NovelToon NovelToon

MENGGAPAI CINTAMU

Dokter tampan

Seorang pria tampan dengan jas putih kebanggaannya turun dari mobil sport warna hitam di halaman parkir khusus petinggi di sebuah rumah sakit swasta. Baru saja memasuki lobby, semua staff, perawat dan dokter menyapanya dengan ramah walaupun hanya mendapat balasan sebuah tatapan datar.

" Dokter Adam, selamat pagi." sapa seorang dokter wanita dengan senyum menggoda.

" Pagi, kenapa kau masih disini? Sudah waktunya pekerjaanmu dimulai." sahut Dokter Adam datar.

" Maaf, tadi terjebak macet dijalan." ucap wanita yang bernama Dena itu.

" Ini bukan yang pertama kali kau seperti ini, jangan sampai saya melemparmu ke jalanan!" tegas Adam.

Wanita bernama Dena itu terdiam tanpa berani menatap wajah Adam yang merupakan pimpinan tertinggi di rumah sakit itu. Walaupun terlihat sangat datar dan dingin, namun pesona dokter tampan itu mampu meruntuhkan hati semua kaum hawa.

Adam terus berjalan menuju lift khusus yang akan membawanya ke lantai paling atas gedung rumah sakit itu. Pria itu memang selalu acuh terhadap perempuan yang menaruh hati padanya.

Adam Hendrawan, seorang dokter tampan yang dipercaya oleh sahabatnya untuk menjalankan rumah sakit yang selama ini dipegang oleh Rifky Mahendra, suami Medina.

Pria berusia tiga puluh tahunan itu masih betah melajang hingga saat ini karena belum ada satupun wanita yang mampu mengetuk pintu hatinya. Entah gadis seperti apa yang Adam cari hingga membuatnya mampu bertahan dalam kesendirian.

" Uncle Adam...!" teriak seorang gadis dari balik pintu saat Adam membuka ruangannya.

" Alicia...? Bukankah kamu harus kuliah?" ujar Adam setengah kaget.

" Cia masuk agak siangan, Uncle. Bosan di Apartemen sendirian, Uncle selalu sibuk di rumah sakit." sungut Alicia.

Ya... Gadis cantik itu adalah Alicia Kim, putri dari Jonathan Kim yang memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Indonesia karena tak ingin jauh dari uncle kesayangannya yang sudah bersamanya sejak ia kecil.

" Kau tahu sendiri pekerjaan Uncle sangat banyak, Cia. Nanti akhir pekan kita liburan, Ok? Sekarang Uncle harus meeting, tidak bisa ditunda."

" Huh... Uncle pintar sekali mencari alasan!"

Adam merangkul bahu keponakannya itu dengan senyum yang mengembang sempurna. Entah mengapa ia bisa selembut itu berhadapan dengan gadis kecilnya itu, tetapi selalu menampakkan raut wajah datar kepada orang lain.

" Jangan marah, nanti kita ke pantai." bujuk Adam.

Alicia yang kini telah berusia 18 tahun itu memang tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dengan tinggi 170 cm, kulit putih dan body yang membuat siapapun takkan bisa menolak pesonanya.

" Janji...? Cia nggak mau Uncle bohong lagi seperti waktu itu."

" Iya, Uncle janji."

Alicia memeluk Adam dengan erat. Dia enggan untuk melepaskan pelukannya takut takkan bisa melakukannya lagi.

" Cia, Uncle harus pergi sekarang. Pulanglah, atau pergi dengan teman - temanmu."

" Teman siapa? Uncle saja tidak mengijinkan Cia berteman dengan laki - laki."

" Uncle melakukan itu hanya untuk melindungimu, Cia. Kamu masih bisa berteman dengan teman wanita."

" Uncle saja bebas pergi dengan perempuan lain, kenapa Cia nggak boleh!"

