NovelToon NovelToon

Ternyata Suamiku Luar Biasa

Bab 1 Menikah?

“Kalian harus menikah sekarang juga!” ucap seorang pria paruh baya yang menjadi tetua di daerah tersebut.

Sontak saja mata Ayana dan Rafael membelalak mendengar perkataan dari pria tersebut yang memerintahkan mereka berdua untuk menikah pada saat itu juga.

“Enggak. Aku gak mau,” sahut Ayana yang dengan cepatnya menolak keinginan pria tersebut.

“Kamu pikir aku mau?” ucap Rafael sambil menatap Ayana dengan tatapan penuh permusuhan.

“Kalian diam! Kalian pikir ini pilihan? Jika kalian tidak mau dinikahkan, jangan berbuat mesum di siang bolong seperti ini,” seru pria paruh baya tadi yang duduk di hadapan mereka.

Ayana dan Rafael saling menatap tajam seolah mata mereka saling mengeluarkan sinar laser yang bisa menembus mata lawannya.

“Kami tidak berbuat apa-apa. Kami hanya-“

“Mana ada maling ngaku. Sudah Pak, kita panggilkan saja kedua orang tua mereka,” sahut seorang pria dewasa dan disetujui oleh semua orang yang hadir di tempat itu.

Tidak jauh dari tempat Ayana dan Rafael berada, tiga teman Rafael sedang mengintip dari tempatnya bersembunyi. Mereka ingin sekali membawa Rafael pergi dari tempat itu, sayangnya mereka tidak berani melakukannya.

“Gimana Raka, Candra, apa kalian punya ide?” tanya Farrel lirih pada kedua sahabatnya.

“Aku takut kita juga akan ditahan di sana jika kita datang menolong Rafael,” ucap Raka lirih menanggapi pertanyaan Farrel pada mereka berdua.

“Ck, cemen. Lalu, bagaimana dengan Rafael?” tanya Candra menanggapi jawaban dari Raka.

“Memangnya kamu berani?” tanya Raka yang seolah menantang Candra.

“Enggak lah. Sama saja kita menyerahkan diri di sarang penyamun,” jawab Candra sambil terkekeh.

Sontak saja Farrel dan Raka menatap tajam pada Candra sambil menoyor kepala sahabatnya itu. Dan Candra berusaha membela diri dari kedua sahabatnya itu sehingga membuat perhatian mereka bertiga teralihkan dari Rafael dan Ayana yang sedang dalam masalah.

Semua orang yang menjadi perwakilan warga setempat memutuskan untuk memanggil kedua orang tua Rafael dan Ayana untuk menghadap mereka dan segera menikahkan mereka berdua saat itu juga.

Mereka berdua benar-benar dalam masalah. Bagaimana bisa mereka berdua menikah jika mereka berdua tidak saling mencintai. Bahkan mereka menganggap seperti musuh satu sama lainnya. Tapi apa daya, mereka tidak bisa melawan begitu banyaknya orang yang ada di sana.

Kini, mereka berdua berada di hadapan kedua orang tua Ayana. Mereka menceritakan kejadian yang sesungguhnya. Tapi sama seperti tadi, semua orang menolak untuk percaya pada Rafael dan Ayana. Apa lagi Ayana merupakan warga desa mereka yang harus mereka lindungi harkat dan martabatnya.

“Bu, Pak, Ayana berani bersumpah jika Ayana tidak melakukan seperti apa yang mereka semua tuduhkan. Ayana mohon Bapak dan Ibu percaya pada Ayana dan tidak menikahkan Ayana dengan laki-laki ini. Ayana tidak mau Bu, apa lagi Ayana sudah mendapatkan bea siswa untuk kuliah di kota,” ucap Ayana yang memohon pada kedua orang tuanya tanpa ada Rafael di antara mereka bertiga.

Bu Anisa, Ibu Ayana menatap sedih putri satu-satunya yang harus mengalami kejadian seperti itu di saat masa depannya sedang bersinar. Dia mengusap lembut rambut putrinya sambil berkata,

“Ibu percaya padamu, tapi Ibu tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kamu tau sendiri kita hidup di desa yang harus mematuhi adat dan peraturan desa ini. Ibu yakin jika Rafael laki-laki yang baik. Dia pasti bisa bertanggung jawab menjadi suamimu.”

“Dari mana Ibu tau jika dia laki-laki yang baik dan bisa bertanggung jawab?” sahut Ayana dengan kesalnya.

