Perkenalan tokoh
Anisa Bustami, siswa teladan di salah satu sekolah menengah atas. Kesibukannya sekarang tak lain adalah sebagai seorang pelajar, ia kerap sibuk saat memasuki tahun terakhir pada pendidikannya ini. Berasal dari keluarga beragama Islam dengan budaya islamiah, tapi dirinya belum juga membiasakan diri memakai hijab. Dari keluarga ternama dengan latar belakang baik dan terpandang. Sungguh sosok yang sempurna, kaya dan pintar.
Keluarga masih lengkap, terdiri ayah, ibu dan juga seorang kakak laki-lakinya bernama Andre tepatnya musuh adu mulutnya.
Anisa kerap punya banyak teman, tapi dari sekian banyak teman ia hanya punya dua orang sahabat bernama Dini puspita, dan Lea kusuma yang sedari SD sudah jadi sahabatnya, anggaplah mereka saudarinya yang berharga.
Saat ini masih menjalani kesibukan sebagai seorang pelajar Bersama sahabatnya, Anisa kerap sibuk dengan Lea dan Dini dalam menjalani keseharian di sekolah. Tingkatnya sekarang tak lain dan bukan lain sebagai senior. Tahun ini adalah tahun terakhirnya di jenjang SMA, jadi trio ini bermaksud bersenang-senang sambil belajar. Menikmati masa-masa SMA yang akan segera berlalu dan tak akan bisa di putar lagi. Tapi siapa sangka kehidupan sekolah tahun terakhir yang mereka impikan jadi penuh rintangan.
Sehari sebelum semester pertama dimulai, mereka bertiga( Anisa, Lea, dan Dini) berjanji akan membeli berapa barang keperluan.
"Ma, aku keluar bareng Dini dan Lea, mau beli barang sekolah sih, Mama mau nitip ngga?" teriak Anisa di depan pintu sambil memakai sepatu bersiap akan berangkat menemui sahabatnya.
"Ngga usah, kamu hati-hati aja, jangan pulang kemalaman, pulang sebelum shalat Magrib yaa!" teriak mama pula dari dalam rumah.
"Ok mam laksanakan, aku pergi yaa assalamualaikum!" jawab Anisa kemudian Berlari melewati pintu gerbang.
"Hati-hati, Waalaikumussalam" jawab mama.
Lima menit kemudian di depan rumah Dini, tampak dua sosok sahabatnya yang tengah menunggu dirinya.
"Dini, Lea udah lama nunggu ya, sorry, aku lama siap-siap soalnya!" jelasnya dengan nafas terengah-engah.
"Udah santai aja, Lea juga baru sampai, mau duduk dulu atau lanjut jalan nih?" jelas Dini memberi perhatian.
"Udah jalan aja, aku ngga papa kok!" jelas Anisa sambil mengatur nafas.
"Ayo!!" Ajak Lea sembari membuka pintu mobilnya, dengan seorang pria separuh
baya yang duduk di kursi kemudi.
"Non Lea mau di antar ke mana?" tanya sopir Lea.
"Paman antar ke pasar terdekat dari sini aja" balasnya santai.
"Siap non!" Jawabnya tegas sambil mengemudi.
"Besok udah sekolah aja nih, aku ngga sabar mau ketemu my honey!!" ungkap Dini berharap sembari tersenyum memandangi foto Indra yang tak lain pacarnya.
"Ingatin aja terus aku sama Nisa ngga punya pacar, hmm!" tegas Lea yang melotot menatap Dini yang terlihat senang.
"Cihh, makanya cari cowok sana!" tegas Dini pula mengejek Lea.
"Heh, kamu pikir nyari pacar gampang apa?" sanggah Lea melototi muka Dini.
"Entar aku kenalkan deh sama teman cowoknya Indra, mau ngga?" ucap Dini menatap Lea sembari menaikkan sebelah alisnya memberi usulan.
"Ngga mau ahhh, malu!" sahut Anisa tiba-tiba yang kian menatap keluar jendela mobil.