Alicia sangat kesal dengan sikap posesif Adam yang yang membatasi pergaulannya. Dirinya bukan anak kecil lagi yang masih harus dikekang.

" Uncle tidak pernah pergi dengan wanita manapun, Cia. Mungkin hanya teman sesama dokter saja."

" Udah, ah! Cia mau pergi saja. Uncle memang egois!" teriak Alicia.

" Cia...!"

Alicia pergi dari ruangan Adam dengan amarah. Entah mengapa ia merasa benci saat melihat Adam bersama wanita lain. Dari kecil memang Alicia tidak pernah suka jika ada perempuan yang mendekati Adam.

# # #

Usai meeting, Adam kembali ke ruangannya. Dia kepikiran dengan sikap Alicia yang akhir - akhir ini bersikap manja padanya dan mudah marah.

" Dokter Adam, sebentar lagi jam makan siang. Maukah Anda makan dengan saya?"

Dena dengan tidak tahu malunya menghampiri Adam di ruangannya. Sungguh cari mati gadis itu. Dia bahkan mengabaikan peringatan Adam tadi pagi.

" Kau hanya karyawan disini, jadi jaga sikapmu terhadap atasan!" tegur Adam dengan tatapan dinginnya.

" Tapi, saya hanya_..."

" Dengarkan saya! Sekali lagi kau menginjakkan kakimu di ruangan ini, maka tidak akan ada satu rumah sakitpun yang akan menerimamu jadi dokter!" ancam Adam.

Adam segera mengusir wanita itu dari ruangannya tak peduli dia harus bersikap kasar. Adam tidak menyukai wanita yang agresif. Menghadapi Alicia yang sering bersikap kekanakan saja ia sudah kuwalahan, apalagi harus menghadirkan wanita lain.

Adam merebahkan tubuhnya di kamar pribadinya. Sejenak ia ingin melupakan segala pikiran diotaknya. Mungkin refreshing bisa menjernihkan pikirannya karena biasanya ia akan bertarung dengan Medina jika sedang ada masalah. Namun semenjak Medina menetap di Bali, dirinya merasa kesepian.

" Kenapa hidupku seperti ini? Tidak ada satupun wanita yang terlihat menarik di dunia ini. Apa mungkin aku punya kelainan?" keluh Adam dalam hati.

Selain Alicia, Adam hanya dekat dengan Medina dan Ririn karena mereka sahabat dari kecil. Entah mengapa, Adam kini mulai tak nyaman jika Alicia memeluknya. Padahal dari kecil ia yang merawat Alicia bahkan ia sudah seperti seorang ayah bagi gadis itu.

Namun semakin Alicia tumbuh dewasa, Adam mulai menjaga jarak agar tidak terlalu dekat karena ia menyadari bahwa gadis itu tidak ada hubungan darah dengannya. Adam juga tidak mau tinggal satu atap dengan putri angkatnya itu karena tak ingin timbul fitnah nantinya.

Saat Adam sedang merenung, ponselnya berbunyi pertanda ada pesan masuk. Dia segera meraih ponsel yang ia letakkan diatas nakas.

' Alicia '

( Uncle, jemput Cia. Hari ini cuma satu mata kuliah, Cia bosan sendirian.)

Adam menghela nafas pelan lalu membalas pesan keponakannya.

'Adam'

( Kamu dimana? Tunggu saja di tempat parkir, Uncle berangkat sekarang.)

'Alicia'

( Thank you, Uncle. I love you...)

# # #

Adam sudah berada di parkiran kampus tempat Alicia menimba ilmu. Namun disana tidak ada gadis yang dicarinya.

" Kemana lagi anak itu? Hhh... Katanya minta jemput malah ngilang." gerutu Adam.

Adam keluar dari mobilnya hendak mencari Alicia ke dalam namun gadis itu sudah terlebih dulu datang menghampirinya bersama seorang pria.

" Uncle_..."

