...Tuhan menciptakan dunia dengan dua macam jenis. Perbedaan itu lah yang menjadikan dunia semakin indah. Inilah kisah tentang dua insang yang berbeda yang terpadu menjadi satu....
...Happy reading.....
Hujan mengguyur seluruh lapisan bumi tiada henti hingga sinar matahari yang berusaha menembus awan mendung yang menyelimuti seluruh permukaan langit.
Anta terbangun dari tidur lelapnya. Matanya perlahan mengerjap terbuka namun.. terjingkat tatkala ada sesosok asing yang tak ia kenali menghuni kamarnya.
Sesosok rupawan yang ketampanan nya mengalahkan Dewa Yunani yang terkenal keindahan nya nyatanya tak sebanding dengannya.
Bukannya terpesona. Anta mengambil bantal memukul dan menendang nya hingga.. "bruk aw!" terdengar suara orang jatuh dengan keras diikuti suara teriakan kesakitan, menggema di seluruh ruangan kamarnya yang tak lain dan tak bukan adalah Arav Suaminya sendiri.
"Berani-beraninya kau memukul dan menendang ku!" kata Arav dengan bengis sambil memegang area pinggang kebawah yang terasa sakit dengan pandangan tertuju ke bawah.
Anta mendengar perkataan suaminya berjalan mendekat, berjongkok, mensejajarkan tubuhnya pada Arav yang terduduk dilantai lalu mencekram baju tidur dengan model kimono yang dikenakan Araf "harusnya tadi aku langsung membunuhmu! tidak hanya menendang mu! berani-beraninya anda tidur di kasur yang sama dengan ku!!" marah Anta dengan biji mata yang hampir keluar.
Arav yang semula melihat ke bawah terkejut bukan main lantaran ketahuan menyelinap ke dalam kamar Istrinya dan parahnya ia sampai ketiduran aduh! ketahuan.. bagaimana aku bisa ketiduran semalam.
Namun rasa khawatirnya seketika hilang sepersekian detik kemudian, Arav terpesona seketika, tatkala fitur wajah teramat cantik mendekat dengan jarak hanya sepuluh senti darinya.
Bukannya marah atas tindakan Istrinya yang berani-beraninya menendang dan berkata kasar padanya namun, pandangan Arav dengan lancangnya menyusuri setiap inci wajah menawan di depannya hingga pandangannya semakin rakus saja menuju area bawah.
Leher, tulang selangka yang indah dan ah.. pandangan nya semakin tak terkendali tatkala melihat buah dada Istrinya yang terlihat menyembul meskipun hanya sedikit namun, mampu membangkitkan juniornya seketika.
Oh ****! makinya pada dirinya sendiri. Maksud hati ingin berhenti menikmati pemandangan surga dunia di depannya namun matanya tak bisa berhenti menelusuri setiap inci tubuh Istrinya.
Gak papa kan? sangkalnya Istri sendiri jelas halal ya kan? kilahnya.
Anta semakin geram saja ketika ia menyadari arah pandang Arav tengah menelusuri setiap inci tubuhnya. "Duak!! aw!!!" terdengar keras teriakan Desi setelah Anta membenturkan jidat keduanya.
"Dasar mesum!" kata Anta dengan marah.
Anta bangkit berdiri namun tangganya ditarik Arav dan ia jatuh menimpa tubuh nya.
"Mesum dengan Istri sendiri boleh kan?" kata Araf dengan menaik turunkan alisnya.
"Istri? Siapa anda. Nyatanya saya tidak mengenal anda sama sekali! jangan ngaku-ngaku ya.." sangkal Anta meskipun sebenarnya ia tau bahwa laki-laki di depannya adalah Suaminya. Huh! Enak aja.. tiga bulan yang lalu tidak mengakui ku sebagai Istri. Ini.. tiba-tiba datang bak Suami teladan pula.
"Lepaskan saya Tuan!" kata Anta dengan tubuh mengeliat diatas Arav mencoba melepaskan diri darinya.
