NovelToon NovelToon

Suami Biadab

Syal merah

"Syal itu," gumam Sean saat melihat wanita yang melamar pekerjaan di kantornya.

Dada Sean bergejolak, sekian lama akhrinya dia menemukan wanita yang telah membunuh saudara kembarnya Seon.

Sean meminta asistennya untuk membawa wanita yang bersyal merah tersebut ke ruangannya karena dirinya sendiri yang akan menginterview pelamar yang satu itu.

"Apa anda tertarik dengan wanita itu bos?" tanya David asistennya.

"Sudah jangan banyak bertanya, bawa dia ke hadapanku sekarang juga," tukas Sean.

Selepas kepergian David, otak Sean merencanakan cara untuk belas dendam yang tepat, dimana wanita itu akan memohon ampun dan mengakui semua kesalahannya.

Setelah mendapatkan cara untuk balas dendam, Sean tertawa menyeringai, dia yakin akan berhasil membuat pembunuh Seon saudaranya menyesal seumur hidupnya.

"Lihatlah Seon aku akan membalaskan dendam atas kematianmu, dia harus merasakan kepedihan dan kesakitan seperti yang telah kamu alami," gumam Sean.

Tak berselang lama, David masuk kembali ke dalam ruangan dengan wanita bersyal merah yang dimaksud oleh Sean.

David memintanya untuk duduk berseberangan dengan Sean.

"Duduklah," titah David.

Sean menatap si wanita dengan tatapan yang tak biasa, begitu pula si wanita yang menatap calon bosnya dengan tatapan yang sulit diartikan pula.

David memberikan berkasnya pada Sean, hanya membaca sekilas Sean langsung menerima si wanita yang bernama Rara tersebut sebagai sekertaris nya.

"Mulai besok kamu bekerja sebagai sekertaris aku dan kamu satu ruangan dengan aku," kata Sean.

Rara mematung menatap Sean, dia masih tidak percaya kalau dirinya diterima bekerja sebagai sekertaris bos besar.

"Anda tidak ngeprank saya kan pak?" tanya Rara.

Sean tersenyum dingin lalu menggelengkan kepala, Rara yang masih tidak percaya mencoba mencubit tangannya siapa tau ini hanya mimpi.

"Aauuww, sakit," ucapnya yang ternyata dia merasakan sakit.

David memberi tahu apa yang harus Rara lakukan serta gaji yang akan diterima Rara setiap bulannya.

"Gaji saya banyak sekali pak." Rara shock mendengar gaji yang akan diterimanya setiap bulan bahkan dia mulai membayangkan untuk apa gajinya nanti.

Setelah interview selesai, Rara boleh meninggalkan ruangan Sean.

Rara keluar dengan senyum yang mengembang, dia sangat bahagia dengan pekerjaan yang baru di terimanya.

"Mimpi apa aku semalam, sehingga mendapatkan pekerjaan menjadi sekertaris," gumam Rara lalu keluar kantor Sean.

***********

Hari pertama masuk kerja Sean memperlakukannya dengan baik bahkan dirinya menunjuk sebuah perhatian yang lebih pada Rara. Wanita adalah mahkluk yang mudah baper sehingga mendapati perhatian Sean membuat Rara melayang ke awan, dirinya yang terpesona pada Sean sejak pandangan pertama tentu membalas perhatian Sean juga.

Hari-hati dia jalani dengan menyenangkan hingga saat di hari ke tujuh Rara bekerja, Sean mengungkapkan perasannya pada Rara.

"Aku mencintai kamu," kata Sean yang membuat Rara tak percaya, lagi-lagi Rara dibuat melayang ke awan dengan sikap Sean.

"Will you marry me," sambungnya yang membuat Rara shock.

Rara tidak percaya kalau Sean akan melamarnya padahal baru seminggu dirinya bekerja di kantor Sean.

Rara yang telah jatuh hati pada Sean tentu langsung menerima lamaran Sean.

"Yes i Will pak." Rara menerima lamaran Sean.

Sean memakaikan cincin di jari manis Rara dengan senyum senang namun beraura dingin. Rara telah masuk dalam rencananya.

Seusai membicarakan semua dengan keluarga Rara, Sean langsung mengajak Rara menikah.

Di sebuah tempat ibadah mereka menikah, semua nampak bahagia begitu pula dengan Sean yang sedari tadi tersenyum senang.

