Lumie Crylle.
Saat salju turun, seorang gadis muda berusia 7 tahun berambut pirang panjang dan bermata biru terlihat berdiri di balkon kamarnya.
"Nona, apa yang kamu lakukan di sini? Silakan kembali tidur! Bagaimana dengan demam anda?"
Saat aku sedang melihat Kakak berlatih pedang bersama Ayah di balkon kamar. Alice Maid dengan rambut hitam pendek yang telah melayani keluarga Crylle selama 10 tahun datang menemuiku.
"Aku sudah merasa lebih baik, Aku pikir semua orang terlalu mengkhawatirkanku."
"Itulah sebabnya Anda harus bisa menjaga kesehatan Anda, jadi silakan kembali ke tempat tidur Nona."
"Hhmmmmpp!"
Aku menggembungkan pipiku dan segera berbaring di tempat tidur.
"Aku benci tubuh yang sakit-sakitan seperti ini."
"Apa yang anda katakan Nona? Jangan berkata begitu, saya yakin Nona akan segera sembuh."
"Ini tidak adil karena Ayah hanya melatih Kakak, apa karena aku tidak bisa menggunakan sihir dan selalu sakit-sakitan? bukankah begitu, Alice?"
"Saya memahami keinginan anda untuk berlatih, namun dengan kondisi anda saat ini sangat tidak mungkin, lebih baik anda memikirkan kesembuhan anda terlebih dahulu."
Aku menarik selimut menutupi mulutku lalu berkata dengan nada pelan.
"Setelah aku sembuh, apakah aku boleh berlatih?"
"Saya tidak tahu, tapi menurut saya Nyonya Eliana tidak akan mengizinkan anda."
Benar juga dari awal ibuku mengajarkanku untuk menjadi seorang bangsawan yang sempurna, nasib gadis bangsawan di dunia ini sudah ditentukan sejak mereka lahir, setelah mereka berumur 19 tahun mereka harus menikah lalu melahirkan anak untuk meneruskan garis keturunan.
TIDAK! ini adalah mimpi buruk bagiku, aku tidak ingin menikah dengan seorang, padahal dulu aku terlahir sebagai pembunuh, aku sama sekali tidak mengerti urusan percintaan, aku harus menjadi seorang pembunuh sekali lagi, entah ini kebetulan, ayahku adalah seorang Assassin, aku harus Menjadi Assassins seperti dulu , itulah tujuanku saat ini.
Di kehidupanku sebelumnya aku adalah seorang pembunuh bayaran, namaku Zeta, aku adalah anggota ke 5 dan satu-satunya wanita dari organisasi pembunuh bayaran, aku tidak mempunyai keluarga atau lebih tepatnya orang tuaku membuangku ketika aku masih bayi, aku dipungut dan dibesarkan dan di didik oleh organisasi untuk menjadi pembunuh. Aku tidak tahu apa itu keluarga, teman dan cinta, yang aku tahu hanya menggunakan senjata untuk membunuh orang.
Saat menjalankan tugas untuk membunuh seorang tokoh penting di dunia politik, aku melakukan kesalahan, aku ketahuan, aku kabur dan ditembak di kepala oleh organisasi keamanan negara. Saya akhirnya mati.
Saat saya sadar saya sudah berumur 3 tahun, namaku sekarang Lumie, anak seorang Duke dari keluarga Crylle. Nama ayah saya adalah Aldric. Seorang pria tampan dengan rambut pirang pendek dengan mata biru muda. Ia merupakan seorang Assassin yang bekerja untuk kerajaan yang tugasnya membunuh orang-orang korup, dan pengkhianat.
Nama ibuku Eliana, dia adalah wanita yang sangat cantik dengan rambut perak panjang dan mata biru, dia wanita yang sangat tegas, dia selalu mendidikku menjadi bangsawan yang sempurna. Aku juga mempunyai kakak laki-laki tampan berambut perak bermata biru bernama Julius, usianya 2 tahun lebih tua dariku, setiap hari dia selalu berlatih menjadi seorang Assassin, karena senjak kecil dia sudah di berkahi ilmu sihir, dan dia akan menjadi penerus ayah.
