"Selamat pagi mbak Aruni, wah sudah siap menyambut bapak bupati ya?" ucap pak Leman tukang sapu di kelurahan.
"Iya pak selamat pagi juga, tumben pak leman tidak memakai kaos partai, biasanya bapak selalu cetar membaha memakai kaos yang berwarna merah cabe ituu!!" jawabnya sambil menahan tawa
"Ahh.. mb Aruni bisa saja, masak menyambut bapak bupati pake kaos merah partai duhh.. ya bisa - bisa nanti saya dimarain sama pak kades mbak" ucap pak Leman sembari menatap Aruni yang menghilang di balik pintu.
Pov ( Aruni Halida Pratiwi)
Sejak ditinggal ayah karena sakit asam urat akut. Aku harus tegar menjadi pelindung ibu.
Aku menilai diriku sendiri dalam kriteria muda menarik cantik tapi tanggung. Dan tak lupa Miskin itu yang membuat aku harus tangguh.
Bekerja di Balai desa adalah wujud buah kesabaranku karena hampir 40 map cv aku lamarkan ke beberapa sekolah bahkan kantor tapi aku tidak diterima.
Aruni memasuki kelas yang ia ampu saat ini tk A menjadi rumah kedua baginya karena dia merasa nyaman bersama murid, bisa berbagi cerita yang lucu dan menggemaskan. Apalagi kalau ada yang nangis bukannya bingung tapi malah terlihat lucu dan ngompol.
"Selamat pagi bu Aruni" sapa Maya muridnya
"Selamat pagi juga mbak Maya, apa kabar hari ini sayang?"
" Dingin bu Aruni, tapi aku sudah mengerjakan semua yang bu Aruni tulis di buku kegiatan kemarin".
"Anak pintar, baiklah sekarang ayo lepas sepatu dan taruh tas di tempat biasanya" ucap Aruni kepada Maya.
Setelah 20 menit berlalu murid murid sudah memenuhi kelas, aruni memberi arahan kepada muridnya agar tidak gaduh karena akan kedatangan tamu.
"Selamat pagi anak sholih solehah" sapanya.
"Selamat pagi pagi pagi yesssss" sorak semua anak sambil bertepuk tangan.
"Dengar anak- anak hari ini sekolah kita akan kedatangan tamu yang luar biasa hebatnya. Ada yang tau tidak siapa tamu kita nanti?" Tanya Aruni
" Tidak bu guru" jawab Bagas
"Mungkin pak rt rumahku, tadi sudah rapi gasik banget jawab Azmi (gasik artinya pagi sekali dalam bahasa jawa)
Aruni hanya geleng - geleng kepala menatap muridnya yang menggemaskan.
"Yang nanti akan datang adalah bapak bupati Kabupaten Magelang sayang. Hari ini kita diminta bapak kades untuk ikut menyambut bapak bupati".
"Nanti kita buat barisan ya anak - anak seperti biasa, yang bertubuh kurang tinggi ada di depan, yang tinggi ada dibelakangnya dan nanti yang paling tertib tentu akan mendapat hadiah dari ibu" ujarnya.
"Wahh.. hadiahh horeeeee" sorak para murid kegirangan. Nah sekarang ayo kita menuju lapangan. karena bapak bupati sudah akan hadir nak, berjalan dengan bergandeng tangan ya anak - anak hebat. Ingat pesan ibu agar tidak berbicara sendi..
"Riiii...." jawab mereka kompak.
Para murid berjalan bersama menuju halaman kantor kelurahan. Mereka begitu antusias menyambut tamu kehormatan di Desa Sukojoyo itu. Acara berlangsung sangat meriah, ada kuiz dan hiburan juga. Tiba - tiba sebuah tangan mendarat pada bahu Aruni.
"Puk.." Tepukan tangan ibu membuatnya menoleh penuh rasa kaget.
"Astagfirullah.. Ibu Hakim.. Apakabar ibu, maaf saya tidak tau ibu berdiri dibelakang saya, silahkan kalau mau maju ibu, maaf saya kaget tadi." ucap Aruni sambil meraih punggung tangan bu Hakim dan mencium nya.
"Alhamdulillah nak, ibu sehat. Kamu dan ibumu juga sehat kan?? Salam ya untuk ibu Ratmi" ujar bu Hakim.
"Iya buk kami sehat semua. Insyallah buk saya sampaikan ibuk. Hmm.. ibu sudah sejak tadi hadir disini ya? tanyanya.
"Tambah cantik aja kamu Run, iya sudah dari pagi. Menyiapkan anggota pkk ibu- ibu, ngomong - omong gimana jawaban kamu kemarin?? Apa sudah terfikirkan?" sela bu Hakim padanya.
