NovelToon NovelToon

Hi Doctor Maukah Kau Menjadi Pacarku

Pertemuan yang tidak terduga

''Pasien seorang wanita berusia 30 tahun mengalami sindrom koroner akut ( SKA ), ( rekaman medis ) harus segera..?''

''Aaaaah mengapa pertanyaan ini susah sekali?''

''Apakah kau tidak belajar lagi Nana!''

Suara bariton mengejutkan seorang gadis yang sejak tadi sibuk mencari jawaban. Dari dua hari yang lalu ia sibuk menyiapkan kejutan ulang tahun untuk teman masa kecilnya dan sekalian ia ingin mengungkapkan perasaannya yang sudah ia pendam selama 7 tahun itu.

''Seperti ada suara?'' Nana mendengakkan kepalanya namun ia tidak melihat siapa-siapa.

''Sebelah sini!'' Ucap suara itu lagi sambil memutar kepala Nana ke arah samping.

''Aaaah!'' Nana terkejut saat dosennya sudah berkacah pinggang menatapnya. Jantungnya langsung berdetak tidak karuan karena ia memang tidak sempat belajar.

“Keluar!” Ucap dosen itu.

Nana pun menundukkan kepalanya dan berjalan keluar ruangan.

“Anak-anak kalian bukanlah anak kecil yang sedang belajar untuk ujian masuk kelas. Tapi untuk menentukan bagaimana nasib kalian di masa depan nanti. Jika kalian tidak belajar dan malah sibuk pacaran atau main-main, bagaimana bisa menjadi seorang dokter yang hebat!” 

Ya seperti itulah kata-kata mutiara yang selalu Nana dengar setiap ada mahasiswa yang tidak belajar ataupun tidak mendengar saat sang dosen menjelaskan. 

“Astaga! Aku lupa kalau aku ada janji makan siang dengan Natan,” 

Nana pun segera bergegas pergi meninggalkan kampusnya untuk menemui Natan. Natan adalah teman dekat Nana. Mereka sudah berteman sejak masih kecil. Kemudian saat sekolah menengah ke atas, mereka bertemu dengan seorang teman lagi yang bernama Bintang. Dan akhirnya mereka bertiga pun menjadi sahabat karib.

Namun, Nana memiliki perasaan terhadap Natan. Hari ini rencananya Nana akan menyatakan cintanya yang sudah ia pendam selama 7 tahun lamanya itu. Nana meminta bantuan pada Bintang untuk mengajak Natan bertemu. 

''Ah,'' cantik sekali diriku,''

Terlihat Nana sedang berputar-putar di depan cermin.

''Ya, kau memang terlihat cantik Na. Apakah kau berencana menyatakan cintamu hari ini?'' ucap Miya_ teman sekamar Nana di asrama.

''Ya, tapi rencananya nanti malam sih. Waktu Natan selesai meniup lilin, aku akan menyatakan cintaku,''

''Kalian berdua atau dengan siapa sahabatmu satunya itu?''

''Bintang, Miya. Kau selalu lupa nama-nama orang deh. Perasaan dulu aku sudah pernah mengajakmu makan bersamanya,''

''Iya...iya. Aku kan memang pelupa. Tapi Na, sahabat mu itu benar-benar tidak ada perasaan kan dengan Natan?''

''Sepertinya tidak. Memangnya kenapa?''

''Ya... Aku cuma takut saja kalau dia juga punya perasaan yang sama seperti perasaanmu dengan Natan.  Apalagi kampus mereka berdua sama kan. Dan waktu yang mereka habiskan bersama lebih banyak daripada denganmu,''

''Ah itu tidak mungkin lah. Bintang tahu kok kalau aku suka dengan Natan sudah lama. Dan selama ini aku juga sering bercerita kepadanya ''

Meskipun ada perasaan ragu di hati Nana, namun ia memilih berpikir secara positif.

''Ya semoga saja apa yang kamu katakan itu benar. Semoga hanya rasa khawatirku saja,'' Miya tersenyum sambil menyematkan jepit rambut berbentuk bunga matahari di rambut Nana.

''Wow cantik sekali jepitnya Miya. Kapan kau membelinya?''

''Tentu saja cantik. Tapi itu kalau kamu yang pakai. Kalau aku yang pakai malah terlihat seperti anak kecil. Aku membelinya kemaren saat pulang kampung Na. Kebetulan di depan rumahku ada toko yang menjual pernak-pernik aksesoris,''

Nana masih belum puas di depan kaca. Hatinya masih ragu-ragu apakah ia bisa menyatakan cintanya nanti. Namun jika ia tidak mencoba, bagaimana akan tahu hasilnya.

