NovelToon NovelToon

KAYLA, Sang Pengganti

Di hotel

"Oke, berjanjilah dengan Mama kau tidak akan kecewa jika kalah nanti?"

"Aku akan melakukan yang terbaik tentu kami akan menang!!" sahut anak lelaki itu bersemangat.

Kayla hanya bisa menghembuskan napas panjang dibuat putra kesayangannya, anak tampan itu tengah bersiap akan mengikuti pertandingan sepak bola di sekolah lain.

Bocah tampan berumur 6 tahun yang dipanggil Adrian itu berlari menemui seorang perempuan paruh baya yang masih tampak awet muda.

Entah apa yang mereka bicarakan, Kayla menatapnya dari arah ia berdiri saat ini.

Sesekali tawa geli Kayla terbit dari bibirnya yang mungil berwarna pink nude itu, betapa tidak pemandangan membahagiakan selalu hadir beberapa tahun belakangan dari dua wajah orang yang mengisi kekosongan hatinya.

Perjalanan hidup yang tidak mudah, melahirkan tanpa seorang suami disaat itu pula sang ibunda tercinta jatuh sakit dan harus dioperasi.

Tapi semua itu sudah berlalu, kini Kayla bahagia bisa hidup jauh lebih baik dari terpuruknya sebuah perasaan.

Membesarkan Adrian dengan kasih sayang penuh meski menjadi orang tua tunggal, didampingi ibunya yang semakin sehat sejak berhasil sembuh dari sakit batu empedu.

Berkat kerja kerasnya ia mampu menapaki satu tingkat kehidupan yang sangat baik, kini Kayla bangga atas pencapaiannya sendiri dimana mereka hidup berkecukupan dengan usaha toko kue yang ia bangun dan rintis dari awal bersama ibunya beberapa tahun lalu.

Toko kue yang awalnya kecil kini menjadi cukup besar dan terkenal di daerah ia tinggal saat ini, toko kue yang bersebelahan dengan toko baju yang juga milik Kayla sebagai usaha untuk menghidupi keluarga kecilnya.

Tidak sedikit pula lelaki yang berusaha mendekati janda muda itu, namun belum ada yang bisa mengambil hati si kecil Adrian, kecuali satu orang pria yang merupakan ayah dari sahabatnya, seorang duda kaya raya yang kini resmi menjadi tunangan Mamanya.

Pria yang Adrian panggil sebagai Ayah sejak kecil itu mampu mengisi kekosongan hati Adrian yang haus kasih sayang seorang Papa. Pria yang menjadi alasan usaha milik Kayla kian maju oleh bantuannya.

Cukup lama sang pengusaha batubara menunggu Kayla membuka hati, namun baru beberapa bulan terakhir sang janda cantik itu menerima pinangan pria yang bernama Gilang.

"Sudah siap?" tanya Kayla menyudahi percakapan antara nenek dan cucu itu.

Adrian mengangguk semangat, ia sudah menyandang tas di punggungnya. Sang nenek juga sudah siap untuk menemani cucu tampannya itu ikut pertandingan karena Kayla sedang ada urusan pesanan kue di toko mereka hingga Mama Hana yang akan menyaksikan langsung cucunya bertanding antar sekolah.

"Siap sekali Ma, ayo kita pergi sekarang!" ajak Adrian semangat.

Kayla tersenyum, "Tunggulah di mobil, Mama harus ke toilet dulu."

Adrian mengangguk sambil menerima uluran tangan neneknya yang mengajaknya keluar dari rumah mereka.

Sampai mereka tiba di sekolah dasar swasta tempat pertandingan Adrian dan kawan-kawannya akan dilaksanakan. Kayla mencium pipi anaknya dengan gemas seraya menyemangati Adrian dan timnya menjelang bertanding.

"Meski Mama tidak bisa melihat langsung kau bertanding, tapi percayalah nenek mu akan merekam semua aksi putra Mama ini beraksi di lapangan hijau. Harus tetap semangat oke!!"

Adrian mengangguk lagi, ia memeluk Mamanya seraya menjawab, "Aku akan memberi kemenangan sebagai kado ulang tahun Mama hari ini, percaya padaku!" kata Adrian setelah mencium pipi sang Mama.