Degg.. Berasa bagai di wawancara orang satu RT pada saat bersamaan juga.
"Duhhh... matihh aku, kenapa harus disini sih menanyakan hal kaya gitu. Kalau ada yang dengarkan aku jadi malu. Mana bu Hakim tanya blak - blakan lagi, kalau orang yang tidal suka pasti mikirnya kadohen kii ( terlalu jauh berfikir) " batin Runi.
Hening..
"Halah iya nak. Ibu hanya bertanya. Kalem nduk.. Tidak usah buru - buru. Saya ke belakang dulu ya, mau ngecek konsumsi takut ada yang membutuhkan bantuan saya" ujar bu Hakim.
"Nggih buk, monggo " sahut Runi sambil mencium tangan.
"Alhamdulillah sudah lega aku.. Bagaimana aku mau bicara sama ibu ya??? Aku takut tidak sesuai jika aku menstujui perjodohan ini. Tapi aku orang miskin apa dayaku menikah denganmu mas. Meskipun aku mengagumi mu tapi aku yo ndak mampu ngimbangi derajatmu. huhhhhffff" batin Aruni
Sementara itu di dalam kantor tampak bapak kades Desa Sukojoyo menghampiri bu Hakim.
"Dek" sapa Pak Halim Adi Wijaya. Beliau adalah kakak dari Bu Hakim Arsi Wijaya. Bu hakim selalu membantu kelompok petani dan pengelola pkk kelurahan karena pak kades istrinya sudah meninggal.
"Iya mas kenapa? Mas manggil Aku kan?" bu Hakim memastikan.
"Tadi aku melihat kamu ngobrol apa sama Aruni kok serius banget kayaknya? telisik pak Halim.
" Ahh enggak mas.. Aku hanya ngobrol biasa dengan Aruni. Yaa walaupun sebenernya ada sesuatu ".
"Dek, kamu sedang tidak bercandakan?? Mas tidak mau dengar lo ada rahasia kalau memang membahayakan." telisik pak Halim.
Alis bu Hakim mengeryit " Memang aku terlihat seperti apa mas?? Tampang sales po? Curigaan amat sama aku, kan aku cuma pingin Agas jadi suaminya Aruni, itupun kalau jodoh. Kalau tidak yasudah tidak apa - apa." tegas bu Hakim.
Ha... haaa.... haa.. tawa pak Halim
"Sudah besar ya ponakanku itu, apa dia tau usahamu ini??" Kalau dengan Aruni wooo.. ya jelas aku setuju. Anak baik dan sholehah kok di tolak ya rugi to."
"Tau deh mas, bahkan dia tidak komentar. Berarti mau dong, aku berniat menjodohkan mereka mas. Ya Agastya sudah dewasa mas, dia satu - satunya yang aku punya saat ini. Tapi ya doakan saja kalau Agastya setuju mas."
"Tapi jangan dipaksa ya dek, kasian anaknya. Biarkan saja mereka mengenal masing - masing kalau memang ingin lebih serius. Kalau tidak ya biarkan pada prinsipnya sendiri." sahut pak Halim langsung diangguki dengan bu Hakim.
bersambung..
Setelah kegiatan selesai dan murid Aruni sudah dijemput oleh walinya ia segera menyapu, menutup jendela serta mengunci pintu sambil menoleh kanan kiri memastikan jika semuanya tidak ada yang terlewati.
Langkahnya terhenti kala melihat sosok gadis kecil di kursi taman sekolah.
"itukan Maya, kenapa belum pulang?? biasanya sopir dan pembantunya tidak pernah telat " batin Aruni lalu dihampirinya.
Ehh mbak maya. Anak cantik kenapa murung??"
"Maya belum dijemput bu. Nenek belum sampai dari tadi." ucapnya cemberut
"Begitu rupanya, its ok mbak Maya. kita tunggu saja 15 menit lagi. Kalau nenek belum menjemput ada kemungkinan nenek ada acara atau nenek lupa hihii" tawa Aruni menghiburnya.
15 menit terlewat 20 menitpun terlewat juga. Muka kesal Maya sudah tidak tertahankan. Aruni iba melihatnya, ada ide terlintas jika Aruni akan mengantarnya pulang.
"Baiklah mbak Maya, karena nenek belum tampak juga gimana kalau bu guru aja yang anter pulang hmm??" tanya Aruni
"Bu guru serius, tapi rumah Maya lewat jalan besar lohh.. Bu guru bisa boncengin Maya sampe sana?? Bu guru berani?" cuitan maya benar - benar lucu didengarnya.
