"Woy! Kak!"
Bugh!
"Akh!" pekik Rafaella mendapat pukulan bantal dari adik laki-laki satu-satunya.
"Mama manggil udah hampir 100 kali lu masih ngebo aje!" ucap adik durhaka itu.
"Gua kan ngantuk, lagian ini hari Minggu. Ngapain dibangunin coba.." kesal Rafaella.
"Ella!" teriak mama Rafaella.
Rafaella atau Ella merasa kesal kembali, "Ih! Sehari aja, gua mau molor gak boleh apa."
Adik Rafaella berjalan meninggalkan kamar, "Ga tau, ada tamu tuh. Katanya ada urusan." ucapnya dan suaranya mulai meredup karena menjauh.
Dengan berat hati, Ella ke lantai 1 ruang tamu.
***
"Jadi ini putrimu?" seorang pria asing yang separuh baya duduk di sofa bersama kedua orang tua Ella.
"Iya, ini putri sulung saya. Nah, Ella perkenalkan dirimu." Ella bingung, tapi dia tetap menurut dengan papanya itu.
"Nama saya Rafaella Bennetta Levator."
"Nama yang bagus, nona." Ucap pria itu, "Berapa umurmu?" tanyanya lagi.
"Sa-saya 17 tahun, tahun ini saya 17 tahun." jawab Ella gugup.
"Hm, sudah cukup umur juga." ucap pria itu. Ella yang mendengar terheran-heran.
"Ada apa ini ma, pa?" Ella memasang muka bingungnya.
Pria asing itu tertawa diikuti mama dan papa Ella.
"Jadi, tuan dan nyonya Levator belum memberitahukan ya?" tanya pria itu lagi.
"Hm, gimana Pa? Mau Papa atau Mama yang jelasin?" kekeh nyonya dari Levator Corp.
"Saya saja nyonya yang menjelaskan kepada putri anda." pria itu berdiri dengan menaruh tangan kanannya di dada kiri.
Dia langsung membungkuk menghadap Ella, membuat Ella semakin bingung, "Siapa orang ini?" batinnya.
"Saya Frank, saya akan menjelaskan. Tapi karena mungkin ceritanya panjang, dimohon nona mengambil posisi enak dahulu." katanya sopan.
"Hm, baiklah tuan Frank." jawab Ella.
"Frank saja, nona." Ella lalu duduk di sofa sebelah papanya.
"Jadi, nona Levator. Perusahaan majikan saya, dan Levator Corporation ingin mengajukan sebuah kerja sama. Tetapi, untuk sebagai, yah sebut saja seperti jaminan. Orang tua anda akan menjodohkan nona dengan tuan muda, yang adalah majikan saya." jelasnya panjang × lebar × tinggi.
"Wauw." Ella mencoba mengontrol rasa kagetnya.
"Ini, ceritanya. Papa mau ngasih kejutan buat ultahku lusa besok ya?" Ella masih tak yakin.
"He?" papa Ella bergumam dan diakhiri tawa mama dan papa Ella terbahak-bahak.
"Nona Levator juga lucu, ya." Frank tidak tertawa melainkan hanya tersenyum.
"Nah kan, kalian bercanda." Ella sempat merasa lega, tapi kembali tegang karena Papa Ella menggelengkan kepalanya.
"Papa serius, Ella. Lagipula, lusa kamu cukup umur untuk menikah."
"Tapi, Pah! Ella masih sekolah! Ella masih mau sekolah! Ella kan baru 2 SMA!" bentak Ella tak terima. Sangking tak terimanya, Ella sampai berdiri.
"Ella A. Levator, kamu tidak akan jadi anak kurang ajar kan?" tatapan intimidasi seorang ibu memang lah tak kalah seram dengan tatapan iblis :v
"Maaf, Ma."
"Jadi, besok kalian akan bertemu untuk memilih gaun doang. Yang lainnya, sudah Mama dan Papa siapkan." jelas Mama Ella, Ella hanya mengangguk pelan.
Selepas memberitahukan hal tersebut. Frank kembali.
"Nah, sayang. Kamu mau kan? Ini demi keluarga kita." ucap Papa Ella.
"Hiks, aku benci kalian!" Ella berlari kencang ke arah lantai 2.
