...✨Enjoy the Reading✨...
•
•
Langit bergetar, menampilkan kilatan cahaya yang diiringi suara guntur yang mengerikan setelahnya. Hujan turun dengan deras, dedaunan kering serta sampah-sampah kecil tersapu oleh angin yang bertiup cukup kencang. Seakan memecah kesunyian serta membuat malam ini terasa menyeramkan.
Disebuah Lorong kecil yang gelap gulita, tak menampilkan setitik cahaya pun di dalamnya. Terduduk seorang pria dengan deru nafas berat serta mata sayu. Meringkuk di bawah pohon dengan dedaunan rindang, tangannya yang gemetar berusaha menghalau darah yang terus mengalir dari arah luka tusuk.
Setiap detik terasa begitu menyiksa, udara dingin mulai menusuk lapisan demi lapisan kulitnya yang hanya dibalut jacket kain berwarna hitam. Tenaganya hampir terkuras habis, bersamaan dengan darah yang terus mengalir bersama dengan air hujan.
Tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini, hanya bisa terkulai lemas dengan beberapa titik luka yang akan membunuhnya secara perlahan. Meminta tolong, sama saja dengan mencari mati, kumpulan bajingan itu pasti akan menemukannya jika ia bersuara.
Ia menarik tubuhnya semakin dalam, berusaha menyembunyikan tubuh kekarnya dibawah pohon besar yang menjadi tempatnya berlindung saat ini. Suara langkah kaki terdengar semakin mendekat, membuat dirinya berpikir jika ini adalah akhir dari perjuangannya sejak 20 menit yang lalu.
“Cckk.. kenapa aku harus tertidur sih.”
Samar-samar terdengar suara seseorang disana, bukan suara berat dan penuh umpatan. Halus dan begitu lembut meskipun terdengar kesal. Sepertinya Tuhan mengirimkan malaikat padanya.
“Jadinya harus tertinggal bus dan berjalan kaki seperti ini. Mana hujan..” dia seorang wanita yang senantiasa menggerutu, membuat pria itu bernafas lega.
“Sshh….” Bibir pucat berwarna hitam kebiruan itu mendesis perlahan, ketika ia dengan susah payah menggeser tubuhnya yang terasa begitu berat. Mencoba untuk memberitahu seseorang jika ia tengah membutuhkan bantuan.
“To-, long” terdengar begitu lirih, namun masih bisa didengar oleh seorang wanita yang tengah menegang setelah mendengar suara itu.
“Su-suara ap-a itu?” Nadanya terbata-bata, manik indah berwarna coklat itu bergerak panik ke segala arah.
“To-, long a-ku…” dengan mengerahkan sisa kekuatan yang ada, ia mencoba untuk berbicara lebih jelas. Sembari terus menyeret tubuhnya keluar dari tempat persembunyian.
“Si-siapa kau?!” Pupil kecil milik gadis itu memblalak tajam, kedua tangannya secara kompak menutup mulutnya yang spontan terbuka lebar. Kedua lututnya mulai terasa lemas dan sedikit gemetar kala mata sipitnya tak bisa melihat secara jelas siapa pemilik suara lirih itu.
Tangan mungil dengan kulit putih bersih mulai bergerak dengan panik, merogoh tas kecil berwarna coklat tua dan mengambil sesuatu dari dalam sana. Mata yang begitu waspada bergerak silih berganti menatap layar ponsel serta keadaan disekitarnya, berusaha menyalakan sebuah cahaya yang bisa ia dapatkan dari benda kotak itu.
“MOON GODNESS!!” Pekiknya tertahan, ketika cahaya dari benda kotak itu menampilkan seseorang dengan pakaian hitam tengah terkulai lemas serta air yang berwarna merah mengalir deras seiring jatuh dari atas sana.
Rasa takut, panik, dan waspada yang menguasai hatinya, kini sirna sudah. Rasa kemanusiaannya mulai bangkit dan mendorongnya untuk segera mendekat. Tanpa rasa ragu, berjongkok dan melakukan sesuatu untuk menyelamatkan nyawa si pria. Merogoh apapun dari dalam tasnya untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menolongnya.
Apa yang terjadi?Siapa dia? Kenapa bisa terluka? Mengapa ada disini?
