NovelToon NovelToon

Reflection

Prolog

..."An Yang, kauharus pergi ke istana kekaisaran. Mereka memintamu sebagai imbalan untuk kemerdekaan bangsa kita."...

..."Ayah menggadaikanku?"...

...'PLAK!'...

..."Jaga ucapanmu! Ini memang tugasmu sebagai seorang Tuan Putri. Berkorbanlah untuk rakyatmu dan keluargamu! Jangan terus menjadi sosok yang tidak berguna, An Yang!"...

.........

..."Ayahku menggadaikanku. Lantas apa artiku di matanya? Segala pengorbananku selama ini, lantas dianggap apa? Kenapa harus aku yang mereka minta?"...

.........

..."Aku akan pergi."...

..."Berhati-hatilah dan jaga dirimu. Maaf, aku tak bisa menyelamatkanmu dari pernikahan itu. Kemerdekaan kita dipertaruhkan."...

.........

..."Apakah kau Constantine Yang, Nona?"...

..."Iya, siapa namamu?"...

..."Faramir, namaku Faramir Young."...

.........

..."Mau membuat sebuah perjanjian denganku?"...

..."Perjanjian? Perjanjian apa?"...

..."Aku belum tahu itu apa. Namun aku ingin kita bekerja sama dan saling melindungi. Yang terpenting, selama kita menikah, kautak boleh bersama wanita lain."...

..."Bagaimana jika aku tetap melakukannya?"...

..."Menjadi malaikat mautmu adalah hal yang mudah bagiku."...

.........

..."Aku pria cacat. Seharusnya kautidak bersamaku. Masih banyak pria di luar sana yang pantas untukmu."...

..."Kenapa mengatakan itu?"...

..."Karena memang begitulah kenyataannya. Bagaimana jika kita bercerai? Aku akan mencoba mengatakannya kepada—"...

..."Hentikan omong kosongmu. Aku tahu siapa yang pantas untukku. Hanya fisikmu yang lemah, tapi tidak dengan kecerdasanmu. Aku juga sudah berjanji untuk memberikan kesembuhan untukmu, bukan?"...

.........

..."Apa yang kaulakukan? Kaumembuatku malu dengan menunjukkan kemesraan di depan umum."...

..."Malu? Kaumalu bersamaku?"...

..."Aku tahu apa yang kaupikirkan. Tapi bukan seperti itu yang aku maksud."...

.........

..."Aku mencintaimu. Mari hentikan perjanjian konyol ini dan tetap saling melindungi dengan ketulusan dan kasih sayang yang sesungguhnya ...!"...

..."Tin'er, kauyakin ingin bersama pria cacat nan buruk ini? Kauberhak mendapatkan pria yang lebih sempurna dariku."...

..."Tak ada yang benar-benar sempurna. Tapi kautelah membuktikan kepadaku, bahwa kaumampu mengatasi ketidaksempurnaanmu."...

.........

..."Ayo berjuang bersama! Mari kita hadapi semua ini!"...

..."Tak ada yang bisa memisahkan kita, Tin'er!"...

.........

..."Lihat, kausudah sembuh! Tak lama lagi, wajahmu akan menjadi rebutan semua wanita. Tapi kalau kauberani mengkhianatiku, akan kupastikan kematianmu."...

..."Tak akan karena aku milikmu dan kaumilikku."...

.........

..."Tampanku!"...

..."Cantikku!"...

.........

..."Kita akan mati bersama."...

..."Terdengar lebih menyenangkan daripada harus hidup tanpamu."...

..."Mari melompat ke lembah ini bersama-sama. Aku sudah muak dengan semua drama ini!...

.........

..."Nona Constantine Yang dan Tuan Faramir Young melompat ke dasar lembah yang dalam. Kemungkinan, mereka sudah mati, Tuan ...!"...

..."Cari jasad mereka! Mereka bukan orang sembarangan. Jika ternyata mereka masih hidup, mereka bisa mengancam keberadaan kita."...

...««« PRAKATA »»»...

Seperti laut yang selalu berombak. Seperti angin yang selalu berembus. Seperti mentari yang akan selalu menyinari dunia di sepanjang masanya. Seperti sang candra yang bersinar mulia pada setiap kehadirannya. Maka seperti itulah semesta yang tak pernah lelah memberikan kisahnya.