“Jika dia tidak bertanggung jawab, pasti dia akan lari sedari tadi,” tukas Pak Rahman menyanggah perkataan Ayana.

“Ck, aku ingin suami kaya, pintar dan berhasil. Agar nantinya hidupku tidak susah lagi seperti sekarang,” ucap Ayana dengan wajah sedihnya.

Bu Anisa memeluk Ayana dan mengusap punggung putrinya itu untuk menenangkannya dan memberikan kekuatan serta dukungannya sambil berkata,

“Semua yang kita inginkan belum tentu bisa kita dapatkan Nak. Mungkin Rafael yang terbaik untuk menjadi suamimu. Bagaimanapun keadaannya, kamu harus patuh dan menghormatinya. Karena Ibu tau jika kamu anak yang baik dan penurut.”

Pak Rahman pun ikut mengusap rambut putrinya dengan penuh kasih sayang untuk menenangkan putrinya dan mengatakan jika dia selalu mendukungnya melalui sentuhan tangannya.

Tidak jauh dari tempat Ayana dan kedua orang tuanya berbicara, Rafael mendengar semua percakapan mereka. Dia menyeringai mendengar keinginan Ayana yang menginginkan suami sempurna.

Dia turut prihatin pada nasib Ayana yang seolah bintang yang terhambat ketika akan bersinar terang. Hanya saja dia tidak bisa melakukan apa pun karena dia juga tidak menginginkan pernikahan itu terjadi.

Dia memiliki seorang pacar yang cantik dan sangat dicintainya. Sehingga tidak mungkin dia bisa melepas pacarnya itu begitu saja.

“Bagaimana saudara Rafael, apa kedua orang tuamu bisa datang?” tanya pria paruh baya yang menjadi tetua di desa tersebut.

Rafael memainkan jari-jari tangannya dengan cemas. Kemudian dia mengatakan pada mereka semua apa yang sedari tadi membuatnya cemas.

“Kedua orang tua saya sedang ada di luar kota Pak. Sangat tidak mungkin sekali mereka datang ke sini. Ini pesan yang mereka kirimkan pada saya ketika tadi saya menghubungi mereka.”

Rafael memperlihatkan pada mereka pesan dari mamanya yang mengatakan jika mereka masih berada di kota lain.

“Baiklah, saya rasa saudara Rafael tidak berbohong. Lebih baik kita segera lakukan saja pernikahan ini di hadapan semua warga dan kedua orang tua Ayana,” tutur pria paruh baya tersebut.

Di hadapan warga desa, kedua orang tua Ayana dan pemuka agama yang menikahkan mereka, Rafael mengikrarkan janji pernikahan mereka.

Dan semua orang mengatakan jika pernikahan mereka sah dan salah seorang dari mereka yang bertugas di KUA mengingatkan Rafael, Ayana dan kedua orang tua Ayana untuk mengambil buku nikah mereka satu minggu setelah pernikahan tersebut.

Njir, apa ini? Apa aku benar-benar sudah menikah dengan perempuan ini? Aku benar-benar menjadi suaminya? Lalu, bagaimana dengan Rubi? Pasti dia akan sangat marah jika tau tentang semua ini, Rafael berkata dalam hatinya.

Setelah itu semua warga desa yang berada di sana membubarkan diri meninggalkan tempat itu. Dan ketiga sahabat Rafael masih mengintip dari tempat mereka bersembunyi.

“Mau ke mana kamu Rafael?” tanya Pak Rahman yang melihat menantunya berdiri dari duduknya.

“Saya akan pulang Pak,” jawab Rafael dengan malas.

“Ajaklah Ayana bersamamu. Lagi pula kamu tinggal di kota kan? Beberapa hari ini Ayana juga akan segera masuk kuliah di kota. Mungkin memang sudah takdir yang mempertemukan kalian berdua hingga menjadi suami istri secara tidak terduga,” tutur Pak Rahman sebagai orang tua dari Ayana.

“Apa? Mengajaknya? Tapi-“

“Ajak Ayana dan perkenalkan mereka pada kedua orang tuamu sebagai istrimu. Setelah mereka pulang nanti, tolong segera hubungi kami, agar kami bisa berkunjung dan menemui mereka,” sahut Bu Anisa menyela ucapan Rafael.

Seketika mata Rafael terbelalak dan badannya lemas seperti tak bertulang menghadapi kenyataan hidupnya yang seratus persen berubah karena kehadiran Ayana dalam hidupnya.

