NovelToon NovelToon

Mencintai Mas Duda (Naya & Raditya)

MMD 1

"Bagaimana Nay, udah ada panggilan interview?" tanya sang Ibu yang berdiri di depan pintu kamar wanita bernama Naya tersebut.

Wanita berambut panjang itu menggeleng lesu. "Belum Bu. Masih tidak ada kabar" jawabnya kecewa.

Nirmala--Ibu Naya, menghembuskan napas pelan. Ia berjalan menghampiri sang putri dan menepuk puncak kepalanya lembut.

"Tidak apa-apa, coba lagi di tempat lain. Rezeki kan gak ada yang tau Nay" ujar Nirmala lembut selayaknya sang Ibu kepada anak perempuan satu-satunya.

Naya mengangguk pelan. Ia menutup laptopnya dan membaringkan tubuhnya ke atas kasur.

"Ikut Ibu aja yuk ketemu teman Ibu. Daripada kamu gak ada kerjaan di rumah" ajak Nirmala. Naya menatapnya lama kemudian wanita itu pun mengangguk. "Bersiap-siap lah! Ibu tunggu di depan yah"

Sesaat setelah sang Ibu keluar dari kamarnya, Naya pun beranjak menuju kamar mandi dan melakukan mandi pagi, atau mungkin mandi siang. Sebab hari telah menunjukkan pukul dua belas siang.

Sudah menjadi kebiasaan Naya sejak lima bulan yang lalu. Ketika ia officially menjadi pengangguran setelah lulus dari universitas. wanita itu tetap bangun pagi tetapi mandinya ketika hari menjelang siang ataupun sore. Jika ditanya jawabannya tetap sama.

"Ngapain mandi cepat kalau gak mau kemana-mana" ujar Naya di hadapan cermin.

Setelah mandi selama setengah jam, Naya pun memakai pakaian yang nyaman. Kaos, jeans, dan flat shoes. Tipikal style seorang Naya Kamila.

Rambut yang dibiarkan tergerai, dengan menambahkan bando berwarna krem ia pun siap untuk menemani sang Ibu.

"Parfum! Siapa tau ketemu jodoh disana" ujarnya sambil kembali memasuki kamarnya. Ia menyemprotkan banyak parfum ke tubuhnya. Setelah itu ia pun keluar dari kamarnya dan menghampiri sang Ibu.

"Mau ketemuan dimana Bu?" tanya Naya dengan mengambil kunci mobil dari tangan sang Ibu.

"Restoran Galaksi. Kita makan siang di luar hari ini" jawab Nirmala.

Naya tersenyum senang, "Asik!"

Mereka pun keluar dari rumah. Naya memasuki mobil lebih dulu, memanaskan mesin mobil selagi sang Ibu mengunci pintu rumah mereka. Dan setelah sang Ibu memasuki mobil, mereka pun pergi menuju restoran tersebut.

Ajakan makan siang di luar hanyalah alasan halus dari sang Ibu. Kata jahatnya sih Naya di suruh jadi supir. Mengantar Ibunya kemana-mana dan setia memasang telinga untuk mendengar ocehan sang Ibu.

Untung saja jalanan menuju restoran tersebut tidak macet sehingga mereka bisa sampai lebih cepat. Naya memarkirkan mobil cukup jauh dari pintu masuk restoran yang membuat sang ibu lagi-lagi mengomel.

Naya hanya diam, tidak ingin membalasnya sebab ia takut berdosa. wanita itu membuka pintu untuk sang ibu dan mengikutinya mencari tempat duduk yang strategis.

Selagi menunggu teman sang Ibu, Naya hanya memainkan ponselnya. Melihat akun-akun sosial media para teman-temannya yang telah bahagia dengan kehidupan masing-masing.

Bekerja, menikah, ataupun melanjutkan pendidikan. Dan ia? Menganggur. Membuka sosial media membuatnya merasa tertekan saja.

Naya pun mengeluarkan sosial medianya dan lebih memilih untuk memperhatikan seisi restoran. Tak satupun orang yang ia kenal. Naya pun mengaduk-ngaduk jus alpokatnya dengan malas, hingga pekikan sang ibu membuatnya terlonjak kaget.

