NovelToon NovelToon

Pak Guruku, Cintaku

Bagian 1 : Prolog

Selamat membaca, semoga kalian Happy. Enjoy yah.

###

Rania, seperti biasa pagi ini ia berangkat ke sekolah tangannya memegang erat tali ransel yang bertengger di pundaknya, tali sepatunya telah ia ikat dengan kencang.

Hari ini Rania berencana akan membolos lagi, ia tak ingin rencananya kali ini gagal seperti minggu lalu hanya karena tali sepatunya tidak sengaja terlepas saat bermain kucing-kucingan dengan guru biologinya.

Rania tersenyum kecil memikirkan rencananya untuk kabur dari pelajaran yang sangat membosankan itu.

Hari ini Rania telah mempersiapkan hal-hal yang nantinya akan menjadi pendukung pelariannya, Rania menggunakan celana pendek leging ketat yang dapat di lipat hingga ke pahanya, rok sekolah yang sedikit sempit dan berwarna abu-abu itu hanya mampu menutupi kakinya hingga lutut, sesuai peraturan sekolahnya.

Seperti minggu-minggu kemarin pelariannya hari ini akan melibatkan tembok di belakang sekolah, artinya ia akan memanjat tembok tersebut lalu melompat keluar sekolah, memikirkannya saja sudah membuat perasaan dan adrenalinnya terpacu.

Rania sungguh tidak ingin mengikuti pelajaran biologi hari itu, sangat membosankan mengingat di rumahnya Rania sudah seringkali diberikan pelajaran khusus dari orang tuanya yang berprofesi sebagai dokter.

Lalu, apakah di sekolah Rania juga harus mempelajari hal yang sudah sering sekali ia dengar dari penjelasan orang tuanya di rumah ketika sedang berdiskusi? di ruang makan, ruang tamu, bahkan saat piknik sekalipun orang tuanya selalu membahas hal-hal yang berkaitan dengan kedokteran.

Alat vital? organ reproduksi manusia ? proses pertumbuhan tumbuhan dan binatang? cara membuat anak? dan sejenisnya.

"Argghhh menyebalkan. " Desis Rania tanpa sadar.

Rania sudah berlatih untuk hari ini ia berencana menggunakan metode baru untuk mengelabui Bu Hani, guru biologinya.

Metode lamanya sudah tidak bisa digunakan lagi karena minggu lalu ia gagal untuk membolos hingga akhirnya harus di hukum membersihkan toilet khusus perempuan di sekolah yang baunya ?Omegotttttttt. menjijikkan. Tidak perlu di pertanyakan lagi.

###

Teng.. teng.. teng..

Jam istirahat akhinnya berbunyi, Rania bergegas menuju ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan.

Sambil menikmati semangkuk mie ayam yang telah ia pesan dari ibu kantin, Rania kembali mempermantap rencananya sambil memperhatikan sekelilingnya yang sedang ramai.

"Habis jam istirahat ini pelajaran biologi, aku harus bergegas. " Gumam gadis itu.

Rania menyelesaikan makannya dengan cepat, ia bahkan selalu membawa tasnya agar ketika kesempatan untuk kabur tiba gadis itu tidak mesti kembali ke kelas hanya untuk mengambil tas tersebut.

Rania bergegas masuk ke ruang olahraga dan berganti pakaian di dalam toilet yang ada disana. Biasanya toilet tersebut digunakan anak-anak yang habis berolahraga untuk berganti pakaian.

Dengan cepat Rania mengganti pakaiannya, takut kalau-kalau ada seseorang yang memergokinya di tempat itu karena biasanya jam istirahat digunakan oleh siswa laki-laki untuk berolahraga.

"Tidak lucu kalau aku sampai ketahuan berganti pakaian oleh para kunyuk itu. " Gumam Rania.

Rania keluar dari dalam ruang olahraga sambil celingak celinguk memperhatikan sekitarnya memastikan bahwa pak Sulaiman guru BP yang biasanya berkeliling sekolah untuk mengecek apakah ada siswa atau siswi yang akan membolos di jam istirahat.

Matanya melirik ke kanan dan ke kiri memastikan ke amanan dirinya.

"Ah aman.! " Ucapnya senang.

Rania berjalan dengan santainya menuju tembok samping sekolah, sebelum sampai disana ia harus melewati koridor yang panjang, sambil berjalan itu Rania bernyanyi-nyanyi kecil.