Semua pertanyaan itu ia singkirkan dari dalam kepalanya sejenak, yang ia tahu sekarang ini hanyalah menolong si pria dengan luka serius di bagian perut. Tidak ada waktu baginya untuk menanyakan semua itu, karena si wanita tahu jika terlambat maka seseorang akan meninggal di depan matanya.
“Ji-ka aku hidup nanti,... ak-an aku serahkan diriku padamu seutuhnya”
🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤
Hhyyyyy guys🥳
Masih dengan cerita berbau mafia, karena aku memang pecinta genre itu.
Terima kasih untuk dukungan dari kalian, semoga bisa lebih baik lagi kedepannya.
Silakan tinggalkan like dan komen positifnya, mengkritik boleh tapi jangan menjatuhkan ya..
Selamat membaca
Love you all❤️
...✨Enjoy the Reading✨...
•
•
“Kenapa kakak tidak bertanya dulu padaku, sebelum menjualnya?! Dua hari yang lalu bukankah aku sudah memberi kakak uang? Apakah tidak cukup?” Wajah putih yang dihiasi make up natural milik gadis berumur 24 tahun itu, bersemu merah menahan amarah. Ujung kuku tangannya ikut memucat ketika dengan kuat ia meremat ujung bajunya.
“…..”
“Itu jam tangan kesayangan aku kak. Kakak bilang cuma meminjamnya, tapi kenapa di jual…” nada bicaranya terdengar kesal namun masih berusaha ia tahan. Kala teringat kembali siapa orang yang berdiri dihadapannya.
“Dan sekarang kakak masih minta uang lagi!” Ingin sekali Sky berteriak kencang dan memaki sekarang. Sedangkan perempuan yang sejak tadi berdiri dengan wajah tenang, sembari menyenderkan tubuh ke arah dinding, kini menatap tajam gadis yang terlihat lebih muda darinya.
“Berisik! Kau lupa siapa yang sudah membuatku kehilangan sosok seorang ayah?!” Kalimat itu lagi. Seolah ini menjadi senjata bagi sang kakak untuk membuatnya bungkam.
“……”
“Kau yang membuatku harus hidup bersama ibu tukang judi dan ayah tiri pemabuk itu!” Cerca Safira, seakan tak memperdulikan wajah pucat serta mata Sky yang sudah berkaca-kaca.
“Coba saja waktu itu ayah tidak melindungi anak pembawa sial seperti kau, hidupku pasti akan bahagia dan ibu tidak akan menikah lagi dengan bajingan itu!”
Sesak, dada Sky terasa diremat dengan kuat sekarang. Dengan sisa tenaga yang ada, ia merogoh saku jaketnya dan mengambil beberapa lembar uang dari dalam sana. Lebih baik ia kehilangan uang itu daripada harus mendengar kalimat demi kalimat menyakitkan dari mulut sang kakak.
“Jangan dihabiskan sekaligus kak. Aku sudah tidak punya uang lagi” Sky menyodorkan lembaran uang itu dengan tangan gemetar serta suara yang berat.
Namun di ambil dengan kasar oleh Safira “Tidak perlu mendrama seperti itu! Hanya beberapa lembar saja! Kalau bisa cari uang yang lebih banyak lagi, hitung-hitung menggantikan tugas ayah!”
Safira tersenyum senang sembari menghitung lembaran uang, yang ternyata jumlahnya ada 5.
“Lumayan! Sekarang pergilah, cari uang yang banyak lagi”
Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya, Safira melangkah pergi dengan hati yang sangat senang. Meninggalkan Sky yang kini berjongkok dan menutup wajahnya yang sudah dibasahi air mata.
Lelah, Sky benar-benar lelah..
Kenapa Sky yang selalu disalahkan atas kejadian yang ia sendiri tidak tahu kronologinya seperti apa. Ia bahkan tidak pernah meminta kepada sang ayah untuk diselamatkan, jika tahu akan seperti ini. Kalau boleh memilih, lebih baik dia yang tidak selamat, dari pada harus diperlakukan seperti ini.
•
•
Waktu menunjukkan pukul 12.00, sudah saatnya bagi para karyawan Lyosha Corp untuk meninggalkan pekerjaan mereka sejenak dan menikmati makan siang dengan tenang.