"Bibi nitip Rara nak Sean," ucap Bibi Rara.

"Pasti Bi, saya akan membahagiakan Rara," sahut Sean.

Senyum iblis tersungging dari bibir Sean, dirinya mengajak Rara untuk pergi ke rumahnya mengingat hari yang sudah mulai gelap.

"Apa kamu bahagia menikah dengan aku?" tanya Sean saat mereka telah berada di dalam mobil.

"Aku bahagia mas," jawab Rara.

"Kita lihat apa setelah ini kamu bisa tersenyum bahagia pembunuh Seon!" batin Sean dengan dada yang bergejolak.

Mobil Sean kini telah memasuki kawasan elite kompleks rumahnya setelah memasuki gerbang dan pos satpam Sean menghentikan mobilnya.

"Kenapa berhenti mas?" tanya Rara.

"Turun," titah Sean dengan dingin.

"Kenapa harus turun mas? aku takut," tanya Rara yang heran kenapa Sean tiba-tiba menyuruhnya turun.

Memang untuk menuju kompleks perumahan Sean, harus melewati lahan hijau setengah kilo baru terlihat deretan kompleks milik konglomerat.

"Turun! kamu budeg ya," bentak Sean yang membuat Rara tersentak kaget.

"Aku takut mas." Rara mencoba mengiba namun Sean tidak memperdulikan Rara.

Karena Rara enggan untuk turun, Sean turun terlebih dahulu lalu menyeret Rara supaya turun.

"Di ujung kompleks ini adalah rumahku, kamu hanya memiliki waktu lima belas menit untuk berlari kalau kamu telat lihatlah apa yang akan aku lakukan padamu," ucap Sean lalu masuk ke dalam mobilnya kembali.

Sean meninggalkan Rara yang ketakutan, dia tidak perduli pada wanita yang kini telah menjadi istrinya tersebut.

"Ingat ini adalah permulaan, siksaan selanjutnya akan menantimu," gumam Sean.

Rara terus berlari menerobos malam yang dingin, dirinya yang kesulitan berlari dengan sepatu hight heels memutuskan untuk melepas sepatunya.

"Kenapa mas Sean memperlakukan aku seperti ini," gumam Rara dengan menangis.

Alih-alih mendapatkan kebahagian, dirinya kini malah disuruh berlari untuk bisa ke rumah sang suami, padahal Rara membayangkan kalau setelah ini dirinya bisa bersua dengan Sean di tempat tidur.

Hah, hah, hah

Nafas Rara terengah-engah, keringat mengucur deras membanjiri seluruh tubuhnya.

Dengan langkah lemah Rara perlahan masuk dan di depan pintu Sean sudah menunggu dengan seember air dingin di depannya.

"Aku bilang berapa menit? hah!" bentak Sean yang membuat Rara ketakutan.

"Lima belas menit mas," jawab Rara.

"Aku bukan mas kamu, panggil aku Tuan," hardik Sean.

Hati Rara sangat sakit melihat perubahan Sean yang sangat drastis, kemarin dia diperlakukan bak Putri namun sekarang di bentak-bentak dan diperlakukan tidak manusiawi.

Byur

Air dingin dalam ember berpindah ke tubuh Rara, baju pengantin yang dia kenakan basah kuyup.

"Kenapa saya disiram air Tuan?" tanya Rara dengan menggigil kedinginan.

"Kamu terlambat satu menit," jawab Sean.

Air mata Rara meluncur bebas, hanya telah satu menit dirinya diguyur air es malam-malam begini.

Tubuh Rara gemetar karena kedinginan, dia mengiba pada Sean namun Sean tidak peduli.

Sean segera menyeret Rara masuk tanpa rasa sehingga Rara terjatuh karena kakinya yang sakit, entah apa yang merasuki Sean bukannya ditolong dirinya malah menarik rambut Rara lalu menyeretnya kembali menaiki tangga.

Rara yang tidak tahan mencoba melepaskan tangan Sean dari rambutnya.

"Sakit Tuan," rintih Rara.

Pelayan yang melihatnya tidak berani menolong, mereka hanya iba dengan Rara. Sebenarnya mereka semua heran pasalnya wanita yang kini di siksa berstatus istrinya. Kenapa menikahi seseorang jika hanya ingin disiksa?

Setibanya di kamarnya Sean merobek baju pengantin Rara hingga terkoyak.

