NovelToon NovelToon

Bintang Untuk Bumi

Bagian 1 : Pertemuan

Happy reading. Semoga kalian suka.

Seorang gadis berambut panjang yang tergerai terlihat sedang berlari-lari kecil pada trotoar jalan raya ia terlihat baru saja keluar dari salah satu cafe di ujung jalan sana. Tubuhnya yang lumayan tinggi dengan lekukan yang indah tak bisa ditutupi oleh seragam kerjanya yang ketat.

Awal tahun dan musim hujan memang tidak dapat dipisahkan bagaikan sepasang sejoli yang selalu saling merindukan. Aspal yang dipijaknya terlihat masih basah akibat hujan yang terus-menerus mengguyur kota ini. Gadis itu tidak membawa mantel hujan, sementara sepedanya masih berada di bengkel.

Beberapa hari yang lalu saat gadis itu akan berangkat berkerja ia mendapati sepedanya dengan keadaan ban depannya yang sudah kempes yang setelah di cek pada bannya ternyata ada bekas tusukan paku sepanjang 2 senti.

Gadis itu berjalan pulang sendirian. Suasana di sekelilingnya sangat sepi. Hujan membuat orang-orang menjadi malas untuk keluar rumah.

"Ahh dingin sekali. " Ujarnya.

Gadis itu sekali-kali melangkah lebar menghindari genangan air pada trotoar jalan yang berlubang sambil menutupi kepalanya. Gerimis. Padahal hujan baru saja reda beberapa menit yang lalu, hal itu pula yang menyebabkannya terlambat pulang bekerja. Tidak mungkin juga ia harus pulang dengan berbasah-basahan.

Meskipun pulang agak terlambat tapi senyumnya terlihat sangat manis. Gadis itu memegangi tas selempangnya dengan erat, seperti takut sesuatu yang ada di dalamnya akan jatuh atau mungkin di rampas orang lain. Hari ini adalah tepat 1 bulan gadis itu bekerja dan gaji pertamanya baru saja ia terima. Kakinya yang panjang terus melangkah dengan lebar tanpa memperhatikan sekitarnya.

...Gubrak... ...

"Awww."

Gadis itu mengangkat kepalanya, terkejut.

"Ah! Punya mata gak sih. " Ujar seorang laki-laki di depannya.

"Sory, eh maaf saya gak sengaja pak eh mas, eh kak?. " Gadis itu panik dan langsung meminta maaf.

"Kak kek kak kek, aduh pakaian gue kotor kalau jalan tuh pake mata dong. gimana sih. " Bentak si laki-laki.

Laki-laki itu kemudian membungkuk untuk mengangkat kantung plastiknya yang jatuh. Terlihat dengan jelas bahwa laki-laki baru saja keluar dari laundry.

Si gadis yang berasal bersalah mencoba membantu dengan mengulurkan tangannya memegang sisi kantung plastik yang lain, namun tangannya segera di tepis oleh laki-laki itu.

..."sat.. set. ."...

Tanpa sengaja gadis itu menarik ujung pegangan plastik yang memang sudah sedikit robek. Beberapa pakaian lelaki itu akhirnya jatuh ke genangan air hujan.

Gadis itu kaget, ia melompat mundur.

"Yah yah yahhh eh elo udah gak punya mata, kayaknya juga gak punya otak yah. " Ucap laki-laki itu dengan nada yang sedikit keras sambil berusaha menyelamatkan pakaiannya yang lain agar tidak jatuh ke genangan air.

Mendengar cacian itu si gadis terperanjat dan merasa kesal juga, padahal ia sudah meminta maaf dan mencoba membantu lagi pula ini terjadi tanpa di sengaja olehnya. Pikir gadis itu, namun tidak ia katakan karena masih ada rasa bersalah di hatinya.

"Eh iya maaf mas, sini biar aku bantuin angkat atau aku bantu buat nyuciin yang kotor tadi aja mas. " Gadis itu sambil mengulurkan tangannya.