''Baiklah, aku berangkat dulu ya Miya. Tunggu kabar baik dariku, Ok!''

''Ok, aku juga tidak sabar menunggu hasilnya bagaimana temanku ini akhirnya mempunyai pacar setelah jomblo dari orok hahahahaha.......''

''Kau jahat sekali,''  ucap Nana yang mendengar tawa Miya. Ia pun segera bergegas untuk menemui Natan dan Bintang.

''Pasti mereka sudah lama menungguku. Sial sekali aku hari ini, udah berdandan cantik malah jadi kotor gara-gara cipratan kobangan air,'' gerutu Nana.

Tadi karena ia terburu-buru, ia tidak melihat ada mobil yang melaju kencang. Alhasil bajunya kotor terkena cipratan kobangan air kotor.

Nana pun kembali berlari sekuat tenaga. Tiba-tiba di depannya ada seseorang yang entah sengaja atau tidak ada sebuah mobil yang mengarah ke arahnya. Tanpa pikir panjang, Nana pun segera menariknya hingga mereka berdua jatuh di pinggir jalan.

''Auh....''

Nana meringis kesakitan sebab telapak tangan dan lututnya berdarah.

''Apa kau baik-baik saja Nona?''

Seseorang yang ditolongnya mengulurkan tangannya untuk bermaksud membantu Nana.

''Hei Tuan! Tidakkah kau memperhatikan jalan? Ada seseorang yang akan menabrakmu. Mengapa kau tidak memperhatikan sekelilingmu?''

Nana tidak menggubris tangan seseorang itu. Bahkan ia berusaha berdiri sendiri tanpa menerima uluran tangan seseorang itu.

''Maafkan aku. Dan terimakasih karena sudah menyelamatkanku,'' ucap pria itu.

''Auh!''

Nana tidak dapat berdiri sempurna. Kakinya benar-benar terasa sakit. Sepertinya kakinya kesleo. Untung saja pria itu dengan cepat menangkap badannya saat tubuh Nana oleng dan hampir jatuh lagi.

''Aku akan mengantarkanmu ke rumah sakit,''

Pria itu dengan segera membopong Nana ke mobilnya. Nana berusaha memberontak. Sebab ia masih ada janji. Ia pikir Natan dan Bintang saat ini pasti sudah lama menunggunya.

''Aku tidak mau ke rumah sakit. Aku masih ada urusan.''

''Apa urusanmu itu lebih penting ketimbang tubuhmu yang terluka ini?''

Pria itu terus melajukan mobilnya dan tidak menghiraukan rengekan Nana.

''Apa kau pernah jatuh cinta?'' Ucap Nana tiba-tiba. Pria itu terdiam sejenak.

''Hari ini aku akan menyatakan cintaku kepada sahabat kecilku. Jika aku tidak datang menemuinya, aku tidak tahu kapan aku akan mendapatkan kesempatan lagi,''

Nana menundukan kepalanya menatap nanar kue yang ada di genggamannya. Mendengar ucapan Nana, pria itu kemudian menghentikan mobilnya.

''Kau akan pergi kemana? Aku akan mengantarkanmu,'' ucapnya.

Nana tersenyum mendengar pria itu mau mengantarnya. Ia pun kemudian menunjukan tempat janjian mereka. Tanpa memperdulikan luka yang terasa nyeri di telapak tangan dan lututnya, Nana berlari keluar dari mobil setelah ia sampai di tempat ia janjian dengan Natan dan Bintang.

''Hei tunggu dulu!'' Teriak pria itu. Namun karena Nana sudah berlari masuk ke dalam, suara pria itu pun tidak terdengar.

''Gadis itu sangat lucu. Meskipun ingin menyatakan cinta, tapi dia tidak perlu kan mengabaikan kesehatannya sendiri,'' pria itu menggelengkan kepalanya melihat tingkah Nana.

Namun saat akan melajukan kembali mobilnya, pria itu tak sengaja melihat buku Nana yang tertinggal di mobilnya.

Karena penasaran ia pun membukanya dan membaca beberapa halamannya.

''Elina putri, nama panggilan Nana. Sungguh nama yang sangat imut.'' Pria itu tersenyum membaca halaman per halaman buku yang tidak sengaja Nana tinggalkan itu.