"Seberapa pantaskah kau untuk kutunggu, cukup indah kah dirimu untuk selalu ku andalkan? mampukah kau hadir dalam mimpi burukku uuuu mampukah kita bertahan di saat kita jauhhhh, Celakanyaaa ."

"Raniaaa." Panggil seseorang.

Rania menengok kebelakang dan melihat ada guru yang menenteng tas yang sepertinya berisi laptop di tangan kanannya dan buku mata pelajaran Biologi di tangan kirinya. Biologi??. Celaka, Rania kaget.

"Wah celaka beneran. " Gumam Rania mengernyi panik.

Guru biologinya kembali bertanya seolah-olah sudah mengerti gelagat Rania yang hari ini akan membolos dari mata pelajarannya lagi. Apalagi gadis itu terlihat sudah tidak memakai seragam sekolahnya.

"Rania, mau kemana kamu?. "

"Eeh Bu guru, heeheee in Bu anu aduhh perut saya sakit Bu kayaknya tadi saya salah makan. " Rania sambil memegangi perutnya mencoba meyakinkan Bu Hani. Melihat wajah Bu Hani saja sudah membuat keringatnya langsung bercucuran karena kaget dan takut.

Bu Hani melangkah mendekati Rania yang terlihat nyengir sambil memegangi perutnya.

"Mau kabur lagi yahh." Cecar Bu Hani

"Ah eh enggak kok Bu ini saya mau ke UKS kok mau minta obat sakit perut hehee. " Elah Rania

"Mau minta obat atau hmmm mau bolos lagi kan, Rania?."

Sebelum langkah kaki Bu Hani mencapai Rania, Rania reflek melarikan diri diikuti suara teriakan Bu Hani yang kaget melihat Rania kabur.

"Raniaaaaaaaaa." Teriak Bu Hani.

"Kembali... Rania.." Bu Hani juga ikut berlari mengejar Rania.

Rania telah sampai di ujung koridor dan dengan cepat berlari kebelakang gedung sekolah tepat di dekat tembok yang akan menjadi tempat pelariannya, tasnya telah ia lempar duluan keluar tembok.

Setelah mengambil ancang-ancang untuk melompat Rania memastikan tali sepatunya masih terikat dengan erat.

Happ

Rania sudah berhasil berada di atas tembok ia menengok ke belakang dan mengambil nafas sebentar.

"Huhh.. Hahh.. "

Terlihat Bu Hani yang juga hampir sampai ke tempat Rania berada.

"Raniaaa.... " Bu Hani berteriak sekaligus merasa takjub melihat Rania yang melompat dengan mulus naik ke tembok pembatas sekolah. Bu Hani menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Heheee, Bu hukumannya besok aja ya Bu saya ada urusan hari ini. " dengan suara yang sengaja di imut-imutkan.

Rania kemudian melompat keluar sekolah namun keseimbangannya sedikit goyah sehingga yang sampah ke tanah duluan bukan kakinya, melainkan bokongnya.

"Aaaah aduhhh pantatku. " Padahal ini sudah seringkali terjadi tapi tetap saja rasanya sakit.

"Ahh apakah ini adalah hukum karma karna melarikan diri dari pelajaran biologi?. " gumamnya seorang diri sambil memegangi pantatnya yang masih terasa nyeri.

"Aahhh udahlah yang penting hari ini aku bebassss, yuhuuuuu. " Rania merasa senang karena terbebas dari pelajaran yang sangat tidak ia sukai hari itu.

Sementara di balik sisi tembok lainnya Bu Hani terlihat tercengang dan hanya bisa pasrah menggeleng-gelenkan kepalanya menyaksikan Rania yang kali ini lolos dan membolos lagi dari mata pelajarannya.

"Dasar anak muda.. anak itu benar-benar ahh sudahlah urusan hukumannya di pikirkan besok saja.. " Bu Hani meracau seorang diri.

Rania berlari-lari kecil meninggalkan sekolah, melupakan rasa sakit di bokongnya. Ini adalah kali ke empat ia berhasil meloloskan diri. Sebenarnya ini adalah bolosnya yang kelima kali, hanya saja minggu lalu ia kedapatan dan bolosnya akhirnya gatot alias gagal total. Rania tak ingin ambil pusing, hari ini ia hanya ingin bersenang-senang.