Kebahagiaan adalah hak setiap orang. Namun penderitaan juga punya tempat di setiap kehidupan manusia. Insan sial mana yang tak pernah merasakan rasa sakit?

Ia selalu yakin, bahwa rasa sakit tak ada untuk menyakiti kita, melainkan untuk melindungi. Agar kita menjauhi rasa sakit itu dan tak membawa diri kita ke malapetaka.

Yin-yang ialah filosofi yang berarti tak ada yang benar-benar baik dan tak ada yang benar-benar buruk di dunia ini. Kebaikan memiliki celanya, dan kejahatan memiliki sisi mulianya. Keduanya saling melengkapi.

Kegelapan tak selalu buruk. Justru tanpanya, cahaya tak akan berarti di mata kita. Terkadang, cahaya pun bisa menyakiti kita dengan silaunya, sedang kegelapan bisa melindungi kita dari marabahaya.

Kebaikan tak akan pernah ada tanpa kejahatan. Kejahatan tak akan pernah ada tanpa kebaikan.

Orang jahat tak selalu jahat. Orang baik tak selalu baik. Ada kalanya seseorang berbuat baik bukan karena dirinya baik, namun karena tak mau dirinya dianggap jahat.

Constantine Yang tak pernah berpikir untuk menjadi orang paling baik di dunia. Ia punya cela dan ia bisa menjadi jahat, namun anehnya, banyak orang yang mengormatinya. Rakyat mencintainya, bahkan melebihi cinta mereka kepada Sang Raja, ayahnya.

Constantine tak akan ragu untuk berkorban demi rakyat dan bangsanya. Ia wanita tangguh. Menikah dengan pria cacat bukanlah akhir dari hidupnya. Namun ia benar-benar kecewa karena ayahnya yang plin-plan menggadaikannya.

Constantine selalu menginginkan kebebasan. Ia ingin memilih jalan hidupnya sendiri. Namun statusnya sebagai seorang Tuan Putri, justru memupuskan harapan itu. Tapi kalimat itu tak akan selamanya bersifat mutlak.

Akan ada kalanya Constantine bisa mendapatkan kebebasannya.

...««« EPIGRAF »»»...

..."Berdirilah dengan kakimu sendiri. Jadilah tangguh. Kita menjadi hebat bukan karena kita sempurna, namun karena kita mampu mengatasi ketidaksempurnaan kita."...

...««« Constantine Yang, Daratan Guang Rong »»»...

...Ilustrasi Yin dan Yang — Sumber: Pinterest...

Sang Jenderal Wanita

Sang mentari mulai menampakkan wujudnya dari garis cakrawala. Sinarnya yang terasa hangat selalu membawa harapan akan datangnya hari cerah seperti yang diharapkan kebanyakan penghuni bentala. Namun tak ada yang tahu sampai kapan kita bisa menikmatinya.

Ketika fajar menyingsing di hari itu, semua orang lebih memilih untuk tetap menggulung dirinya di balik selimut. Akan tetapi, situasi di markas militer kerajaan amatlah berbeda, di mana para kesatria telah bersiap diri dengan senjata mereka masing-masing.

Mungkin, ini memang bukan saatnya untuk berperang. Namun mereka tahu, saat itu akan tiba tak lama lagi; saat di mana mereka tak bisa lagi merasakan kedamaian dan kehangatan; saat di mana darah dan kematian menjadi hal yang lumrah di mata mereka.

Dalam peperangan, kita tak punya pilihan lain selain melawan. Menusuk dari belakang dan main keroyokan, bukan lagi tindakan yang hanya dilakukan oleh seorang pengecut—karena ini antara hidup dan mati, karena ada banyak nyawa yang harus dilindungi, maka tak ada waktu lagi untuk memikirkan harga diri.

Hari ini, seperti biasa, para kesatria itu melakukan latihan rutin mereka. Latihan yang akhir-akhir ini semakin diperketat karena waktu berjuang yang semakin mendekat, sedang para musuh jelas jauh lebih kuat dibanding mereka.

"Para kesatria, berbaris!"

Constantine yang mendengar perintah sang Jenderal Besar pun langsung mengambil posisinya di barisan paling depan—sejajar dengan jenderal lain yang memimpin beberapa (antara dua sampai tiga) kompi untuk setiap orangnya.

"Laporan ... dimulai!"