Aku tidak bisa menggunakan sihir seperti kakak tubuhku juga sangat rapuh dan sakit-sakitan, entah kenapa tubuhku begitu rapuh, aku mengira aku adalah seorang gadis yang lemah dan manja, namun ketika aku berumur 5 tahun, ingatan masa laluku Tentang kehidupanku yang lalu muncul kembali, pada saat itu aku menyadari bahwa aku telah bereinkarnasi di dunia lain sebagai anak bangsawan bernama Lumie Crylle.
Takdir
Sekarang umurku 10 tahun, selama ini aku tidak pernah keluar rumah, hanya berjalan-jalan di taman di rumah.
Aku tidak pernah menghadiri pesta ulang tahun dan Pesta Promosi para bangsawan. Saat anak bangsawan sudah berusia 16 tahun, mereka selalu mengadakan Pesta untuk memperkenalkan anak mereka ke publik, agar para bangsawan lain bisa melihat dan menjodohkan anak mereka.
Aku selalu menolak mengadakan pesta ulang tahunku sendiri, bahkan di hari ulang tahun kakakku pun aku tidak pernah keluar kamar, aku selalu beralasan sakit ketika ada perayaan pesta.
Dengan tubuhku yang sakit-sakitan, aku menggunakannya sebagai tameng untuk melindungi diriku dari bangsawan lain, karena aku takut mereka akan jatuh cinta ketika melihatku, berbeda dengan dulu, sekarang aku mempunyai wajah cantik, ini adalah mimpi buruk, aku harus mati-matian menghindari pesta merepotkan seperti itu.
Sebentar lagi aku akan memasuki usia remaja, lebih tepatnya 2 tahun lagi, aku tidak bisa diam saja seperti ini, jika aku diam saja, aku pasti akan segera dijodohkan dengan bangsawan lain, aku harus bergerak cepat untuk menjadi seorang Assassin, selama ini aku sudah menjadi anak yang rajin dan penurut, aku harus segera menceritakan tentang keinginanku kepada orang tuaku, semoga mereka mengerti, dan mungkin hari ini ibuku akan membunuhku.
"Haaah!"
Aku menarik napas dalam-dalam.
Setelah selesai makan malam, aku memberanikan diri untuk menceritakan kepada ayah dan ibuku tentang keinginanku.
"Ayah, Ibu, aku punya permintaan, aku ingin menjadi Assassin, izinkan aku menjadi Assassin?"
Ayah, Ibu dan Kakak terdiam mendengar permintaanku, mereka tampak terkejut.
"Omong kosong macam apa itu? Kamu itu tidak bisa menggunakan sihir. Tolong hentikan mimpi bodohmu itu." tegas Ibu, dia terlihat marah.
"T-Tapi, aku sungguh serius, aku ingin menjadi seorang Assassin."
Ibu berteriak padaku.
"Diam! Nasibmu sudah ditentukan, aku masih harus banyak mengajarimu tata krama untuk menjadi bangsawan sempurna, tidak ada waktu untuk memikirkan mimpi bodohmu!"
Aku mengertakkan gigi.
"Cih." Karena kesal, aku langsung lari dari tempat makan itu.
"Lumie...tunggu! Bukan begitu cara bangsawan meninggalkan tempat makan." Teriak Ibu, dengan kesal.
Saat Eliana ingin mengejar Lumie, Aldric menghentikannya.
"Eliana sudah cukup! Biarkan saja."
"Tetapi?"
"Kamu harus menenangkan dirimu." tegas Aldric.
Eliana menurunkan pandangannya.
"Apakah aku sebagai seorang ibu gagal mendidiknya?"
"Tidak! Kamu sudah mendidik Lumie dengan baik, aku sungguh terkejut mendengar Lumie berkata seperti itu, dia masih anak-anak, mungkin karena aku seorang Assassin jadi dia ingin meniruku, itu hanya impian anak kecil jadi jangan dianggap serius Eliana." Adric menekankan.
Julius hanya terdiam menyaksikan semua kejadian hari ini.
Kini perasaan sakit hati, frustasi dan kesedihan menguasai tubuh mudaku.
Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya, mendengar perkataan Ibu membuat hatiku hancur. Tapi saya tidak akan menyerah begitu saja.
Hari berikutnya.
"Nona untuk sarapan, anda harus memakai pakaian ini, lihatlah. Anda pasti akan terlihat cantik dengan gaun ini." Alice menekankan.
"Oke."
Saya menjawab dengan nada tidak antusias.
"Kenapa anda tidak bersemangat? Apakah anda masih memikirkan kejadian kemarin? Maafkan saya jika saya lancang, tapi menurut saya anda adalah gadis pemberani karena berani menentang Nyonya Eliana."
Aku menurunkan pandanganku.
"Tapi ibu tidak memahamiku."
"Jangan dipikirkan Nona. Saya yakin jika Anda benar-benar serius dan bisa membuktikan keseriusan Anda pada Nyonya, saya yakin hati Nyonya pasti akan luluh."
Aku tersenyum pada Alice.
"Terima kasih Alice, aku pasti akan berjuang."
Setelah itu, Alice membawaku ke ruang makan.
Aku masuk ke dalam, di sana sudah ada ayah, ibu, dan kakak laki-lakiku yang menunggu.
"Selamat pagi, Lumie." Ayah menyapaku.
"Selamat pagi."
Jawabku dan berjalan menuju tempat makan tanpa menoleh ke arah Ibu, karena aku masih kesal hari ini aku tidak mau banyak bicara.
Saya menyelesaikan sarapan lebih awal dari yang lain dan berpamitan untuk kembali ke kamar.
"Terima kasih atas makanannya, saya mohon ijin kembali ke kamar."
Aku meninggalkan ruang makan untuk kembali ke kamarku.
Melihat Lumie bertingkah seperti itu dan terlihat murung, Julius merasa khawatir.
"Bu, apakah Lumie baik-baik saja?" Julius bertanya.
"Dia akan baik-baik saja, tentu saja dia masih belum menerima keputusan Ibu, tapi ibu yakin seiring berjalannya waktu Lumie akan menerimanya." Eliana menjelaskan
"Benar kata ibumu, apa kamu mengkhawatirkan adikmu Julius? Kalau kamu mengkhawatirkannya, berarti tugas kakak adalah menghiburnya kan?" jelas Aldrick.
"Oke, aku akan pergi ke kamar Lumie untuk menghiburnya setelah selesai latihan."
Setelah itu Julius melakukan latihan bersama ayahnya.
Sekarang seperti biasa aku berdiri di balkon kamar sambil memperhatikan Kakak berlatih bersama Ayah, sungguh membuatku iri, aku juga ingin berlatih.
Saat kakak sedang berlatih, kakak menatapku dan tersenyum ke arahku.
Aku balas tersenyum padanya sambil melambaikan tanganku.
Lumie selalu melihatku saat aku latihan, dia pasti ingin berlatih menjadi seorang Assassin, aku merasa kasihan padanya, apa yang harus aku lakukan untuk menghiburnya? pikir Julius.
Setelah melihat Kakak berlatih aku kembali berbaring di tempat tidur, setelah beberapa menit Kakak datang mengunjungi kamarku.
"Lumie kamu baik-baik saja?" Kakak bertanya dengan cemas.
"Aku baik-baik saja, terima kasih sudah mengkhawatirkanku Kak."
"Lumie, apakah kamu serius ingin menjadi Assassin?"
"Aku serius Kak, aku serius sekali."
Kalau begitu ayo kita latihan di taman belakang rumah, aku akan mengajarimu dasar-dasar penggunaan senjata, tapi jangan sampai ketahuan Ibu.
Benar juga yang dikatakan Julius, ini mungkin kesempatanku untuk mencoba beberapa senjata, aku tidak bisa diam seperti ini aku harus membuat kemajuan, aku punya pengalaman menjadi pembunuh bayaran, ini akan membantuku.
"Baiklah, tolong ajari aku Kak."
Saya menjadi sangat bersemangat.
"Kalau begitu ayo kita ke taman belakang, ayo keluar, tapi kita harus pergi diam-diam agar tidak ketahuan." jelas Kakak.