"DINAR!" sang ibu melompat dari tempat duduknya dan menghampiri wanita paruh baya yang berjalan kearah mereka.

Seorang wanita paruh baya yang terlihat sangat anggun. Tersenyum dengan berkelas tetapi sama-sama hebohnya seperti sang Ibu.

Di samping wanita itu terdapat seorang gadis kecil yang bersembunyi di belakangnya. Mengintip malu-malu kearah mereka dan tak ingin melepaskan genggamannya dari gaun wanita paruh baya itu.

"Wah ini cucu kamu Din? Cantik banget!" ujar Nirmala antusias. "Halo cantik, nama kamu siapa?" ia menunduk mensejajarkan tinggi mereka.

"Mikaila" tutur gadis kecil itu dengan suara yang sangat pelan. Hingga terdengar hanya seperti gumaman.

Naya hendak tertawa melihat ekspresi sang Ibu yang bengong. Ia yakin Ibunya tidak mendengar suara anak itu.

"Namanya Mikaila Nir" kata Dinar.

Nirmala mengangguk-anggukkan kepalanya. "Namanya cantik seperti orangnya" ujarnya lagi sambil tersenyum ramah.

Kedua orang itu pun duduk bersama mereka. Naya duduk berhadapan dengan gadis kecil itu yang sedang mencuri-curi pandang kearahnya.

"Naya sudah besar aja! Tambah cantik yah" puji Dinar yang sejak tadi memperhatikan Naya.

Naya tertawa kecil. "Terima kasih Tan. Tante lebih cantik loh dari aku" balasnya tak mau kalah. Dinar sukses dibuat tertawa mendengar ucapan wanita itu.

"Sudah masuk kuliah Nay? Semester awal yah?" tanya Dinar. Naya tersanjung sendiri, bukan hanya Dinar yang menganggapnya masih mahasiswa baru. Bahkan juniornya pun mengira ia masih MABA. Wajah babyface Naya membuat ia selalu merasa muda.

"Sudah lulus dia Din" celutuk sang ibu.

Mata Dinar membuka tak percaya. "Ohyah? Aku kira masih mahasiswa baru loh!"

"Tante bisa aja, aku sudah mau dua dua Tan" Naya tersenyum malu, tetapi merasa senang. Sedangkan sang Ibu mendengus kesal melihat wajah kepedean Naya.

"Sudah bisa menikah tuh kalau gitu" sambung Dinar yang seketika membuat Naya merasa canggung. Ia terdiam tak tau harus menjawab apa.

"Jangankan menikah, cari kerja aja dia tidak bisa" kata Nirmala begitu saja.

Naya sekali lagi terdiam. Ia membuang pandangan kearah lain. Tak ingin ikut dalam pembicaraan kedua ibu ibu tersebut.

Mata Naya tak sengaja melirik kearah Mikaila. Ia tengah memandangi meja mereka dengan diam tetapi terlihat jika gadis kecil itu sedang menyimak pembicaraan mereka.

Mata mereka bertemu, dan Naya pun tersenyum kepada gadis kecil itu. Mikaila tidak membalasnya, tatapannya beralih keatas kepala Naya dan ia pun tersadar jika bando yang ia gunakan sama persis dengan milik Mikaila.

"Eh bando kita samaan yah!" ucap Naya antusias.

Mikaila mengangguk pelan. "Mika belinya dimana?" tanya Naya mencoba berbicara dengan gadis pendiam itu.

"Papa yang belikan" jawabnya pelan yang untung saja didengar oleh Naya.

"Ohyah? Kalau kakak belinya di disney land" ujar Naya, walau tidak ada yang menanyainya.

Naya melihat kening Mikaila bergerak. Gadis kecil itu terlihat tertarik dengan perkataan Naya. "Mika pernah ke disney land?" tanya Naya lagi.

Gadis kecil itu menggeleng. "Disana ada princess?" tanya Mikaila pelan.

Naya dengan cepat mengangguk. "Ada. Kakak ketemu dengan Cinderella, Snow white, Belle, Aurora"

"Siapa lagi?" tanya Mikaila antusias.