"Ah biarlah hukumannyakan besok, bodo amat deh. " Tidak penting Rania memikirkan hukumannya yang akan terjadi besok akibat membolos. Yang ada dipikirannya saat ini adalah berjalan-jalan di sekitar perumahan dekat sekolahnya dan memanjat pohon jambu punya Kang Adi yang sedang berbuah untuk nanti dia buat rujak saat sampai di rumah. memikirkannya saja sudah membuat air liurnya ngeces.

Rania telah sampai di dekat pohon jambu milik Kang Adi yang buahnya terlihat sangat ranum, segar dan menggiurkan seperti perawan.

"Hahahaha." Rania tertawa dengan pikirannya barusan.

Rania meletakkan tas ranselnya dan membuka kedua sepatunya, lalu kemudian memanjat pohon jambu tersebut dan saat akan mengambil salah satu buah yang berada di dekat tangannya tiba-tiba Kang Adi keluar dari salam rumahnya sambil berkacak pinggang.

Kang Adi memperhatikan pohon jambunya yang bergoyang-goyang dan menyadari ada seseorang di atasnya. Tidak salah lagi pasti dia lagi.

"Rania." Suara Kang Adi terdengar berat.

"Hmmm kamu lagi yahhhh.. " Tegur Kang Adi.

Rania kaget dan reflek membelalakkan matanya lalu menarik buah jambu tersebut dan cepat-cepat melompat turun ke bawah, dengan sigap memakai kedua sepatunya asal dan menarik tasnya untuk kabur ke sebrang jalan.

"Eh jangan lari dulu... eh awasss. "

Tiba-tiba.

"Piiiiiiipppppppp." suara klakson mobil berbunyi nyaring diikuti suara bannya yang berdecit keras terdengar memilukan di telinga karena mobilnya di rem secara paksa.

"Aahh aduhhh. " Rania tersungkur kaget hampir saja ia mati muda tertabrak mobil.

Sebuah mobil Honda jazz berwarna hitam mengkilat, hampir saja menabrak Rania yang tiba-tiba berlari ke tengah jalan.

"Aduhhh Rania. " Kang Adi berlari ke tengah jalan untuk membantu Rania.

"Kamu tuh kebiasaan deh Rania. " cecar Kang Adi sambil membantu Rania berdiri.

Rania berdiri di Kang Adi lalu berjalan pincang ke arah mobil dan melempar kap mobil itu dengan jambu yang baru saja di dapatkannya.

"Ehhh om kalau nyetir tuh hati-hati dong. " Ucap Rania bengis kepada si pemilik mobil yang berada di balik kemudian, kaca mobilnya gelap tak terlihat siapa orang yang ada di dalamnya.

Tidak lama keluar seseorang laki-laki dengan kemeja putih dan dasi yang bertengger di lehernya, rapih. tubuhnya tinggi dan terlihat atletis meskipun telah di balut dengan kemejanya. Rania terpukau untuk sesaat. Mata laki-laki itu tajam, hidungnya mancung dengan alis yang hitam dan tebal.

"Kan yang lari ke tengah jalan kamu, kamu yang nyebrang gak liat kira kanan. " sahut si laki-laki.

"ehh iya juga yah lupa. " Rania tersadar.

"Aduhhh kamu tuh jangan sembarangan lemparin mobil orang gitu, udah salah pake ngelempar segala lagi. " sambil berjalan ke depan kap mobilnya, mengambil sapu tangan dari dalam kantong celananya dan mengusap kap mobilnya yang kotor.

"Ya ampun lemparnya pake jambu lagi. " cecar si laki-laki. Sambil berjalan menuju ke arah Rania kali ini dan mengarahkannya ke Kang Adi untuk di bawah ke pinggir jalan yang lebih aman dan agar tidak menghalangi jalannya.

Laki-laki itu kemudian kembali ke mobilnya, wajahnya terlihat ketus namun tetap terlihat gagah. Rania melihat laki-laki itu seakan terpukau akan ketampanannya. Matanya tidak berkedip sedetikpun memperhatikan Honda Jazz itu berlalu dari hadapannya.