Bab 2 Meninggalkan rumah

Dengan langkah beratnya Rafael berjalan mengikuti Ayana dan kedua orang tuanya menuju rumah mereka. Dia melihat sekelilingnya dan memandang takjub dengan pemandangan di sekitarnya.

Tidak hanya itu saja, matanya menyusuri tiap jalanan untuk mencari sosok sahabat-sahabatnya yang telah meninggalkannya setelah membuatnya berada dalam masalah.

Dasar sahabat-sahabat lucknut. Aku tidak akan memaafkan mereka semua jika memang mereka meninggalkanku sendiri di sini, Rafael mengumpat ketiga sahabatnya dalam hatinya.

Candra, Raka dan Farrel mengikuti Rafael dari jarak aman sehingga sahabatnya yang sedang kesal pada mereka itu tidak bisa mengetahuinya.

Sebenarnya mereka merasa sangat bersalah pada sahabatnya itu, hanya saja mereka tidak berani menebus kesalahan mereka saat ini juga.

Dan mereka akan menebusnya ketika mereka sudah kembali pulang ke kota untuk  mencari jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi Rafael saat ini.

Tibalah mereka semua di rumah keluarga Ayana. Rafael memandang heran dengan bangunan rumah yang terkesan kuno dan tua. Bahkan dia tidak bisa membayangkan jika bangunan seperti itu bisa dijadikan tempat tinggal dan disebut sebagai rumah.

“Raka, Candra, beneran itu rumahnya perempuan itu?” tanya Farrel lirih sambil bersembunyi di balik pohon besar yang tidak jauh dari rumah Ayana.

“Istrinya Rafael tuh… bukan perempuan itu,” sahut Candra lirih sambil menoyor kepala Farrel.

“Terserah apa yang keluar dari mulutku. Kita kan belum tau namanya,” ucap Farrel membela dirinya.

“Ssssttt… kalian diamlah jika tidak ingin ketahuan. Tapi jika dilihat dengan seksama, perempuan itu manis, wajahnya gak ngebosenin. Dan yang terpenting… body nya Bro… gitar Spanyol,” ucap Raka sambil terkekeh lirih dan tangannya memperagakan bentuk gitar Spanyol.

Candra dan Farrel ikut terkekeh dan menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan Raka yang memang benar adanya. Menurut mereka, Ayana memang seorang gadis desa yang sama sekali tidak terlihat seperti gadis desa. Bahkan penampilannya seperti gadis kota yang sedang berlibur ke desa.

“Eh apa laki-laki itu yang tadi dinikahkan dengan Ayana?” tanya seorang pemuda yang sedang berjalan berdua sambil melihat ke arah rumah Ayana.

“Sepertinya benar. Itu, dia sedang berada di teras rumah Ayana,” jawab pemuda yang sedang berjalan bersama pemuda yang bertanya tadi.

“Orang kota loh dia. Pantas saja Ayana mau sama dia. Pasti sebentar lagi Ayana akan pindah ke kota. Dan desa kita ini akan kehilangan bunga desanya,” ucap pemuda yang bertanya tadi.

“Semua pemuda desa pasti akan sedih dan sangat kehilangan Ayana. Lihat saja suaminya, ganteng banget loh,” sahut pemuda yang satunya lagi.

“Iya benar. Kalau kita ya gak mampu menyaingi laki-laki itu. Sudah, lebih baik kita menyerah saja,” ucap pemuda yang satunya lagi menimpali ucapan temannya.

“Ya memang kita harus mengalah. Mereka kan sudah menikah,” sahut pemuda yang satunya lagi.

Dan kedua pemuda tersebut terkekeh sambil berjalan meninggalkan jalanan tersebut. Sayangnya, percakapan kedua pemuda tadi terdengar jelas di telinga Candra, Raka dan Farrel, sehingga mereka tahu jika Ayana merupakan bunga desa dari tempat mereka berada saat ini.

“Ck, beruntung sekali Rafael bisa mendapatkan bunga desa. Mana bunga desanya benar-benar mekar dengan indahnya lagi. Aku kan jadi iri,” ucap Candra sambil melihat ke arah Rafael yang duduk di teras rumah Ayana dan terlihat sedang mengobrol serius dengan Ayana.

“Kenapa tadi gak mau menggantikan Rafael saja ketika disuruh menikahi perempuan tadi?” tanya Raka sambil menoyor kepala Candra.

“Ayana namanya Bro. Kalian dengar kan tadi, namanya A-ya-na,” Candra mengeja nama Ayana untuk mengingatkan pada kedua sahabatnya nama dari istri Rafael.