"Ok deh biar Lea aja yang aku kenalin!" ucap Dini tampak kaku sambil bertatapan dengan Lea seakan memberi kode.
"Ha-ha, terserah kamu aja!" jawab Lea Ingin mengubah suasana sembari tertawa kecil.
"Entar non mau di jemput jam berapa?" tanya sang sopir tiba-tiba.
"Ngga usah deh paman, aku bisa pulang sendiri kok, lagian aku juga ngga buta arah paman!" jawab Lea menolak.
"Yah non kan nyonya menyuruh saya antar jemput non Lea hari ini" jawab sang sopir dengan nada lemas yang seolah kecewa akan jawaban Lea.
"Hmm, entar aku telepon mami deh, paman ngga usah jemput ya!" tegas Lea sembari menghela nafas sambil membuka pintu mobil seketika berhenti tepat di depan pasar.
"Makasih paman tang" ucap Anisa dan Dini serempak sembari perlahan keluar dari mobil.
"Ok, sama-sama non, hati-hati?" jawab sang sopir yang kian menyalakan mobil.
"Mau beli apa aja nih?" tanya Dini sambil memperhatikan keadaan pasar yang kian ramai.
"Terserah deh, aku sih menemin kalian aja" jawab Lea yang tampak mengantuk dengan mulut kian menguap lebar.
"Bilang saja kamu cuma cari alasan keluyuran ke pasar, pake alasan beli barang segala!" ucap Anisa merayu Lea sambil tersenyum kecil.
"Apaan sih, aku kan memang mau jalan kok, memangnya aku setan keluyuran segala, hah!" jawab Lea dengan sombongnya sembari tersenyum berjalan beriringan memasuki pasar yang ramai.
"Cih, nyadar diri juga ya kalo kamu setan ha-ha-ha" ejek Anisa sembari tertawa, Dini yang sedari tadi mengamati sekeliling pasar juga ikut tertawa mendengar candaan singkat itu.
"Cihh apaan sih, gini-gini juga cantikan aku daripada setan!" tegas Lea sedikit bangga sembari tersenyum.
"Iya deh non Lea yang cantik!!” gombal Anisa mengalah.
Mereka bertiga memasuki pasar yang makin ramai sehingga tak terlihat sosok mereka dari kejauhan. mereka membeli barang yang mereka mau sembari berjalan beriringan bergandengan tangan menghampiri beberapa toko.
Beberapa menit kemudian, kantong plastik memenuhi tangan Dini, menandakan mereka telah membeli banyak barang yang kian bersiap kembali.
"Woi biccisso, bantuin dong!" teriak Dini meminta bantuan pada Lea dan Anisa yang kian berjalan di depannya.
"Ceelah itu minta bantuan apa minta di tabok hah!" tegas Lea sembari berbalik dengan tangan kian memegang gula-gula di mulutnya dengan gaya tomboinya diam berdiri memandangi Dini yang kerepotan.
"Ngga usah teriak-teriak, sini aku bantu bawa deh" jawab Anisa santai sambil berlari ke arah Dini tak lain untuk membantunya.
"Memang hanya Anisa yang paling aku sayang, ngga kayak seseorang!" sahut Dini karena terbantu dan menyindir Lea.
"Hmm, karena aku yang paling disayang, besok traktir yaa?" tegas Anisa tersenyum polos berjalan ke arah Lea.
"Haduh sama aja kalian, tungguin dong!" icap Dini kesal sambil berjalan ke arah sahabatnya.
"Ya cepet dong jalannya!" tegas Lea yang sedari tadi berdiri menunggu sambil memasukkan handphonnya ke saku dan mengambil dua buah permen di sana.
"kamu juga sih beli barang segudang, ya repotkan, nih" lanjutnya sambil membuka dua bungkusan permen di tangannya dan di berikan pada Dini dan Anisa.
"Hmm, salah siapa juga yang belanja cemilan segudang, terus menyuruh aku yang bawa!" Tegas Dini sambil melotot ke Lea.