" Cepat masuk ke mobil, Cia...!" seru Adam dengan tatapan datarnya.

" Tapi, Uncle_..."

" Masuk, Cia...!"

Alicia masuk ke dalam mobil setelah melambaikan tangan kepada temannya. Gadis itu tidak mengerti mengapa Adam tiba - tiba terlihat marah seperti itu. Alicia tidak merasa berbuat salah hari ini.

Adam masuk ke dalam mobil dan segera menjalankannya meninggalkan pelataran kampus. Di dalam mobil terlihat canggung karena tidak ada percakapan sama sekali. Alicia lebih memilih diam karena takut pamannya itu kembali marah.

" Apa kamu sudah tidak mau menuruti ucapan Uncle, Cia...?" ujar Adam lirih.

" Apa maksud, Uncle? Cia selalu menuruti semua yang Uncle katakan." ucap Alicia.

" Apa hubunganmu dengan pria tadi?"

" Dia hanya temanku, Uncle. Kami dari kelas yang sama, kebetulan dia juga akan pulang."

Adam menatap Alicia yang menundukkan wajahnya entah ia takut atau sedang memikirkan sesuatu.

" Apa kau tidak sadar kalau pria itu menyukaimu?"

.

.

TBC

.

.

Liburan

" Apa kau tidak sadar kalau pria itu menyukaimu...?" ujar Adam dengan raut wajah kesalnya.

" Memangnya kenapa kalau dia suka padaku, Uncle?" tanya Alicia lirih.

Adam menepikan mobilnya di bahu jalan lalu menatap tajam kearah Alicia yang sedari tadi tidak pernah membalas tatapannya.

" Belum tentu dia itu pria yang baik, Cia. Dia bisa kapan saja menyakiti hatimu."

" Benarkah hanya itu alasan Uncle marah padaku?" cecar Alicia.

Adam tidak tahu mengapa dirinya begitu membenci semua pria yang mendekati Alicia. Ada perasaan tidak rela saat keponakannya itu mendapat perhatian dari pria lain.

" Sudahlah, Uncle tidak mau bahas ini lagi. Sebaiknya kita makan siang sekarang, kamu mau makan apa?" kata Adam lebih lembut.

" Aku mau pulang saja, Uncle."

" Makan dulu baru pulang."

" Cia lagi nggak pengen makan, Uncle!" teriak Alicia.

" Jangan berteriak padaku, Cia! Atau kau lebih suka aku kembalikan pada orangtuamu?" ancam Adam.

Alicia terisak seraya menangkupkan kedua tangan diwajahnya. Selama ini ia selalu menuruti semua perintah Adam walaupun itu terasa tak adil untuk dirinya. Adam sangat posesif terhadapnya dengan dalih amanah dari Jonathan, ayahnya.

" Maaf, Uncle tidak bermaksud untuk membentakmu tadi. Jangan nangis lagi, ya? Uncle hanya takut kehilanganmu." ungkap Adam lirih.

Adam membawa Alicia ke dalam dekapannya. Hatinya terasa sakit saat melihat gadis kecilnya menangis seperti ini. Entah ini perasaan sayang terhadap anak ataukah Adam memiliki perasaan lebih daripada itu. Semua sudah berubah semenjak Alicia mulai tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan menawan.

# # #

Sesuai yang di janjikan Adam, hari ini Alicia sudah bersiap di depan Apartemen milik Adam. Mereka akan pergi liburan ke pantai.

" Uncle, kenapa lama sekali sih!" teriak Alicia.

" Masuklah! Kau mengganggu para tetangga berteriak terus diluar." tegur Adam dari dalam.

Alicia langsung masuk ke unit Apartemen Adam dan mendapati pria dewasa itu sedang berada di dapur. Ternyata Adam sedang memasak untuk sarapan.

" Uncle sedang masak apa?" tanya Alicia.

" Cuma buat sarapan sama untuk bekal kita liburan." jawab Adam.

