanya diam tetapi dia sadar jika ayahnya masih belum memaafkannya.

"Ayah...", panggil bocah kecil disamping Lee Ryder.

"Iya, ada apa Aaron Lee ?", tanya Lee Ryder.

"Apakah dia kakekku ?", tanya Aaron Lee.

"Iya, dia kakekmu...", sahut Lee Ryder.

"Tapi kenapa dia mengacuhkanku !? Dan tidak memanggilku cucunya !? Bahkan dia tidak menyapaku, ayah ?", kata bocah berusia lima tahun itu.

"Kakekmu kurang enak badan, mungkin itu yang membuatnya seperti itu", sahut Lee Ryder.

"Oh..., tapi aku ingin menyapanya...", ucap Aaron Lee.

"Bermainlah ! Tapi jangan jauh-jauh dari rumah besar, kamu mengerti, Aaron !", perintah Lee Ryder.

"Iya, ayah", sahut Aaron Lee.

"Jika kamu lapar, minta tolonglah kepada pak Ha-Joon yang tadi menyapa kita di pintu masuk, kamu paham", kata Lee Ryder.

"Baik, ayah", jawab bocah lima tahun itu.

Aaron Lee menganggukkan kepalanya seraya melepas tangannya dari genggaman ayahnya. Dan berjalan ke kursi sofa yang ada di pojok ruangan.

Bocah berusia lima tahun itu duduk lalu mengeluarkan perangkat tablet apple tipis dari dalam tasnya.

Dia mulai tampak tenggelam ketika mengotak-atik perangkat tablet apple tipisnya.

Margot Evans berjalan menghampiri bocah lima tahun itu kemudian duduk berjongkok di sebelah kursi sofa.

"Hai !", sapa Margot Evans.

"Hai...", sahut Aaron Lee.

Bocah lima tahun itu sangat sibuk di depan perangkat tabletnya.

"Siapa namamu ? Apa hubunganmu dengan Lee Ryder ?", tanya Margot Evans.

"Namaku Aaron Lee, dia ayah biologisku, sahut bocah kecil itu.

Margot Evans tertegun mendengar jawaban bocah lima tahun di kursi sofa itu.

"Bagaimana bisa bocah sekecil itu paham arti biologis ?"

Margot Evans bergumam dalam hatinya.

"Mmmm... Apa yang kamu kerjakan ?", tanya Margot Evans.

"Aku sedang membuat program untuk menciptakan sebuah robot", sahut bocah kecil itu.

"Uhuk ! Uhuk...", Margot Evans langsung terbatuk kaget.

"Kenapa dengan tenggorokanmu ? Mungkin kamu mengalami tersedak karena salah menelan", sahut Aaron Lee.

"Tidak..., aku kebanyakan minum", kata Margot Evans.

"Parah ! Kamu masih Sekolah Menengah Atas tapi kamu gemar sekali minum ! Apa kau tidak takut terkena gangguan hati dan limpa ?", sahut Aaron Lee.

Margot Evans acuh sambil mengunyah permen cokelat di tangannya.

"Siapa namamu ?", ganti Aaron Lee bertanya.

"Margot... Margot Evans...", sahut gadis berusia 17 tahun itu cuek.

"Oh, kamu rupanya... Kamu Margot Evans, ya ! Yang biasanya ayah bicarakan jika dia memarahiku", lanjut Aaron Lee.

"Memarahimu !? Kenapa !?", tanya Margot Evans.

"Setiap aku melakukan kesalahan, pasti ayah akan memarahiku dengan berkata seperti ini, "Aaron Lee ! Jangan nakal seperti Margot ! Patuhlah dan dengar kata-kata, ayah ! Dan jangan seperti Margot Evans !", jawab Aaron Lee.

Bocah lima tahun itu masih sibuk dengan perangkat tabletnya.

"Wow ! Ayahmu sangat hebat sekali !?", ucap Margot Evans. "Dia pikir aku anaknya hingga dia membandingkan aku dengan putranya !? Bagaimana dia berkata seperti itu ?", sambungnya.

Margot Evans memajukan bibirnya seraya melahap cokelat miliknya.

"Apa kamu marah ?", tanya Aaron Lee.

"Tidak..., aku tidak marah...", sahut Margot Evans.

"Tapi kamu mengeluh !? Apa kamu kesal pada ayahku ?", tanya Aaron Lee.

"Tidak ! Bagaimana mungkin aku kesal dengannya, dia kakakku meski kami tidak sedarah !? Aku tidak mungkin berani marah padanya...", sahut Margot Evans.

"Tapi dari nada suaramu sepertinya kalian tidak terlalu dekat. Apakah ayahku selalu mengganggumu ?", tanya Aaron Lee.