"He-he ya sorry, kelepasan belanja sekalian juga sih ngisi loker!" jawab Lea merasa bersalah.
"Terserah kamu deh, tapi jangan lupa loker aku di isi juga!" balas Dini tegas.
"Oh iya Nisa, besok kayaknya ada siswa pindahan di kelas kamu deh!!" ucap Lea langsung seketika ingat informasi di forum kelasnya.
"Siswa pindahan, di kelas aku? aku juga ngga tau, belakangan ini aku ngga online" jawab Anisa kebingungan.
\-To be continue\-
Jika ada kesamaan nama tokoh, karakter, dan tempat, saya selaku penulis meminta maaf. Cerita ini hanya fiktif belaka tidak bermaksud menyinggung para pembaca ataupun pihak lainnya.
Jangan lupa like, comen dan vote yaa.
Waktu menunjukkan pukul 17:08, sementara itu mereka tak sadar bahwa langit senja sudah datang.
Beberapa menit sebelumnya.
Munca pong-pong(notifikasi handphone)
"Ehh.. notifikasi apaan sih.." Lea mengambil handphone dari saku bajunya.
"Yampun.. gue dari tadi online terus.. ini gc(group chat) ribut banget, bahas apaan coba.. aduh batrai hp juga ikutan sekarat.. ehh.. siswa baru di kelas XI.2..? ini bukannya kelas Anisa yaa.. Tut.. yah.. lawbet dah ni hp.. bikin penasaran aja..". Ucap Lea dalam hati sembari memegang hpnya, belum sempat ia mencari tahu informasi detail tentang siswa pindahan itu handphonenya sudah mati, sembari menyambut Anisa dan Dini dari kejauhan Lea memasukkan handphone ke sakunya dengan kecewa.
"Oh iya Nisa.. besok kayaknya ada siswa pindahan di kelas lu deh.." Ucap Lea seketika ingat informasi di gc kelasnya yang ia lihat sebelumnya.
"Siswa pindahan.. di kelas gue? gue juga ngga tau.. belakangan ini gue jarang online". Jawab Anisa kebingungan sambil menatap permen yang ia pegang.
"Heh.. murid baru yaa.. cowok apa cewek tuu..?". Tanya Dini seketika sambil memandangi wajah Lea dengan penuh harap.
"Ngga tau juga.. gue belum sempat cari info di gc kelas.. hp gue udah lowbet aja..?". Jawab Lea kecewa sambil buang muka menikmati permen yang ia pegang.
"Heh.. ini pegang bentar bawaan gue.. Lo bikin gue penasaran aja sih.. Lo kan tau gue si ratu kepo..?". Ucap Dini refleks dengan bangga sambil memberikan bawaannya pada Lea dan Anisa, spontan Dini mencari handphonenya di tas yang menggelantung di badannya.
"Din.. ribet amat..?". Bentak Anisa sembari memegang barang bawaan dengan ekspresi heran melihat tingkah Dini yang tiba-tiba heboh.
"Infonya di gc kelas kan.. gue cek dulu". Jelas Dini sibuk sambil memandangi layar handphone dengan jarinya yang aktif bergerak.
"Ya ampun Din.. besok juga ketemu kok.. kalau memang sekelas ama gue Lo datang aja kan ke kelas gue.. sekalian aja kenalan langsung..". Ucap Anisa lemas sambil berjalan dengan langkah kecil agar beriringan dengan Dini dan Lea sembari menikmati permen dengan plastik bawaan yang bertengger di jarinya.
"Kan kenalannya besok.. ngga papa kan nyari info dulu..". Tegas Dini yang sibuk dengan handphonenya.
"Heh.. terserah deh apa kata tuan putri..".
Balas Anisa dengan pasrah sambil menghela nafas kecil.
"Udah ada info belum Din..?". Tanya Lea penasaran sambil menyodorkan wajahnya ke bahu Dini agar melihat info yang didapat Dini di gc kelas.
"Gue udah nanya di gc kelas.. ngga ada respon.. gue di kacangin..". Ucap Dini kecewa dengan pandangan lurus ke depan.