"Jangan dirobek Tuan." Rara melarang Sean untuk merobek bajunya.

"Ini akan malam pertama kita jadi kamu harus memuaskan aku," sahut Sean.

"Kita bisa melakukannya baik-baik Tuan nggak harus dengan cara seperti ini," pinta Rara dengan menutupi tubuhnya yang hampir polos.

Malam Pertama yang Kelam

Sean yang sudah dipenuhi dendam membara akan kematian saudara kembarnya seakan tidak peduli, dia terus mengoyak baju Rara hingga benar-benar tidak ada yang menempel sama sekali di tubuh Rara.

"Mulus juga, pantas Seon selalu menginginkan tubuh ini," batin Sean.

Rara terus meronta hingga Sean kewalahan sendiri sehingga dia mengikat tangan Rara dengan dasi yang masih dia kenakan.

"Mas saya mohon, jangan begini." Air mata Rara membanjiri wajahnya.

Plak

Sebuah tamparan mendarat di pipi Rara, Sean marah karena Rara masih saja memanggilnya dengan sebutan mas.

"Dengar aku bukan mas kamu," kata Sean dengan tatapan elangnya.

"Iya Tuan maaf," ucap Rara.

Seakan tak punya hati Sean meremas kedua bukit kembar milik Rara dengan kuat hingga Rara berteriak kesakitan.

"Sakit?" tanya Sean.

Rara mengangguk dengan tatapan mengiba, tak berhenti di situ dia juga menarik pucuknya sehingga lagi-lagi Rara harus berteriak kesakitan.

"Sakit Tuan," rintihnya.

Sean tertawa keras melihat Rara kesakitan dengan menangis, dia sungguh puas bisa menyiksa gadis yang tidak berdosa di depannya.

Sean kini melahap kedua pucuk bukit kembar milik Rara dengan kuat, Rara menggelinjang saat lidah Sean bermain di pucuk dadanya namun hal tidak terduga terjadi.

Aaaaaaaaaaaaa

Teriak Rara, saat gigi Sean menggigit pucuk dadanya.

Lagi-lagi Sean terus saja menyiksa Rara tanpa ampun.

Sean terus memainkan pucuk dada Rara dengan giginya, seakan makan daging dia menggigitnya tanpa ampun.

Puas di dada, dia kini membuat kecupan di leher Rara, dia sengaja mengecup dengan kuat sehingga bukan warna merah lagi melainkan warna biru-biru.

"Ampun Tuan, ampunilah saya," ucap Rara yang merasakan sakit.

Sean tertawa keras mendengar permohonan ampun Rara baginya ini tidak seberapa, Seon malah jauh menderita hingga menghembuskan nafas terakhir.

Plak

Tamparan mendarat lagi di pipi Rara, rasanya sungguh panas dan sakit.

Bibirnya hanya bisa meminta ampunan pada Sean namun semakin dia memohon Sean semakin menjadi.

Tanpa aba-aba Sean langsung saja menyatukan miliknya ke dalam goa sang istri, Rara yang masih virgin tentu menjerit kesakitan saat batang keras nan besar milik Sean merobek selaput darah miliknya.

"Aaaaaaa, sakit Tuan, sakit," ucapnya.

Sean yang merasakan lubang yang sempit dan adanya darah tentu jadi heran, karena sepengetahuannya Seon telah meniduri kekasihnya dulu namun dirinya tidak memperdulikan hal itu.

Tanpa rasa belas kasian dan ampun dia menggenjot Rara yang kesakitan hingga Rara pingsan.

Setelah mendapatkan pelepasannya, dirinya tanpa iba membiarkan Rara tergeletak polos di lantai.

Melihat Rara dirinya sungguh puas karena bisa membalaskan kematian saudara kembarnya.

"Lihatlah Seon aku akan membalaskan kematian kamu, aku bersumpah wanita ini akan menderita selama hidupnya," ucap Sean lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Waktu terus berlalu, keeoskannya Sean bangun terlebih dahulu, dia mengambil air minumnya lalu menyiram Rara dengan air tersebut.

Sontak Rara terbangun karena disiram air oleh Sean, dirinya segera memungut baju yang sobek untuk menutupi tubuhnya.

"Enak sekali jam segini masih tidur," kata Sean.

"Maaf Tuan," sahut Rara.