" Kenapa harus bawa bekal, Uncle? Kita bisa beli makanan disana."

" Makanan dari rumah itu lebih sehat, Cia. Kamu duduk saja dulu sambil nungguin sarapannya matang."

" Cia bantuin Uncle saja biar cepat selesai."

Alicia mendekati Adam yang sedang membuat adonan kue kering yang akan dibawa liburan nanti. Sudah lama Adam tidak membuatnya karena kesibukan di rumah sakit.

" Terimakasih gadis kecilku yang cantik."

" Cia bukan anak kecil lagi, Uncle...!"

" Iya, ayo bantu Uncle masukkan kuenya ke oven."

Sembari menunggu kuenya matang, Adam dan Alicia sarapan bersama. Ruang makan terasa hening karena mereka sedang menikmati makanan masing - masing.

Usai menikmati sarapan dan mempersiapkan semua bekalnya, Adam dan Alicia segera keluar dari Apartemen untuk berangkat liburan. Alicia sangat menyukai pantai sehingga Adam tak perlu pergi jauh - jauh.

" Uncle, apakah kita akan menginap malam ini?" tanya Alicia.

" Tidak, Cia. Besok pagi Uncle ada pekerjaan penting." jawab Adam.

" Yah... Padahal Cia pengen menikmati malam di pantai."

" Lain kali, sayang. Uncle pasti menyempatkan waktu untuk menemanimu ke pantai lagi di malam hari."

" Uncle tidak bohong, kan?"

" Tidak, Uncle akan melakukan apapun untuk membuatmu bahagia."

" Terima kasih, Uncle. Cia sayang banget sama Uncle Adam."

" Uncle juga sayang Cia."

# # #

Sampai di pantai, Alicia begitu bersemangat berlarian di sepanjang pantai. Seperti anak kecil, ia bermain air dan pasir. Adam hanya mengawasinya saja dari jarak yang tidak terlalu jauh.

" Uncle, ayo main sama Cia...!" teriak Alicia lantang.

" Uncle disini saja, mainlah sepuasmu hari ini." sahut Adam sambil tersenyum.

Alicia membalas senyuman Adam dengan tatapan yang sulit diartikan. Jantungnya berdebar sangat kencang, entah apa yang ia rasakan saat ini.

' Tidak! Ini semua pasti salah. Perasaanku pada Uncle Adam hanyalah sebatas paman dan keponakan ' gumam Alicia lirih.

" Hei... Kenapa melamun! Ayo istirahat dulu, matahari sudah mulai terik. Uncle tidak mau Cia sakit." ujar Adam tiba - tiba seraya meraih tangan Alicia dengan lembut dan tatapan penuh perhatian.

' Ya Tuhan, kenapa perasaanku tidak karuan seperti ini saat berdekatan dengan Uncle Adam? Tidak mungkin aku suka padanya, kan?' lirih Alicia dalam hati.

Entah mengapa Alicia merasa gugup berdekatan dengan Adam kali ini. Padahal mereka sudah sering bersama, bahkan sewaktu kecil Alicia sering tidur satu ranjang dengan Adam.

" Cia... Apa yang kau pikirkan?" ujar Adam heran dengan tingkah Alicia yang aneh.

" Mmm... Eh... Tidak apa - apa, Uncle. Cia tidak memikirkan apapun."

" Apa kau berusaha membohongiku? Dari kecil kau itu selalu bersamaku, mana mungkin Uncle bisa tertipu olehmu?"

" Apa Uncle tahu apa yang Cia pikirkan?"

" Uncle ini dokter bukan cenayang, Cia."

" Ayo duduk disana, Uncle. Cia juga lelah sudah bermain pasir dari tadi." ajak Alicia.

Alicia bergelayut manja di lengan Adam sambil tersenyum. Hari ini ia merasa sangat bahagia bisa menghabiskan waktu berdua bersama Adam. Begitu pula dengan Adam, dia juga merasa senang melihat senyum Alicia yang tanpa beban.