"Ya sabar aja Din.. tunggu mereka balas aja sih..". Ucap Anisa memberi perhatian.
"Coba lu tanya Indra gih.. diakan anggota OSIS siapa tau aja ada info?". Usul Lea sambil menatap Dini dari samping dengan dagu yang menempel di bahu Dini.
"Lo pikir kerjaan osis ngurus siswa pindahan.. my honey gue juga bukan informan tau..". Tegas Dini dengan bangga sambil melirik Lea yang menempel di bahu kanannya.
"Yaa elaa.. numpang nanya dong.. elu sensi amat..". Tegas Lea sambil mengangkat kepala dari bahu Dini kemudian dengan mata melotot memandang Dini.
"Hedeh.. yaampun kalian kurang kerjaan yaa.. atau saking penasarannya ama siswa baru..". Ejek Anisa dari samping sembari menghela nafas pendek sambil berjalan di depan sahabatnya dengan sikap tak peduli.
"Ok deh.. gue nanya ama Indra dulu". Tegas Dini mengabaikan ucapan Anisa sambil mengetik pesan.
"Ya ampun Nisa.. Lo kayak ngga tau Dini aja". Ucap Lea dari belakang sambil merangkul Dini sembari menatap layar handphone Dini karena penasaran berharap Dini mendapat info yang detail.
Anisa terus berjalan kedepan tak menghiraukan dua orang sahabatnya. Dengan langkah perlahan dan beriringan, Dini dan Lea mengikuti Anisa sembari menunggu kiriman pesan dari Indra, hingga akhirnya mereka sampai di perempatan jalan dekat rumah Dini.
Anisa yang membawa bayak plastik yang bergelantungan di jarinya bergegas menaruh semua barang di teras rumah Dini, dengan langkah kaki kecil, Lea dan Dini tiba-tiba berhenti seketika mendapat balasan pesan dari Indra. Dengan wajah serius Dini dan Lea membuka profil siswa pindahan yang di kirim Indra tanpa foto yang tertera.
Di sisi lain Anisa yang tiba-tiba saja kaget karena handphonenya tiba-tiba berdering.
Nunkkochi tteoreojyeoyo.. tto jogeumssik meoreojyeoyo.. bogo sipda.. bogo sipda..(nada dering handphone Anisa).
Anisa mengambil handphone dari sakunya, tertulis nama gorila dilayar handphone yang tak lain adalah saudara laki-lakinya.
"Halo..". Jawab Anisa santai.
"Halo, halo.. woi pulang.. Lo bawa Jam ngga sih?.. ini udah sore.. bentar lagi malam.. pu..lang.. Tut..Tut..". Bentak Andre lewat telepon kemudian langsung memutuskan panggilan dengan sengaja.
Anisa hanya terdiam dan kaget dengan tangan yang masih memegang handphone rapat di telinga serta ekspresi masam mulai terpapar di wajahnya.
"Aaaaaa.. ngga usah teriak juga kali.. gorila.." Teriak Anisa kesal sambil memasukkan handphonenya ke saku.
Dini dan Lea yang berdiri di depan gerbang sambil memerhatikan handphone yang berisi info kiriman Indra, belum sempat membaca isi pesan tiba-tiba saja mereka terkejut karena teriakan Anisa.
"Nisa.. Lo kenapa teriak-teriak..". Tanya Dini spontan setelah mendengar Anisa berteriak.
"Gue ngga papa kok.. gue di cariin nih.. gue balik duluan yaa.. assalamualaikum.. bay..". Jelas Anisa sambil berlari menghampiri Dini dan Lea kemudian meninggalkan sahabatnya secara perlahan.
"Ok waalaikumussalam.. hati-hati..". Teriak Lea spontan ketika Anisa menghampirinya.
"Ehh.. ternyata siswa pindahannya namannya Angga Saputra... berarti ini cowok..". Jelas Dini sambil manatap Lea sembari memegang handphone di tangannya tanpa menghiraukan kepulangan Anisa.