"Kak, ada apa?" adiknya hanya dilewati oleh Ella.
Bam!
Ella membanting pintu kamarnya.
"Dasar anak itu..." gumam mama Ella.
tbc....
Jika kalian suka dengan cerita ini, kalian bisa tinggalkan like dan komentar di sini. Jika kalian ingin terus mengikuti cerita ini, tekan favorite ya! Dukung terus Author nya!❤*
Ella yang seharian di kamarnya tanpa keluar kamar. Sukses membuat keluarganya khawatir semua.
Dari kemarin pagi, hingga esoknya. Yaitu hari ini, pagi hari.
"Pa, Ella apa memang tidak setuju?" mama Ella yang paling khawatir.
"Pa, dari kemarin dia belum makan lho.." lanjut mama Ella.
"Tenang, Ma. Coba Papa bujuk," jawab papa Ella.
Tok, tok, tok
"Ella? Ini Papa, sayang."
"Ella lagi pengen sendirian," jawaban yang selalu sama.
"Papa, gimana ini? Kalau begini terus, pernikahannya gimana?" mama Ella mulai panik.
"Ella, Papa mohon. Ayo keluar, kita diskusi bareng. Apa yang mengganjal di hati Ella? Papa pasti dengerin."
***
Tiba-tiba saja, ada yang membuka pintu dengan paksa. Ella yang dari dalam terkejut.
"Si-siapa kau?" tanya Ella kebingungan.
"Jadi, ini ya?" gumamnya mendekati Ella.
Sruuk!
Ella dengan paksa ditarik. Pria muda itu menyeret Ella dari kasurnya.
"E-eh, apa ini!? Siapa lu!? Kok narik-narik gini sih!? Narik tangan sih mending! Ini narik malah kaki!?" Ella meronta-ronta, kakinya ditarik dan ia terseret.
"Kalo kamu diem, baru gua lepasin." Ucapnya.
Terpaksa, dan berat hati. Seberat rindu, eh gak deng. Dengan terpaksa, Ella diam. Sesuai ucapannya, lelaki itu melepaskan genggamannya.
Ella berdiri dan menenangkan dirinya, "Apa keperluanmu?" Tanya Ella dingin.
"Hari ini, kita harus memilih gaun 'kan. Jadi bersiap aja, aku udah nungguin daritadi. Aku benci nungguin," ucap pria itu lalu pergi.
"Hih!"
***
"Akhirnya, Ella keluar kamar. Makasih ya, Ken." Ucap mama Ella.
"Jadi, siapa Ken?" Ella dengan polosnya masih bingung.
"Dasar, yasudah. Perkenalkan, aku Albert Kenneth Lorvenue. Calon suamimu." lelaki tampan itu membungkuk.
"Astaga, dia tampan. Tapi tetap saja, dia yang membuat aku jadi menikah di usia masih bayi begini!"
"Jadi, ayo pergi. Kamu udah tau siapa aku kan?" ucap Ken.
"Iya, iya. Ayo pergi." jawab Ella.
•••
Mobil
"Lu dari keluarga mana sih!?" Ella mulai tempramental kali ini.
Ken bukannya menjawab, justru dia mengerem mobil tiba-tiba membuat Ella tersentak. Dia memandang Ella tajam-tajam.
"Kau itu nolep atau gimana sih?"
"Hah? Emang napa kalo gua nolep?"
"Lu gak kenal A. Kenneth Lorvenue? Unik juga lo..." ucapnya lanjut mengemudi.
"Hm, kek pernah denger marganya. Cuma gue kaga peduli aja." balas Ella.
"Yah, lu minoritas lah ceritanya."
"Maksudnya apa sih?"
Sekali lagi, Ken, lelaki dengan rambut merah itu memberhentikan mobil. Ia mendekat ke Ella. Ella berusaha menjauhi wajah putih pucat itu.
Jeduk!
Sayangnya, sudah tidak ada lagi ruang untuk menghindar.
"Heran, wanita manapun jika gue giniin semuanya memerah, mimisan, pingsan, atau agresif. Lo malah jijik gitu?" bisiknya.
"Gimana ga jijik, lu aja deketnya sampe napas lu kebau!" bentak Ella.
"Ya, tinggal buka pintunya ogeb! Udah nyampe kita!" balas Ken.