"Jangan bergerak Wulan! jika kau tak ingin aku memakan mu sekarang juga!"
Anta berhenti seketika, ketika ia mendengar kalimat keramat memakan dalam artian lain.
Netra Arav memandang Anta dengan lekat "apa kau tak mengingat ku Wulan?" tanyanya dengan suara lirih.
"Siapa anda.. ini adalah pertemuan pertama kita!"
"Aku Suami mu Wulan"
Sekelebat ingatan Anta teringat akan peristiwa yang membuatnya hancur berkeping-keping. Bukan ingatan tentang Arav namun pernikahan paksa yang harus ia jalani.
Dengan gaun putih yang membalut tubuhnya. Ia berdiri di altar hampir satu jam lamanya hingga Kaki nya terasa sakit akibat berdiri terlalu lama ditambah high heels yang ia kenakan memperparah kondisi kaki nya.
Cacian para tamu undangan yang masih kerabat Ibu tirinya, mengolok-olok Anta karena ketidak hadiran calon Suami pada hari pernikahannya.
Suami yang kabarnya tua dan berwajah mengerikan pula.
Satu jam telah berlalu Anta menunggu hingga akhirnya terdengar langkah kaki terburu-buru datang mendekat. Pria dengan setelan jas hitam dengan kaca mata bertengger di atas hidung menambah kesan bahwa ia bukan orang biasa.
Ia menyampaikan bahwa Tuan nya tidak bisa hadir dalam pernikahan ini. Oleh karenanya pernikahan dilaksakan secara virtual.
Bagai tersambar petir Anta mendengar perkataan laki-laki di depan nya. Hatinya serasa hancur berkeping-keping. Sebegini tidak berharganya aku hingga diperlakukan seperti ini kata nya dalam hati dengan air mata menggenang di pelupuk matanya.
Anta semakin membenci laki-laki di depannya. Ingatan tiga bulan lalu yang berusaha ia kubur segar kembal begitu juga dengan luka di hatinya ketika Arab kembali menampakkan dirinya dihadapannya.
"Oh.. ternyata anda seseorang yang mengucapkan janji suci itu. Laki-laki yang tak sudi datang ke acara pernikahan nya sendiri dan meninggalkan Istrinya di malam pertama pernikahan hingga tiga bulan lamanya" kata Anta dengan raut wajah marah, sedih bercampur menjadi satu.
Arav yang mendengar perkataan Anta seketika pelukan erat pada pinggang Anta mengendur karena rasa bersalah yang menghinggapi hatinya.
Anta melepaskan tangan Arav yang melingkar di pinggang nya lalu bangkit berdiri menjauhi Arav.
"Maaf!" ucap Arav dengan permohonan tulus darinya.
"Apakah permintaan maaf anda bisa mengembalikan semuanya! kita jalani saja semua seperti kehendak anda yaitu menganggap saya hanya lah sebagai Istri di atas kertas saja" ucap Anta dengan tubuh berbalik dengan air mata menetes di pelupuk matanya.
"Apa yang harus ku lakukan agar kau bisa menerima ku menjadi Suamimu Wulan"
"Tidak ada dan tidak perlu. Kita jalani semuanya seperti ini saja, keluar dari kamar saya! tidak seharusnya kita bertindak intim seperti pasangan suami-isteri yang sebenarnya."
"Tidak Wulan! kita adalah Suami-isteri sah secara agama dan Negara!
"Ya saya tidak menyangkalnya.. namun hal itu hanya diatas kertas saja. Bagi saya kita hanya lah dua orang asing saja"
"Bagiku.. kamu adalah Isteri ku sesungguhnya. Maafkan kesalahan ku telah mengabaikan mu, mulai sekarang aku akan berjuang untuk mendapatkan cinta mu, hati mu dan mempertahankan mahligai pernikahan kita"
"Sayangnya.. aku tak sudi menerima mu!" melangkah berbalik pergi menuju kamar mandi "dan pergilah dari kamar ku! tentunya anda tau bukan.. dimana letak pintu kamar ini berada" sindirnya lalu melanjutkan langkah menuju kamar mandi.