"Ariel, Elsa, Anna, dan banyak lagi" jawab Naya. "Mika suka dengan princess?" Naya sekali lagi memancing suara anak tersebut.

Mikaila mengangguk cepat. "Mika paling suka dengan Belle"

"Kenapa begitu?"

"Karena rambutnya Belle bagus. Dan juga Belle sama kayak Mika..." Naya menatap Mikaila serius. "Cuman punya Papa"

Perkataan Mikaila ternyata di dengar oleh kedua wanita paruh baya itu. Baik Dinar maupun Nirmala menatap iba dan sedih kepada gadis kecil itu.

"Radit masih sendiri Din?" tanya Nirmala penasaran.

Dinar mengangguk lesu. "Dia belum mau menikah lagi. Padahal mantan istrinya sudah menikah dua kali" jawab Dinar.

Naya diam-diam mendengarkan pembicaraan sang Ibu. Rasa kepo dari wanita itu seketika muncul ke permukaan. Hingga suara anak kecil membuatnya tersadar akan pembicaraannya tadi.

"Kakak suka princess apa?" tanya Mikaila yang kali ini sudah berani menatapnya. Bahkan matanya sangat berbinar membicarakan tentang princess-princess disney itu.

"Kakak sukanya sama Aurora" jawab Naya.

"Kenapa?"

"Karena Kak Naya suka tidur. Makanya mau jadi kayak Aurora" cetus sang Ibu. Naya meringis pelan mendengar cibiran wanita paruh baya itu.

"Jadi Kak Naya bangun kalau di cium pangeran?" tanya Mikaila polos.

"Kak Naya gak punya pangeran" Nirmala lagi-lagi menjawab perkataan Mikaila.

"Papa aja yang jadi pangeran Kak Naya. Seperti Mika, Papa pangeran Mika" ucap Mikaila dengan lugunya. Naya seketika terbelalak, begitupun dengan kedua wanita yang bersamanya. Kehabisan kata-kata. Dan tak seorang pun membalas perkataan anak itu.

Lama mereka terdiam. Naya pun tak tahan dengan situasi canggung tersebut. Ia lalu mengganti topik lain untuk terus berbicara dengan Mikaila. Sebelum gadis kecil itu kembali menjadi pendiam.

Naya dan Mikaila menjadi akrab dalam waktu singkat. Naya sangat tau bagaimana cara untuk dekat dengan anak-anak. Dan pembawaannya yang ceria serta perhatian membuat anak-anak merasa nyaman di dekatnya.

Setelah makanan utama mereka habis, Naya meminta untuk dibelikan makanan penutup. Dinar pun menyuruh Naya untuk memesan makanan penutup walau sang ibu memberikan tatapan menusuk, wanita itu tetap memesannya.

Tak lama crofflenya pun datang dan ia sangat antusias untuk memakannya. Selagi sang ibu bergosip, ia dengan perlahan menikmati croffle dan ice cream tersebut.

Naya mendapati Mikaila yang terus memperhatikannya. Ia pun tersenyum gemas melihat ekspresi ngiler Mikaila. wanita itupun menyimpan garpunya lalu menatap Mikaila.

"Mika mau?"

Gadis kecil itu tak langsung menjawab. Ia melirik kearah neneknya, meminta persetujuan.

"Mika gak boleh makan es dulu kan tenggorokannya masih sakit" ucap Dinar. Gadis kecil itu mendesah kecewa. Ia mengangguk tetapi matanya terus melihat kearah makanan penutup Naya.

"Kalau dikit aja bisa gak Tante?" tanya Naya. Ia tak tega melihat wajah penasaran Mikaila.

Dinar terdiam terlebih dahulu, kemudian ia pun mengangguk. "Baiklah, tapi dikit aja yah?" Mikaila mengangguk cepat. Dan ia pun menghampiri ku sambil membuka mulutnya.

"Dia sangat menggemaskan!" batin Naya.

Wanita itu mengangkat Mikaila untuk duduk di pangkuannya lalu menyuapinya sepotong kecil croffle beserta ice cream ke mulut gadis kecil itu.

Mikaila menutup matanya merasakan sensasi dingin. Dan tak lama kemudian ia tersenyum senang. "Enak!" ucapnya antusias. "Mau lagi" pintanya.