“Iya tau. Harusnya tadi kamu gantikan saja Rafael untuk menikahinya. Lagi pula pasti saat ini Rafael pusing memikirkan Ruby,” ucap Farrel yang merasa ikut pusing memikirkan nasib Rafael.

“Ya bukan dengan cara nikah paksa seperti tadi Bro. Lagi pula aku pasti akan diusir sama orang tuaku jika tiba-tiba pulang bawa istri,” ucap Candra sambil terkekeh.

“Eh… eh… lebih baik kita tunggu di mobil saja. Gak mungkin Rafael akan menginap di sini,” ucap Farrel sambil menarik tangan kedua sahabatnya.

Mereka pun berjalan dengan hati-hati agar Rafael yang sedang berbicara dengan serius bersama istrinya itu, tidak bisa mengetahui pergerakan mereka bertiga. Dan akhirnya mereka bertiga menunggu Rafael di dekat mobil milik Rafael yang mereka gunakan untuk pergi ke tempat tersebut.

“Ayana pergi dulu Pak, Bu. Doakan Ayana betah dan baik-baik saja tinggal di kota ya Bu, Pak,” ucap Ayana sambil mencium punggung tangan bapak dan ibunya secara bergantian untuk berpamitan pada mereka.

“Ibu sama Bapak pasti selalu mendoakanmu. Kami pasti akan ke sana mengunjungi kalian,” ucap Bu Anisa sambil mengusap air matanya yang menetes mengiringi kepergian anaknya ke kota.

“Kalian baik-baik ya berdua. Jangan bertengkar. Harus saling menyayangi dan harus jujur satu sama lain, agar rumah tangga kalian bisa tetap bahagia, seperti Bapak dan ibu,” tutur Pak Rahman sebelum melepaskan anak dan menantunya pergi meninggalkan mereka berdua.

Dengan berurai air mata, Ayana menganggukkan kepalanya menanggapi penuturan dari kedua orang tuanya. Setelah itu dia mengusap air matanya sambil berkata,

“Rafa, kamu gak nyium tangan Bapak dan Ibu untuk pamitan sama mereka?”

Rafael menatap Ayana dengan tatapan penuh tanya dan dalam hatinya dia berkata,

Untuk apa aku pamitan pada mereka?

Seolah Ayana mengetahui apa yang ditanyakan oleh suaminya melalui tatapan matanya, dia berkata,

“Bapak dan Ibuku sekarang sudah menjadi orang tuamu juga. Jadi hormati dia seperti kamu menghormati kedua orang tuamu.”

Ayana memang gadis cantik yang pintar dan juga berakhlak baik. Oleh karena itu, di desa itu dia sangat dikagumi oleh semua pemuda desa.

Dia tahu jika Rafael tidak begitu saja bisa menerimanya sebagai seorang istri, begitu pula dengan dirinya yang tidak bisa begitu saja bisa menerima Rafael menjadi suaminya.

Setidaknya dia menginginkan jika Rafael menghormati kedua orang tuanya seperti Rafael menghormati kedua orang tua kandungnya sendiri.

Entah mengapa Rafale menurut begitu saja dengan perintah Ayana. Dia mendekati kedua orang tua Ayana dan mencium punggung tangan mereka berdua secara bergantian.

Ayana tersenyum lega melihat suami dadakannya itu mau melakukan yang diperintahkannya setelah mereka berdua berbicara serius berdua di teras rumah Ayana.

Setelah itu mereka berdua berjalan beriringan tanpa sepatah kata pun menuju tempat Rafael memarkirkan mobilnya. Dalam benak Rafael sibuk memikirkan hubungannya dengan Ruby, kekasih hatinya yang dengan susah payah didapatkannya.

Sedangkan Ayana sibuk memikirkan apa yang akan terjadi dengan hidupnya. Dia belum siap untuk menjadi seorang istri.

Selama ini dalam pikirannya hanya ingin menjadi orang yang sukses dan bisa membanggakan serta membahagiakan kedua orang tuanya. Oleh sebab itu dia belajar dengan keras hingga bisa meraih posisi teratas di sekolahnya dan mendapatkan bea siswa di salah satu universitas ternama di kota.

Dari jauh Candra, Farrel dan Raka tersenyum senang melihat Rafael yang sedang berjalan menuju ke arah mereka. Dan mereka bertiga melakukan tos ala mereka dan bersiap menyambut kedatangan sahabat yang merupakan anggota terpenting dari geng mereka.