Arav mematung di tempat mendapatkan penolakan secara terang-terangan dari gadis yang telah menjadi Isterinya hingga tubuh Isterinya tak terlihat lagi.
Tubuh Anta merosot kebawah, dibalik pintu kamar mandi. Tangisnya pecah dengan gigitan pada bibirnya agar tak ada yang mendengar isak tangisnya
Ia benci terlihat lemah seperti ini.
Setelah Anta merasa tenang, Anta berjalan menuju shower dan mengguyur dan membersihkan seluruh tubuhnya.
Setelah selesai Anta menarik handle pintu lalu keluar dari kamar mandi.
Tubuh Anta membeku di tempat. "Kau!" tunjuknya dengan jari telunjuknya "keluar!"
Arav berjalan mendekat memegang tangan Anta lalu ia masukkan dalam mulut dengan gerakan sensual dan mencium punggung tangan Anta.
Mata Anta membulat terkejut.
"Kelu.." suara Anta terhenti karena dengan cepat Arav mencuri ciumannya dan berkata "sexy"
Anta memukul dada bidang Arav berulang kali.
Arav menangkap kedua tangan Anta "tidak ada yang pernah menolak ku selama ini dan kamu yang pertama melakukan my wife.. terima atau tidak mulai sekarang aku akan mengejar mu" kata Arav berbalik pergi keluar kamar Anta.
"Siapa yang Istri mu.. aku tidak mengakui itu dan tidak ada yang bisa memaksaku" kata Anta dengan berteriak agar Arav mendengar apa yang ia katakan.
Flashback
Arav mendapat kabar dari anak buah nya. Bahwa.. gadis yang selama ini ia cari ternyata berada didekat nya, bahkan telah menjadi Isterinya.
Arav berlari sambil memerintahkan asistennya melalui handphone untuk menyiapkan helikopter pribadi terbang segera menuju dimana kediaman nya berada.
Arav mendarat tepat diatas Mansion dan berharap Istrinya tak terbangun malam ini.
Setelah kakinya mendarat dengan sempurna ia langsung berlari menuju kamar dimana Istrinya beristirahat.
Pikiran dan hatinya berkecamuk karena rasa takut dan khawatir menghinggapi hati nya.
Di depan pintu kamar Anta. Arav menenangkan hati karena rasa gugup yang mendera. Setelah tenang.. ia menarik handle pintu, masuk ke dalam kamar berjalan mendekati ranjang dan berhenti di dekat tubuh Istrinya.
Arav beranjak naik ke atas ranjang lalu mendekat dan merapikan rambut yang menutupi wajahnya Istrinya dengan gerakan lembut penuh rasa cinta.
Air mata menggenang di pelupuk mata, jatuh menetes karena rasa bahagia yang tiada tara karena, telah dipertemukan dengan belahan jiwa yang selama ini ia cari keberadaan nya.
"Lima tahun aku mencari mu.. namun tanpa ku ketahui ternyata kamu telah berada disisi ku bahkan kini menjadi Istri ku. Apa kau tau apa yang ku rasakan.. bahagia, takut, khawatir melebur menjadi satu. Entah apa yang nanti aku lakukan untuk meluluhkan hati mu yang tanpa sengaja ku torehkan luka mendalam disana" kata Arav sambil membaringkan tubuhnya memeluk Anta dan tak lama kemudian ia tertidur di ranjang yang sama yang keesokan harinya mendapatkan tendangan maut dari Istrinya.
**
Tengah malam, sepulang kerja. Mobil Arav berhenti di area parkir. Setelah memarkirkan kendaraannya, Arav berjalan masuk ke Mansion menuju kamar favoritnya.
Bukan lagi kamar utama yang biasa ia tempati. Namun, kamar Istrinya Anta.
Istri? ya sekarang Ia telah mengakui Anta sebagai Istrinya setelah ia mengetahui kebenaran bahwa gadis yang selama ini ia cari ternyata ada didekatnya bahkan telah menjadi Istrinya.