"heeehh Rania jangan melamun, ayo Kang Adi antar ke rumah. "

"Nanti Kang Adi laporin ke mamamu, kamu tuh bandel banget, badung gak ada kapok-kapoknya, ini kamu pasti bolos lagi." ucap Kang Adi sambil membantu Rania mengangkat tas ranselnya.

Rania tersadar dari lamunannya dan menyadari bahwa sebentar lagi ia akan mendapat mata pelajaran tambahan di rumah, belum lagi ia akan di omeli karena ketahuan maling jambunya Kang Adi, ketahuan membolos dan besoknya akan di hukum di sekolah. Rasanya seperti Tripel kill.

"Hiksssss. Sial banget." Batin Rania.

"Kurang ajar, emang tuh orang kurang ajar gak tau minta maaf gak punya sopan santun, gak ada adab gak tau kalik yah aku tuh anaknya siapa, akutuh anaknya papa akubtau. Hikssss, aku sumpahin hari ini bannya kempes, kalau dia ada kiriman paket online, paketnya salah alamat, terus gak bisa cod." Rania melampiaskan kekesalannya kepada laki-laki mobil Honda Jazz yang baru saja pergi dari hadapannya itu.

Kang Adi mentoel bahu Rania dan segera mengantarnya pulang ke rumah Rania.

###

Terimakasih telah membaca, tinggalkan komentar kalian. Saran dan masukkan yang membangun akan sangat berguna untuk saya kedepannya. Terima kasih.

#kimel#

Bagian 2 : Dimarahi?

"Kurang ajar, emang tuh orang kurang ajar gak tau minta maaf gak punya sopan santun, gak ada adab gak tau kalik yah aku tuh anaknya siapa, akutuh anaknya papa akubtau. Hikssss, aku sumpahin hari ini bannya kempes, kalau dia ada kiriman paket online, paketnya salah alamat, terus gak bisa cod." Rania melampiaskan kekesalannya kepada laki-laki mobil Honda Jazz yang baru saja pergi dari hadapannya itu.

Kang Adi mentoel bahu Rania dan segera mengantarnya pulang ke rumah Rania.

###

Happy reading dan enjoy yah guys.

###

Rania akhirnya sampai di rumahnya. Mama Rania mengantarnya sampai ke lantai atas lalu Rania masuk ke dalam kamarnya. Kamar Rania lumayan luas untuk di huni seorang diri, lemari pakaiannya kelihatan terbuka menampilkan pakaiannya yang tidak tersusun dengan rapih bahkan beberapa pakaiannya ada yang berceceran di lantai kamarnya. Rania tidak mau ambil pusing, ia langsung merebahkan dirinya di atas kasur menarik nafas dalam-dalan dan menghembuskannya secara perlahan. Rania telah bersiap-siap untuk mendengarkan ceramah mamanya yang kebetulan hari ini sedang berada di rumah. Rania memperhatikan langit-langit kamar tidurnya, ia lalu ketiduran.

Rania memiliki satu adik laki-laki yang bernama Reno, usia mereka hanya terpaut 2 tahun saja, namun kepribadian mereka sangat berbeda. Rania anak sukanya uring-uringan tidak memiliki minat dalam pelajaran apapun, ia hanya menjalani hidupnya sebagai mana manusia lain pada umumnya bangun di pagi hari, sarapan, berangkat ke sekolah, makan siang, pulang sekolah, tidur siang, bangun sore dan mandi, makan malam lalu kembali tidur.

Sementara Reno adalah anak laki-laki yang ambisius segala sesuatunya selalu ia pertimbangkan matang-matang sebelum mengambil sebuah keputusan, segala sesuatu dalam hidupnya harus pas, tertata dan tersusun dengan rapih, contohnya saja ia akan memasang alarm pada pukul 06.00 pagi saat alarmnya berbunyi ia akan langsung menuju kamar mandi, membersihkan dirinya lalu membersihkan tempat tidurnya, 20 menit kemudian ia sudah harus berada di meja makan rutinitasnya setiap hari harus pas dengan waktu yang sudah ia tentukan. Pokoknya ia sudah mengatur waktunya dengan sedemikian rupa.

Reno juga selalu percaya bahwa segala sesuatu kesalahan yang kita lakukan akan ada karmanya makanya ia selalu berpikir berkali-kali sebelum mengambil sebuah keputusan sangat berbanding terbalik dengan kakaknya yang seakan-akan menantang karma untuk menghampiri hidupnya.