"Udah gak usah, jangan di sentuh. " Ucap laki-laki itu sambil menepis uluran tangan si gadis. Laki-laki itu kemudian memunguti pakaiannya yang kotor akibat genangan air hujan lalu memasukannya kembali ke dalam kantong kresek nya yang sudah robek setengah.

"Itu bisa saya bantu buat di cuci mas, maaf ya mas biar saya tanggung jawab mas saya.. "

"Udah, udah gak usah deh. "

"Tapi, mas. "

Lelaki itu mengangkat kepalanya dan terperangah melihat mata gadis itu, bulu matanya lentik, bola matanya berwarna coklat terang, rambut panjangnya tergerai indah. Senyumnya terlihat sangat manis, ia memperhatikan gadis itu dari kaki hingga kepala dan terfokus pada papan nama yang bertengger di baju kerja gadis itu. Sebuah ide kemudian muncul di pikirannya.

"Ya udah kalau elo maksa sini ikut gue" Sambil menarik tangan gadis itu.

"Eh kemana mas?." Gadis itu kaget karena tangannya di tarik ia reflek melepaskan tarikan tangan laki-laki tersebut.

"Katanya elo mau tanggung jawab?. "

Laki-laki itu kembali menggenggam erat tangan si gadis lalu menariknya. Gadis itu terpaksa mengikutinya. Kali ini genggaman tangan laki-laki itu terasa sangat kuat, sementara jalanan sangat sepi ingin teriak juga rasanya tidak akan ada yang mendengarnya. Gadis itu melangkahkan kakinya dengan pasrah mengikuti langkah kaki lali-laki didepannya, tangannya masih digenggam oleh laki-laki itu.

Setelah berjalan sekitar 2 menit mereka sampai di depan sebuah mobil sedan berwarna merah terang. Laki-laki itu kembali menariknya lalu membuka pintu samping kiri mobil dan melemparkan kantong kresek berisi pakaian lelaki itu ke kursi belakang, terlihat juga ada kantong kresek lainnya entah apa isinya. Laki-laki itu lalu mendorong si gadis masuk ke dalam mobilnya ia sendiri bergerak ke sisi yang lain dan ikut masuk ke mobil sedan berwarna merah terang itu. Laki-laki tersebut kemudian menutup dan mengunci mobilnya.

Gadis itu meemoerhatikan sekelilingnya ternyata ada orang lain juga di dalam mobil itu, seseorang yang duduk di balik kemudi. Seorang pria paruh baya.

"Jalan pak. " Perintah lelaki itu kepada seseorang di balik kemudi yang ternyata adalah supir pribadinya.

"Eh ini mau kemana mas? Pakkk?. " Ucapnya panik, gadis itu berfikir apakah ia sedang berhadapan dengan mafia penjual organ tubuh manusia, batinnya.

Gadis itu bergidik ngeri tak ingin membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini. Mobil sedan itu melaju kencang, membelah hujan deras yang tiba-tiba saja turun dari langit.

"Ini apa-apaan apakah saya di culik? Apakah organ saya akan di ambil? Aduhh pak? Mas maafin saya? Saya gak sengaja tadi, saya baru aja gajian saya ganti aja bajunya mas pake uang saya, asal saya jangan di bunuh."

Gadis itu tambah panik karna melihat si sopir yang terkekeh.

" Toloooongggggg. " Gadis itu berteriak berharap akan ada orang yang mendengar suara jeritannya di luar sana.

"Mba tenang mbaaa kami gak jahat kok" Ucap supir menenangkan.

"Tolooongggg sayaaaa pak, saya belum nikah pak? Mas? Saya belum nikah mas, saya belum mau mati, hiksssssss. " Gadis itu memberontak menggedor-gedor pintu mobil berharap siapapun di luar sana ada yang akan mendengarkan suaranya.

Namun nihil, suaranya tentu saja tidak akan dapat menembus kaca tebal mobil itu.

Gadis itu memperhatikan sekitarnya, mendekatkan wajahnya ke kaca sambil tetap mencoba membuka pintu mobil yang terkunci rapat berharap akan ada seorang pengendara yang memperhatikannya dan dapat membantunya menghentikan laju mobil ini. Namun, tidak ada satupun pengendara yang berpapasan dengan mobil ini yang melihatnya, hujan di luar sana membuat pengendara lain lebih fokus pada jalan raya yang basah dan licin.