Hal itu juga yang tengah di lakukan oleh salah satu Office Girl bernama Sky Yovannka. Duduk termenung di meja kantin perusahaan dengan sepiring nasi goreng yang ia pesan beberapa menit yang lalu. Tangan kanannya senantiasa bergerak, memutar butiran-butiran nasi berwarna merah dihadapannya. Sedangkan tangan kirinya, menopang wajah yang tertekuk sempurna.
“Sky!!”
“OOIIHH!!” Pekiknya terkejut ketika seseorang tiba-tiba datang dan menepuk bahunya.
Seorang wanita yang menggunakan seragam sama persis dengannya, menarik kursi dan duduk tepat disebelahnya. Meletakkan sepiring menu yang sama persis dengan milik Sky.
“Jika kau tidak suka dengan nasi gorengnya, lebih baik berikan padaku! Kasian mereka jika hanya di aduk seperti itu” tangan gempil milik sang senior, menarik pelan piring berwarna putih itu. Namun dengan cepat Sky menghentikannya.
“Kak Fio, jangan mengusiliku” Cebiknya kesal yang dibalas dengan tawa pelan oleh wanita bernama Fio.
“Ya.. habisnya, aku lihat dari tadi kamu hanya mengaduknya seperti bubur. Aku kira kamu tidak suka” Fio masih senantiasa menggoda juniornya yang terlihat sedang badmood itu. Ekspresi wajah Sky sangat mudah ditebak olehnya, terlebih mereka sudah saling mengenal cukup lama. Gadis yang biasanya selalu tersenyum dan cerewet itu tiba-tiba saja murung, tentu saja Fio tahu jika terjadi sesuatu padanya.
“Katakan, apa lagi masalahnya sekarang?” Tanya Fio to the point, seolah siap menjadi tempat Sky berkeluh kesah.
Belum saja bibir tipis itu berucap untuk mengatakan isi hatinya, buliran bening sudah lolos di atas pipinya yang mulus. Setelahnya diiringi isakan kecil yang membuat Fio sedikit gelagapan dibuatnya.
“Oh Hey!! Kenapa kau menangis anak bodoh!” Pekik Fio panik. Matanya bergerak lincah melirik ke sisi kanan dan kiri, memastikan jika tidak ada orang lain melihat gadis kecil ini menangis. Bisa-bisa mereka mengira jika dirinya tengah bersikap senioritas pada sang junior.
“Cckk jangan menangis Sky! Mereka akan mengira diriku sedang memarahimu” imbuhnya sembari memberikan beberapa helai tisue pada Sky.
Sky menerimanya dengan patuh, mengusap perlahan air mata yang membasahi pipi serta matanya. Lalu beralih menatap sang senior dengan mata berkaca-kaca.
“Kak Safira menjual jam tangan kesayanganku, kak!” Adunya dengan ekspresi yang siap menangis lagi.
“…..” Fio terdiam, ia akan memberikan waktu untuk Sky menyelesaikan ceritanya.
“Jam tangan itu diberikan oleh sahabatku dari hasil kerja kerasnya sendiri! Kak Safira mengatakan hanya ingin meminjamnya saja, tapi tanpa sepengetahuanku, dia menjualnya! Hiks” imbuhnya, dengan air mata yang sudah tak dapat dibendung lagi.
Fio memutar bola matanya malas, lagi-lagi karena ulah sang kakak. Membuat dirinya geram dan ingin memukul wanita bernama Safira itu.
“Hah.. kau sendiri yang salah Sky! Kau tahu jika perkataan kakakmu tidak bisa percaya bukan?! Lalu kenapa kau meminjamkan barang kesayanganmu padanya!” Helaan nafas berat terdengar dari bibir Fio.
“Sky.. aku tahu kau orang yang baik dan penyayang, terlebih pada keluargamu sendiri. Meskipun kenyataannya sikap mereka terhadapmu berbanding terbalik. Tapi cobalah untuk tidak terlalu patuh dan bodoh seperti ini. Tidak ada salahnya jika sesekali menolak dan melawan mereka” imbuh Fio sembari mendaratkan tangannya di bahu Sky
“……” Sky hanya bisa terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa, karena yang dikatakan oleh seniornya tadi memang benar adanya. Dia yang terlalu patuh dan tidak bisa bersikap tegas.