"...ummm, aku mengerti kak."
Kami berdua menyelinap ke taman belakang. Kami berhasil keluar tanpa ketahuan, setelah itu Kakak memberiku pedang agar aku bisa mencobanya.
Jadi ini adalah pedang, tapi mungkin senjata ini kurang cocok untukku, sangat berat, mungkin aku masih terlalu dini untuk memegang pedang.
"Lihat ini Lumie, coba ayunkan pedangnya seperti ini."
Kakakku menyuruhku mengayunkan pedangnya, aku mencoba mengayunkan pedangnya.
"Huaaaaa...."
"Bruk!"
Saya justru terjatuh saat mengayunkan pedang karena terlalu berat.
Kakak bahkan tertawa saat melihatku.
"Ini terlalu berat Kak, kenapa ketawa?"
"Maaf-maaf kamu menjadi sangat lucu Lumie."
Sial, aku malu sekali, kenapa aku tidak bisa menggunakan pedang? Mungkin tubuhku sangat lemah atau mungkin aku masih belum cukup umur sekarang? di duniaku sebelumnya aku sering membunuh dengan katana pendek dan senapan. tunggu, tunggu, tunggu, pasti ada sesuatu yang bisa digunakan?
Kak, adakah senjata yang bisa aku gunakan selain pedang?" aku bertanya.
"umm...bagaimana kalau pedang pendek, pedang pendek lebih ringan saat digunakan, mungkin itu cocok untukmu."
Benar sekali, pedang pendek adalah senjata yang tepat untukku, aku bisa menggunakan dua pedang pendek.
"Lalu apakah ada pedang pendek di sini? Jika demikian, bisakah kamu mengambil dua buah untukku?"
"Dua? Apakah kamu ingin menggunakannya secara bersamaan?"
"umm...aku akan mencobanya."
"Oke, tunggu sebentar."
Selang beberapa menit kakakku kembali dengan membawa dua buah pedang pendek, aku langsung menggunakannya.
Oke sekarang saya akan mencoba menggunakan kedua pedang pendek ini.
"Kak, cobalah menghindari seranganku."
"Eh...kamu serius ingin langsung menyerangku, kamu harus latihan dasar dulu kan?"
"Tidak perlu, bersiaplah, aku akan segera menyerang Kakak."
"Swoshh."
Aku segera bergerak menyerang Kakak.
"T-Tunggu sebentar?"
Kakak menghindariku.
"Gerakan apa itu, Lumie? Aku belum pernah melihat seseorang bermain dengan dua pedang pendek seperti itu? Kamu hebat sekali."
Tentu saja karena di duniaku aku dulunya adalah seorang pembunuh, tapi anehnya perasaanku tidak sebaik dulu, apakah karena aku masih anak-anak? Stamina saya sangat berbeda, saya mudah lelah, apa karena badan saya lemah? Mungkin aku harus belajar lebih banyak lagi untuk membiasakan tubuh ini agar bisa mengimbangi kemampuanku.
Bersamaan dengan itu.
"Apa yang kalian berdua lakukan?!"
Tiba-tiba aku mendengar Ibu berteriak, kami ketahuan dan mungkin ini akan menjadi masalah besar.
Bersambung.....
.
Kembangkitan.
Ketika saya sedang berlatih dengan saudara laki-laki saya, ibu saya tiba-tiba datang dan meneriaki saya.
"Lumie! Gadis bangsawan tidak pantas memegang senjata seperti itu, cepat buang senjatamu!"
"T-Tapi Ibu, aku ingin menjadi Assassin seperti Ayah dan Kakak!"
"Sudah kubilang, lupakan mimpi bodohmu."
Aku meninggikan suaraku.
"Ibu bilang ini mimpi bodoh, tolong tarik kembali kata-kata itu, mimpiku tidak bodoh, aku benar-benar serius ingin menjadi seorang Assassin."
Ibu menjadi sangat emosional mendengar perkataanku.
"Bagaimana mungkin seorang putri bangsawan berbicara begitu keras kepada orang tuanya? Apakah kamu sudah melupakan ajaran Ibu?"