Kini, ia hanya bisa tersenyum kecut lantaran penolakan yang Istrinya lakukan akibat kebodohan nya.
Sekarang statusnya hanyalah Suami yang tak diinginkan, betapa mirisnya.
Arav telah sampai didepan kamar dimana Istrinya berada. Tangannya terulur membuka handle pintu. Namun.. terkunci. Seketika Arav tertawa.
Arav merogoh handphone yang berada di saku celananya dan menghubungi Kepala pelayan.
Tak berselang lama Kepala pelayan datang dengan tergopoh-gopoh dengan segera menyerahkan kunci cadangan membungkuk dan kembali setelah Arav menyuruhnya pergi dengan lambaian tangan.
Arav membuka pintu dengan kunci yang ada ditangannya. Namun, ada sesuatu yang menghalangi pintu terbuka.
"Oh.. ****!" Arav berbalik berjalan memasuki kamarnya. Berjalan ke balkon melompat ke balkon kamar Anta. Arav membuka jendela dengan perlahan dan klak jendela terbuka.
Senyum lebar nampak jelas di bibirnya.
Arav masuk kamar Anta dengan perlahan berjalan perlahan mendekat ke arah ranjang. Nampak sosok yang terbaring terlihat jelas, pandangan nya terpaku oleh sosok cantik dan seksi.
Oh inikah alasannya.. Istrinya mengunci pintu hingga mengganjalnya dengan meja pula.
Ia merasa mendapat jackpot, sedikit kesulitan terbayar dengan sangat memuaskan.
Arav menelusuri setiap jengkal tubuh Istrinya tanpa sadar, ia berjalan mendekat, mendekatkan wajahnya dan cup. Lalu berdiri memposisikan dirinya seperti semula.
"Ah kenapa.. aku seperti pencuri saja" gumamnya.
Ciuman singkat yang ia lakukan seperti dahaga yang tak terpuaskan. Arav naik ke ranjang mencium Anta lagi. Ciuman yang mulanya perlahan semakin menuntun karena hasrat yang tak bisa ia tahan hingga sapuan bibirnya turun semakin ke bawah.
Namun aktifitas nya terhenti karena dorongan tangan Anta setelah ia terbangun dari tidurnya.
"A apa yang kamu lalukan! bukankah kemarin dengan jelas aku menolak mu!" kata Anta dengan tatapan nyalang menandakan ia marah.
Arav memperbaiki posisi tubuhnya yang sebelumnya tengah berjongkok diatas tubuh Anta. Dan duduk di sebelah Istrinya.
Sedangkan Anta menatap Arav dengan tatapan tajamnya sambil tangan bersedekap di depan dadanya waspada ditambah dengan sorot mata memperlihat kan tatapan permusuhan pada Suaminya sendiri.
Kenapa bisa sampai ketahuan.. kata Arav merutuki dirinya sendiri lantaran tak mampu menahan hasratnya tadi.
"Apa yang kamu lakukan!" ulang Anta lagi.
"Menunaikan nafkah batin pada Istriku" kata Arav mantap. Namun pandangan nya teralihkan tatkala ia melihat paha mulus Istrinya terekspos karena gerakan Anta yang tak sengaja membukanya.
Anta semakin geram, tangannya meraih selimut membungkus tubuhnya, berlari mengambil baju lalu bergegas masuk kamar mandi "brak" pintu tertutup dengan begitu keras.
Anta berdiri di depan dinding yang secara keseluruhan berupa cermin yang memantulkan bayangan tubuhnya setelah ia melepas selimut yang membungkus seluruh bagian tubuhnya.
Banyak tanda merah menghiasi leher dan area dadanya. "Dasar cabul" gumam Anta dengan lirih sambil menggosok area yang tercetak merah keunguan di tubuhnya.
"Kenapa tidak bisa hilang.." Anta akhirnya menyerah juga setelah beberapa saat berusaha menggosoknya namun tidak hilang juga.