Gadis itu menurunkan tangannya dari pintu mobil, ia merasa lelah usahanya sia-sia saja tidak akan ada satu orangpun di luar sana yang akan bisa menolongnya. Gadis itu menutup mukanya, matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis. Apakah ini akhir dari hidupnya? Ia tidak boleh menangis dan terlihat lemah di mata laki-laki brengsek ini, gadis itu melirik sinis ke laki-laki yang duduk di sampingnya sedari tadi. Tak ingin ambil pusing laki-laki itu terlihat santai dan membuang muka menatap ke jendela kaca mobilnya, ia sama sekali tak peduli. Masa bodoh bila gadis itu menangis hingga meraung-raung sekalipun.

Hening. Gadis itu kemudian berpikir untuk melarikan diri dari laki-laki ini setelah mobilnya sampai pada tujuan. ia mulai berpikir dan mengatur strategi, jika mobil ini sudah berhenti melaju dan pintu mobil terbuka ia akan langsung mengambil ancang-ancang menonjok laki-laki itu, keluar dan lari meninggalkannya, lalu jika laki-laki ini mengejar ia akan langsung lari ke tempat yang ramai dan berteriak sejadi-jadinya.

###

Bersambung...

#kimel"

Bagian 2 : Kentang?

Happy Reading. Enjoy yah teman-teman.

Hening. Gadis itu kemudian berpikir untuk melarikan diri dari lelaki ini setelah mobilnya sampai pada tujuan. Gadis itu mulai berpikir dan mengatur strategi, jika mobil ini sudah berhenti melaju dan pintu mobil terbuka ia akan langsung mengambil ancang-ancang menonjok laki-laki itu, keluar dan lari meninggalkan laki-laki brengsek itu.

####

Beberapa saat kemudian mobil sedan berwarna merah terang itu melambatkan lajunya dan akhirnya berhenti.

"Ayo elo mesti turun kita udah sampai. " Ajak laki-laki itu

"Eh ini dimana?. " Belum sempat gadis itu mengambil nafas dan mengambil ancang-ancang melarikan diri tangannya telah di tarik duluan dengan cepat hingga akhirnya mereka berdua keluar dari dalam mobil sedan tersebut dengan bodohnya gadis itu sampai tak menyadari bahwa mobil sedan itu telah sampai pada tujuan.

Gadis itu terlalu sibuk memikirkan cara untuk melarikan diri, ia sungguh tidak dapat membayangkan nasib buruk apa yang akan terjadi kepadanya di tangan laki-laki itu nantinya. Entah dimana ini, gadis itu mendongakkan kepalanya dan melihat tulisan besar yang terpahat di atas kepalanya sangat estetik bertuliskan "PENTHOUSE" ia pernah melihat tulisan besar itu di pemberitaan surat kabar dan di televisi.

"Wahh inikan tempat yang mahal itu. " Ucap si gadis takjub.

Gadis itu memperhatikan sekelilingnya yang ramai orang berlalu lalang, ia kemudian mengurungkan niatnya untuk melarikan diri karena merasa tidak mungkin si laki-laki brengsek ini akan melakukan proses jual beli organ tubuh di tempat yang ramai dan terkenal akan kemewahan dan dihuni orang-orang kaya ini.

"Jika ia di bunuh dan mati disini tentunya itu akan menjadi pemberitaan besar yang bisa-bisa membuat pemegang saham Apartement ini mengalami kerugian dan akhirnya bangkrut karena harga sewanya akan turun dan para orang kaya ini tentunya tidak ingin mengambil resiko dan segera mengemasi barangnya lalu pindah ke tempat yang lebih aman." pikir gadis itu berbicara dengan pikirannya sendiri.

"Ah bukankah ini Apartement? Wahhh indah sekali wahhhh mas tinggal disini yah? . " Ucap gadis itu meras canggung dan membuka obrolan.

"Hmmm." Laki-laki itu hanya bergumam, tangannya masih menggenggam erat tangan gadis itu.