"Aku tak perduli itu, selama ini aku adalah anak yang penurut, aku sudah menuruti perintah Ibu, sekarang aku hanya meminta satu hal pada Ibu, aku ingin menjadi Assassin seperti Ayah."
"Plakkk!"
Beberapa saat kemudian, rasa sakit di pipiku menyadarkanku bahwa Ibu telah menamparku.
Aku membuang senjataku lalu berlari keluar dari rumah, hatiku terasa sangat hancur sekarang.
"Apa yang telah aku lakukan?" Eliana menyesal telah menampar putrinya.
Julius yang melihat ibunya menampar Lumie di depan matanya merasa sangat bersalah karena telah mengajak Lumie berlatih tanpa memikirkan resikonya, ia juga sangat kesal pada ibunya.
"Kenapa Ibu menamparnya? Meskipun Lumie anak yang lemah tapi dia terlihat sangat senang saat latihan, aku hanya berusaha menghiburnya, bukankah tindakan ibu itu terlalu berlebihan, aku akan mengejar Lumie, jika terjadi sesuatu padanya, aku tidak akan pernah memaafkan Ibu."
Tegas Julius, ia segera berlari mengejar Lumie yang berlari keluar rumah.
Aku terus berlari tanpa alas kaki tanpa arah dan tujuan, dan tak sadar aku sedang berlari menuju hutan, namun tiba-tiba aku menabrak seseorang.
"Bruk!"
Saya melihat seorang pria paruh baya tinggi berkepala botak menatap saya dengan tatapan tajam, mungkinkah dia orang jahat?
"Anak kecil, apa yang kamu lakukan di sini?"
"Aku minta maaf."
Pria itu memaggil teman-temannya.
"Kamu cepat kemari, apakah ada di antara kalian yang melepaskan anak yang kita tangkap? Ada anak kecil yang sangat lucu di sini."
"Tidak! semua anak dikurung dengan aman." jawab temannya.
"Berarti ini adalah hari keberuntungan kita, lihatlah ada anak yang sangat cantik berkulit putih dan berambut pirang, jika kita menjualnya pada pedagang budak pasti harganya akan sangat mahal."
Gawat aku kena masalah, ternyata mereka sindikat penculikan, aku tidak membawa senjata, apa yang harus kulakukan dengan tubuh kecil seperti ini, aku harus segera kabur.
Saat saya hendak melarikan diri, penculik langsung menangkap saya.
Sial, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi, apakah nasibku akan berakhir menjadi budak?
Dan pada saat itu juga.
"Kalian! Apa yang kalian lakukan, cepat lepaskan adikku."
"Kakak."
Saya terkejut dengan kedatangan Kakak.
"Kamu anak kecil, beraninya kamu mengarahkan pedangmu ke arah kami, aku akan menangkapmu juga."
Kakak tidak akan bisa melawan semua penculik ini, rencana kakak melawan mereka semua terlalu gegabah, kakak bisa saja terbunuh, kenapa dia mengejarku? Sebaiknya kamu lari saja dan biarkan aku di tangkap, aku keluar rumah sendirian dan membuat masalah pada Kakak, jika terjadi apa-apa pada Kakak, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri.
Kakak mulai melawan para penculik, dia memang sudah lama belajar menggunakan pedang, tapi tetap saja dia masih anak-anak, dan lagi pula kakak kalah jumlah, apa yang harus aku lakukan?
"Uaakkk!"
Kakak dipukul dan dilempar, pedangnya juga ikut terlempar, dia terlihat kesakitan dan penculiknya terus memukulinya.
Aku membelalakkan mataku dan menangis melihat Kakak dipukuli seperti itu.
Sudah cukup, hentikan, aku mengepalkan tanganku dan berpikir, jika aku punya senjata dan kekuatan aku pasti akan membunuh kalian semua.
"Hentikan!!!" Aku berteriak dengan keras sembari menangis.
Para penculik yang sedang menahanku tiba-tiba terjatuh, mereka semua kaget saat melihatku.