" Sayang, dengarkan bu guru sebentar. Selama rumah kamu masih di kota ini bu guru sedia mengantarmu sampai depan rumahmu sayang jadi jangan khawatir" sahutnya.
"Let's go bu guru.. Maya seneng deh bu guru yang anter pulang. Kita bisa jalan - jalan. Maya sayang sama bu guru" ucapnya langsung memeluk Aruni
Maya dan Aruni melaju perlahan menyusuri Kota Magelang dan mereka asyik bercerita tentang kesukaan mereka yang sama yaitu boneka panda. Tawa renyah mereka begitu kompak saat itu, tiba -tiba.
Priiiitttttt........
Prtiiiiiiiittttttttt...... (sambil bayangin kalo ada razia yakk hihihi))
STOP STOOOPPP.. TOLONG MINGGIR BU!!! PINGGIRIN DULU SEPEDANYA!!!! ...
Diiringi lambaian tangan pak polisi. Suara peluit menggema ditelinga mereka. Aruni takut Maya kaget, dia yang menyadari ada razia lalu lintas itu langsung menepi.
" Permisi, selamat siang ibu. Bisa kami melihat surat - surat kelengkapannya?" ucap pak polisi sambil memberi hormat.
" Siang juga pak, iya bisa sebentar pak". Aruni meminta Maya turun dari sepeda motor agar bisa mengambil surat yang ia simpan dalam jok. Namun polisi tersebut menyangkal dan mencari - cari alasan tentang pelanggaran yang dilakukan oleh Aruni.
"Bapak polisi yang terhormat, saya ini bekerja sebagai guru. Bukan tukang ojek. Jadi saya tidak membawa helm 2!!!". ungkap aruni tidak terima"
"Tidak bisa ibu, kejadian seperti tadi membahayakan anak anda dalam berkendara.
Sebaiknya ibu tanda tangan di surat ini" ucap pak polisi setelah menjelaskan pelanggaran yang dilakukan Aruni, lalu menunjukkan surat tilang karena Maya tidak memakai helm.
Tanpa Aruni sadari sepasang mata menatap penuh penasaran dari kegaduhan belakangnya. Orang itu perlahan berjalan mendekat karena ingin tahu.
Deg!!!!
"kenapa dek Aruni sampai disini, siapa anak itu. ahh pasti murid di sekolahnya dia kan tampak memakai seragam sekolah. ahh bodoh sekali aku ini. Kepo yang bukan urusanku nanti malah berabe bisa berkurang kadar ketampananku nantinya. Ehhh.. bukannya hari ini ada acara penanaman pohon bersama pak bupati. Apa acaranya sudah selesai???
Aku kesana aja ahh...
degggg.... matanya indah, bibirnya semerah cherry, hidungnya mancung. Ya Sallammmmm... Kenapa bisa wanita semanis itu tidak menyadariku batin Agas penuh kepo. Dengan penuh tanya perlahan ia melangkahkan kaki mendekatinya.
" Dek" Kok bisa sampai disini, ada urusan apa sampai di kota? tanya Agas padanya
" Komandan kenal dengan ibu ini? sela Polisi tersebut yang merupakan juniornya.
"Iya saya mengenalnya. Dia guru TK di kelurahan tempat tinggal saya Bripda Hasan." jawab Agastya masih menatap pada Aruni yang menunduk malu.
" Dek kenapa bisa sampai disini. Ini jalan raya loh, bahaya kalau kamu tidak pakai helm dan jaket" sanggah Agastya seolah - olah penuh perhatian.
" Saya sebenarnya..."
bersambung .....
"Saya sebenarnya.. mau mengantar murid saya pulang mas." jawabnya lirih sambil menunduk menyembunyikan rona wajahnya.
" Kenapa menunduk? " Tak usah malu, dengan saya. Kamu tau kan jalan ini berbahaya banyak kendaraan berat melintas. Harusnya kamu lewat jalan ujung jangan lewat sini Run." tekan Agastya penuh kekhawatiran.
Hening.
"Hmm yasudah ini biar saya saja yang urus. Kamu perlu saya antar atau mau saya pesankan taxi?" tawarnya
"Tidak perlu repot - repot mas. Saya memiliki tanggung jawab memastikan murid saya sampai rumah dengan selamat jadi saya antar sendiri saja. Terima kasih mas atas bantuannya." lirih Aruni
Kagum gakk??? kagum gak????
Kagumlahhhh!!!! Masa. enggak!!!!
"Hmm baiklah kalau begitu tapi kamu harus lewat jalan ujung yaa.. Dan untuk adek cantik ini kepalanya harus dilindungi. Om pinjami helm mau yaa." rayu Agastya pada Maya.