Anta membilas tubuhnya dan berpakaian segera karena teringat belum membuat perhitungan pada Arav suami mesumnya.
Ceklek.. pintu kamar mandi terbuka dan Anta berjalan dengan cepat menghampiri Arav mengangkat tangan memukul dada bidang Suaminya dengan kedua tangannya.
Anta menangis dan Arav memeluk tubuh Anta yang tengah bergetar karena isak tangis nya.
"Kamu jahat! hiks, brengsek!, cabul! hiks" kata Anta dengan makian yang ia lontarkan disela tangisnya.
Arav masih diposisi sama memeluk Anta dengan sabar menunggu Anta tenang.
Seperempat jam kemudian tangis Anta reda. Ia segera mendorong tubuh Arav setelah menyadari bahwa mereka tengah berpelukan dan parahnya ia juga membalasnya.
Seketika pipi Anta memerah ditambah lagi tubuh bagian atas Arav polos tanpa baju yang melekat ditubuhnya.
"Maaf" sambil mendekati Anta yang berjalan mundur menjauhi Arav "Tadi kebablasan" katanya lagi.
"What!" pekik anta seketika apa maksudnya coba?
"Tadinya hanya ingin liat kamu.." mendekat berbisik sambil berkata "besok-besok jangan pakek baju seksi lagi, takut khilaf akunya"
Mata Anta melotot mendengarnya.
"Kecuali kamu sudah siap bercinta" tambahnya lalu berbalik pergi keluar kamar Anta meninggalkan Anta yang dalam kondisi tubuh merinding karena hembusan nafas yang sengaja ditiupkan ke daun telinga Anta.
"Brengsek!" umpat Anta, karena kesal luar biasa.
Arav berjalan masuk kamar dengan langkah kasar berlari menuju kamar mandi.
Bajunya terlepas bercecer di lantai tanpa ia hiraukan. Guyuran air shower membasahi tubuhnya yang memanas akibat mendekati Anta.
Niat nya hanya ingin menggoda Istrinya tapi malah berakhir dengan dirinya yang terbakar gairah. Aku bisa gila.. jika melihat Istriku dengan dress rumahan saja gairahku memuncak seketika.
Sedangkan Anta memukul-mukul bantal yang di pegangnya melampiaskan amarahnya seakan bantal itu adalah Arav Suaminya.
"Dasar suami durhaka bruk jahat bruk kejam bruk mesum bruk bajingan katanya dengan gerakan tangan memukul bantal di tangannya.
Setelah memukul bantal meluapkan emosinya nyatanya hatinya masih tak tenang merasa terancam. Anta menghentak-hentakkan kakinya kesal karena usahanya sia-sia.
"Pintu udah ku kunci, di ganjal dengan meja juga udah tapi si mesum itu masih bisa masuk aja, apa dia jin yang menyamar jadi manusia" katanya dengan posisi berjalan mondar-mandir dengan sesekali menghentakkan langkahnya karena kesal luar biasa.
Tubuhnya merinding seketika "takuuuut" katanya sambil berlari menuju ranjang bersembunyi di balik selimut tidur lagi setelah ia lirik jam yang terpampang didinding masih menunjukkan pukul dua dini hari.
Perlahan kelopak matanya terasa berat dan Anta akhirnya tertidur juga.
Sedangkan Arav yang telah selesai mandi dengan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya berjalan keluar lalu masuk ke kamar Anta. Namun kali ini berbeda karena pintu itu tidak lagi terkunci seperti sebelumnya.
Bibir Arav terangkat membentuk senyuman mengingat ulahnya tadi, membuang kunci kamar Istrinya beserta benda-benda yang bisa digunakan Istrinya untuk mengganjal pintu lagi.
Arav naik keatas ranjang berbaring disana sambil memeluk tubuh Anta yang telah tidur dengan lelap.
_________
Keesokan harinya.
Arav terbangun lebih dulu, berjalan keluar dengan perlahan dengan tubuh bertelanjang dada dengan handuk mandi menutupi tubuh bagian bawahnya.