Naya menyuapinya lagi, dengan potongan-potongan kecil hingga croffle tersebut habis. Tentu saja diselingi dengan Naya yang juga memakan makanan manis itu. Dan Naya lah yang memakan sebagian besar dari porsi tersebut.

Setelah memakan makanan manis, Naya menyuruh Mikaila untuk meminum air putih. Membilas mulut serta tenggorokannya agar tidak membuat tenggorokannya bertambah sakit. Tanpa protes Mikaila menuruti perkataan Naya, dan terus berada di pangkuan wanita itu. Tak ingin berpindah kembali ke tempat duduknya.

"Mika pindah duduknya sayang, kasihan Kak Naya berat mangku kamu" kata Dinar.

Mikaila menggeleng cepat. "Tidak apa-apa Tante, biar aku memangku Mika" ucap Naya sambil melingkarkan tangannya di pinggang Mikaila.

Dinar sedikit terkejut melihat tingkah Mikaila. Sangat tak biasa gadis kecil itu ingin berdekatan dengan orang lain. Selain dirinya dan ayahnya, Mikaila tak pernah membiarkan orang lain menyentuhnya. Bahkan kepada Ibu kandungnya sendiri pun ia tidak sebegitu dekat.

Tanpa sadar Dinar tersenyum. Apalagi ketika melihat Mikaila yang sangat antusias berbicara dengan Naya. Membicarakan princess kesukaannya, dan wanita muda itu meresponnya dengan begitu hangat. Membuat sang cucu terus ingin bersamanya.

Ketika hari semakin sore, mereka pun memutuskan untuk pulang. Mereka berjalan bersama menuju depan restoran dan berpisah di parkiran. Dengan drama singkat dimana Mikaila tak ingin melepaskan Naya. Sehingga wanita itu pun berjanji untuk bertemu dengannya lagi nanti, barulah Mikaila melepaskan genggaman tangannya.

"Sampai jumpa lagi Mika!" ujar Naya sambil melambaikan tangannya.

"Bye Kak Nay!" balas Mikaila sebelum memasuki mobilnya. Bahkan disaat mobil itu telah bergerak, anak itu menurunkan kaca mobilnya untuk melambaikan tangan kepada Naya.

Naya membalasnya dengan bersemangat hingga mobil Dinar tak terlihat lagi. "Jadi? Sudah ingin punya anak?" bisik sang ibu tepat di telinganga.

Naya terlonjak kaget. "IBU!" pekik Naya kesal.

***

MMD 2

***

Setelah melaksanakan sholat subuh Naya tidak tidur lagi. Ia memilih untuk membersihkan rumah dan menyiram tanaman dari pada kembali ke kamarnya. Ia tak ingin mendapatkan omelan dari sang ibu jika ia mengurung diri di kamar dipagi hari.

Naya bersenandung pelan sambil menyirami koleksi tanaman sang ibu. Berbagai jenis bunga yang dirawatnya bagaikan anak sendiri.

"Nay," panggil sang ibu dari dalam rumah.

Naya menoleh, mendapati ibunya berdiri di samping pintu. "Kamu mau masak kan?" tanya Nirmala memastikan.

wanita itu mengangguk. "Setelah ini aku masak" jawabnya. Nirmala memberikan jempolnya lalu kembali memasuki rumah.

Naya pun menyelesaikan kegiatan menyiram tanamannya. Ia menggulung selang dan menaruhnya di lemari penyimpanan, kemudian ia memasuki rumah dan langsung menuju dapur.

Naya mencuci tangan hingga bersih. Selama tiga kali, yang menjadi kebiasaannya jika mencuci tangan. Ia lalu menyusun setiap bahan masakan keatas meja dan melihat layar ponselnya. Membaca resep masakan yang ia dapatkan dari youtube.

"Resep dari internet lagi Nay?" tanya Nirmala ketika memasuki dapur.

Naya mengangguk pelan dan menyengir. "Semoga kali ini bisa dimakan yah" kata Nirmala bercanda. wanita itu mendengkus pelan.