" Minum dulu!" titah Adam saat mereka sudah duduk di tempat yang teduh.

" Cia pengen air kelapa, Uncle. Cia beli dulu, ya?"

" Biar Uncle yang beli, kamu duduk saja disini."

" Baiklah. Terimakasih, Uncle."

Adam segera beranjak untuk mencari penjual air kelapa muda. Saat ini perasaannya sungguh tak menentu saat berdekatan dengan Alicia. Hanya Alicia satu - satunya gadis yang bisa membuatnya tersenyum.

Tak jauh dari tempat duduk Alicia, Adam membeli dua kelapa muda yang sudah diberi sedikit batu es agar rasanya menjadi lebih segar.

" Ini minumnya, Cia." Adam menyerahkan satu kelapa kepada Alicia.

" Terimakasih, Uncle. Cia senang hari ini bisa menghabiskan waktu bersama Uncle lagi."

" Maaf, ya? Uncle akhir - akhir ini sangat sibuk dengan pekerjaan sampai tak ada waktu untukmu."

" Tidak apa - apa, Uncle. Cia paham tanggung jawab Uncle sangat besar terhadap pekerjaan di rumah sakit." ungkap Alicia.

" Gadis kecil Uncle sudah mulai berpikiran dewasa sekarang."

Adam mengacak - acak rambut Alicia gemas lalu menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya. Sangat nyaman rasanya bisa memberikan kasih sayang lebih pada gadis di dalam dekapannya.

" Seandainya nanti Uncle bertemu dengan gadis yang lebih segalanya dari Cia, apakah Uncle akan meninggalkan Cia?" lirih Alicia.

" Bagiku, kau lebih segala - galanya. Jangan berpikir macam - macam, sampai kapanpun kamu tetap kesayangan Uncle, Cia."

" Cia takut kehilangan Uncle, jangan pernah tinggalkan Cia."

" Jangan bicara seperti itu, apapun yang terjadi nanti, kita akan tetap bersama sampai kamu dewasa dan bertemu jodohmu."

Alicia mengurai pelukan Adam dan menatap lekat wajah pria yang berada di sampingnya. Ada rasa sakit dihatinya entah karena apa.

" Jika Uncle yang bertemu jodoh lebih dulu, gimana?"

.

.

TBC

.

.

Perasaan yang berubah

" Jika Uncle yang bertemu jodoh lebih dulu, gimana?" tanya Alicia penasaran.

Adam menghembuskan nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Alicia. Pertanyaan yang cukup sulit untuk ia jawab.

" Kenapa jadi bahas hal yang tidak penting begini, sih? Makan aja ini kuenya sebelum kita cari makan siang." ujar Adam.

" Uncle nggak mau jawab?"

" Cia... Jangan merusak suasana liburan kita."

Alicia sedikit kecewa dengan sikap Adam. Tujuan ia melanjutkan pendidikan di Indonesia adalah karena ingin terus dekat dengan pria itu walaupun ia sendiri tidak tahu perasaan seperti apa yang ia miliki sekarang untuk dokter tampan itu.

" Seandainya_..."

" Sudah, Cia... Uncle nggak mau bahas hal - hal yang tidak penting seperti ini. Paham?"

" Iya, Uncle. Cia minta maaf."

" Jadilah anak yang penurut dan jangan kecewakan Uncle, Cia..."

Alicia bersandar di bahu Adam dengan mata berkaca - kaca. Mengapa ia begitu takut jika suatu saat nanti Adam bersanding dengan wanita lain? Harusnya ia ikut bahagia jika sang paman segera mendapatkan jodoh diusianya yang cukup matang untuk berumah tangga.

" Masa depanmu masih panjang, fokuslah belajar untuk menggapai cita - citamu." lirih Adam.