"Aku nggak perlu kata maaf kamu, sekarang kamu bangun, siapkan sarapan untuk aku lalu bersihkan rumah ini sampai bersih." Sean menatap tajam Rara.

"Tapi saya harus mengambil baju saya dulu Tuan," ucap Rara.

Sean melempar kunci mobil pada Rara karena baju Rara memang masih di dalam mobil Sean.

Setelah membersihkan diri, Rara keluar dengan menggunakan handuk Sean tentu hal ini membuat Sean marah.

"Siapa yang menyuruh kamu untuk memakai handuk aku?" tanya Sean.

"Maaf Tuan, kalau saya tidak memakai handuk ini saya harus memakai apa?" Rara menjawab pertanyaan Sean dengan pertanyaan balik.

Sean yang kesal menarik rambut Rara kebelakang.

"Aaaaaaaa, sakit Tuan," teriak Rara dengan memegangi tangan Sean.

"Sekali lagi kamu berani memakai barang milik aku, awas!" ancam Sean lalu melepas rambut Rara dengan kasar sehingga Rara terjatuh.

Air mata Rara lolos kembali, dirinya sungguh tak sanggup lagi menghadapi Sean yang sangat kejam padanya.

Tak ingin suaminya marah lagi, Rara beranjak bangun dengan menahan sakit di bagian sensitifnya, dia berjalan dengan pelan untuk mengambil pakaiannya yang ada di dalam mobil.

Pelayan yang kasian berusaha membantu Rara namun dari balkon atas Sean meneriaki pelayan untuk tidak membantu.

Setelah ganti baju, Rara mulai melakukan apa yang diperintahkan oleh Sean, dirinya memasak dan bersih-bersih rumah.

Setelah semua hidangan tersaji di meja makan, Sean turun untuk sarapan.

"Layani aku," titahnya.

Rara segera mengambilkan nasi goreng yang dibuatnya, tak lupa telur ceplok dan sayurannya.

Suapan pertama, Sean merasakan nasi goreng yang sangat enak namun karena dirinya tidak menyukai yang masak, akhrinya Sean membuang piring yang berisi nasi goreng tersebut.

"Kamu bisa masak apa tidak?" tanya Sean.

"Maaf Tuan, tapi rasanya sudah pas," jawab Rara dengan ketakutan.

"Bereskan semua kekacauan ini, lalu buatkan aku kopi pahit," titahnya.

Tek berselang lama, Rara datang dengan membawa kopi panas yang Sean minta, dirinya lalu menyeruput sedikit lalu menyemprotkannya ke Rara.

"Kamu becus bikin kopi apa tidak?" teriak Sean dengan menarik rambut Rara.

Tak belas kasihan Sean menyiram tangan Rara dengan kopi panas sehingga Rara berteriak kesakitan.

"Sakit," katanya dengan menangis.

Sean sungguh kejam, dia benar-benar menyiksa wanita malang ini, baru seminggu datang ke kota untuk mengadu nasib kini malah dirinya terus disiksa Sean tanpa ampun.

"Jangan cengeng, segera bersihkan dirimu lalu datang ke kantor, ingat kamu harus bekerja karena aku tidak akan memberi kamu uang sepeserpun," kata Sean.

Rara ambruk di lantai, para pelayan yang melihatnya sangat iba. Tuannya memang dingin dan temperamen namun mereka tidak menyangka dia akan menyiksa istrinya seperti ini.

Tak ingin dimarahi lagi, Rara segera bersiap dan menghiraukan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Setelah siap Rara pergi ke depan lalu duduk di samping Sean.

"Lama sekali," protesnya.

"Maaf Tuan," sahut Rara.

Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya diam, terlebih Rara yang sedari tadi meniupi tangannya yang memerah karena disiram Sean dengan kopi panas tadi.

Setibanya di kantor, Sean memerintahkan Rara untuk mengelap kaca di ruangannya, lalu mengepel lantai serta mengelap meja dan semua yang bisa dilap.

"Kenapa saya Tuan? bukankah ada OB?" protes Rara.

"Berani melawan?" ucap Sean dengan menarik rambut Rara.

"Tidak Tuan," sahut Rara.

"Ingat kamu itu hanya lulusan diploma satu jadi sebenarnya pekerjaan yang cocok dengan kamu itu cleaning service," bisik Sean lalu mendorong tubuh Rara dengan kuat sehingga lagi-lagi Rara tersungkur di lantai.