"Ya, gue kan kaga tau!" lalu Ella membuka pintu menjauhi lelaki yang dibencinya itu.
***
"Mari kak, ada yang bisa saya bantu?"
"Lu aja sana yang bilang." ucap Ken yang seluruh tubuhnya hampir tertutup. Dari pakai kacamata hitam, masker, hoodie dan lainnya.
"Kok gue?"
"Lu kan pengantin wanitanya, ya lu yang urus gaunnya lah!"
"Lha, lo kan suaminya! Kok lu undur diri gitu!?"
"Kak, ini apa yang perlu dibantu ya?💢" Si Mbaknya gregetan guys.
"Ah, maaf. Emm, gaun pengantinnya ada apa saja ya, yang direkomendasikan?" tanya Ella mendekati meja tunggu tersebut.
"Bentar, saya buka kan tirainya dulu. Nanti silahkan pilih gaun rekomendasi hari ini." jelas mbaknya lalu pergi.
"Phuah! Kok waiternya cewek sih! Bikin repot aja!" celoteh Ken.
"Lu kalo kaga suka ya ga usah nikah ogeb!"
"Bukan gua! Tapi Bapak lo tuh yang maksa!"
"Maksa? Lu bilang Bapak gua!?" muka Ella sekarang lebih seram dari mamanya kemarin.
"E-eh gak gitu, maksud gue..."
"Jadi kak, ini rekomen dari butik kami." untung saja mbak-mbak nya menyelamatkan nyawa Ken. Ella langsung melihat gaun, dan Ken kembali menutup maskernya.
"Hm... coba yang itu mbak." tunjuk Ella. Lalu mbak-mbak itu mengambilkan gaun.
Ella mencoba gaun itu, ia langsung merasa cocok. Ia menunjukkannya ke Ken.
"Gimana. Cocok?" tanyanya.
"Cocok, cocok aja." Ken memerah sedikit di mukanya yang pucat itu.
"Yaudah, mbak saya ambil ini saja."
"Baik, kak." Ken dan Ella langsung pergi setelah menyelesaikan administrasinya.
***
"Selanjutnya, cincin mau kamu pilih atau mama dan papa kamu?" tanya Ken.
"Terserah saja. Lagipula pernikahan ini yang niat cuma kamu dan ortu gua aja."
"Yaudah, kita ke tokonya aja langsung."
Ken mengemudi dengan mengebut. Ella tak peduli, ia hanya fokus pada gadgetnya. Dan mereka sudah sampai saja.
"Ayo, cepat. Aku sudah tak tahan denganmu." ucap Ken lalu turun dari mobil.
***
"Mari, ada yang perlu saya bantu?" kali ini mas-mas yang jaga.
"Saya mau pesan cincin pernikahan." ucap Ken to the point.
"Baik, tuan." ucap masnya lalu mengambil beberapa cincin.
"Ella, sepertinya ini cocok. Bagaimana menurutmu?"
"Terserah."
"Kan kamu istrinya, ya harus milih juga💢" Ken mulai gregetan.
Ella lalu memandang ketiga pasang cincin itu. Ia memandang dengan saksama. Lalu jarinya mulai menunjuk.
"Ini saja."
"Baiklah, aku setuju." timpal Ken.
Lalu mereka membeli cincin itu.
***
"Lo.. belum makan kan?"
"Hm..." Ella hanya diam.
kruyuk...
"Udahlah, kita langsung aja ke resto. Percuma tanya kamu."
"Yaudah, terserah."
***
tbc....
Restoran Golden
"He? Eh? Lu tajir banget apa gimana sih?" ucap Ella memandang Ken dengan kesal.
"Kalo gua ga tajir, gua ga bakal diajak kerjasama ama keluarga lo." balasnya dingin lalu keluar mobil.
Di dalam, Ken langsung memesan meja VIP. Dan pelayan tersebut menuntun mereka ke meja. Di sebuah ruangan yang di pintu masuknya dihiasi gantungan dan di dalamnya dihiasi lilin dan bunga-bunga.
Seusai mereka memesan makanan dan pelayan pergi, Ella memandangi seluruh ruangan yang hanya terdapat 1 meja dengan 2 kursi saja.
"Lo emang kampungan, ato nolep?" ledek Ken.