Naya memiliki banyak hobi, dan salah satunya adalah mencoba resep masakan yang ia dapatkan dari internet.

Ia sering mencoba memasak dengan resep yang ia dapatkan dari internet dan sebagian besar berakhir di tempat sampah. Hanya beberapa kali masakan itu sukses dan terhidang di meja makan. Walau begitu orang tuanya tidak melarangnya untuk memasak, walaupun dapur akan menjadi berantakan setelah ia memasak.

Hari ini Naya ingin membuat udang tepung mayonaise dengan sup bening yang hanya membutuhkan sedikit bahan masakan. Ia menyiapkan segala bahannya dengan baik. Kemampuan menggunakan pisaunya pun jauh lebih baik dari sebelumnya. Setelah semua bahan disiapkan, ia pun mulai memasak.

Mulai dari menggoreng udang, merebus air, memberi bumbu-bumbu pelengkap hingga menatanya. Naya lalu mengambil sebuah sendok dan mencicipi masakannya tersebut.

Kepalanya memiring ke satu sisi. "Lumayan" ujarnya yakin.

Tak lama sang Ibu pun memasuki dapur dan memandangi makanan hasil buatan Naya. wanita itu memberikan sesendok untuk dicicipinya. Wanita paruh baya itu mengangguk pelan.

"Enak kok" ujarnya, dan membuat Naya tersenyum senang.

"Ibu panggil Ayah dulu untuk sarapan. Siapkan semuanya yah" ucap Nirmala.

Naya pun melanjutkan bersiap-siapnya. Menaruh tiga piring di atas meja beserta alat makannya. Tak lama ibu dan ayahnya datang dan mereka pun sarapan bersama.

"Alhamdulillah, kali ini sukses yah Nay" ujar sang ayah. Naya tersenyum dan mengangguk cepat. Ayahnya makan dengan lahap menandakan memang masakannya kali ini terasa lezat.

"Naya bentar ikut Ibu ke toko yah, bantu fotoin barang baru" ujar Nirmala.

Naya mengangguk setuju. Ia juga tak memiliki kegiatan yang pasti, sehingga ia mau saja ikut ke toko sang Ibu.

Ibu Naya alias Nirmala memiliki usaha sampingan yaitu toko hijab. Toko yang telah buka sejak Naya masih kecil itu menjadi salah satu pemasukan pada rumah tangga mereka.

Dibantu oleh Naya, toko hijab tersebut mulai memasuki pasar online. Walau memiliki cukup banyak pembeli setia tetapi tak sebanding disaat mereka menjualnya secara online. Pemasukan mereka meningkat dan banyak mendapatkan langganan baru. Dan Naya bertugas untuk memotret barang-barang yang akan dijual di toko tersebut.

Setelah sarapan, Naya segera memasuki kamarnya. Ia terlebih dahulu membersihkan kamarnya tersebut kemudian melakukan serangkaian proses mandi. Selanjutnya wanita itu memilih pakaian yang cukup bagus, lalu menunggu sang ibu bersiap-siap sambil menonton televisi.

"Ayo Nay" panggil sang Ibu.

Naya pun beranjak dari sofa dan berjalan menuju mobil. Mengemudi dengan kecepatan sedang hingga ke toko sang ibu.

Hijab Chic.

Nirmala membuka pintu toko tersebut dan disambut ramah oleh para pegawainya. Hari ini toko mereka tak buka, karena banyak koleksi baru yang masuk sehingga mereka fokus untuk menata barang masuk tersebut.

Sebagian barang tersebut berada di lantai dua, area karyawan, dimana mereka akan menyortir barang masuk serta mengaturnya untuk di posting ke toko online mereka. Dan sisanya di taruh di gudang untuk penyetokan barang-barang tersebut.

Hijab Chic memiliki satu orang model yang mereka gunakan untuk dipakaikan barang jualan mereka.

"Pashmina lagi nge-tren yah sekarang?" tanya Nirmala sambil melihat-lihat koleksi baru mereka yang sebagian besar adalah pashmina.

"Iya Bu. Banyak yang nyari pashmina akhir-akhir ini" jawab salah seorang pegawainya.

Pegawai lainnya memakaikan pashmina model inner kepada model mereka. Naya memperhatikannya dan merasa kurang srek.