"Hahh.. Din.. namanya siapa.. Angga Saputra..?". Tanya Lea ke Dini ingin memperjelas bahwa dia tak salah dengar.
"Iya.. angga.. Saputra.. tunggu, ini..bukan Angga Saputra yang kita kenal itu kan..?". Tanya Dini ke Lea dengan tatapan sinis sembari keningnya mengerut berharap bukan orang yang ia kenal.
"Heeeyy.. ngga mungkin lah.. orang Angga Saputra di Inggris kan..?". Jawab Lea tak yakin sambil menatap Dini.
"Iya sih.. tapi.. siswa pindahannya juga dari Inggris.. heeyy.. ngga mungkinkan Angga balik ke Indonesia..?". Jawab Dini dengan ragu yang tampak tak percaya dengan apa yang ia baca di profil siswa.
"Moga aja bukan dia.. hmm..". Ucap Lea dan Dini dengan penuh harap sembari menatap Anisa yang perlahan menghilang dari ke jahuan sambil menghela nafas kecil kemudian berjalan memasuki rumah dengan bergandeng tangan.
Sementara itu dalam perjalanan pulang handphone Anisa berdering yang ternyata dari Andre kakaknya.
"Gue lagi di jalan.. bentar lagi nyampe..". Bentak anisa seketika mengangkat telfon.
"Ngga usah teriak.. aku juga denger kok..
ohh iya.. adikku yang baik dan manis.. beliin cemilan dong di toko bibi, yang biasa aja yaa.. Tut..Tut..". Jawab Andre lembut dan merayu sembari menahan amarah kemudian menutup telfon.
"Aaaa.. gorila..". Teriak Anisa kemudian memasuki toko.
\-to be continue\-
Jika ada kesamaan tokoh dan tempat, saya selaku penulis meminta maaf, cerita ini hanya fiktif belaka tidak bermaksud menyinggung para pembaca maupun pihak lainnya.
Jangan lupa like, vote, dan komen yaa.
Jam 05:30 dini hari di kediaman Bustami.
Kriingg.. kriingg.. kriingg..
Suara alarm berbunyi, membangunkan Anisa yang masih lemah karena mengantuk sembari duduk mematikan alarm.
Perlahan kakinya menyentuh lantai, berjalan dengan langkah kecil menghidupkan lampu dengan mata masih terpejam, ia menuju kamar mandi mengambil air wudhu kemudian bergegas melaksanakan sholat subuh.
Hari pertama sekolah dimulai, sedari semalam Anisa telah sibuk mempersiapkan barang bawaan serta perlengkapan sekolahnya, sampai-sampai ia lupa mengabari sahabatnya mengenai info yang mereka dapat sore tadi.
Anisa membuka jendela kamar, menghela nafas panjang dengan mata memandang langit, tangannya yang terus bergerak mengancing baju dan sesekali menatap cermin sambil memakai dasi di lehernya.
"Nisa, udah siap-siap belum?" teriak Mama dari bawah seraya mempersiapkan makanan bersama bibi Ayu.
"Bentar lagi ma!" teriak Anisa pula dari kamar sambil merapikan dasi dan baju serta matanya yang masih menatap cermin memperhatikan penampilannya.
"Ceelahh, kamu udah cantik ngga usah banyak gaya, cepet turun!" ucap Andre yang tiba-tiba lewat di depan pintu kamar Anisa sambil memakai jam tangan.
"Cihh apaan sih gorila!" gumamnya tersanjung sembari lengkungan kecil tergambar di bibirnya kemudian ia buru-buru merapikan pakaian dan mengambil tas.
Anisa keluar dari ruangannya berlari kecil mengikuti Andre dari belakang. Andre yang menyadari akan kehadirannya pura-pura bersikap acuh seraya senyum kecil terukir di bibirnya.
Mereka berdua menuju meja makan, yang ternyata ayah dan ibu sedari tadi menunggu ke datangan mereka. Menarik kursi secara bersamaan, Anisa dan Andre duduk bersebelahan dengan makanan yang tersaji nan beragam di atas meja.