Rania sendiri sering kali tidak menyangka bahwa mereka adalah saudara kandung karena karakter mereka yang sungguh sangat berbeda satu sama lain. Namun apalah artinya perbedaan di antara dua orang bersaudara itu, mereka tetap saling menjaga dan menyayangi dengan cara mereka masing-masing.

4 jam sudah berlalu Rania terlihat baru bangun tidur, lutut kakinya terasa perih.

"Tok tok tok. " terdengar suara ketukan di pintu.

"Buka aja gak di kunci kok."

Terlihat Reno berdiri di depan pintu.

"Kenapa Ren?." Tanya Rania.

"Tuh mama mau ngomong katanya di bawah, turun gih."

Rania langsung panik.

"Bilang aja Nia mau mandi dulu."

"Udah sana turun." Usir Rania yang bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia tahu bahwa setelah ini ia akan mendapatkan ceramah panjang seperti minggu lalu.

"Aw." Rania mendesis menahan perih pada lukanya yang terkena air.

Setelah mandi Rania terlihat sudah berpakaian lengkap dan siap untuk turun ke lantai bawah.

###

Di meja makan keluarga Rania telah berkumpul untuk makan malam, ia lalu duduk di kursinya dengan canggung.

"Raniaa." Panggil papanya.

Rania kaget.

"Eh iya pah."

"Katanya tadi kamu hampir di tabrak mobil? abis malingin jambu kang Adi lagi, kamu tuhhh.. " Papa Rania siap untuk berkotbah.

"Aduhh papah kayak gak tau anak muda aja, namanya juga masih ABG, udah yuk makan dulu aja laper ini mama udah bela-belain masak loh hari ini." Mama Rania berusaha memecah suasana yang menegangkan itu.

Rania hanya terdiam sambil matanya menatap ke Reno adiknya. Mereka saling menatap, Reno akhirnya mengangkat bahunya.

Sehabis makan Rania lalu kembali ke kamarnya, Mamanya menyusul ke kamar Rania.

"Nia?." Panggil mamanya lembut.

"Gimana lukanya, apanya yang sakit nak?." Tanya Mama penuh perhatian.

"Nama gak marah?."

"Yah tadinya sih Mama mau marah, tapi karna kata Kang Adi kamu hampir ketabrak mobil yah masak Mama mau marahin anak perempuan Mama satu-satunya yang nyawanya hampir melayang-layang di udara hahaha." ucap Mama sambil bercanda.

"Ah Mama ih, Gaje banget sih nih Ibu-ibu."

"Raniaaa."

"Heheee becanda ma."

"Tadi Mama sebenarnya masuk ke kamar kamu tapi ngeliat kamu tidur pulas Mama gak tega, Mama liat lutut kamu berdarah ya nak. "

"Udah Gak apa-apa kok Ma, tuh udah ku tarohin obat. Tenang aja, keluarga kitakan dokter jadi segala sesuatu pasti ada obatnya dirumah ini."

"Ah kamutuh bisa aja Rania, yaudah Mama mau turun dulu ke bawah kasian Papa kamu sendirian, dia pasti khawatir banget sama kamu cuman Papa tuh kadang-kadang gak tau ngondisiin sesuatu, kayak kamu gini suka ada aja tingkahnya."

Mama Rania kemudian melangkah menuju keluar kamar meninggalkan Rania sendirian di kamarnya.

"Yessssss." Rania besorak girang karena ia tidak harus mendengarkan ceramah dari Papa dan Mamanya malam ini, gak sia-sia juga Honda Jazz itu hampir nabrak aku. Pikir Rania.

Biasanya Mamanya adalah orang yang paling cerewet kalau salah satu dari anaknya membuat masalah, tapi malam ini mungkin karena melihat anak perempuannya itu terluka membuat hatinya luluh, biasanya meskipun sering membuat keributan Rania tidak pernah terluka, makanya Mamanya kadang tak segan-segan akan memarahinya selama berjam-jam tapi bukan Rania namanya kalau ia merasa kapok. Ada saja ulahnya.

###

Pov Alfian

Sebuah rumah besar yang terlihat mewah di salah satu perumahan elit terlihat sangat sepi, mungkin karena penghuninya yang hanya da beberapa orang saja. Beberapa pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah itu terlihat sedang asik bercengkrama di dekat pos security.