Kayla hanya bisa terkekeh, sungguh ia lupa bahwa ia sudah berumur 25 tahun hari ini.

"Iya iya baiklah, pergi sana! Tim mu sudah menunggu, Mama janji jika semua pesanan kue toko kita selesai Mama akan menyusul mu kemari."

Lalu Kayla pamit pada Mama Hana.

"Titip Adrian Ma, aku akan kemari jika cepat selesai nanti," ucap Kayla pada Mama Hana.

"Tentu sayang, berhati-hati lah mengemudi! Mama akan menjaga Adrian dengan baik."

Lalu Kayla kembali ke mobilnya untuk melanjutkan niat mengurus semua pesanan toko kue mereka. Ia harus memastikan para karyawannya menjaga performa toko kuenya dengan menyiapkan pesanan kue tanpa kendala dan tepat waktu.

Hari ini toko kuenya mendapatkan pesanan kue kotak cukup banyak dari sebuah acara seminar kampus yang diadakan di sebuah hotel. Kayla terbiasa mengurus sendiri semua pesanan kue sampai ke tangan pemesan.

Di hotel, Kayla sibuk menelepon panitia penyelenggara seminar yang akan ia tuju untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan memastikan pesanan kuenya diterima tanpa komplain dari pihak pemesan.

Ponselnya terjatuh saat hendak masuk ke lift Kayla memungutnya, namun saat ia hendak berdiri dadanya terasa sesak oleh sebuah suara berat dari lelaki yang baru saja melewatinya. Lelaki yang sedang bicara dengan satu orang lainnya sambil masuk lift.

Suara itu, jelas sekali ia mengenalnya. Devano.

Namun saat Kayla berdiri dan menoleh, ternyata pintu lift sudah tertutup hingga ia tidak bisa melihat siapa yang baru saja melewatinya.

"Bang Dev?" gumam Kayla memegang dadanya yang bergetar tidak tentu arah.

Anak bernomor punggung 7

Kayla menggelengkan kepalanya.

"Huh, sepertinya telinga ku bermasalah," gumam Kayla sendiri yang merasa mendengar suara mantan suaminya.

Menunggu lift kembali terbuka, janda cantik itu menerima telepon dari seseorang yang mampu menerbitkan lagi senyumnya yang sempat redam oleh getar dadanya tadi.

Mas Gilangnya memanggil. Segera Kayla terima dengan sapaan manis.

Semua pesanan kue sampai ke pemesannya dengan baik, ia harus kembali ke toko karena ada satu pesanan lagi yang harus diurus, ia menjadi terburu mengingat putranya sedang bertanding saat ini, ia tidak mau melewatkan momen Adrian yang mulai mengasah bakatnya di bidang sepak bola.

Meski terlambat setidaknya Kayla harus datang memberi dukungan pada putranya yang bertanding di final turnamen sepak bola antar sekolah.

Di sisi lain, Dev melihat jam di pergelangan tangannya. Setelah ia menjadi pembicara di seminar kampus sahabatnya yang baru saja selesai, ia segera keluar dari hotel tempat seminar itu menuju mobilnya berada.

Ternyata pria yang betah menjadi dosen ini sudah berjanji akan bertemu sahabat lamanya yang kini menjadi seorang kepala sekolah swasta ternama di kota ini, sekaligus menghilangkan penat setelah berjibaku dengan materi seminar.

Dev memarkirkan mobilnya di halaman parkir sebuah sekolah dasar yang sedang ramai karena ada pertandingan sepak bola anak-anak yang sedang berlangsung.

Pria itu tampak mengembangkan senyum saat melihat begitu banyak orang tua murid yang hadir di sana menyaksikan putra mereka bertanding. Dev menggelengkan kepala seraya terkekeh saat melihat salah satu orangtua murid yang heboh di salah satu sudut.

"Semua orang tua akan heboh jika menyangkut anak SD, huh jadi ingat masa kanak-kanak," gumam Dev tertawa sendiri, ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya lalu tampak menghubungi seseorang.

Setelah diberi petunjuk, Dev langsung saja pergi ke arah lapangan sepak bola milik Sekolah sahabatnya itu, kebetulan pertandingan sedang istirahat sebelum babak kedua.

"Hai bung!" sapa seorang pria menepuk pundak Dev yang sedang mencari seseorang.