Anisa yang baru saja duduk mengambil beberapa makanan dan makan dengan lahap sembari bibi Ayu meletakkan segelas susu di depannya, karena takut terlambat di hari pertama sekolah Anisa mulai terburu-buru menyelesaikan makannya tiba-tiba papa bertanya.
"Nisa hari ini mau diantar ke sekolah ngga?" tanya papa lembut sambil memperhatikan Anisa yang makan terburu-buru dengan sendok di tangan kanannya.
"Ngga usah pa, hari ini cuaca bagus jadi aku mau naik sepeda aja!" jawab Anisa sopan dan manja sembari menikmati roti yang ia pegang.
"Ya udah terserah kamu saja, tapi hati-hati ya bawa sepedanya" tegas papa mengingatkan seraya menikmati sarapannya.
"Iya iya, kalau gitu Nisa berangkat ya pa, ma takut tellat, assalamualaikum" ucap Anisa sambil berdiri seketika selesai menghabiskan makanannya dan menghampiri papa, Mama dan Andre sembari mencium tangan kanannya.
"Waalaikumussalam" jawab papa dan Mama serentak sambil memperhatikan Anisa yang akan meninggalkan meja makan.
"Bay gorila, aku duluan!" ejek Anisa dari belakang sembari menepuk punggung Andre dan dengan langka perlahan menjahui meja makan.
"Apaan sih kamu ganggu aja, udah sana-sana, hati-hati!" balas Andre ketus yang terganggu atas ucapan Anisa sambil memperhatikan Anisa dari jauh yang secara perlahan menghilang di balik pintu.
Di meja makan tertinggal Mama, papa dan Andre yang masih tenang menyantap makanan dan terucap dari mulut papa bahwa ia ingin menjodohkan Anisa. Andre menanggapi usulan papa bahwa Anisa masih terlalu dini untuk masalah perjodohan, Mama yang menyimak perbincangan juga setuju dengan perkataan Andre.
Sementara di halaman depan Anisa yang siap dengan sepedanya berangkat ke sekolah. Dengan santai ia mengayuh sepeda sambil menikmati hembusan angin yang menampar wajahnya. Paparan sinar matahari yang hangat menyilaukan mata, Anisa memejamkan mata, tiba-tiba dari belakang terdengan bunyi klakson yang semakin mendekat, dengan kaget Anisa menepi dan tak sengaja ia menabrak mobil yang juga tiba-tiba berhenti tepat di depannya yang membuat keseimbangannya goyah dan terjatuh menghantam aspal.
"Tuan muda, sepertinya ada yang menabrak mobil dari belakang!" tanya sang supir dengan sopan lalu memperhatikan spion mobil mendapati Anisa yang terduduk kesakitan.
"Bapak periksa aja!" jawab orang yang di panggil tuan muda, dengan ekspresi datar tak peduli.
"Baik tuan!" ucap sang supir tegas sambil membuka pintu mobil kemudian mengamati mobil yang sedikit lecet dan menghampiri Anisa yang duduk di trotoar jalan dengan luka di lutut kanannya.
"Adek ngga papa? ehh lutut adek berdarah. mau saya antar ke rumh sakit terdekat dek?" ucap sang supir menawarkan bantuan dan merasa kasihan juga bersalah.
"Ngga usah pak saya ngga papa kok, masih bisa jalan saya minta maaf ya pak, saya ngga sengaja nabrak mobil bapak!" jawab Anisa tegas dan merasa bersalah dan tak mau merepotkan sang supir sambil memperhatikan jam tangan yang ia pakai karena takut terlambat.
"Ngga papa dek kalau gitu mau saya antar ke sekolah aja dek?" tanya sang supir lagi menawarkan bantuan.
"Ohh ngga usah pak saya masih bisa kok naik sepeda!" ucap Anisa menolak ajakan sang supir kemudian mendirikan sepedanya.
"Kalau begitu saya berangkat dulu ya pak" lanjut Anisa sambil mengayuh sepedanya dan menahan sakit di lutut, ia berencana ingin ke UKS saat sampai di sekolah.