"Dia tidak pernah menggangguku bahkan dia tidak pernah bicara padaku dengan akrab", sahut Margot Evans.

"Ooh... Dia memang pria yang dingin dan kaku...", ucap Aaron Lee.

"Apa kau tidak lapar ? Ada banyak makanan lezat disini, apa kamu tidak ingin mencicipinya ?", kata Margot Evans.

"Sebentar setelah aku menyimpan programku, aku akan mencoba makanan di pesta ini", sahut bocah lima tahun itu.

"Hmmm..., baiklah... Aku akan menemanimu mencoba makanan-makanan di pesta ini", kata Margot Evans lalu duduk di bahu kursi sofa.

Margot Evans memperhatikan ke layar perangkat tablet milik Aaron Lee dengan terkejut kaget.

Dia tidak pernah membayangkan ada bocah berusia lima tahun mampu membuat program untuk piranti lunak seperti komputer.

Akhirnya keduanya bertambah akrab. Dan menghabiskan malam tahun baru dengan bersuka cita.

"Selamat tahun baru, Aaron...", ucap Margot Evans.

"Selamat tahuh baru, Margot !", sahut bocah kecil itu.

Keduanya duduk di kursi panjang yang ada di balkon rumah besar sambil memandang langit di malam hari.

"Sebentar lagi akan ada kembang api", kata Margot Evans.

"Tinggal satu detik lagi tepat pukul 12 malam", lanjut Aaron Lee.

"Dan tahun berganti dengan tahun baru...", kata Margot Evans.

Terdengar suara kembang api menyala di atas langit.

Memenuhi langit malam itu hingga membuat gelapnya malam menjadi terang benderang oleh kembang api.

Perayaan tahun baru di rumah besar terasa berbeda kini karena hadirnya Aaron Lee.

Acara tahun baru berlangsung meriah dan punuh gegap gempita.

Suasana di rumah besar penuh kebahagiaan serta bertambah menyenangkan untuk Margot Evans.

Ketika berita pengunduran diri pengasuh Aaron Lee yang pulang ke negaranya sejak itulah Margot Evans diberi tugas oleh Lee Ryder untuk menjadi pengasuh Aaron Lee.

"Pengasuh ?", tanya Margot Evans kesal.

"Iya, pengasuh untuk Aaron Lee", sahut Lee Ryder kala itu.

"Apa kau selalu menganggapku lebih pantas menjadi pengasuh ?", kata Margot Evans emosi.

"Tentu, kamu pantas menjadi ibu sambung buat Aaron Lee..., bukankah kamu memiliki waktu yang panjang dan luang karena itu aku menyuruhmu menjadi pengasuh Aaron Lee...", lanjut Lee Ryder.

"Kamu menyebalkan !", ucap Margot Evans.

"Aku akan membayarmu setengah milyar setiap bulannya", kata Lee Ryder santai.

"Fuih... !?", Margot Evans tertawa keras. "Kamu kira aku setuju ?", sahut Margot Evans.

Margot Evans lalu berdiri menghadap Lee Ryder sambil berkacak pinggang.

"Tidak akan ! Weeek !", lanjut Margot Evans seraya menjulurkan lidahnya kepada Lee Ryder.

"Dasar gadis manja !", ucap Lee Ryder kesal.

"Biar ! Lebih baik manja daripada kamu dingin dan menyebalkan !", ledek Margot Evans.

"Astaga...", sahut Lee Ryder.

Pria berambut perak itu mendongakkan kepalanya kesal.

Bab 3

Bab 3

Meski pada awalnya Margot Evans menolak tugas yang diberikan oleh Lee Ryder padanya dan sempat bersitegang tetapi saat Aaron Lee, bocah lima tahun itu memanggilnya mama.

Hati Margot Evans menjadi berubah seratus delapan puluh derajat dan jatuh iba pada bocah kecil itu.

Aaron Lee berjalan mendekat ke arah tempat Margot Evans berdiri bersama Lee Ryder.

Berhenti tepat disisi kanan Margot Evans sambil menengadahkan kepalanya ke atas memandangi Margot Evans.

"Mama...", panggil bocah lima tahun pada Margot Evans.

Gadis berusia tujuh belas tahun itu tertegun.

"Maukah kamu menjadi mamaku jika kau tidak ingin menjadikanku anak asuhmu, Margot ?", kata Aaron Lee.

"Aaron...", sahut Margot tercekat.

"Bukankah kita sudah saling kenal, Margot ?", ucap bocah lima tahun itu.

Aaron Lee mengguncangkan tangan Margot Evans pelan.

Kedua mata bocah kecil itu terlihat berkaca-kaca seakan tengah memohon belas kasih dari Margot Evans.