"Ah sial kau mengagetkan ku Andre!" sahut Dev yang langsung salaman pada sahabat lamanya itu.

"Maaf, ayo kemari pertandingan kedua akan segera dimulai."

"Seharusnya kau menjamu ku di rumah bukan di sekolah seperti ini," protes Dev sambil mengikuti langkah Andre.

"Kau tidak lihat, ini final. Aku tidak bisa meninggalkan pertandingan ini, salah mu juga kenapa baru kemari, jika bukan karena seminar mungkin kau tidak akan mau ke kotaku yang kecil ini."

Dev terkekeh, "Kau terlalu berlebihan, bukan tidak mau main kemari. Jadwal ku sibuk, mengajar dan bimbingan skripsi, semua hal yang menyita perhatian ku ada di kampus."

Mereka saling berbasa basi tentang kegiatan masing-masing, teman akrab sejak kecil itu kini sudah duduk di atas podium penonton yang dikhususkan untuk para guru dan kepala sekolah.

Dev duduk bersebelahan dengan Andre. Mereka bicara biasa sampai pada Andre menunjuk satu anak yang masuk dalam tim bertanding melawan sekolahnya.

"Kau tahu apa yang menarik untuk ku menyuruhmu kemari?" cetus Andre.

"Apa?"

"Kau lihat anak nomor 7 itu!" tunjuk Andre lagi.

Dev menoleh.

"Tidakkah kau merasa dia mirip denganmu waktu kecil, sumpah Dev aku sangat ingat wajahmu waktu kecil. Anak itu duplikat dirimu, perhatikan baik-baik," kata Andre sambil geleng kepala.

Deg deg deg, saat menoleh pada wajah tampan nan mungil anak lelaki bernomor punggung 7 sesuai arahan Andre itu benar-benar membuat Dev terkejut bukan main.

Dev melirik Andre dengan bingung.

"Mirip bukan? Cara dia mengerlingkan mata Dev, aku ingat sekali kau kecil juga seperti itu. Aku juga terkejut, pertandingan sebelumnya aku tidak pernah hadir jadi hari ini pertama aku melihatnya, aku hanya tidak menyangka saja ada yang benar-benar mirip dengan mu waktu kecil, menurut ku ini lucu!"

Dev memperhatikan lagi wajah anak lelaki yang mulai bertanding babak kedua itu.

Entah kenapa perasaannya menjadi lain saat ini, wajah berkeringat anak itu mengingatkan Dev pada momen ia bermain bola waktu kecil dulu.

"Bukankah wajar jika kita mirip orang lain, ada banyak yang mirip di dunia ini, hanya saja aku melihat dirimu waktu kecil dalam anak itu, sungguh Dev aku hanya menduga-duga apa kau punya selingkuhan selain istrimu hingga punya anak?" cetus Andre dengan nada bercanda.

Deg, jantung Dev seolah berhenti mendengar ocehan sahabatnya. Perasaannya menjadi lebih tidak menentu saat melihat jelas pada wajah anak itu. Sesekali ia melihat sisi Kayla disana, saat menatap wajah anak itu dari samping, raut Kayla tergambar jelas di otak Dev saat ini.

"Ah tidak mungkin," gumam Dev pada dirinya sendiri.

Andre mendengar itu menjadi tertawa, "Apa yang tidak mungkin? Kau tidak menyangkal Dev, apa itu artinya benar dugaanku kau punya anak dari wanita simpanan selain Nika?"

Dev menatap Andre lagi, ia sama sekali tidak menyangkal ucapan Andre yang terus menggodanya karena terkejut.

"Aku hanya bercanda Bung, jangan tersinggung!" ucap Andre menepuk punggung Dev sambil terkekeh.

Kemudian mereka kembali fokus pada pertandingan, namun tidak Dev. Ia sibuk memperhatikan wajah Adrian saja.

Iya, anak lelaki bernomor punggung 7 itu adalah Adrian putra Kayla dan Dev dari hubungan mereka di masa lalu.

Sungguh Dev tertarik pada anak itu, ini unik pikirnya kenapa bisa ada anak yang benar-benar mirip dengannya waktu kecil, Andre benar mereka mirip sekali satu sama lain.