Bab 3 Tentang Rafael

Di dalam mobil, Candra, Raka dan Farrel menutup rapat mulut mereka. Tatapan mata Rafael yang seperti hendak menghabisi mereka, membuat ketiga nyali sahabatnya itu menciut.

Tadinya Ayana ingin duduk di kursi belakang, tapi keinginan Ayana dengan tegas ditolak oleh Rafael karena melihat senyum ketiga sahabatnya pada Ayana.

Bukannya Rafael tidak suka jika Ayana dekat dengan laki-laki lainnya, dia hanya tidak suka melihat ketiga sahabatnya tersenyum di atas penderitaannya saat ini.

Mereka bertiga seperti patung yang duduk kaku tanpa ekspresi karena merasa di awasi oleh Rafael dari kaca spion yang berada di tengah.

Sedangkan Ayana merasa tidak nyaman dengan suasana saat ini yang membuat mereka berlima seperti sedang bermusuhan.

Selama beberapa jam hanya ada kesunyian dalam mobil tersebut. Bahkan Rafael tidak menyalakan musik seperti biasanya ketika dia berkendara.

Ingin rasanya tangan Ayana meraih tombol untuk menyalakan musik, sayangnya dia tidak mau berdebat dengan Rafael yang akan membuat mood buruknya kembali.

Hari ini sangat melelahkan bagi Ayana. Tiba-tiba saja dia harus menikah dan menjadi istri dari seorang laki-laki asing yang tidak dikenalnya sama sekali. Dan saat itu juga dia harus pergi meninggalkan rumahnya untuk tinggal bersama dengan suaminya.

Sekarang dia seolah menjadi orang asing di tengah-tengah empat orang pemuda yang baru saja ditemuinya. Bahkan salah satu dari pemuda tersebut sudah sah menjadi suaminya.

Sebenarnya apa yang terjadi dengan hidupku? Ayana bertanya-tanya dalam hatinya.

Dia menoleh ke arah pemuda yang duduk di sampingnya sedang mengemudikan mobil yang mereka tumpangi. Dan pemuda itu sekarang berstatus sebagai suaminya. Dia menghela nafasnya sambil berkata dalam hatinya,

Dia memang ganteng sih, keren, tapi aku tidak yakin jika dia orang yang aku cari sebagai suamiku. Menurutku penampilannya sangat biasa sekali. Aku ingin yang luar biasa, sehingga bisa merubah kehidupanku yang biasa-biasa ini menjadi luar biasa.

“Kenapa kamu menatapku seperti itu? Pasti kamu kagum ya? Pasti kamu gak pernah lihat orang seganteng dan sekeren aku,” ucap Rafael tanpa melihat ke arah Ayana.

“Dih, sok kegantengan banget sih jadi orang. Aku hanya berpikir jika kamu seorang preman sehingga ketiga temanmu di belakang ini semua takut padamu,” sahut Ayana sambil tersenyum meremehkan pada Rafael.

“Sembarangan. Memangnya kamu mau punya suami seorang preman?” tanya Rafael yang dengan cepatnya menyahuti ucapan Ayana.

Sontak saja Candra, Farrel dan Raka tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Ayana. Tawa mereka tidak bisa lagi ditahan, sehingga tawa mereka memenuhi mobil tersebut. Bahkan mereka kelepasan menggoda Rafael dengan menirukan sebutan untuk dirinya sendiri pada Ayana.

“Cie… suami…,” ucap mereka serentak dan diikuti tawa mereka bertiga.

Seketika mata Rafael menatap tajam pada ketiga sahabatnya itu melalui spion yang berada di tengah. Dan saat itu pula mereka bertiga dengan serentak menghentikan tawa mereka.

Ayana menahan tawanya. Dia merasa terhibur dengan tingkah Rafael dan ketiga sahabatnya itu. Sayangnya, mereka kembali diam tak bersuara karena takut pada Rafael yang menatap, mereka dengan tatapan seorang pembunuh.

Karena kesunyian yang kembali dalam mobil itu, tidak sadar Ayana memejamkan matanya. Hingga selama beberapa waktu, matanya kembali terbuka saat dia merasakan mobil yang dinaikinya berhenti.

Ternyata sekarang mereka sudah sampai di rumah Candra. Tentu saja Rafael mengantarkan ketiga sahabatnya itu pulang terlebih dahulu karena dia merasa tidak tega pada mereka meskipun mereka bertiga telah membuat masalah dalam hidupnya.