"Oh, Aaron !", ucap Margot Evans.

Gadis cantik itu duduk bersimpuh di hadapan Aaron Lee seraya memeluk bocah kecil itu haru.

"Iya, aku akan menjadi pengasuhmu dan kamu boleh menganggapku mamamu, sayang !", lanjut Margot Evans.

"Berjanjilah kau tidak akan meninggalkanku seperti yang lainnya ! Berjanjilah, Margot Evans !", kata Aaron Lee.

"Iya, iya..., aku berjanji padamu bahwa aku tidak akan pernah pergi darimu, sayang", ucap Margot Evans.

"Terimakasih, Margot !", sahut Aaron Lee.

"Percayalah padaku ! Aku akan selalu bersamamu, aku berjanji !", ucap Margot Evans terharu.

"Terimakasih...", jawab Aaron Lee.

Aaron Lee memeluk Margot Evans dengan eratnya seakan-akan dirinya akan kehilangan Margot Evans.

Bocah kecil itu ingin Margot selalu bersamanya.

Terlihat jelas dari sikapnya yang hangat kepada Margot Evans.

Margot Evans sangat terharu bahkan dirinya tidak pernah menyangka akan menjadi pengasuh untuk Aaron Lee.

Dia teringat akan dirinya sendiri ketika diambil anak oleh Won Shik Lee dari panti asuhan karena itulah hati Margot Evans tergerak dan menerima menjadi pengasuh Aaron Lee.

Pertemuan pertamanya dengan Aaron Lee saat pesta tahun baru, membuat keduanya saling mengenal dan mulai berteman akrab.

Bagi Margot Evans itu adalah saat pertamakalinya dia merasa diterima sebagai bagaian anggota keluarga Lee Ryder.

"Apa !?", terdengar suara berat dari arah luar ruangan.

Semua menoleh ke arah datangnya suara itu.

Berdiri seorang pria berambut putih sedang menatap semuanya dengan tajam.

"Ayah...", gumam Margot Evans lirih.

Pria tua itu terlihat sangat marah ketika mendengar pembicaraan di ruangan rumahnya.

"Apa yang kamu katakan itu ? Pengasuh ?", ucap Won Shik Lee.

"Ayah...", sahut Margot Evans.

Margot Evans beranjak berdiri lalu menghadap ke arah ayahnya sambil memeluk Aaron Lee.

"Lee Ryder !", panggil Won Shik Lee keras.

"Iya, ayah...", sahut Lee Ryder.

"Rencana apa yang ada di kepalamu itu !? Dan apa yang ada diisi kepalamu itu ?", bentak ayah.

Lee Ryder hanya terdiam.

"Aku berencana menjadikan Margot pengasuh untuk Aaron, ayah", sahut Lee Ryder kemudian.

"Pengasuh !?", tanya ayah.

"Mmm..., iya, ayah..., pengasuh tapi bukan seperti yang ayah bayangkan...", sahut Lee Ryder.

Lee Ryder mencoba menjelaskan. Namun, Won Shik Lee langsung menyanggahnya marah.

"Dia bukan orang lain di rumah ini, Lee Ryder ! Aku sudah menjadikan dia sebagai putriku di keluarga ini ! Seharusnya kamu mengerti itu !", kata Won Shik Lee emosi.

"Aku paham, ayah", sahut Lee Ryder.

Pria berambut perak itu memalingkan wajahnya dari ayahnya saat Won Shik Lee menatapnya tajam.

"Kau tahu apa ? Kau hanya memikirkan dirimu saja, tidak pernah yang namanya Lee Ryder akan peduli nasib keluarganya bagi dirinya dialah satu-satunya yang terbaik !", lanjut ayah.

Won Shik Lee merentangkan kedua tangannya sambil mengejek.

"Aku tidak sebodoh itu, ayah", sahut Lee Ryder jengah.

Dia kesal, ayahnya mengolok-olok dirinya yang terhebat.

"Pada kenyataannya memang seperti itu, bukan ? Buktinya, kamu berani menganggap Margot sebagai pengasuh ! Dia adikmu, Lee Ryder !", ucap Won Shik Lee.

"Tidak ! Dia bukan adikku !", sahut Lee Ryder tajam.

"Lee Ryder ! Jangan pernah berpikir hal lainnya terhadap Margot ! Kamu mengerti itu !", bentak ayah marah.

Margot Evans tidak berani bersuara dan dia hanya diam sambil memeluk Aaron Lee.

"Memang aku menganggapnya bagian keluarga ini tapi aku dengan tegas menolak jika dia adalah adikku", sahut Lee Ryder.

"Lee Ryder !", bentak Won Shik Lee.

"Jangan membatasiku, ayah ! Dan aku akan tetap menjadikannya pengasuh untuk Aaron Lee, titik !", sahut Lee Ryder.