Dev menjadi tersenyum dalam hati saat membayangkan betapa bahagianya punya anak lelaki setampan itu, apalagi dari seorang ibu seperti mantan istri yang masih membuatnya gagal move on sampai hari ini.

Tidak banyak yang tahu soal kehidupan perkawinan Dev dan Nika hingga hari ini. Yang pasti Dev belum bisa melupakan sosok pengganti yang berhasil membawa hatinya ikut pergi entah kemana bahkan sekarang sudah 6 tahun lebih berlalu.

Dev teringat istrinya, ia mengirim pesan Nikayla.

'Jangan lupa meminum obat mu siang ini, aku akan pulang besok. Ada hal menarik yang ingin ku ceritakan padamu nanti,' tulis Dev pada pesannya, disusul kalimat yang mengingatkan Nika untuk keperluan pergi ke rumah sakit pada jadwal kemoterapi besok.

Pada kenyataan

Dev menatap lekat anak yang sedang merayakan kemenangan bersama timnya itu, ber photo ria bersama teman dan guru-gurunya yang hadir.

Ia menjadi tidak fokus sejak bertemu anak itu, ocehan Andre pun sudah tidak ia dengarkan lagi, matanya hanya fokus melihat gerak gerik anak lelaki yang benar-benar menarik perhatian nya saat ini.

Sampai pada Dev tertarik untuk mengikuti langkah anak itu yang berlari menuju satu rombongan orang tua yang hadir, entah kenapa ia menjadi penasaran dibuat anak itu.

Langkahnya terhenti saat melihat anak yang memakai jersey warna putih itu tengah memeluk seorang perempuan paruh baya yang menggendongnya dengan wajah girang.

Mereka terlihat sangat merayakan kemenangan. Dev menajamkan matanya, jika saja ia salah lihat.

"Mama Hana?"

"Aku rasa mata ku belum rabun!" gumam Dev seolah tidak percaya.

Pandangan yang berjarak kurang hari 10 meter itu membuat Dev seperti kaku ditempat. Ia membenarkan kata hatinya bahwa benar yang ia lihat sekarang adalah Mama dari mantan istrinya yang menghilangkan jejak bertahun-tahun lamanya.

Penampilan Mama Hana tidak jauh berbeda, masih cantik dan sederhana. Dev mendekat, ia tahu sekali itu memanglah Mama Hana.

Namun baru saja hendak melangkah di tengah hingar bingar hebohnya anak-anak SD yang ribut dan bising, kakinya kembali kaku saat sang anak lelaki yang digendong Mama Hana tiba-tiba turun dan menuju seorang perempuan yang baru saja memanggilnya seraya berteriak.

"Adrian!"

"Mama!!" teriak Adrian begitu bersemangat saat melihat Mamanya baru datang dan menghampiri mereka dengan tergesa-gesa.

Kayla menyambut anaknya dengan girang, mereka berpelukan dengan gemas sambil berteriak kemenangan.

Tidak salah lagi, jantung Dev seperti lepas dari tempatnya saat ini.

"Maaf, Mama terlambat hingga tidak melihat permainan mu sayang," ucap Kayla menyesal pada anaknya.

"Yang penting aku bisa menepati janji memberi Mama kado kemenangan hari ini," jawab Adrian girang, anak itu tidak kehilangan senyum sejak tadi.

"Nenek sudah merekamnya, nanti Mama mu bisa nonton ulang di rumah," sahut Mama Hana yang perlahan mendekat.

"Wahhhh, ini ulang tahun Mama yang paling berkesan, putra Mama yang nakal ini berhasil menang, biasanya juga kalah," canda Kayla.

"Mama, aku malu!!" rengek Adrian malu.

Kayla terkekeh, "Mama hanya bercanda, sekarang bagaimana? Apa sudah boleh menculik mu dari acara ini? Kita sudah ditunggu bibi-bibi cantik yang menunggu mu untuk makan-makan di toko!"

Pada kenyataan nya mereka terbiasa merayakan ulang tahun di toko dengan makan-makan bersama karyawan toko kue Kayla.

Belum juga menyahut Adrian lebih dulu ia melihat ada sosok lelaki dewasa yang ikut mendekati mereka.

"Kayla Khanzaniah!!" seru Dev tanpa basa basi, kini jarak mereka sangat dekat hanya beberapa meter saja.