Air mata Rara meluncur bebas, dirinya sungguh tak sanggup menghadapi Sean, secara tidak langsung Sean telah merusak hidupnya, dia dinikahi hanya untuk disiksa tanpa ampun.

Dinikahi hanya untuk Disiksa

Rara yang sakit hatinya terus menangis sembari mengerjakan pekerjaannya. Suara isakan Rara membuat Sean tidak tahan lalu dia beranjak dari kursi kebesarannya dan menarik rambut Rara dari belakang.

"Hey! bisa-bisa budeg telinga aku jika mendengar kamu menangis," maki Sean.

"Saya sungguh tidak tau salah saya apa sama anda Tuan, saya diterima kerja sebagai sekertaris lalu dilamar dan dinikahi dan sekarang anda memperlakukan saya tidak manusiawi seperti ini, kalau sekiranya anda membenci saya pulanglah saja saya ke wali saya Tuan," ucap Rara dengan tangan yang menahan tangan Sean supaya tangannya tidak menarik rambut Rara dengan kuat.

Mendengar ucapan Rara tentu membuat Sean tertawa, inilah tujuannya untuk membuat Rara menderita seumur hidupnya.

"Salah kamu itu sangat besar, kamu telah membuat orang yang aku cintai meninggal Rara," tukas Sean.

Rara nampak heran, bagaimana bisa dirinya membuat orang meninggal sedangkan dirinya saja kurang dari dua minggu menginjakan kaki di kota ini.

"Saya tidak kenal dengan siapa-siapa disini," timpal Rara yang membuat Sean murka, dia kesal karena Rara tidak mau mengakui kesalahannya.

Sean yang marah semakin menarik rambut Rara dengan kuat bahkan rintihan sakit dari Rara Sean abaikan hingga masuklah David yang ingin mengantar berkas.

Dengan kasar Sean melepas rambut Rara, karena ulahnya itu Rara hampir saja jatuh.

"Bos, ini berkas yang anda minta," kata David lalu meletakkan berkas yang ada di meja.

Karena tidak ingin mengganggu David membalikan badan untuk keluar namun Sean memanggilnya.

"David," panggil Sean.

"Iya pak." David menoleh dan mendekat.

"Aku minta laporan keuangan tiga tahun lalu hingga sekarang," pinta Sean.

David mengerutkan alisnya, kenapa tiba-tiba Sean meminta laporan sebanyak itu? untuk apa? bukankah tidak ada masalah dengan keuangan perusahaan?

"Jangan banyak berpikir, tugas kamu kirim file laporan tiga tahun yang lalu sampai sekarang," imbuh Sean.

"Baik pak," sahut David lalu pamit.

Rara yang telah selesai bersih-bersih duduk sejenak di kursinya dan bersiap untuk bekerja.

Sean menatapnya dengan kebencian, entah mengapa dia sungguh tidak puas dengan apa yang telah dia lakukan, selalu ada keinginan untuk terus menyiksa Rara.

Tak berselang lama, David telah mengirim file yang diminta Sean, senyum terukir sempurna di wajah Sean, ini adalah cara menyiksa Rara lagi.

Dengan langkah pelan Sean menghampiri Rara, dia melempar flashdisk yang berisi file dari David.

"Di dalam situ ada laporan tiga tahun belakangan ini, kamu salin dalam bentuk berkas dan selesaikan jam dua belas nanti," ucap Sean.

Rara melongo menatap Sean, laporan tiga tahun? harus selesai pukul 12?

"Anda tidak salah ngasih pekerjaan saya kan Tuan?" tanya Rara.

"Tidak, sudah jangan banyak tanya kamu selesaikan saja apa yang aku perintahkan atau kamu aku hukum," jawab Sean.

Sean berjalan menuju kursi kebesarannya dengan senyum yang mengembang, tangannya sudah gatal untuk menyiksa Rara kembali.

"Aku tidak sabar untuk menyiksa kamu lagi," batin Sean.

Rara dibuat pusing dengan pekerjaan yang diperintahkan oleh Sean, untuk apa laporan keuangan tiga tahun yang lalu? bukankah perusahan sedang baik-baik saja?

Satu jam berlalu, Rara baru menyelesaikan laporan tiga bulan masih kurang berbulan-bulan laporan.