Batu marmer berwarna putih yang mengkilat di setiap sudut ruangan yang ia masuki itu terasa menyilaukan mata, terasa seperti mimpi memasuki tempat orang-orang kaya ini tinggal. Mereka berdua berjalan menuju lobi Apartement. Gadis itu menunduk memperhatikan langkah kakinya yang menginjak lantai keramik berwarna kuning keemasan.

Di dinding terlihat ada beberapa lukisan yang bertengger menghiasinya, menambah kesan mewah pada ruangan itu.

"Wahh pasti ini mahal. " Gumam gadis itu sambil menunjuk salah satu lukisan bergambar monyet yang sedang makan buah anggur sambil menggendong anak-anaknya.

Laki-laki itu terus berjalan, tak menghiraukan ucapan gadis itu.

Gadis itu terus memperhatikan sekelilingnya, matanya berbinar-binar seperti anak kecil yang baru saja di berikan uang jajal lebih oleh ibunya. Ia terlalu serius memperhatikan keindahan yang tersaji di depan matanya sampai tak menyadari bahwa mereka telah berada di depan pintu lift.

Seampainya di depan kamar laki-laki itu membuka pintu kamarnya menggunakan kartu khusus lalu menarik gadis itu masuk kemudian lelaki itu mengunci pintu Apartementnya.

"Klik. " Suara pintu terkunci

Gadis itu kemudian tersadar, ia melihat ruangan di sekelilingnya yang sangat berbeda dari pada sebelumnya. Ruangan ini terasa sangat dingin, sunyi, rasa waswas tiba-tiba memenuhi kepalanya. Ruangan itu terlihat begitu rapih, dengan tembok berwarna hitam putih begitu pula dengan furniturnya seperti sofa dan lemari kecil di ujung sana mereka semua berwarna hitam dan putih di samping lemari kecil itu ada sebuah TV berukuran besar yang berhadapan langsung dengan sofa. Di belakang sofa itu sendiri ada kaca besar yang pemandangannya langsung ke alam terbuka.

Ruangan itu juga terhubung langsung dengan dapur yang dapat dilihat dengan jelas lampu bar mini disana. Yups sepertinya dapur itu juga tempat untuk menyimpan berbagai macam alkohol.

Gadis itu terkesiap melihat pemandangan yang ada didepannya tersebut. Ia melirik laki-laki yang sekarang sedang berjalan menuju ke dapur membawa kantung plastik besar dan membuka kulkasnya, entah apa yang ia lakukan. Gadis itu tidak peduli. Ia hanya mempertanyakan nasibnya.

"Apa yang mau masnya lakukan padaku? Kenapa masnya membawaku kesini?. " Gadis itu, merasa cemas.

"Tolong mas, jangan apa-apain saya, saya masih perawan mas belom pernah mabok-mabokkan juga, ampuni saya mas saya mau lakuin apa aja asal jangan bunuh saya. " Ucap gadis itu sambil menutup wajahnya yang ketakutan.

"Mas, diriku ini masih suci tanpa noda, jangan nodai aku masss, hikssss. " Air matanya akhirnya menetes juga.

"Mas ampun mass. " Gadis itu berjalan menuju lelaki tersebut ia memohon dan menggenggam tangan lelaki itu.

"Apa-apaan sih lo. " Laki-laki itu menepis tangan si gadis lalu memegang bahunya dan mengarahkannya untuk duduk di sofa depan TV.

"Elo duduk dulu, dengerin gue. " Kata laki-laki itu kepada si gadis, gadis itu lalu duduk di sofa dan menyeka air matanya ia menatap si lelaki dengan pandangan memelas.

Laki-laki tersebut kemudian keluar dari Apratement dan tak lama kemudian ia kembali membawa kantung keresk besar lainnya lalu meletakkannya di depan si gadis.

"Nih."

"Apaan ini mass? ." Si gadis merasa heran.

"Lo liat aja sendiri. "

Gadis itu lalu membuka kantong plastik kresek tersebut dan melihat isinya. Kantung keresek itu berisi sesuatu yang terasa keras dan bulat. Kentang.