Kayla yang sedang menghadap Adrian pun mendadak kaku saat mendengar namanya dipanggil oleh suara lelaki yang ia kira tidak akan bertemu lagi.

Devano, iya Kayla tahu sekali itu suara Dev tanpa harus melihat ke arahnya. Perempuan yang menggeraikan rambutnya yang hitam sebahu itu terkejut bukan main saat menoleh.

Lama ia terpaku, saling bertemu mata dengan seorang lelaki yang telah memberinya keturunan setampan Adrian.

"Bang Dev?" ucap Kayla seraya menelan ludah dengan susah payah.

Adrian bingung, ia menatap Dev lalu menatap Mamanya lagi.

"Mama?" lirih Adrian memutus pandangan di antara keduanya.

Mama Hana melihat itu menjadi lebih gelagapan, ia tidak menyangka Dev di hadapan mereka saat ini.

Mama Hana segera menarik tubuh Adrian agar menjauh dari Kayla, entah apa yang dipikirkan perempuan awet muda itu sekarang hingga ia tidak berpikir panjang untuk mengamankan cucunya lebih dulu.

"Kayla, ini benar-benar kau?" ucap Dev mendekati Kayla, ia bahkan tidak malu meraih wajah mantan istrinya itu, menatap lekat-lekat wajah dan manik mata yang ia cari selama ini.

Kayla segera menjauh.

"Bang Dev jangan seperti ini!" sahut Kayla dengan dada yang bergemuruh oleh sebuah getaran hebat antara terkejut dan tidak percaya bahwa lelaki itu benar-benar nyata bahkan menyentuh pipinya beberapa saat lalu.

Adrian hanya bingung dan ikut terpaku seperti sang nenek.

Dev menoleh pada sosok darah daging yang tidak ia ketahui selama ini, lalu menoleh lagi pada Kayla yang mulai gelagapan.

"Kayla, siapa anak ini?" tanya Dev mulai serius.

Kayla terdiam, ia menoleh putranya dengan mata berkaca-kaca.

"Kayla, jawab aku!"

Lagi, Kayla belum menjawab apapun.

"Bang Dev, senang bertemu denganmu! Apa kabar?" ucap Kayla mengalihkan pembicaraan.

"Aku bertanya siapa anak itu? Kenapa dia mirip sekali denganku?"

Kayla membalas tatapan Dev yang mulai memerah.

"Kayla jawab aku!" desak Dev.

Kayla merasa kelu lidahnya untuk menjawab, selain air mata yang mulai turun dari manik indahnya.

"Kau tahu seperti apa wajahku ketika kecil?"

Kayla masih diam. Mama Hana pun sudah ikut menangis, Adrian yang bingung pun hanya bisa memeluk sang nenek seraya melirih, "Apa dia Papa asli ku? Wajahnya mirip dengan foto Papaku"

Mendengar pertanyaan itu membuat Mama Hana mensejajarkan tubuhnya memeluk Adrian, ia bingung ingin menjawab apa sebab ia dan Kayla tidak menutupi siapa ayah kandung Adrian selama ini, bahkan Adrian diberitahu seperti apa wajah Dev melalui foto.

Namun yang mereka ceritakan selama ini adalah sang Papa tidak akan kembali lagi karena berada di luar negeri hingga membuat Adrian mengerti bahwa ia tidak bisa bertemu Papanya yang asli hingga pula ia menganggap Gilang sosok ayah yang ia butuhkan.

Sampai ia besar sekarang, tidak pula menuntut ingin mengetahui keberadaan Papanya setelah berpisah dengan sang Mama, Adrian tahu jika ia menyinggung hal itu Mamanya tentu akan bersedih.

Maka darinya ia tidak pernah mau menyinggung soal Papa kandungnya yang tidak pulang-pulang ke tanah air. Dan ia mengubur harapan untuk bertemu.

Namun kali ini anak itu mengenali Dev, ia sudah hafal wajah ayahnya meski hanya lewat foto.

"Nenek?" lirih Adrian seolah ingin jawaban pasti.

Mama Hana menatap wajah cucunya yang penasaran.

"Beri kesempatan Mama mu bicara dulu oke?"

Adrian menatap Kayla dan Dev sekali lagi, lalu ia mengangguk.

"Kayla? Aku melihat diriku dalam anak itu, jawab aku Kayla," ucap Dev lagi.