“Sekarang hapus air matamu dan bersiaplah. Tuan Jonathan memintamu datang ke ruangannya setelah makan siang. Jangan sampai kau terlambat” ujar Fio yang kembali berfokus pada makanannya.
“Tuan Jo ingin bertemu denganku? Ada apa kak?” Mendengar nama sang bos disebut, membuat Sky kembali tersadar dan segera menghapus sisa air matanya, seperti yang dikatakan oleh Fio.
“Entahlah. Dia hanya menitip pesan padaku, agar kau datang setelah makan siang. Itu saja!” Jawab Fio yang mulai sibuk mengunyah.
Tanpa pikir panjang lagi, Sky langsung berdiri dan bergegas pergi.
“Ambil saja makananku kak!” Teriaknya sembari berlari meninggalkan tempat itu.
“Terima kasih! Dengan senang hati aku akan menghabiskannya!” Balas Fio berteriak.
Bersambung...
*Jangan lupa like dan tinggalkan komentar kalian**😉*
...✨Enjoy the Reading✨...
🖤
🖤
“Silakan tinggalkan ponsel serta tas anda disini! Hanya berkas penting yang bisa dibawa masuk ke dalam!” Tegas dan tak ingin dibantah, tatapan matanya tajam seolah mengintimidasi lawan bicaranya.
“Bagaimana dengan flashdisk? Materi kami ada di dalam sana” nada bicara pria tua berkulit putih terdengar sangat hati-hati, takut jika pria yang merupakan tangan kanan dari seseorang yang akan ia temui saat ini, marah.
Pasalnya kabar mengenai sikap tegas serta kekejaman dari seorang pria bernama Nicholas Scout, bukanlah kicauan burung belaka. Wajah datar dengan tatapan tajam serta sikap dingin, melukiskan betapa mengerikannya pria ini.
Terakhir kali, seseorang harus kehilangan salah satu tangannya karena mencoba untuk melanggar aturan yang sudah dibuat oleh sang CEO.
The Golden Away Grup, perusahaan besar milik Lexander Family, memiliki peraturan yang bersifat mutlak. Siapapun yang ingin bertemu dan menjalin hubungan kerjasama, dilarang keras untuk membawa alat komunikasi yang berpotensi membocorkan tentang keberadaan sang CEO. Jika berani melanggar, maka mereka harus bersiap menerima hukuman yang tidak terduga.
Lucas Erbert Lexander, begitulah mereka mengenal nama sang CEO, namun tidak dengan rupanya. Keberadaannya sangat misterius, sulit bagi mereka untuk bisa bertatapan langsung dengan pria berdarah itali itu. Sejak kecil, sang ayah memang tidak pernah memperkenalkannya ke publik, alasannya tentu demi keamanan sang pewaris. Bahkan sampai saat ini, ia masih senantiasa menyembunyikan diri.
Mata elang Nicholas melirik sejenak benda kotak yang berukuran kecil itu. Dirasa tidak ada hal yang mencurigakan, ia mengangguk pelan “Masuklah!”
Pintu yang bertulis VVIP ROOM, terbuka lebar. Mempersilakan dua pria berkebangsaan Asia, yang hendak mengadu nasib untuk masuk ke dalam sana.
Wangi kayu cedarwood menyeruak masuk kedalam Indra penciuman mereka. Dinding berwarna hitam glosy mendominasi disetiap sisi ruangan. Meja berbentuk persegi panjang berwarna putih, dengan satu kursi berada di ujung meja dan dua kursi disisi kanan dan kiri, diletakkan tepat di tengah-tengah ruangan. Lampu berwarna warmwhite, membuat suasana sedikit terasa hangat.
“Silakan duduk Mr.Hidachi dan Mr.Yatsuka” Tangan kekar dengan urat menyembul milik Nicholas, menunjuk pada dua kursi yang berada di sisi kanan dan kiri. Mereka mengangguk patuh, menarik kursi dan mendudukkan diri disana.
“Presentasikan materi kalian dengan baik.” jelas Nicholas, melirik kedua pria dengan mata sipit itu secara bergantian.
“Aku peringatkan sekali lagi! Sebelum masuk ke dalam sini, kalian pasti sudah tahu aturan dari perusahaan kami! Jangan coba-coba untuk melanggar aturan yang ada, karena jika sampai terjadi, hukuman yang tidak pernah kalian bayangkan sebelumnya akan menunggu!” Imbuhnya dengan sorot mata tajam seperti biasanya.