 

 

Cinta Diam-diam itu sangat menyakitkan

Nana berlari hingga nafasnya terengah-engah.

Ceklek...

''Maafkan aku,'' ucapnya sambil berusaha mengatur nafasnya yang tak beraturan.

''Kau ini masih seperti anak kecil saja si Na. Masih suka berlari-larian sampai-sampai nafasmu senin kamis begini,''

Natan menghampiri Nana sambil menyerahkan segelas air putih untuk melepas dahaga Nana.

Nana tersenyum mendengar komentar Natan dan segera menenggak habis minuman yang di berikan oleh Natan kepadanya.

''Mana Bintang? Ku pikir aku sudah yang paling telat datangnya,'' ucap Nana sambil melihat di sekeliling.

Semua makanan sudah tertata rapi di meja. Nana dan Natan pun mulai duduk dan meminum jus yang sudah mereka pesan.

''Bintang tidak bisa hadir,''

''Kenapa?''

''Dia sedang periksa ke dokter bersama ibu,''

Mendengar ucapan Natan, Nana menghentikan minumnya. Perkataan Natan seperti terdengar sangat ambigu.

''Ibu? Ooo.... maksudmu Bintang sedang sakit dan saat ini sedang periksa ke dokter di temani ibunya ya?'' Ucap Nana.

Natan menghentikan minumnya. Ia perlahan menaruh gelasnya di atas meja di depannya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam. Terlihat ekpresi wajahnya mulai serius.

''Ada apa Nat? Mengapa kau seperti sedang memendam sesuatu?''

''Nana, sebenarnya ada sesuatu yang harus aku beritahukan kepadamu,''

Mendengar ucapan Natan, jantung Nana berdetak tidak beraturan. Ia berpikir apakah mungkin Natan juga akan mengungkapkan perasaanya kepadanya. Jika dilihat keadaan mereka, selama ini Natan tidak pernah dekat dengan wanita lain selain ia dan Bintang.

''Oh, katakan saja. Kebetulan aku juga ada sesuatu yang harus aku katakan kepadamu,''

''Baiklah. Nana, aku dan Bintang sudah menikah satu minggu yang lalu. Kami sudah berpacaran selama tiga tahun ini. Dan sebelum menikah kami melakukan kesalahan hingga mengakibatkan Bintang hamil. Makannya hari ini ia sedang melakukan pemeriksaan di Dokter kandungan,'' ucap Natan.

Deg.....

Rasanya seluruh dunia seakan luruh di hadapannya. Nana benar-benar tidak bisa menerima penjelasan Natan. Nana tersenyum, ia pikir saat ini Natan pasti sedang mengerjainya karena ini adalah hari ulang tahunnya.

''Kau sedang bercanda ya? Hahaha..... tapi bercandaanmu ini sangat tidak lucu Nat,'' Nana tertawa menatap wajah Natan.

Natan menggelengkan kepalanya. Wajahnya sama sekali tidak berubah ekpresi. Natan menghela nafasnya.

''Na, kau sahabat terdekatku selama ini bukan? Kita sudah saling kenal begitu lama. Kau juga tahu bukan, kalau hal sensitif seperti ini mana mungkin aku buat candaan?''

Tanpa sadar air mata Nana jatuh membasahi pipinya. Nana segera memalingkan wajahnya dan dengan segera menghapus air matanya lalu menggantinya dengan senyuman. Ia tidak ingin Natan tahu kalau ia sedang menangis.

''Hei, apa karena keuanganku sedang memburuk sampai-sampai kau tidak mau mengundangku di pernikahanmu. Apa kau takut aku tidak bisa memberikanmu kado pernikahan untuk kalian berdua?''

Nana berusaha sekuat tenaga menekan perasaannya dan menggantinya dengan senyum palsunya.

''Apa kau akan merestui hubungan kami Na?''

''Tentu saja. Kalian berdua adalah sahabat dekatku. Jika kalian bahagia bersama, lalu mengapa aku tidak merestuinya?''

Nana merangkul pundak Natan dan mengajaknya untuk meminum minuman mereka. Natan pun terlihat melunturkan wajah seriusnya yang kini telah berganti dengan senyuman.

''Tadinya Bintang akan datang juga. Tapi ia masih takut untuk menemuimu. Ia masih merasa bersalah terhadapmu,'' ucap Natan.

''Bersalah? Memangnya kalian salah apa padaku?''

''Karena kami menyembunyikan hubungan kami darimu selama ini. Apa kau marah kepada kami Na?''