"Pip.. pip... " Terdengar suara klakson mobil dari luar pagar rumah mewah itu.

Seorang security dengan sigap membukakan pintu pagar yang menghalangi jalan mobil Honda Jazz itu. Para pembantu yang tadinya duduk bercengkrama langsung berdiri menyambut anak dari rumah mewah tersebut.

Seorang laki-laki dengan perawakan tinggi, memakai kemeja putih turun dari mobil.

"Mas Al, selamat sore mas, mas baru pulang?." Sapa Security tersebut sambil menggaoai kunci mobil milik Alfaro.

"Iya, dari sekolah tadi, nih tolong parkiran ke garasi yah."

"Siap, mas."

"Makasih pak." Ucap Alvaro sambil menenteng barang bawaannya.

Para pembantu yang masih berada di samping pos Security itu terlihat cekikikan, mereka terpesona dengan ketampanan majikannya.

Waktu telah menunjukkan pukul 19.00 Alvaro terlihat sedang sibuk dengan tumpukkan kertas yang ada di meja kerjanya.

"Kring.. Kring.. Kring. " Suara telepon berbunyi nyaring.

Alvaro segera beranjak dari tempat duduknya untuk mengangkat telepon itu.

"Halo.. " Ucapnya.

"Ada keadaan darurat pak, tolong segera ke rumah sakit." ujar seseorang dari balik telepon.

"Ah iya oke saya akan segera kesana, baik." Sambil menutup teleponnya Alvaro bergegas menunu rumah sakit tempatnya bekerja, telepon tadi adalah panggilan dari salah satu perawat bahwa ada seseorang dalam keadaan darurat yang harus di operasi malam itu juga.

Alvaro adalah seorang dokter yang tentunya telah di sumpah untuk selalu siap dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya untuk menyelamatkan orang lain. Alvaro adalah seseorang yang selalu bertanggung jawab atas apa yang telah ia katakan, pengabdiannya kepada rumah sakit menjadikannya sebagai salah satu dokter muda yang di andalkan. Wajahnya yang tampan, pekerjaan yang bagus serta sosoknya yang bertanggung jawab tentu saja menjadikannya idola di antara kalangan para perawat perempuan ataupun sesama dokter.

Di balik sosok Alvaro yang terlihat sempurna itu nyatanya dia tetaplah manusia biasa, laki-laki biasa seperti manusia lainnya. Urusan orrcintaannya tak pernah semulus pekerjaannya, sikap serta sifatnya yang cuek membuatnya terlihat terlalu dingin dan sulit untuk diluluhkan. Namun tidak ada masalah dengan kepribadiannya ia hanya memiliki trauma masa lalu yang membuatnya menjadi sosok yang seperti sekarang ini.

Alvaro sudah merasa cukup dengan pencapaiannya selama di rumah sakit ini, sebenarnya ia ingin mencoba hal baru lainnya yang lebih menantang. Makanya, ia menerima tawaran untuk menjadi guru di salah satu sekolah yang tak jauh dari komplek perumahan tempatnya tinggal. SMA 1 JAYA .

###

Bersambung...

Terimakasih telah membaca. jangan lupa tinggalkan komentar dengan kritik serta saran yang membangun.

#kimel#

Bagian 3 : Berdebat

Episode sebelumnya...

Alvaro sudah merasa cukup dengan pencapaiannya selama di rumah sakit ini, sebenarnya ia ingin mencoba hal baru lainnya yang lebih menantang. Makanya, ia menerima tawaran untuk menjadi guru di salah satu sekolah yang tak jauh dari komplek perumahan tempatnya tinggal. SMA 1 JAYA .

###

Happy Reading & Enjoy guys.

###

Semua orang di keluarga pak Herman telah berkumpul untuk sarapan di meja makan kecuali, Rania. Gadis itu belum juga turun dari lantai dua untuk sarapan bersama padahal sebentar lagi supir pribadi rumah itu akan memanaskan mobil untuk mengantar Rania dan Reno berangkat ke sekolah. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.15, 1 jam lagi pagar sekolahnya Rania akan tertutup.

"Rania kok belum turun Ren? kamu gak ada ngeliat Rania tadi." Tanya papa ke Reno yang sedang fokus menikmati sarapannya.

"Enggak pa." Balas Reno singkat lalu kembali melanjutkan makannya.