" Iya, Uncle. Cia akan berusaha semampu Cia untuk tidak membuat orangtua Cia dan Uncle Adam kecewa."

" Gadis pintar."

" Uncle, boleh Cia bertanya sesuatu?"

" Boleh, selama Uncle mampu jawab pasti Uncle akan menjawabnya."

" Benarkah?"

Alicia menegakkan tubuhnya menghadap sang dokter tampan kesayangannya. Dia menghembuskan nafasnya panjang sebelum mengungkapkan pertanyaan yang telah lama mengganjal di dalam hatinya.

" Kesayangan Uncle ini mau minta apa? Kalau butuh apa - apa tidak perlu minta sama orangtuamu, Uncle akan memenuhi semua keinginanmu selama disini bersama Uncle."

" Mmm... Apakah Uncle Adam saat ini punya seseorang yang special dalam hidup Uncle?"

" Tentu saja. Pertama adalah ibu, kedua itu kamu." ungkap Adam dengan senyum lebar.

" Maksud Cia bukan begitu, Uncle."

" Jangan berpikir macam - macam, Cia. Dalam hati Uncle hanya ada Alicia dan ibu."

Adam berdiri menghadap lautan. Rasa yang aneh menghinggapi relung hati terdalam pria itu. Kenapa semakin lama perasaannya berubah pada Alicia.

" Maafin Cia, Uncle. Cia nggak bermaksud ragu dengan kasih sayang Uncle."

" Tidak apa - apa, sayangnya Uncle. Mau jalan - jalan sebentar sebelum makan siang?" Adam mengulurkan tangannya pada Alicia yang ikut berdiri di sampingnya.

" Baiklah, kita berkeliling di pantai sebentar." Alicia menyambut uluran tangan Adam.

Adam dan Alicia bergandengan tangan menyusuri pantai. Bagaikan sepasang kekasih , mereka terlihat begitu bahagia menikmati waktu berdua dengan tertawa dan bercanda.

Tak ada yang tahu apa yang sebenarnya mereka rasakan saat ini. Sekuat apapun mereka menyangkal dalam hati, namun kedekatan mereka bukan lagi selayaknya paman dan keponakan.

# # #

" Uncle, Cia mau ikan bakarnya." rengek Alicia.

Mereka kini sedang berada di restoran dekat pantai. Alicia yang awalnya memesan lobster dan kepiting malah meminta ikan bakar milik Adam.

" Kenapa tadi nggak pesen ikan juga, Cia?" ujar Adam sambil tersenyum.

" Hehee... Tadi nggak kepikiran makan ikan, Uncle."

" Yaudah, kamu makan yang banyak biar sehat."

" Uncle makan punya Cia, ya?"

" Iya, biasanya juga begitu."

Suasana cukup hening saat mereka menikmati makanan masing - masing. Adam beberapa kali menyuapi Alicia seperti yang sering ia lakukan sewaktu gadis itu masih kecil.

" Uncle belum punya niatan untuk menikah, ya?" tanya Alicia di sela - sela makannya.

" Hmm... Belum ada gadis yang cocok sama Uncle." jawab Adam asal.

" Seperti apa kriteria calon istri yang Uncle inginkan?" cecar Alicia serius.

" Yang cantik dan manis seperti kamu." sahut Adam sambil tertawa.

" Uncle jangan bercanda," sungut Alicia.

" Hahahaa... Yaudah, habiskan makanannya terus kita cari tempat istirahat yang nyaman biar nanti sore bisa berkeliling di pantai lagi. Atau kamu mau main jetski?"

" Nggak, Uncle. Cia sebenarnya pengen ke Raja Ampat."

" Iya, nanti kalau Uncle tidak sibuk kita kesana."

' Entah mengapa perasaanku jadi berubah terhadapmu. Namun aku tidak yakin dengan rasa itu. Mungkin kebersamaan kita yang sudah sekian lama, membuatku nyaman saat bersamamu' batin Adam.