''Ya! Aku sangat marah padamu dan Bintang. Kalian benar-benar sudah tidak menganggapku sebagai sahabat kalian. Tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar, tapi kalian sama sekali tidak mau mengungkapkannya kepadaku,''

Mendengar ucapan Nana, Natan menundukkan kepalanya.

''Na, kumohon maafkan Bintang ya, ini tidak sepenuhnya salah Bintang,'' ucap Natan masih dalam keadaan menunduk.

Mendengar ucapan Natan, senyum Nana luntur seketika. Ia kemudian memalingkan wajahnya lalu menghela nafasnya sebelum ia berucap.

(''Natan, apakah selama ini kau sama sekali tidak pernah menyadari perasaanku? Aku mencintaimu lebih dari 7 tahun lamanya. Tapi kau lebih memilih Bintang yang bahkan hubungan kita jauh lebih lama ketimbang dia,'' Ya, kata-kata ini ingin sekali Nana ucapkan. Namun mulutnya seakan terkunci rapat. )

''Kalian tidak bersalah. Cinta itu seperti batuk, sama-sama tidak bisa di sembunyikan. Nat, aku masih ada urusan. Sekali lagi, aku ucapkan selamat atas pernikahanmu dan Bintang. Tunggu saja kado dariku ya. Oh iya, mungkin untuk sementara aku tidak bisa menerima telepon darimu atau bertemu dengan kalian. Sebab pekerjaan magangku sebentar lagi akan di laksanakan,''

Setelah mengucapkan itu Nana pun pergi meninggalkan Natan yang masih duduk sambil meminum minumannya.

Nana berlari kembali menjauhi tempat itu. Hingga di depan restoran itu, Nana berjongkok dan menyembunyikan kepalanya. Ia menangis tersedu-sedu. Sejak tadi ia sudah menahannya. Entah mengapa tangisannya malah pecah begitu saja.

''Mengapa perasaan memendam cinta bisa sesakit ini,'' ucapnya di sela-sela tangisannya.

Tanpa ia sadari sedari tadi pria yang ia tolong tadi masih memperhatikannya dari dalam mobilnya.

''Mengapa gadis itu menangis?'' Ucap pria yang mengantarkan Nana tadi.

••••••♡•••••••••

Kevin adalah pria yang tadi Nana tolong. Selain itu ia juga sahabat Yin Lan. Tadi pagi saat ia akan pergi ke kantor, ia hampir tertabrak oleh mobil yang memang di arahkan kepadanya. Untung saja ada seorang gadis yang baik hati menolongnya. sampai-sampai membuat Gadis itu terluka.

Kevin bermaksud ingin mengantarkannya ke rumah sakit, namun Gadis itu malah menolak karena ia ada urusan. Akhirnya Kevin pun mengantarkan Gadis itu ke tempat yang akan didatangi oleh Nana. Tadinya setelah mengantarkan Gadis itu Kevin bermaksud untuk segera kembali ke kantornya karena sahabatnya itu pasti sudah menunggunya.

Namun tanpa sengaja, Gadis itu malah meninggalkan buku hariannya. Kevin pun terpaksa menunggu Gadis itu di depan restoran tempat Gadis itu berada. Namun setelah beberapa lama menunggu, tiba-tiba Gadis itu keluar malah dalam keadaan menangis.

Kevin bertanya-tanya, ''Mengapa Gadis itu menangis? Apakah cintanya ditolak?''

Sebab sebelum Gadis itu pergi, Gadis itu sempat mengatakan kalau ia akan menyatakan cintanya pada sahabat masa kecilnya itu.

Kevin ingin sekali menenangkan Gadis itu, namun ia sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Hingga akhirnya ia melihat sebuah gerobak penjual es krim. Ia pun bermaksud untuk membeli es krim dan memberikannya kepada gadis itu.

''Hei! Apa kau tidak merasa kepanasan? Kau berjongkok di bawah terik matahari seperti itu,'' ucapnya sambil memakan es krimnya dan salah satu tangannya mengulurkan es krim itu kepada Nana.

Nana mendongakkan kepalanya setelah ia mendengar suara seseorang yang kini sedang berdiri di hadapannya.

''Kau lagi?''.......

Saudara yang tidak pernah akur

Kevin menyerahkan es krim yang ada di tangannya kepada Nana.

Nana segera menghapus air matanya dan menerima es krim tersebut sambil berkata ''Aku bukan anak kecil, mengapa kau memberiku es krim,'' ucapnya sambil melahap es krim tersebut.