"Kentang?. " Gadis itu semakin terheran-heran dengan apa yang sedang ia hadapi saat ini, matanya kemudian melirik sesuatu di atas meja sebuah buku yang berjudul '1001 resep olahan kentang untuk moms di rumah'

Laki-laki itu kemudian berdiri di depan si gadis sambil menghela nafas.

"Memangnya elo pikir apaan? Gue mau *****-***** elo gitu? Idihhh. "

"Epo gak liat tadi pak mamang ngangkatin ini sampai depan pintu? Pd amat lo pengen di *****-*****. "

"Terus? Ini mau diapain?. "

Laki-laki itu duduk di samping si gadis dan memberinya sebuah pisau silet.Pisau silet itu kemudian diserahkan bersama sebuah kentang ke tangan si gadis.

" Kupas. " Kata lelaki itu.

"Emangnya elo pikir gue bakalan tertarik gitu sama elo? Gue masih waras kaliiii. "

"Gue gak sejahat itu, pikiran elo aja yang kotor. " Laki-laki itu meracau.

"Aku masih perawan, ampuni aku mashhhh, emangnya gue laki-laki apaan. Hahahah. " Ejek si laki-laki sambil menirukan suara gadis tadi saat merengek padanya.

"Gue udah ada pacar tau. "

Pipi gadis itu memerah, ia menggigut bibirnya karena merasa malu.

"Nih tissu hapus tuh air mata elo, cengeng amat. "

"Terus aku harus gimana mas buat tanggung jawab?. "

"Ya elah udah di bilang kupas, terus masak buat gue. Nih ini resep yang ini nih gue mau yang kayak gini" Sambil membuka lembaran yang telah dilipat laki-laki tersebut memperlihatkan resep masakan steak yang terbuat dari olahan kentang.

"Gue gak bisa masak, terus nanti pacar gue mau dateng buat rayain Anniversary dan minta di masakin kayak yang di gambar itu nah kebetulan ketemu elo dari pada gue capek-capek yakan."

"Haa?."

"Iya makanya anggap aja itutuh ganti rugi elo buat gue."

"Gue gak bakalan apa-apain elo, asal elo mau bantuin gue."

Lelaki itu menyodorkan buku resep itu ke tangan si gadis.

"Gue anggap kita impas setelah elo bantuin gue masak ini. " Ucap lelaki penuh penekanan.

"Tapi, tapi mas akutuh belum pernah masak yang kayak ginian" Si gadis sambil memperhatikan gambar yang ada pada resep makanan, sepertinya masakan luar negeri.

"Terserah deh gue gak mau tau gimana caranya, intinya elo mesti tanggung jawab dengan cara masak masakan sesuai yang ada di resepnya dan itu udah harus jadi sebelum cewek gue datang. "

Laki-laki itu kemudian berdiri dan berjalan menuju ruangan yang gadis itu pikir adalah kamar si laki-laki. Laki-laki itu berhenti dan bertanya.

"Oh iya lupa nama elo siapa?. "

"Bintang, mas. "

"Oh gue Bumi, btw makasih yah elo udah mau bantuin."

Sambil tersenyum Bumi kembali berjalan memasuki kamarnya. Lalu berhenti kembali.

"Eh kalau elo ada butuh apa-apa semua bahan ada di dapur noh di kulkas atau kalau elo bingung dan butuh sesuatu panggil gue aja. Gue mau mandi dulu intinya sebelum jam 9 malam semuanya udah ok. Cewek gue suka ontime soalnya."

"Iyaaaaaaa." Ucap Bintang kesal sambil memanyunkan bibirnya.

###

Bersambung...

bagian 3 "Bumi Tersenyum? "

Happy reading dan enjoy yah teman-teman.

Episode sebelumnya...

"Eh kalau elo ada butuh apa-apa semua bahan ada di dapur noh di kulkas atau kalau elo bingung dan butuh sesuatu panggil gue aja. Gue mau mandi dulu intinya sebelum jam 9 malam semuanya udah ok. Cewek gue suka ontime soalnya. "

"Iyaaaaaaa." Ucap Bintang kesal sambil memanyunkan bibirnya.