Tanpa sadar aku mengeluarkan aura energi berwarna emas ke sekujur tubuhku dan hal ini membuatku setengah sadar, rambutku bergerak-gerak seperti tertiup angin karena efek energi yang keluar, tubuhku serasa tidak kuat untuk menerima beban energi sebesar ini.
Aku melihat tanganku tiba-tiba mengeluarkan banyak tongkat Besi yang ujungnya tajam, Besi itu tiba-tiba melesat dengan sendiri ke arah para penculik dan membunuh mereka semua.
"Lumie kamu?"
Julius sangat terkejut saat melihat Lumie membunuh dengan Tongkat Besi itu.
Setelah itu perlahan kesadaranku mulai hilang, aku pun tak sadarkan diri.
Setelah Lumie tak sadarkan diri, Aldric datang bersama pengawalnya. Aldric sangat terkejut melihat para penculiknya telah ditusuk hingga tewas dengan tongkat-tongkat besi.
"Julius siapa yang melakukan semua ini?" tanya Aldric.
"Lumie yang melakukan semua ini, dia marah saat melihatku dipukuli dan tiba-tiba dia mengamuk seperti kesurupan, aku tidak menyangka Lumie memiliki kekuatan seperti itu."
Setelah mengatakan itu, Julius pun tak sadarkan diri karena terluka akibat menerima banyak pukulan.
"Penjaga cepat bawa mereka ke rumah dan segera panggil dokter, pastikan mereka baik-baik saja, periksa juga gudangnya, kemungkinan banyak anak-anak yang dikurung di sana, mayat-mayat ini akan aku urus," tegas Aldric.
Aldric terus mengamati mayat para penculik.
Lumie yang melakukan semua ini? Mungkinkah dia? Aku harus membersihkan tongkat-tongkat besi ini dan membuat laporan seolah-olah akulah yang membunuh mereka semua, akan berbahaya jika orang lain mengetahui bahwa putriku yang melakukan semua ini. pikir Aldric.
Aldric segera membersihkan mayat-mayat itu.
Ketika aku sadar orang pertama yang kulihat adalah ibuku.
"Aku senang sekali kamu sudah bangun, Lumie."
Ibuku langsung memelukku sambil menangis.
Ini adalah kehangatan yang dulu tidak pernah saya rasakan, kasih sayang orang tua.
"Ibu?" Saya juga menangis. Aku juga memeluk ibuku.
"Maaf Lumie, maafkan Ibu karena telah menamparmu, maafkan Ibu, ibu sangat menyesal."
"Tidak, akulah yang salah karena pergi begitu saja tanpa memikirkan keselamatanku, aku minta maaf karena aku sudah banyak merepotkan Ibu. Kakak...?"
"Ibu, dimana Kakak? Apakah dia baik-baik saja." Saya langsung panik karena teringat Kakak dipukuli.
"Dokter sudah mengobati lukanya, katanya tidak ada luka yang serius, Julius masih belum sadar."
"Kalau begitu aku akan menemui Kakak."
Aku segera berlari menuju kamar Kakak.
Aldric datang dan memanggil Eliana yang keluar dari kamar Lumie.
"Eliana, ada hal penting yang ingin kukatakan padamu, ini tentang Lumie, ayo kita bicara di dalam."
Mereka masuk ke kamar.
"Sayang, apa yang ingin kamu bicarakan? Ada apa dengan Lumie?" Eliana bertanya.
"Sebenarnya setelah aku sampai di lokasi kejadian, Lumie sudah membunuh para penculiknya, ternyata mereka adalah penculik yang sudah lama aku cari-cari."
Eliana terkejut.
"Apa katamu? Lumie yang melakukannya, bagaimana mungkin seorang anak kecil bisa melakukan itu?"
"Aku juga tidak percaya, tapi Julius yang memberitahuku hal ini, dia melihatnya sendiri?"
"Tapi kenapa Lumie tidak memberitahuku apa pun?"
"Kemungkinan Lumie belum sadar saat melakukan itu. Jadi nanti kita minta kejelasan lebih lanjut setelah dia sudah tenang, lagipula Julius masih belum sadar." jelas Aldric.
"Kalau begitu, oke."
Setelah itu, Eliana pergi melihat kondisi Julius.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!