''Ya sudah kalau tidak mau. Mana! Kembalikan padaku,''

''Eh, sudah kumakan. Lihatlah.''

Nana mengejek sambil menjilati es krimnya.

''Benar-benar seperti anak kecil,''

''Dih, umurku sudah 19 tahun tahu,''

''Kalau bukan anak kecil, lalu mengapa kau masih menangis? Apa kau menangis gara-gara cintamu di tolak ya,'' ledek Kevin.

Nana sama sekali tidak menggubris ucapan pria yang baru pagi tadi ia kenal itu. Eh dia saja belum mengetahui siapa nama pria itu.

Kevin mengeluarkan buku harian milik Nana dan menyerahkannya pada Nana.

''Ini milikmu ku kembalikan,'' ucapnya.

''Kau!''

Nana terkejut saat melihat buku pribadi miliknya ada ditangan pria asing itu. Ia kemudian memeriksanya.

''Apa kau membacanya?''

Terlihat wajah Nana yang sudah berubah ekpresi. Yang tadinya terlihat sedih, kini berubah seperti menahan emosi. Bahkan pipinya mulai memerah.

''Sepertinya.... iya, sedikit.'' Tanpa banyak kata setelah mengucapkannya Kevin langsung berlari ke arah mobilnya dan meninggalkan Nana yang masih melihatnya dengan kilatan penuh emosi.

''Kau! Kembali!'' Teriaknya sambil melempar sepatu yang ia kenakan. Ya walau hanya mengenai kaca mobil milik Kevin.

''Aku hanya membacanya dua halaman awal saja. Maafkan aku. Aku benar-benar hanya penasaran!'' Teriak Kevin yang menurunkan sedikit kaca jendela mobilnya.

''Buka!''

Dok...dok...dok...

Nana menggedor-gedor kaca jendela mobil Kevin. Namun Kevin tidak berani membukannya. Ia sadar, ia sudah melakukan kesalahan.

''Wanita jika sudah mengamuk benar-benar menakutkan,'' ucapnya.

Kevin kemudian menulis sesuatu di sebuah kertas. Kemudian melemparnya keluar sebelum ia benar-benar melarikan diri dari Nana.

Nana segera mengambil kertas itu dan membacanya.

"Hai. Maafkan aku yang sudah tidak sopan membaca buku pribadimu. Percayalah aku tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya penasaran saja dengan catatan gadis muda sepertimu. Apa lagi kau tadi pagi mengatakan kalau kau akan menyatakan cintamu. Aku pikir kau menulis sesuatu yang menarik tentang cinta pertamamu itu. Sekali lagi maafkan aku."

Kevin

''Dasar tidak tahu malu. Beraninya membaca buku pribadiku. Lihat saja jika sampai aku melihatmu lagi. Lebih baik berdoalah semoga kita tidak bertemu lagi. Jika tidak kau akan habis ditanganku,'' ucap Nana dengan kesal.

...••••••••♡••••••••••••...

Di sisi lain Kevin terus melajukan kendaraannya menuju kantor milik sahabatnya itu. Karena hari ini rencananya Ia harus menggantikan sahabatnya untuk memimpin sebuah rapat besar. Sebab sahabatnya akan melakukan operasi jantung.

Ponsel yang ada di sakunya berdering. Di lihatnya nama sahabatnya yang sejak tadi terus menghubunginya.

''Hallo?''

''Hei kau ada di mana? Mengapa belum datang?''

''Maafkan aku. Tadi ada sedikit masalah. Jadinya aku terlambat datangnya,''

''Masalah? Masalah apa?''

''Bukan apa-apa. Nanti aku akan menjelaskannya padamu,''

''Baiklah, aku akan menunggumu. Segeralah kemari,''

''Ok,''

Sambungan pun terputus. Dan Kevin segera menambah kecepatan laju kendaraannya.

Sesampainya di kantor, terlihat seorang pria tengah duduk di kursi roda sedang memandangi jendela kaca besar yang menghadap ke jalanan kota. Pria itu tampak menghembuskan nafas beratnya.

''Kau sudah datang Kevin?'' Ucap pria itu.

''Yin Lan, kau itu bukan kakek-kakek. Tapi mengapa kau hobi sekali menghela nafas,'' ucap Kevin.