###

Selamat membaca...

###

Bintang berjalan menuju dapur dan meletakkan tas selempangnya di sudut dapur dekat kulkas. Ia lalu membuka kulkas tersebut dan melihat ada apa saja yang bisa ia buat untuk acara makan malam laki-laki aneh itu.

Saat membuka kulkas Bintang melihat ada potongan ikan salmon yang sepertinya baru saja di beli dan di masukkan ke dalam kulkas, ia juga melihat ada bahan-bahan untuk membuat dessert. Sambil mencari-cari alat-alat yang ia butuhkan untuk memasak Bintang memperhatikan botol-botol alkohol yang tersusun rapih di lemari khusus untuk menaruh para botol-botol itu.

"Wahhh pastinya harganya sangat mahal." Ucap Bintang sambil memegang salah satu botol wine.

Sebenarnya Bintang juga tidak terlalu mengerti dengan minuman beralkohol tinggi yang seperti itu. Di kafe tempat Bintang bekerja hanya menyajikan minuman-minuman dingin biasa seperti Chocolatos Boba, Green tea Boba dan minuman sejenisnya.

Bintang sedikit kebingungan untuk memasak hidangan ikan salmon, ia sama sekali tidak mengerti bagaimana memulainya akhirnya ia memutuskan untuk membuat dessertnya terlebih dahulu agar bisa di masukkan ke dalam kulkas lebih cepat dan saat dihidangkan nanti dessertnya sudah dingin. Bintang mengambil coklat batang dan saset agar-agar untuk membuat dessert. Selebihnya nanti ia akan bertanya ke Gugel dan menonton tutorial di Utube.

Bintang kemudian mulai memasak dan memperhatikan sekeliling isi dapur Bumi. Peralatan dapurnya lumayan lengkap untuk ukuran seorang laki-laki yang tinggal sendirian? Atau mungkin laki-laki itu tinggal dengan pacarnya?. Ah entahlah itu bukan urusan Bintang.

###

Tik.. Tik.. Tikkk

Dentuman jarum jam berbunyi memecah keheningan malam menunjukan pukul 19.00. Sudah sekitar 2 jam lebih bintang bergelut dengan bahan-bahan itu sendirian di dapur keringat terlihat mengucur deras di dahinya, rambutnya telah ia ikat kebelakang agar tak mengganggu proses masak-memasaknya. Celemek berwarna hitam terlihat membungkus bagian depan tubuhnya untuk menghindari cipratan noda masakan tentunya.

Bintang sudah beberapa kali mencoba meminta tolong kepada Bumi namun suaranya mungkin tidak terdengar oleh Bumi dari dalam kamarnya. Percuma saja ia telah berteriak memanggil namanya dan mengetuk-ngetuk pintu kamarnya. Tidak ada jawaban, Bintang hanya mendengar suara musik yang keras.

"Terserah saja, yang penting aku sudah mencoba melakukan yang terbaik." Gumam Bintang yang untuk kesekian kalinya mencoba mengetuk pintu Bumi untuk menanyakan sesuatu.

Setengah jam berlalu.

"Akhirnya..." Bintang merasa sedikit lega karena berpikir pekerjaannya sudah hampir selesai.

Dari mulai hidangan pembuka hingga hidangan penutup telah ia siapkan seperti Dessert, Salmon dan terakhir yang akan ia olah adalah steak yang terbuat dari kentang sesuai dengan resep buku yang Bumi berikan tadi.

Sebenarnya Bintang agak kesulitan karena tangannya tidak terbiasa mengolah masakan luar negeri meskipun tentu saja ia pernah mencicipi salah satu hidangan luar negeri seperti sushi ataupun ikan salmon mentah yang membuat bulu kuduknya bergidik saat pertama kali mencicipinya. Ini adalah pengalaman pertama baginya membuat masakan luar negeri atau orang-orang biasa menyebutnya makanan atau masakan Western.