"Ehh hati-hati dek!" ucap sang supir perhatian kemudian melangkah kembali ke dalam mobil dengan seorang pemuda yang duduk di kursi penumpang yang sedari tadi memejamkan mata dengan earphone yang menempel pada ke dua telinganya, entah ia tertidur atau tidak.Tanpa basa-basi pula sang supir menyalakan mobil dan menuju tempat tujuan.
Anisa yang mengayuh sepeda dengan lututnya yang lecet akhirnya memasuki gerbang sekolah menuju parkiran siswa.
Dion yang juga tengah memarkir sepeda melihat Anisa yang baru saja tiba, tak sengaja pandangan Dion tertuju pada lutut Anisa yang lecet, setetes demi setetes darah Anisa mulai menjalar ke betisnya tanpa satu katapun, Dion menghampiri Anisa.
"Anisa! ini lutut kamu, kamu baik-baik aja kan, sakit ngga?" tanya Dion dengan khawatir lalu berjongkok memperhatikan lutut Anisa.
"Aku ngga papa kok Dion santai aja, ini cuman lecet kecil doang kok?" ucap Anisa yakin agar Dion tak khawatir.
"Ngga papa gimana, ini luka kamu perlu diobatin aku antar ke UKS aja, kamu masih bisa jalan kan!!" bentak Dion sambil memegang dan menarik tangan Anisa kemudian menuntunnya ke UKS.
Anisa hanya terdiam dengan perlakuan Dion yang perhatian padanya. Dion yang memegang tangan Anisa menuai banyak mata yang melihat ke arah mereka sembari mulut berbicara menuai gosip tentangnya.
Anisa yang memperhatikan sekeliling hanya tertunduk menyeimbangi langkah kaki Dion dan berusaha tak menghiraukan teman di sekelilingnya.
Dion membuka pintu UKS menyuruh Anisa duduk kemudian segera mencari kotak obat serta perban, dalam sekejap banyak siswa yang lalu-lalang di depan ruang UKS menatap ke dalam mengamati Anisa dan Dion.
Anisa yang menyadari situasi hanya terdiam kaku memperhatikan Dion yang sibuk. Dion tak menyadarinya, ia tetap fokus mengambil apa yang di perlukan untuk luka kemudian menghampiri Anisa yang tengah duduk di kursi.
"Dion aku bisa sendiri kok!" ucap Anisa tiba-tiba yang tak mau merepotkan dan sadar akan tatapan teman-temannya.
"Udah diam aja ngga usah banyak gerak" tegas Dion sambil fokus mengoleskan obat ke luka Anisa.
"Aaaa sakit!" ringis Anisa ke sakitan sambil memandangi Dion yang serius.
"Sorry sorry kamu tahan dikit ya, bentar lagi selesai kok!" ucap Dion perhatian sembari fokus membalut luka Anisa.
Deg.. deg.. deg..
"Aaaaaa Anisa kamu kenapa? ngga usah baper, sadar sadar sa..dar!!" batinnya berteriak sembari memegang dadanya
yang berdegup tak karuan menatap Dion.
"Oke udah selesai!" lanjut Dion senang sambil tersenyum polos menatap Anisa.
"Ma makasih yaa Dion!" ucap Anisa membalas senyum karena merasa terbantu.
"Iya sama-sama, lain kali kamu hati-hati jangan sampai terluka lagi, bikin kaget tau aku kan khawatir!" ucap Dion memberi nasehat dengan polosnya kemudian tersadar akan apa yang baru saja ia ucapakan kepada Anisa.
Ting.. Tong.. pelajaran pertama akan di mulai dalam lima menit (bel sekolah).
\-To be continue\-
Jika terdapat kesaman nama tokoh dan tempat, saya selaku penulis meminta maaf. Cerita ini hanya fiktif belaka tidak bermaksud menyinggung para pembaca dan pihak lainnya.
Jangan lupa like, vote, dan komen yaa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!