"JENDERAL SATU DAN PARA PASUKAN SIAP!"

"JENDERAL DUA DAN PARA PASUKAN SIAP!"

Para jenderal yang berjumlah lima orang itu, mulai mengabsenkan diri dan para pasukannya. Mereka semua tampak gagah dalam balutan baju berbahan baja itu—tak terkecuali Constantine yang merupakan satu-satunya pemimpin pasukan berjenis kelamin wanita di sana. Ya seperti namanya, ia memang selalu teguh—tak peduli pada entah berapa banyak orang yang meragukan kemampuannya.

"JENDERAL TIGA DAN PARA PASUKAN SIAP!"

"JENDERAL EMPAT DAN PARA PASUKAN SIAP!"

"JENDERAL LIMA DAN PARA PASUKAN SIAP!"

Pasukan telah siap. Sang Jenderal Besar bertepuk tangan, lalu berteriak dengan suara lantangnya. Ia senang memiliki pasukan yang pantang menyerah seperti para kesatrianya.

"Dengar semua! Perang, tak lama lagi akan dimulai. Kalian tentu mengerti, bahwa itulah alasan mengapa latihan kuperketat selama beberapa pekan ini," ungkap Jingguo Li, sang Jenderal Besar, dengan suaranya yang menggelegar.

"Hari ini, kalian kuizinkan untuk pulang. Nikmatilah! Nikmatilah waktu berharga kalian dengan keluarga yang kalian cintai! Kuberi waktu dua hari, maka gunakan waktu itu sebaik mungkin, karena ... mungkin itulah waktu terakhir kalian bisa menikmati waktu bersama orang yang kalian sayang," tegas Jingguo, dengan suara yang agak bergetar di kalimat terakhir.

Para kesatria yang mendengar pernyataan sang Jenderal Besar pun meneguk ludahnya. Sejak awal, mereka memang telah mengetahui konsekuensi atas pilihan mereka untuk mengikuti pertempuran. Namun mereka tak mau mundur. Jingguo telah melatih mental mereka, jauh sebelum peperangan dimulai.

Constantine yang mendengar pernyataan sang Jenderal Besar, sedikit menunduk dalam posisi siaganya. Ia tak punya alasan untuk tak berjuang. Ini demi rakyat yang mencintainya, bukan demi keluarga yang bahkan tak pernah memikirkan perasaannya. Ia menjadi tangguh demi rakyat, ia berkorban untuk rakyat—hidupnya sebagai seorang tuan putri yang bergelimang harta, tak lebih berharga dari hidup rakyatnya yang hidup dalam kemiskinan. Anggap saja ini sebuah permintaan maaf atas ketidakbecusannya dalam mengurus rakyat-rakyatnya.

Inilah Constantine Yang, sang Tuan Putri yang tidak hanya terkenal karena kecantikannya, namun juga karena ketangguhannya.

Inilah Constantine Yang, perempuan yang telah menorehkan sejarah baru dengan keberanian yang dimilikinya.

Inilah Constantine Yang, sang Jenderal Terhebat di sepanjang sejarah Kerajaan Anming.

Inilah Keluarga

"Apakah Anda tak ingin pulang, Nona?"

Constantine hanya tersenyum ketika mendengar pertanyaan tersebut dari salah satu anggota prajurit. Wanita muda itu bernapas sebentar, lalu mendongakkan kepalanya untuk memandang ke langit yang tampak cerah.

"Untuk apa?" lirih sang Jenderal Satu. Constantine pun menatap para bawahannya yang sudah sangat akrab dengannya itu. Senyum menawan pun menghiasi wajahnya yang rupawan.

"Bukankah kaumemiliki keluarga, Nona? Bahkan, keluargamu merupakan orang-orang kerajaan. Sebagai tuan putri, kenapa kaumalah lebih memilih duduk di sini bersama kami-kami yang sebatang kara ini?"

Constantine tertawa kecil, lalu merangkul sosok yang berbicara itu. "Kak Han, kaumungkin tak mengerti. Agak sulit untuk menjelaskannya," katanya.

Ah—bolehkah Constantine mengatakan, kalau ia sudah menganggap para kesatria itu sebagai keluarganya?

Sebagai seorang tuan putri, pantaskah Constantine mengeluh atas segala tugas yang dibebankan kepadanya?