Bintang tak habis pikir, kenapa orang-orang kaya di negeri ini lebih suka menghidangkan dan menyantap masakan Western untuk makan malam penting ataupun acara-acara penting mereka dari pada masakan-masakan khas negaranya sendiri padahal rasanya juga tidak kalah enak dan nikmat, misalnya saja rendang, ketoprak atau nasi padang. Porsinya bahkan jauh lebih mengenyangkan. Apalagi untuk acara makan malam romantis bersama pasangan, makan di pinggir jalan sambil bergandengan tangan di bawah rembulan malam tentunya akan terasa lebih romantis. Memikirkan itu perut Bintang serasa keroncongan, ia lapar.

"Klik." Suara pintu kamar terbuka.

Lamunan Bintang tiba-tiba buyar. Mendengar bunyi pintu yang terbuka barusan, Bintang mengangkat kepalanya dan melihat Bumi baru saja keluar dari kamarnya. Ia jadi salah fokus melihat Bumi dengan tubuhnya yang atletis tapi badannya tercetak dengan jelas pada kemeja putihnya. Bumi terlihat mengenakan setelan jas berwarna hitam, rambutnya tersisir dengan rapih, matanya hitam dan tajam namun letika melihatnya terasa hangat, sepatunya terlihat mengkilat tentu saja itu baru saja habis di semir.

Sepertinya warna hitam dan putih adalah warna favorit Bumi, terbukti seisi ruangan ini berwarna hitam dan putih bahkan cara berpakainnyapun sepertinya laki-laki itu lebih sering mengenakan setelan berwarna hitam dan putih tapi kenapa mobilnya berwarna merah terang? Hahh memang aneh. Pikir Bintang.

"Ekhemmm." Bumi sedikit terbatuk karena salah tingkah diperhatikan Bintang seperti itu.

"Tadi elo ada manggil gue?."

"Iya tapi masnya gak denger, masnya budeg yah." Bintang berdecak kesal.

"Sory.. gue sibuk nyemirin sepatu hehee."

"Gimana masakannya?."

"Oiihhhh. Eh, iya mas ini udah mau jadi. "

"Gimana salmon nya, sausnya udah jadi belom?. "

"Iya ini mas udah . "

"Gimana steak sama dessertnya?. "

"Udah mas tenang aja tuh tinggal di kasih toping nanti. Ini steaknya tinggal di panggang aja bumbunya belum meresap kalau dessertnya ada di kulkas nanti tinggal di tuangin coklat sama vanila nya aja kalau udah mau di hidangkan. "

Bumi mengangguk mengerti ia merasa puas dengan pekerjaan Bintang. Tidak sia-sia ia membawa pulang gadis ini. Pikirnya.

"Coba gue mau nyicipin, mana tau kan elo ngeracunin gue sama pacar gue karena dendam." Ia berseru sambil melangkah ke arah Bintang dan mengambil sendok garpu untuk mencicipi salah satu hidangan yang sudah beres di masak Bintang.

"Cih dendam Nyi pelet kalikkk." Bintang berdecak kesal sekali lagi mendengar perkataan Bumi.

"Gimana gimana? enakkan?." Tanyanya penasaran sambil memegang tangan Bumi yang sedang memegang sendok garpu.

"Hmmmm." Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya Bumi bergumam.

"Lumayan sih tapi masih enakkan buatan koki di restoran bawah. " Ucap Bumi sambil melangkah melongos pergi meninggalkan Bintang di dapur sendirian.

Tanpa sadar Bumi tersenyum. Entah kenapa jantungnya tiba-tiba berdebar.

"Ihhh dasarrrrrr bilang terimakasih kek dasar aneh." Bintang kesal mendengar ucapan Bumi barusan.

"Ahh capek banget." Bintang mengangkat kedua tangannya sambil berkacak pinggang. Badannya terasa sakit.

Hari ini rasanya sangat melelahkan bagi Bintang. Ingin rasanya ia langsung merebahkan dirinya pada kasurnya yang empuk. Sungguh hari yang panjang untuk Bintang.

###

Bersambung....

Terimakasih banyak telah membaca tulisan ini, tolong tinggalkan komentar dan masukkan yang membangun yah teman-teman.

#kimel#

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!