Rara yang pasrah meletakan kepalanya di atas tumpukan berkas, dia tak tahu harus bagaimana lagi, Sean sungguh tidak memberikan celah sedikit pun untuk Rara istirahat, siksaan terus dia berikan tanpa ampun.

Brak

Sean menggebrak meja Rara sehingga Rara tersentak kaget.

"Aku meminta kamu untuk mengerjakan laporan bukannya bersantai!" maki Sean.

"Saya tidak sanggup Tuan, maafkan saya," sahut Rara.

Sontak Sean langsung menarik rambut Rara, matanya menatap tajam ke arah Rara. Dirinya kini bak elang yang siap menukik untuk memangsa anak ayam.

"Aku tidak peduli, pokoknya kamu harus selesaikan semuanya," kata Sean lalu melepas tangannya yang mencengkeram rambut Renata dengan kasar.

"Selesaikan secepatnya atau tau sendiri akibatnya," ancam Sean.

Rara tidak memiliki pilihan lain selain menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh Sean meski dirinya tidak sanggup.

Selepas Sean kembali ke kursi kebesarannya, Rara segera menyelesaikan pekerjaannya, laporan bulan ini agak mirip jadi Rara tinggal copy paste dan sedikit mengganti.

Dalam waktu satu jam dirinya sanggup menyelesaikan laporan untuk sepuluh bulan, setahun pertama sudah selesai kini tinggal dua tahun berikutnya.

Hingga pukul dua belas Rara sudah menyelesaikan laporan untuk dua tahun karena waktu sudah habis akhrinya Rara menghadap dengan laporan yang masih kurang.

"Ma-maaf pak saya tidak bisa menyelesaikannya tepat waktu," lapor Rara.

"Sebagai hukumannya kamu berdiri di situ terus sampai nanti." Lagi-lagi gadis malang ini dihukum tak manusiawi oleh Sean.

"Tapi saya ingin makan siang pak, tadi pagi tidak sarapan," protes Rara.

"Bukan urusan aku" sahut Sean.

Air mata Rara meluruh, sungguh Sean manusia terkejam yang pernah di temui.

"Tetap berdiri, aku mau makan siang jangan coba-coba duduk atau aku tambah hukuman kamu," ucap Sean.

"Di sini ada CCTV jadi ingat," sambungnya.

Dengan senyuman yang mengembang Sean meninggalkan Rara yang berdiri di tempatnya, manusia tak punya hati membiarkan istrinya dalam keadaan lapar.

Tiga puluh menit telah berlalu, kepala Rara tiba-tiba pusing, seluruh ruangan terasa berputar.

Bug

Rara jatuh pingsan dan beberapa waktu kemudian Sean masuk ke dalam ruangannya.

Melihat Rara yang tergeletak di lantai tidak membuatnya iba, dia jongkok di depan Rara lalu menepuk pipi istrinya tersebut.

"Hey bangun, nggak usah pura-pura pingsan," kata Sean.

Sean terus menepuk pipi Rara namun Rara tak kunjung bangun hingga David masuk untuk mengantarkan berkas.

"Nona Rara kenapa bos?" tanya David.

"Entahlah, saat aku masuk dia sudah tergeletak seperti ini," jawab Sean.

"Kenapa anda diam saja?" tanya David.

"Biarkan saja nanti pasti ke bangun sendiri," jawab Sean yang membuat David menggelengkan kepala.

David tau kalau Sean ingin membalaskan dendamnya pada Rara namun cara Sean ini sangat tidak manusiawi.

"Ya sudah saya pamit dulu," ucap David lalu keluar.

Ingin sekali David memindahkan Rara ke sofa namun karena takut dengan Sean akhrinya David memilih pergi.

Satu jam berlalu namun Rara masih saja tergeletak dan ini membuat Sean kesal dan marah, dia mengambil air minumnya lalu menyiramkannya pada Rara.

Aaaaaaaa

Rara berteriak, dia kesakitan karena air yang Sean siramkan masuk ke dalam hidungnya.

"Enak sekali tidur di jam kantor, kamu pikir kantor ini milik nenek moyang kamu!" teriak Sean.

Rara hanya bisa menatap Sean dengan tatapan sedih.

"Saya ini istri anda Tuan tapi kenapa anda terus menyiksa saya," ucap Rara dengan lirih.

Tentu Sean tertawa keras mendengar ucapan Rara.

"Memang tujuan aku menikahi kamu adalah untuk menyiksa kamu," sahut Sean.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!