" Uncle, kenapa melamun? Apa permintaan Cia terlalu berlebihan?"

" Tidak, Cia. Uncle hanya sedikit lelah dan pengen rebahan."

" Yaudah, kita sewa kamar aja buat istirahat. Cuaca juga sedang panas, kita kembali nanti sore."

" Baiklah, pesan satu kamar saja. Kita juga cuma beberapa jam disana."

Usai menghabiskan makanannya, Adam dan Alicia pergi ke hotel yang tak jauh dari restoran. Mereka sudah memutuskan untuk istirahat sejenak sebelum melanjutkan liburannya.

" Uncle_..."

" Diamlah sebentar, Uncle mau tidur dulu. Bangunkan saat waktu sholat ashar."

" Iya, tapi kalau Cia juga nggak ketiduran."

Alicia memang sudah berpindah keyakinan sejak kuliah di Indonesia. Sejak kecil hidup bersama Adam, Alicia memang sudah tertarik dengan keyakinannya namun masih ragu untuk mengikutinya.

Alicia rebahan di sofa sambil bermain game di ponselnya, sementara Adam sudah terlelap di kasur. Pria itu sepertinya memang benar - benar lelah.

# # #

Sementara di Jepang, Jonathan dan Ayumi sedang duduk di balkon kamarnya. Di tengah kesibukannya bekerja, Jonathan selalu menyempatkan waktu untuk bersama istrinya karena semenjak Alicia memilih untuk melanjutkan pendidikan di Indonesia.

" Sayang, apa yang kau pikirkan?" tanya Jonathan pada sang istri.

" Alicia sudah hampir satu tahun tidak pulang, apa dia baik - baik saja disana?" ungkap Ayumi.

" Mommy jangan khawatir, Alicia pasti baik - baik saja. Disana ada Adam yang akan menjaganya."

" Daddy percaya pada Adam?"

" Maksud Mommy, apa? Adam itu sudah lama bersama kita, apa yang kita ragukan darinya?"

" Putri kita sudah dewasa, Dad... Aku tahu sejak lama kalau Alicia itu sangat dekat dengan Adam, bagaimana kalau mereka saling suka sebagai pasangan?"

" Tidak mungkin, usia mereka terpaut jauh. Adam tidak akan menghianati kita."

Jonathan juga sebenarnya khawatir dengan hubungan Alicia dan Adam. Namun begitu, Jo tidak ingin mengungkapkannya di depan sang istri. Mungkin ia akan meminta Rifky atau Johan untuk memantau keadaan putrinya.

" Tapi... Sebenarnya Cia pernah bilang kalau dia menyukai Adam. Entah itu perasaan seperti apa, aku tidak mengerti." ungkap Ayumi.

" Ya sudah, kita bisa berkunjung ke Indonesia nanti." ujar Jonathan.

" Janji...? Aku sangat merindukan putriku. Arata juga jarang sekali di rumah, dia lebih suka tinggal di Apartemen."

" Anak kita tahu kalau orangtuanya ingin berduaan."

Jonathan mendekap erat tubuh sang istri. walaupun anak - anak mereka sudah besar, namun itu semua tak memudarkan kemesraan mereka. Justru pasangan suami istri itu terlihat semakin harmonis.

" Sayang, kita buat adik Arata, yuk? Biar rumah rame lagi." bujuk Jonathan.

" Jangan aneh - aneh! Umur kita sudah tua, sudah pantas punya cucu." sungut Ayumi.

" Tua dari mana? Usia kita baru 40'an, masih bisa punya anak tiga."

" Apa sih? Aku tidak mau punya anak lagi!"

Jonathan mendekap istrinya semakin erat lalu mengangkat tubuhnya untuk dibawa masuk ke dalam kamar. Malam ini akan menjadi malam yang panjang untuk mereka.

.

.

TBC

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!