"Dia, dia putraku!!" jawab Kayla terbata.

Mengambil napas dalam Kayla mengangkat wajahnya menatap Dev lagi.

"Namanya Adrian, aku hamil saat kita berpisah," ucap Kayla diikuti butiran bening yang mengalir indah di pipinya yang mulus.

Mendengar itu Dev seperti kehilangan pijakan. Tubuhnya terasa lemas, lalu ia menoleh pada anak yang masih betah berdiri di samping sang nenek dengan tatapan aneh padanya.

Lelaki itu menatap Kayla dengan kesal, ia menengadah seperti menahan sesuatu yang ingin keluar dari matanya.

Dev berdecak sesaat lalu ia berjalan ke arah Adrian dan mensejajarkan tubuhnya dengan sang putra yang tidak merasa takut sama sekali atas pertemuan itu.

"Kau tahu siapa aku?" tanya Dev dengan jarak yang sangat dekat.

"Apa kau Papaku yang bernama Devano Putra Sanjaya?" Adrian malah balik bertanya.

Dev kembali berdecak, ia melirik mantan istrinya lagi lalu kembali pada wajah Adrian yang sama sekali tidak menghindarinya.

Kayla hanya bisa menatap mereka dengan air mata yang kian deras. Ia tidak menyangka pertemuan ini akan terjadi juga pada akhirnya.

"Itu artinya kau adalah Adrian Putra Sanjaya!" sahut Dev kesal sendiri.

"Kenapa baru pulang sekarang, aku hanya mengenalmu lewat foto!" kata Adrian polos.

"Ck..... Apa yang dikatakan Mama mu?"

"Aku punya Papa asli yang berada di luar negeri, bukankah luar negeri itu jauh?"

"Baiklah, anggap saja seperti itu. Apa boleh kita berpelukan?" tanya Dev yang tidak bisa menahan air matanya lagi.

Ia membentangkan tangannya menunggu respon Adrian.

Adrian menoleh pada Mamanya seolah bertanya, Kayla memejamkan matanya seraya mengangguk sebagai jawaban.

Setelah itu barulah Adrian masuk dalam pelukan Dev dengan sikap polosnya. Hingar bingar dan bisingnya keramaian tempat mereka saat ini tidak bisa meredam tangisan Dev yang kian cengeng bahkan ia menangis sesegukan sambil memeluk putranya dengan erat.

Pun Kayla dan Mama Hana, mereka tidak bisa membendung tangisan melihat Dev dan Adrian berpelukan tanpa paksaan.

Dev menggendong putranya dengan perasaan yang tidak tergambar saat ini, ia berjalan ke arah Kayla.

"Aku rasa ada banyak hal yang harus kau jelaskan padaku soal putra ku yang kau sembunyikan selama ini, aku ingin mendengarnya Kayla!"

"Aku tidak pernah menutupi siapa ayahnya Bang Dev, maafkan aku!" ucap Kayla pelan.

"Aku rasa kita butuh tempat khusus, ayo ikut aku!"

Dev menarik tangan Kayla dan menggandengnya untuk mengikuti langkah kemana lelaki itu. Melihat itu Mama Hana hanya bisa mengurut dada sambil mengikuti kemana anak dan cucunya dibawa oleh Dev.

"Bang Dev lepaskan aku! Kita mau kemana?"

Kayla berusaha lepas dari genggaman tangan Dev. Namun Dev tidak menggubris, ia tetap berjalan dan menggenggam tangan Kayla dengan kuat sambil menggendong Adrian yang masih memperhatikan wajah sang ayah dengan seksama.

"Kenapa melihat ku seperti itu?" tanya Dev melirik Adrian.

"Aku baru tahu wajahmu yang asli ternyata lebih tampan dari foto, tapi aku sama sekali tidak menyangka punya Papa yang pandai menangis."

"Iya, aku juga baru menyadari nya hari ini!" jawab Dev berkaca-kaca lagi.

"Baiklah jangan tersinggung, aku tidak akan bilang pada siapapun, sudah jangan menangis lagi! Malu kita ini lelaki," jawab Adrian memeluk Dev dengan sikapnya yang menggemaskan.

"Kau benar-benar putraku!"

Dev mencium pipi Adrian dengan perasaan haru.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!