Dengan perlahan ia menutup pintu berbalik pergi menuju kamarnya.
Di balik pilar seorang pria paruh baya tersenyum, melihat kelakuan Tuan mudanya yang tengah di landa asmara. Mengambil handphone "Tuan ada berita baik, Tuan muda keluar dari kamar Istrinya. Mudah-mudahan segera ada Tuan muda junior" katanya pada sosok di sebrang sana.
Tut panggilan ditutup. Laki-laki tadi yang tak lain adalah Kepala pelayan berbalik pergi untuk kembali bekerja.
Jam menunjukkan pukul lima pagi. Anta terbangun dari tidurnya. Membersihkan diri lalu turun kebawah membuat sarapan.
Tangannya berkutat dengan peralatan dapur dengan cekatan.
"Ya Nek.. Anta kangen juga" katanya pada seseorang yang tengah video call dengannya.
Tangan Anta bergerak lincah menuntaskan masakannya dengan canda tawa mengiringinya.
"Sayang.. siapa cowok ganteng di belakang mu?"
Deg. Jantung Anta memompa dengan cepat lantaran pertanyaan Neneknya yang mengejutkannya bahkan tubuh nya kaku seketika.
Arav berjalan mendekat. Memposisikan wajahnya di depan layar "Halo selamat pagi Nek.. saya Arav, pejuang cinta Anta cucu Anda" ekor matanya melirik Istrinya dengan senyum ramah pada Nenek Anta.
Sedangkan mata Anta mendelik seketika lengkap dengan bibir manyun nya.
"Hahaha.. benarkah? perkenalkan saya Nenek Anta dan selamat berjuang! kalau kamu bisa tentunya!" hahaha.. tawa sang Nenek lagi mengingat perjalanan kisah asmara cucunya yang luar biasa apalagi ia melihat interaksi keduanya.
"Restunya ya Nek?"
"Bisa jadi.. jika kamu bisa mengambil hatinya aja. Cucu Nenek limited edition soalnya" Hahaha tawa Nenek dan Arav bersamaan.
"Nenek!" pekik Anta.
"Selamat berjuang ya.. hati-hati banyak saingan nya!!"
Arav manggut-manggut sebagai jawaban sambil tersenyum. Tidak tau aja cucunya udah dalam tahanannya.
Klik panggilan telpon berakhir.
Bibir Anta semakin manyun sebenarnya siapa cucunya, Nenek menyebalkan. Gumamnya dalam hati mematikan panggilan telp tanpa berpamitan pada cucunya.
Anta yang tengah melamun "cup" ciuman mendarat di bibirnya dengan segera Arav berlari menuju meja makan, sambil berteriak "morning kiss my wife"
"Argh.. mesum!" pekik Anta sambil mengusap pipinya dengan punggung tangannya.
Sedangkan Arav tertawa pongah melihat reaksi Istrinya.
Satu jam kemudian. "Selesai" kata Anta dengan senyum mengambang disana lantaran menu barunya berhasil dengan memuaskan dengan hasil yang nampak menggiurkan mata dan lidahnya tentunya.
Anta menata hasil masakannya di meja makan tanpa menghiraukan Arav yang tengah menatapnya wira-wiri bolak-balik mengambil dan menyiapkan di atas meja.
Beberapa saat kemudian makanan tersaji di meja makan.
Anta memasukkan makanan ke mulutnya namun berhenti seketika, karena tatapan Arav padanya.
Arav tersenyum bahagia. Namun sedetik kemudian senyuman itu sirna karena Anta pergi dari meja makan lengkap dengan piring ditangannya.
Malangnya nasib Suami yang tak diinginkan rutuk nya dalam hati sambil menggigit sendok tanpa ada makanan disana.
Makanan yang tersaji di meja tak lagi enak dimatanya lantaran sang Istri pergi sebagai tanda bahwa masih belum menerima dan memaafkannya.
Ia ingin dilayani sebagaimana layaknya Suami pada umumnya.
Arav beranjak pergi menuju kantor dengan wajah lesu karena rasa kecewa ditambah dengan rasa lapar yang mendera.