Sebagai seorang anak, salahkah jika Constantine ingin memberontak atas segala ketidakadilan yang diterimanya?

"Aku sudah memanggapmu seperti saudaraku sendiri, Kak Han ...! Ah, tidak-tidak! Kaumemang saudaraku—kakakku. Ya! Kalian semua adalah sadaraku! Kita semua keluarga! Benar—kita semua keluarga! Ha ha ha! Iya, kan? Kalian setuju?"

Constantine menutup matanya yang mulai berair karena tertawa. Ini adalah sebuah cara untuk menutupi kesedihannya. Dari luar, ia tampak terbahak, meski sebenarnya, ia tengah menangis dalam diamnya.

Constantine tak pernah menceritakan pada siapa pun mengenai perasaannya. Ia selalu menyembunyikannya rapat-rapat. Saking rapatnya, orang-orang tak pernah menyadari, bahwa gadis tangguh yang mereka kenal itu, ternyata bisa sangat rapuh hingga menyembunyikan tangisan di setiap malamnya.

"Jenderal An ...! Kami senang sekali Anda mengatakan hal itu," kata salah seorang prajurit, mewakili prajurit yang lain. Mereka terharu atas pernyataan Constantine yang terasa begitu manis dan menghanyutkan. Ia gadis yang tulus—mereka semua tahu itu.

"Terima kasih ~ kalian sudah mau menemaniku dan kita berbagi cerita selama di sini. Hal yang bahkan tak pernah kulakukan bersama keluargaku. Aku bersyukur sekali karena berkat kalian, aku bisa merasakan kasih sayang dan perhatian dari sebuah keluarga," kata Constantine.

Sang Jenderal memejamkan matanya, mencoba menikmati angin yang berhembus—sedang para kesatria yang melihat itu, hanya dapat menahan napasnya, sebab Constantine benar-benar terlihat cantik ketika sedang melakukannya.

"Kautampak seperti Dewi, Nona ...! Kecantikanmu membuat kami terpana. Tapi kauakan menjadi Dewi Kematian bagi musuh-musuhmu," celetuk seorang kesatria yang langsung mendapat sorakan dari yang lain. Mereka tak akan menolak fakta itu.

Mendengar pujian untuknya, Constantine menahan diri untuk tak menyombongkan diri. Ini bukan saatnya untuk berbangga, sedang ia belum membuktikan kemampuannya.

"Yang lain pasti iri karena tidak mendapat pimpinan seperti Anda," cetus satu-satunya kapten selain Han yang ada di sana. "Di sini, Anda adalah jenderal paling hebat, karena hanya Anda yang mendapatkan kesempatan untuk memimpin lima kompi sekaligus—yang lain hanya dua atau tiga," sambungnya, tampak bangga.

"KALIAN BERISIK SEKALI! AKU SEDANG FOKUS MEMASAK, YA! KALIAN MAU MAKAN ATAU TIDAK?!" Seorang pria yang bertugas sebagai juru masak, tiba-tiba berteriak dengan suara lantang. Yang lain langsung terdiam setelah mendengar sosok galak itu berbicara. Mereka tetap tak berani, meski orang itu hanya terdengar suaranya saja.

"Tuan Wu, jangan marah-marah terus seperti itu. Anda bisa cepat tua, nanti," kata Constantine.

"Mau menyindirku, Nona Yang? Aku memang sudah tua, dan kalian semua tahu itu!" sungut Tuan Wu. Tiba-tiba, lelaki itu muncul dari dalam dapur khususnya bersama beberapa pelayan, membawa beberapa makanan dalam porsi besar yang membuat para kesatria di sana sampai meneteskan air liurnya.

"Kalian ini pejuang yang memalukan! Usap air liur kalian! Menjijikkan!" Tuan Wu kembali bertitah, membuat yang lain kembali menurut. Mungkin, ia adalah sosok yang tak sekuat para kesatria di sini, namun jelas ia sangat dihormati—bahkan oleh Jingguo sekalipun. Tanpanya, mereka semua tak akan bisa menikmati hidangan nikmat seperti yang biasa pria itu buat.

Ibaratnya, Tuan Wu adalah sosok ayah bagi para kesatria. Ya—karena di sini, mereka semua adalah keluarga.

'Inilah keluarga ~ mereka yang mencintaiku apa adanya,' batin Constantine.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!