Yin lan seorang pemuda berhati dingin dan tertutup. Ia hanya memiliki seorang sahabat yaitu Kevin. Dengan kemampuan dan kerja kerasnya, ia mampu membalikkan nasib hidupnya. Dari yang tadinya terpuruk akibat kematian kedua orang tuanya. Belum lagi perusahaan ayahnya yang di manipulasi oleh rekan kerja ayahnya yang membuat perusahaan keluarga mereka bangkrut seketika.

Namun sayang, sejak kecil ia memiliki penyakit jantung. Dan dalam waktu dekat ini ia akan melakukan operasi, setelah dua hari yang lalu ia mendapat kabar dari pihak rumah sakit kalau ada yang akan menjadi pendonornya.

Maka dari itu ia meminta sahabatnya untuk menggantikannya dalam memimpin rapat para petinggi perusahaan. Kevin, selain menjadi sahabat Yin Lan. Ia juga orang yang paling dipercaya oleh Yin Lan.

Mereka sudah mengenal sejak kecil. Awalnya Kevin adalah anak angkat orang tua Yin Lan. Namun setelah usia 15 tahun, Kevin memilih hidup mandiri dan pergi ke luar negeri.

''Kau itu. Sudah meminta tolongnya mendadak, dan sekarang kau malah sibuk melamun dan tidak menyambutku,'' keluh Kevin.

Yin Lan berdiri dan berjalan menghampiri Kevin.

''Bukankah pesawatmu tiba 5 jam yang lalu. Lalu mengapa kau baru tiba sekarang? Dari mana saja kau?''

Kevin menggaruk tengkuk lehernya. Ia tersenyum kikuk dan bingung menjelaskannya.

''Bukankah aku sudah bilang di telepon kalau aku ada sedikit masalah tadi?''

''Memangnya masalah apa lagi yang kau buat? Bahkan baru tiba saja kau sudah membuat masalah. Bagaimana jika kau sampai hidup di sini bertahun-tahun. Apakah diriku akan sial jika terus berdekatan denganmu?''

''Kau ini. Lihatlah tampangmu itu. Dari kecil sama sekali tidak berubah. Lihatlah ekspresi angkuhmu itu, bukankah aku datang ke sini karena permintaanmu? Lalu mengapa kau sama sekali tidak bersikap ramah terhadapku? Jika tahu kau akan bersikap seperti ini, lebih baik aku tidak jadi pulang saja,'' ucap Kevin.

''Ya sudah kalau begitu, kau kembalilah saja ke sana. Aku juga tidak membutuhkanmu,''

''Hey hey! Ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba sikapmu seperti itu.''

''Kau mendapat masalah tapi tidak memberitahuku. Kau hampir saja tertabrak mobil, tapi kau sama sekali tidak memberitahukannya kepadaku. Apa kau menunggu sampai terjadi apa-apa Padamu, baru kau akan memberitahuku?''

''Eh, dari mana kau tahu kalau aku hampir tertabrak oleh mobil? Bukankah aku belum bercerita kepadamu?''

Kevin merasa penasaran karena saat ditelepon tadi, ia belum sempat menceritakan apa-apa kepada Yin Lan.

''Jangan-jangan kau membuntutiku ya? Atau kau menempatkan mata-mata di sekitarku?''

''Memangnya apa yang berharga darimu? Aku hanya khawatir saja jika terjadi apa-apa denganmu, Kau pasti akan merepotkanku.''

''Aku benar-benar sial. Bagaimana bisa aku memiliki saudara seperti mu?'' Kevin cemberut mendengar jawaban Yin Lan.

''Aku yang sial, bagaimana bisa aku memiliki saudara yang tidak pernah berhati-hati sepertimu. Apa kau tidak tahu atau berpura-pura bodoh, kita memiliki banyak musuh. Banyak yang mengincar posisi kita. Jadi kau harus berhati-hati dan jangan gegabah.'' Ucap Yin Lan.

''Iya...iya cerewet. Kau itu sedang sakit, tapi mengapa dari nada bicaramu sama sekali tidak terdengar seperti orang yang sakit?''

''Aku tidak sakit. Kau saja yang heboh dan selalu mengawasiku. Bahkan kau yang selalu memaksaku untuk melakukan operasi,''

Yin Lan memang tidak ingin melakukan operasi. Baginya ia sendiri tidak terlalu peduli dengan kesehatannya. Bahkan dalam benaknya sendiri ia berharap bisa lekas di panggil oleh Tuhan. Agar ia bisa segera berkumpul dengan kedua orang tuanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!