Pak Herman menatap istrinya, seolah sudah mengerti mama Rania lalu berdiri dari tempat duduknya ia akan naik ke lantai dua untuk memangik Rania.

"Mahh, yaudah deh papa mau berangkat duluan, soalnya banyak pasien yang mesti papa cek kondisinya pagi ini." Ucap pak Herman kepada istrinya yang sedang melangkah menuju anak tangga. Mama Rania berhenti sebentar lalu membalas ucapan suaminya itu.

"Ya udah deh Pah, mama mau naik nih cek Rania takutnya di belom bangun. "

Pak Herman lalu beranjak dari tempat duduknya, Reno menciun tangan Papahnya yang akan berangkat kerja. Pak Herman juga tidak lupa untuk menciun kening istrinya.

"Hati-hati pah." Ucap mana Rania sambil mencium tangan suaminya itu.

Papa Rania berangkat bekerja, Mama Rania kemudian melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga.

###

...kring... kring... kringg.....

Suara alarm dari sebuah ponsel sudah berkali-kali berbunyi namun si pemilik ponsel tersebut tak bereaksi apapun. Rania. Entah apa yang ia lakukan semalaman hingga pagi ini gadis itu masih terbuai dalam mimpi indahnya.

"Rania... Niaaaa. " Teriak mama Rania dari luar pintu.

...tok.. tok..tok.....

Suara pintu di ketuk.

"Rania, Nak kamu belum bangun? ya ampun. " Ujar mama Rania sambil memegang gagang pintu. Pintu kamar itu tidak terkunci.

Di dalam kamar terlihat tubuh Rania yang tertutupi oleh selimut tebal, suara alarm masih berbunyi dari ponselnya namun gadis itu sama sekali tidak bergeming.

Mama bergegas membangunkan Rania, menggoyang-goyangkan tubuhnya agar anaknya itu segera bangun dari tidur pulsanya.

"Rania, raniaaaa."

"Bangun nak, heiiiii, kamu udah hampir telah ya ampun anak gadis ini."

Mama menepuk-nepuk pipi Rania, ini sudah seringkali terjadi. Rania sangat sulit untuk di bangunkan pada pagi hari. Bahkan mungkin jika ada bom yang meledak Rania tidak akan menyadarinya, ia akan mati terkena bom atau terkena reruntuhan bangunan akibat dari letusan bom yang meledak itu.

Rania terbangun dan kaget. Ia langsung terduduk matanya masih tertutup.

"Rania, kamu tuh kebiasaan deh tekat mulu bangunnya." Ucap mama yang sekali lagi mencoba menyadarkan Rania.

Mata Rania masih tertutup mulutnya sedikit terbuka ia berdiri dan berjalan menuju ke arah kamar mandi.

"Sekarang jam berapa mah?." Tanya Rania.

"SETENGAH DELAPAN RANIA." Ucap mama dengan volumevsuara yang sengaja ditinggikan.

Dan berhasil. Mata Rania terbuka ia langsung berlari masuk ke kamar mandi. Dalam pikirannya hanya ada satu kalimat. Mandi kilat.

"Ah mamahhh kenapa gak bangunin Nia dari tadi, kan Nia bisa telat lagiiii." teriak Rania dari dalam kamar mandi membuka pakaian yang menempel di tubuhnya, sikat gigi, mengguyur badannya dengan air, sabunan lalu yang terakhir mencuci wajahnya.

Mama Rania hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ini hampir tiap hari terjadi, rasanya untuk menimpali ucapan dan mengomeli anaknya saja sudah percuma. percuma ia lakukan. Mama Rania kemudian keluar dari kamar anaknya.

"Dasar anak gadis.." Mama Rania bergumam sambil menutup pintu kamar anak gadisnya itu.

Tidak sampai setengah jam kemudian Rania sudah turun dari lantai dua, melihat ke arah meja makan hanya ada mamanya disana.

"Mah, Papa sama Reno mana?. " Tanya Rania sambil mengambil 1 potongan roti lalu ia masukkan 1 kaligus ke dalam mukutnya.

"Papa udah berangkat dari tadi, Tuh Reno nungguin kamu di mobil dia udah siap dari 1 jam yang lalu." Ujar mama Rania.