Suara deru mobil menandai keberangkatannya.
Sedangkan dibalik tirai jendela kamar. Anta melihat kepergian Suami mesumnya dengan tak tega sebetulnya.. namun ia abaikan lantaran rasa sakit dihatinya atas perlakuan sang Suami di masa lalu padanya.
Hati siapa yang tak sakit, dinikahkan oleh Ayahnya sebagai ganti hutang dan nyawa yang nyatanya hanyalah alasan menipunya untuk mendapatkan kekayaan.
Dan Suami yang ia harapkan bisa menerima dan memberi kebahagiaan nyatanya meninggalkan nya karena ada nama wanita lain di hati Suaminya.
Bukan kah bukan salahnya juga tidak mengakui seorang Suami yang mencintai wanita lain.
"Kenapa tidak minta makan sama pacarnya saja kenapa juga harus dengan ku yang seorang Istri diatas kertas huh.." sungut Anta lalu berjalan menuju makanan yang ia tinggalkan karena melihat kepergian Arav di balik jendela.
_________
Perusahaan Abelard.
"Makanannya terasa lezat" kata Arav mengingat makanan yang tersaji di meja makan Mansionnya. Seharusnya aku makan saja tadi, menyesal kan sekarang.. katanya dalam hati sambil memakan makanan yang tersaji di depannya dengan ogah-ogahan.
Meskipun dibeli di restoran bintang lima namun entah kenapa tak membuat Arav berselera.
"Tuan.. haruskah saya mengganti makanan Anda?"
"Tak perlu.." ucapnya dengan nada acuh tak acuh.
Makanan yang ada didepannya terpaksa ia telan saja karena perutnya terus berdemo minta jatah makanan. Namun baru lima suap nyatanya ia menyerah.
"Singkirkan.." katanya pada asistennya.
Dante mengangguk melambaikan tangan pada office boy yang kebetulan ada disana untuk membereskan sisa makanan Tuannya.
"Katakan segala hal tentang Istriku"
Dante menceritakan awal mula terjadinya pernikahan Arav dan Anta. Perjanjian di Hotel Century.
Anta tiba di Hotel Century dan Dante menyambut nya dengan baik. Sekilas mata Dante terkagum akan sosok calon Istri Tuan mudanya, Ia nampak dingin namun bermartabat dengan tampilan mempesona yang tak akan bisa dilupakan oleh siapa saja yang melihatnya.
Dante memberi hormat pada Antakawulan calon Istri Tuan mudanya pewaris Dinasti Abelard.
"Apakah anda Nona Anta?" tanya nya.
"Ya" jawab Anta.
"Perkenalkan nama saya Dante Assegaf, Asisten Tuan Arav Ellworth Abelard" katanya sambil membungkukkan badan.
"Mari Nona" katanya meminta Anta untuk mengikutinya menuju ruang VVIP.
Anta mengikuti kemana langkah kaki pria didepannya membawanya.
Dimasukinya ruangan dengan disain elegan serat dengan kemewahan dengan warna gold yang mendominasi setiap sisi ruangan.
Anta semakin yakin jika kolega bisnis sang Ayah bukan orang sembarangan, lantas pantaskah jika ia menjadi wakil dalam pertemuan ini.
Kegugupan melanda hatinya, ia meremas kain rok dibawah tangannya yang ia sembunyikan di balik meja.
Tak berselang lama pintu ruang terbuka dari luar. Ia berjalan masuk membisikkan pesan pada laki-laki yang duduk di depan Anta. Laki-laki itu mengangguk paham. Tak berapa lama laki-laki pengantar pesan itu keluar menyisakan Anta dan laki-laki didepannya yang tak lain adalah Dante Assegaf.
Tangan laki-laki itu terulur "menyodorkan secarik kertas di depan Anta.
Anta meraih dan membacanya. Wajah Anta berubah merah menandakan ia marah.
"Biadab!" umpatnya pada laki-laki didepannya sambil berdiri dan memukul meja didepannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!