“Kami berdua turun di sini saja Raf,” ucap Raka sambil tersenyum lebar pada Rafael yang melihatnya dari spion tengah.

“Terserah kalian,” ucap Rafael dengan entengnya.

Ketiga sahabatnya itu pun turun dari mobil Rafael dengan perasaan bersalah dan merasa bingung untuk menolong Rafael, karena mereka tidak tahu bagaimana caranya bisa menolong Rafael menyelesaikan masalah pernikahannya yang mendadak hari ini.

“Kira-kira kedua orang tua Rafael marah gak ya mendengar pernikahan anaknya yang mendadak karena terpaksa?” tanya Candra pada kedua sahabatnya.

“Entahlah. Aku takut mereka berdua akan diusir dan menjadi gelandangan saat itu juga,” sahut Raka dengan entengnya.

“Ngawur. Gak mungkin Tante sama Om bisa sekejam itu dengan putra semata wayang mereka,” ucap Farrel menanggapi perkataan Raka.

“Ya kali aja kan mereka marah dan mengusir anak mereka. Bagaimana kalau kita taruhan?” ucap Raka sambil tersenyum lebar pada Candra dan Farrel.

“Semprul! Nasib sahabat sendiri dibuat taruhan. Mending kamu taruhan sama masa depan kamu yang belum tentu bersinar itu,” sahut Farrel sambil menoyor kepala Raka dibantu oleh Candra yang ikut menoyor kepala sahabat lucknut nya itu.

Sejak menurunkan ketiga sahabat Rafael tadi, mata Ayana tidak terpejam kembali. Dia menolak untuk memejamkan matanya meskipun matanya ingin sekali terpejam. Dinginnya AC dalam mobil tersebut membuat mata Ayana mengantuk.

Namun, dia tetap mempertahankan matanya agar tetap terbuka, karena mereka hanya berdua saja. Meskipun mereka sudah menjadi suami istri, Ayana masih belum terbiasa dan tentu saja dia takut jika Rafael melakukan hal buruk padanya.

Aku harus tetap terjaga. Aku tidak mau jika dia melemparkan aku di jalan ketika aku sedang tertidur. Atau mungkin dia akan memaksaku untuk melakukan kewajibanku sebagai seorang istri di sini. Ah… apa yang aku pikirkan? Kenapa aku bisa berpikiran buruk padanya?

Ayana berkata dalam hatinya sambil sesekali melirik ke arah Rafael yang sedang fokus mengemudikan mobilnya.

Rafael yang merasa sedang diperhatikan oleh Ayana hanya tersenyum tipis. Dia mengira jika Ayana sedari tadi terpanah oleh ketampanannya. Tidak ada dalam pikirannya jika istri dadakannya itu sedang berpikiran buruk tentangnya. Bahkan istrinya itu sedang mencurigainya.

Setelah beberapa saat, mobil Rafael masuk ke dalam bangunan rumah yang sangat besar, berdiri dengan megah dan terlihat sangat mewah.

Mata Ayana tidak bisa berhenti mengagumi rumah itu. Bahkan dia sangat kagum dengan luasnya dan indahnya taman depan yang baru saja dilewati oleh mobil yang ditumpanginya.

“Rafa, ini rumah siapa? Kenapa besar sekali? Kamu ngekos di sini? Atau kamu bekerja di sini?” tanya Ayana tanpa melihat ke arah Rafael, matanya masih saja terpanah oleh semua hal yang ada dalam rumah itu.

Rafael tersenyum tipis mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Ayana padanya. Tapi di dalam hatinya dia tertawa terbahak-bahak karena rencana yang sudah disiapkannya sejak mendengar percakapan Ayana dengan kedua orang tuanya tadi bisa dengan mudah dijalankannya.

Rafael menoleh ke arah Ayana dan memegang kedua bahu Ayana agar istrinya itu menghadap padanya. Kemudian dia menatap intens manik mata Ayana sambil berkata dengan serius,

“Kamu benar. Aku bekerja di sini sebagai sopir. Dan aku tinggal di rumah ini karena Tuan dan Nyonya pemilik rumah ini menganggap aku sebagai anaknya. Sebab mereka tidak memiliki anak. Sayang sekali aku bukan anak mereka, karena mereka berdua sangat baik sekali denganku. Jadi, kamu harus membantu Bik Darmi yang mengurusi rumah ini sebagai ucapan terima kasih karena kamu juga tinggal di rumah ini.”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!