"Ya unah nehh Mah, Hania behangkat hulu yahh." Rania berbicara seperti orang sengau karena banyak makanan di dalam mulutnya, Rania lalu meraih tangan mamanya menciumnya, lalu berlari menuju pintu utama.

"Hati-hati Rania, jangan bolos lagi hari ini nak bersikap baik sama guru-gurumu. " Teriak mama dari dalm rumah kepada Rania yang sudah berada diluar pintu.

###

"Pak Alip cepet, pak tuh pagar sekolah saya udah mau tutup 15 menit lagi." Ujar Rania panik memperlihatkan jam tangannya yang menunjukkan pukul 08.00.

"Lola' banget sih kamu kak, sekolah kakak tuh deket kah aku, gara-gara kakak nih aku bakalan kena hukuman lagi, kebiasaan banget deh." Reno berkata sinis kepada Rania yang baru saja masuk ke dalam mobil.

Sekolah Rania dan Reno memang berbeda namun arahnya sama. Sekolah Reno berjarak kurang lebih 30 menittan dari rumah menggunakan kendaraan, sementara Rania sekolahnya hanya berjaran 1 kilometer lebih dan bisa di tempuh dengan berjalan kaki 15 menittan. Makanya saat membolos Rania sangat santai berjalan kaki mengitari komplek perumahan di dekat sekolahnya.

"Bacot kamu dek, kenapa gak berangkat sama papa aja tadi atau kamu berangkat sendirian naik angkot, mandiri dong." Balas Rania tidak mau kalah.

Mereka berdua terlibat adu mulutmulut selama perjalanan menuju kesekolah.

Reno sendiri tidak ikut ke mobil papanya karena sedari sarapan tadi ia melihat ponsel papanya terus-terussan berdering menandakan ada panggilan dari rumah sakit. Reno tentu tidak ingin menyusahkan papanya hanya demi mengantarnya ke sekolah sementara di rumah sakit ada banyak pasien yang lebih membutuhkan pertolongan darurat dari papanya itu.

Tidak sampai 5 menit, mobil peribadi keluarga Rania itu sudah berada di depan gerbang sekolah pagarnya terlihat masih terbuka lebar yang menandakan bahwa Rania hari ini tidak telat masuk ke sekolah. Rania buru-buru turun dari mobil dan menjulurkan lidahnya kepada Reno.

"Wlekkkk." Ejek Rania membanting ointu mobil dengan keras.

"Jelek banget kamu kak Rania." Balas Reno dari kaca jendela yang suda dibukanya berteriak kepada kakaknya yang sudah berjalan masuk ke dalam gerbang sekolahnya.

"Jangan bolos lagi yah enter di omelin papa loh, jangan maling jambu kang Adi lagi nanti kualat lagi, RANIA. " Teriak Reno dengan sengaja.

Rania berhenti berjalan dan menengok ke arah mobil. Ia menyipitkan matanya mengambil ancang-ancang untuk mengeluarkan sumpah serapah kepada adiknya itu.

"Eh Reno brengsekkkk." Rania balas berteriak dan diperhatikan oleh beberapa siswa siswi lain.

"Wleeeekkk." Reno membalas ejekan kakaknya tadi.

"Awas kamu Reno tunggu di rumah nanti kukasih bagianmu." Rania mengancam.

"Ayo jalan pak. Alip" Ujar Reno merasa puas telah membuat kakaknya jengkel.

Pertengkaran kedua kakak adik itu sepertinya menjadi perhatian sepasang mata yang juga baru saja turun dari mobilnya. Alvaro, dokter Alvaro. Hari ini adalah hari pertamanya mengajar di sekolah.

Alvaro yang mendengar nama Rania merasa tidak asing dengan nama itu, guru sebelumnya yang ia gantikan tugasnya untuk mengajar di kelas 12 IPA 2 sudah memperingatinya untuk memberi perhatian lebih kepada siswa yang bernama Rania. Alvaro merasa penasaran tentang alasan apa yang membuat Bu Hani, guru mata pelajaran Biologi sebelumnya mengatakan hal seperti itu.

###

Bersambung...

Terimakasih sudah membaca novel ini, jangan lupa like dan berikan komentar kalian. Jangan lupa untuk memberikan kritik dan saran yang membangun agar saya bisa menjadi lebih baik lagi dengan karya-karyanya.

Author.

#kimel#

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!