“Kami mengerti” mereka menjawab dengan kompak. Apa yang dikatakan oleh pria bertubuh tinggi itu terdengar tidak main-main. Seperti yang mereka ketahui sebelumnya, jika CEO muda itu tak akan mau bertatap muka secara langsung.
Tidak mau membuang lebih banyak waktu lagi, mereka memulai presentasi. Menyampaikan semua hal yang sekiranya mampu membuat sang CEO tertarik untuk bekerjasama dengan perusahaan mereka.
Nicholas mengamati serta mendengarkan semua dengan sangat cermat. Dua earbuds berwarna hitam yang terpasang di kedua telinganya, menyampaikan pesan dari seseorang yang berada di ruangan berbeda.
“Selamat Mr.Hidachi dan Mr.Yatsuka malam ini kalian beruntung. Tuan Lucas tertarik untuk bekerjasama dengan perusahaan kalian.” Nicholas menyodorkan kertas putih dengan tinta hitam diatasnya kepada masing-masing dari mereka berdua. Tepat setelah mendengar beberapa kalimat yang berdengung dari dalam telinganya.
Dua pria yang berasal dari negeri sakura itu nampak tersenyum senang. Ini adalah awal yang bagus untuk perusahaan mereka, menjadi salah satu bagian dari perusahaan besar milik Lexander, merupakan suatu kebanggaan tersendiri.
“Terima kasih tuan, tolong sampaikan pada tuan Lucas jika kami sangat senang bisa bekerjasama dengan perusahaan besar ini. Kami akan berusaha keras untuk memberikan hasil yang memuaskan” mereka berdiri dan membungkukkan tubuhnya sejenak, sebagai ungkapan rasa terima kasihnya.
“Akan aku sampaikan”
***********
“Selamat malam master” tubuh Nicholas membungkuk sejenak sebagai tanda penghormatan untuk pria dengan tubuh tinggi tegap yang berdiri di balkon ruangan.
Kepulan asap putih membumbung tinggi, pun hilang dalam hitungan detik karena tertiup angin. Udara dikota Tokyo cukup dingin malam ini, mengharuskan bagi setiap orang untuk memakai jaket tebal.
“Atur kepulanganku dua hari lagi!” bibir tipis berwarna merah muda, menghirup sekali lagi sebatang rokok yang terhimpit disela jarinya, lalu menancapkannya ke tempat sampah berwarna hitam berbahan besi.
“Baik master. Apakah anda ingin pulang ke mansion utama? Tuan Lexander berkunjung dan akan tinggal selama 3 bulan kedepan.”
Wajah dengan rahang tegas itu menoleh, tatapan tajam dan ekspresi datar ia tampilan.
“Minta seseorang untuk membersihkan mansionku! Akan sangat merepotkan jika harus bertemu kakek tua itu” tubuh yang dibalut jacket tebal berwarna hitam, akhirnya menyudahi kegiatannya di balkon, melangkah menuju kursi kebesarannya dan mendaratkan tubuh disana.
Lucas merogoh ponsel miliknya dari dalam saku, membuka beberapa aplikasi yang berhubungan dengan pekerjaannya.
Nicholas mengangguk paham “Baik master” tangannya mengangkat sebuah benda persegi panjang dengan ukuran sedang, menampilkan layar berwarna putih ketika jarinya bergerak di atas sana.
“Informasi mengenai kejadian 6 bulan yang lalu, sudah rangkum master. Gadis itu berada sangat dekat, dia merupakan salah satu karyawan Lyosha Corp..”
Mata dengan manik berwarna biru itu bergerak antusias. Kedua sudut bibirnya melengkuk, menampilkan senyuman manis diwajah tampan Nan rupawan seorang Lucas Erbert. Ada sesuatu yang aneh mulai menjalar dari dalam sana, diiringi detak jantungnya yang berdegup sedikit lebih cepat.
“Kita bertemu hanya sekali dengan keadaanku yang hampir mati. Namun kau berhasil mencuri hatiku” batin Lucas
“Kirimkan datanya padaku. Dan kau tahu bukan harus melakukan apa?!” Titahnya yang dijawab anggukan kepala oleh Nicholas.
Bersambung…
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!