" Baik om ganteng nanti aku pakai deh" ucapnya sambil mengangkat jempol.
"Kami permisi ya mas, terima kasih karena sudah menyelamatkan saya. Semoga jadi amal baik mas Agas sekeluarga" ucap Aruni sambil menangkupkan kedua telapak tangan.
"Aamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnn..... ucap para polisi itu dengan kompak
Agastya menatap Aruni yang menghilang dengan motornya masuk di ujung gang jalan tikus.
"Semakin hari bertambah makin anggun saja. Care banget sama muridnya apalagi sama suami. Calon suaminya itu aku haha..haha. Padahal dulu pas kecil ingusan dan cengeng ahahaha... Sholawatin aja deh. Siapa tau nanti jodoh." batin Agastya sambil tersenyum sendiri.
" Kenapa menatap saya seperti itu??" Saya ganteng ya??? Iya saya tau.. Sudah tidak usah berlebihan nanti batuk melihat kadar kemanisan di wajah saya" ucap Agastya penuh penekanan pada juniornya.
"Wahhh ndan.. Saya baru tau kalau komandan yang biasanya acuh jadi le...bay!!" pungkas Bripda Erik diiringi tawa para polisi.
"Komandan mungkin tertarik dengan kakak tadi, mana mungkin menawarkan mengantar sampai tujuan kalau tidak memendam rasa" ledek juniornya.
Ha... ha... ha... haa... mereka menertawakan sang atasan yang terlihat kikuk.
"Sudah.. jangan berasumsi sendiri.. Kalaupun saya suka sama dia itu urusan saya, tidak masalah kan" jawab nya santai.
"Memang yang jadi masalah apa ndan?" para junior mulai berfikir meragu..
"Halah sudah - sudah... ayo lanjutkan dulu tugasnya malah ngajak ghibah!!!!... Ayo buruan sebentar lagi jam makan siang!!!" Tegas Agastya.
Aruni mulai memasuki kawasan perumahan orang berduit. Meski bukan elit tapi tetap saja orang kaya. Ia takjub melihat kanan kirinya tamannya indah. Rata - rata rumah tersebut berlantaikan 2 bahkan 3 dan luas sekali. Dibanding rumahnya. Ia berhenti tepat di rumah paling ujung. Ya itu adalah rumah Maya.
Tingg...
Tongg...
Tingg...
Tong...
Tak lama perempuan paruh baya keluar membukakan pintu.
"Ehh non muda sudah pulang"... sambil mengangguk pada Aruni.
"Bik pak Yono dimana kok lama buka pintunya sih??" gerutu Maya.
"Maaf non pak Yono sedang menjemput nenek dari therapis. Tadi nenek tiba -tiba pusing dan lemas. Jadi langsung pijat badan biar cepat sehat." ucap Bik Nur.
"Yaudah deh.. Yuk buk masuk dulu..
Bik Nur, ini bu Aruni guru sekolah Maya yang paling Maya sayang. Bu Aruni sangat baik mau nganter aku pulang tadi, coba tadi kalau tidak dijemput bisa - bisa aku mengompol disekolah." jelas Maya sambil melemparkan tas pada sofa di depannya.
Sementara Aruni duduk di sofa mahal dikediaman Maya dan masih menatap penuh kagum pada rumah maya.
"ini rumah apa hotel sihh... dalemnya aja besar... kalo pipis nahan ga yaa.. kayaknya jauh kalok cari kamar mandi keburu kelepasan di tempat hihii..
huhhh!!!! betapa katroknya aku batinnya tertawa sendiri."
"Bu??? Buu????? tanya Maya
"Bu Aruni??? Bu?? Ibu baik - saja kan??? "" selidik Maya membuyarkan lamunannya seketika.
"Ehh iya mbak Maya. Maaf ibu tiba - tiba terfikir sesuatu mbak. Mungkin tertinggal tadi." sanggah Aruni yang terlanjur malu pada sang murid.
" Ganti baju mbak Maya, kan sudah sampai rumah. Besok seragamnya dipakai lagi. Biar tetap beraih dan wangi.."
"Siap bu guru,Maya tinggal naik ke atas gapapa bu guru? Apa bu guru berani aku tinggal sendiri? tanya Maya.
"Iya sayangg ibu berani. Yokk ganti baju dulu. Besok bu guru akan memberikan hadiah untuk anak yang nurut dan selalu tersenyum " ucap Aruni pada Maya.
Dan Maya pun merona pipinya ketika bu guru memujinya.
.
.
bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!