"Ya, bingung aja. Manusia kek lo, kok suka yang beginian."
"Gua... gasuka aja sama kerumunan orang banyak." jawabnya membuang muka.
"Terus kenapa anter gua makan?"
"Cuma harga diri aja." Ella mendengar hal itu langsung memelototi Ken.
Ella lalu membungkam mulutnya, daripada akan keluar di berita "Seorang Gadis Cantik Membunuh Seorang Lelaki Tampan Yang Menjengkelkan". Begitulah pikir Ella.
Tak lama setelah mereka berdiaman, yah sekitar 45 menit lah. Banyak pelayan datang mengantarkan makanan. Dan setelah semua keluar, Ella mulai heran lagi.
"Perut lo karung ato apa sih?" protes Ella.
"Gua ga tau makanan favorit lu, jadi gua pesen aja semua satu." jawab Ken.
"Tapi gua ya ga bakal habisin semua kan... Lo juga makan kan?"
"Gua.... ga suka makanan yang ada bawangnya." jawab dia membuang muka, lagi.
"Kek vampir lo, aneh." ledeknya lalu melahap makanan. Ken terkejut langsung menatap Ella.
"Kenapa? Gue salah ngomong?" tanya Ella dengan mulut penuh makanan.
"Kalo lu ga habis, tinggal aja."
"Tapi lo yang bayarkan?"
"Iye, iye.."
Ella langsung bersemangat makan. Ia memakan dengan lahap, karena sudah seharian mengurung diri di kamar.
Klontang!
Sangking bersemangatnya, Ella menjatuhkan sebuah pisau ke lantai. Sialnya, saat ia mengambil. Tangannya bersentuhan dengan Ken yang juga hendak mengambil.
Dengan sigap, Ella menarik kembali tangannya. Ia terkejut dengan kejadian tadi. "Dingin." itulah kesimpulannya di pikirannya.
"Nih, lu napa? Ga pernah pegang tangan cowo?" heran Ken.
"Eng-enggak. Trims ya." kata Ella mengambil pisau yang ditaruh Ken di meja.
Ella hanya melanjutkan makannya beberapa suap saja. Dan ia meminta untuk segera pulang. Ia merasa trauma dengan insiden tadi.
Rumah Keluarga Levator
"Terima kasih ya, Kenneth. Kamu sudah ajak Ella makan." ucap Ny. Levator.
"Tidak apa, Mami. Sudah tanggung jawab saya sebagai calon suaminya." jawab Ken tersenyum.
"Aduh, aduh. Kamu memang calon menantu idaman..." puji Ny. Levator tersenyum-senyum senang bagai mendapat 1 M.
"Yasudah Mami, saya undur diri dulu. Takut akan ada yang mencari saya." ucap Ken lalu pergi.
"Lihat, Ella. Dia anak alim, kan?" tanya Ny. Levator.
"Yah.. kuharap. Aku merasa ada firasat buruk dengan dia." ucap Ella.
"Ah, itu cuma perasaan kamu aja. Mama suka dengannya."
"Kenapa ga Mama aja yang nikah?"
"Maunya sih gitu..." seusai menjawab begitu Tn. Levator menatap istrinya dengan tajam walau dengan senyuman hangat.
"Mama bercanda kan."
"Eh, bercanda kok... pa..." jawab Ny. Levator.
"Konyol," timpal Ella pergi ke kamarnya.
Di kamarnya, Ella memikir. Tentang tangan dingin Ken. Dia penuh pikiran negatif dan positif yang mengelilingi kepalanya.
"Dia dingin, tapi bisa jadi karena AC. Atau dia demam."
"Tapi, dia ga suka bawang."
"Apa alergi ya?"
"Alergi yang aneh."
"Atau, memang dia ada penyakit yang membuat suhu tubuhnya di bawah rata-rata normal manusia? Dan membuatnya jadi alergi terhadap bawang juga?"
"Bisa jadi..."
"Aku berharap, dia manusia biasa saja. Atau aku yang demam, jadi aku merasakan kalau dia dingin?"
"Bodo lah, aku mau tidur!"
Ella segera memeluk gulingnya dan menutupi dirinya dengan selimut. Mencoba memejamkan matanya dan mulai terlelap.
tbc....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!