"Karena itu kamu tidak menganggapku bahkan kamu menganggap Margot pengasuh sebab kamu menempatkannya sebagai orang lain !?", kata ayah.

"Tidak...", sahut Lee Ryder datar.

"Lalu ?", tatap dingin ayah.

Won Shik Lee benar-benar sangat marah kepada putra kandungnya.

Walaupun Won Shik Lee menentangnya tetap Lee Ryder bersikukuh untuk menjadikan Margot Evans pengasuh Aaron Lee.

"Keputusanku tetap menjadikan Margot sebagai pengasuh Aaron karena aku tidak ingin disibukkan dengan urusan pengasuh lagi", kata Lee Ryder.

"Maksudmu ? Kau akan menjadikan Margot Evans pengasuhnya selamanya ?", sahut ayah.

Won Shik Lee mengangkat kedua alisnya ke atas seraya menatap sinis Lee Ryder.

"Mungkin saja..., kenapa tidak !? Aku membayarnya setengah milyar untuk pekerjaan itu dan aku menghargainya sebagai pegawai di perusahaan karena tidak ada orang yang digaji setengah milyar sebagai pengasuh, ayah...", jawab Lee Ryder acuh.

"Kau bodoh ! Dan aku tidak tahu bagaimana kehidupan di luar sana telah meracunimu, nak !", ucap ayah.

"Setidaknya kehidupan di luar memberiku banyak petuah berharga, ayah", jawab Lee Ryder sambil memainkan jari tangannya.

"Terserah padamu tapi aku juga dengan tegas menolak usulanmu itu menjadikan Margot sebagai pengasuh", lanjut ayah.

"Ayah, coba ayah tanyakan sendiri apa jawaban Margot ? Apa dia setuju atau tidak, jadi ayah tidak perlu lagi merasa marah padaku !?", ucap Lee Ryder.

Won Shik Lee menolehkan kepalanya ke arah Margot Evans yang berdiri sambil memeluk Aaron Lee.

Pandangan Won Shik Lee berganti ke arah bocah lima tahun itu yang terlihat sangat ketakutan di dalam pelukan Margot Evans.

"Hah...", desah keras ayah.

Won Shik Lee tiba-tiba merasa lelah dan timbul rasa bersalah pada dirinya sendiri.

"Margot, sayang... Bagaimana pendapatmu, nak ?", tanya ayah.

"Aku pribadi tidak keberatan, ayah", sahut gadis cantik bermata indah itu.

"Hmmm... ! Jangan merasa sungkan untuk menolaknya, sayang ! Karena tidak ada kewajiban bagimu untuk mengasuh putra si Ryder", kata ayah.

"Tidak, ayah. Aku menerimanya lagipula aku dan Aaron sudah saling kenal, akan mudah bagi kami untuk menjadi dekat serta saling beradaptasi, ayah", sahut Margot Evans.

"Jadi kamu menerima pekerjaan dari Lee Ryder ?", tanya ayah.

"Iya, aku menerimanya, ayah", jawab Margot Evans.

"Baiklah..., jika kamu menerimanya dengan senang hati tapi jangan pernah takut untuk menolaknya jika kamu merasa tertekan, sayang", kata ayah.

"Iya, ayah", sahut Margot Evans.

Won Shik Lee menghela nafas panjang lalu terdiam, tidak ada lagi bantahan dari mulutnya.

Kali ini Lee Ryder menang dari Won Shik Lee lagi.

"Bagaimana ayah ? Sekarang ayah lega, bukan ?", ucap Lee Ryder.

"Baik ! Tapi jika aku mendengar putri kesayanganku itu menangis karena ulahmu maka aku tidak segan-segan menyiksamu, kamu mengerti itu !", sahut ayah.

Lee Ryder hanya tersenyum ringan kepada Won Shik Lee.

Memberi tanda akan kemenangannya yang mutlak.

"Tentu saja, ayah...", jawab Lee Ryder.

Won Shik Lee berlalu pergi dari ruangan keluarga sedangkan Lee Ryder ikut pergi meninggalkan rumah besar dengan penuh kemenangan.

Sejak Margot Evans ditugaskan sebagai pengasuh Aaron Lee Ryder. Di sinilah mulai seringnya Lee Ryder bertemu dengan Margot Evans.

Sikap Lee Ryder mulai berubah terhadap Margot Evans dan sering mengganggunya setiap bertemu gadis cantik itu.

Ada saja tugas yang diberikan oleh Lee Ryder kepada Margot Evans mulai dari hal terkecil hingga yang teraneh. Dan tentu saja itu membuat Margot Evans agak merasa kesal pada Lee Ryder.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!