"Sepertinya Rani kurang cocok deh pakai pashmina" ucap Naya. Semua orang yang berada di ruangan tersebut beralih memperhatikan model mereka. Dan hampir semua menyetujui perkataan Naya.

"Rani difotonya pakai hijab paris dan hijab langsung aja. Untuk pashmina kita cari model lain" kata Nirmala yang di iyakan oleh para pegawainya.

Setelah memotret koleksi hijab terbaru mereka. Naya pun mengambil pashmina yang tidak jadi dipakaikan kepada modelnya tadi. Ia mencoba memakainya dan memperhatikan wajahnya di cermin.

"Selebgram rata-rata makenya kayak gini yah?" tanya Naya kepada para pegawainya.

Mereka semua menoleh kearah Naya dan beberapa mengangguk menjawabnya.

"Mba Naya cantik deh pakai pashmina. Mba aja jadi modelnya" cetus salah seorang pegawainya.

Naya hendak menolak, tetapi tatapan memohon sang ibu mengurungkan niatnya. Ia pun menghela napas pelan dan mengangguk.

"Iya deh" ujarnya pasrah. Nirmala tersenyum puas. "Tapi aku digajikan Bu?" tanya Naya sambil menaik turunkan alisnya.

"Hm" gumam Nirmala. Naya tersenyum senang, dan ia pun pasrah ketika wajahnya dirias oleh makeup artis panggilan mereka.

Naya memotret dirinya sendiri hingga seluruh koleksi pashmina tersebut selesai. Hanya memotret satu warna pada setiap model, lalu di edit menjadi berbagai macam warna. Tentu saja Naya sangat teliti mengenai pewarnaan hijab tersebut, harus sesuai dengan warna aslinya.

Ketika ia sedang fokus mengedit, ibunya menghampirinya sambil mengarahkan ponselnya ke wajah Naya. Naya mengerutkan keningnya bingung.

"Mika ingin melihatmu" ujar sang ibu.

Mendengar nama gadis kecil itu seketika membuat Naya tersenyum bahagia. Ia pun merebut ponsel dari tangan Nirmala dan mengganti kamera vidio call tersebut menjadi kamera depan agar mereka dapat melihat wajah masing-masing.

"KAK NAYA!" teriak Mikaila menyapanya.

Naya melambaikan tangannya bersemangat. "Halo Mika"

"Kakak dimana?"

"Di toko Ibunya kakak. Mika lagi di rumah yah?"

"Iya. Mika lagi nungguin Papa, mau ajak Mika main trampolin" jawab Mikaila terlalu ditail. Sampai-sampai membuat Naya penasaran dengan hal-hal lainnya.

"Kak Naya, kapan Mika bisa ketemu Kak Naya lagi? Mika mau kasih lihat boneka princess Mika" suara imut Mika membuat Naya gemas. Ingin mencubit pipi tembem yang semakin membulat ketika berbicara itu.

"Kapan Mika bisanya aja. Kakak selalu bisa kok!" balasnya yakin. Toh Naya juga tidak punya kerjaan setiap harinya.

"Besok bisa Kak?" tanya nya memastikan.

"Mm boleh" jawab Naya.

"Yeay! Besok Kak Naya ke rumah Mika yah?" ajak gadis kecil itu antusias.

Naya mengangguk. "Okedeh!" balasnya.

Mereka pun melanjutkan pembicaraanya mereka. Mulai dari para princess hingga kegiatan sekolah Mikaila. Naya lebih memilih untuk bercerita dengan Mikaila daripada melanjutkan pekerjaannya.

Sayup-sayup Naya mendengar suara lelaki yang memanggil nama Mikaila. Gadis kecil itu pun menurunkan ponselnya dan tak lama kemudian ia mematikan panggilan v8ideo mereka.

"Sepertinya Papanya sudah datang" gumam Naya. Ia lalu menyimpan ponsel Ibunya di atas meja dan melanjutkan pekerjaannya.

Tak lama, sang ibu pun menaiki tangga dan menghampirinya. "Sudah video call nya?" tanya Nirmala sambil mengambil ponselnya itu.

Naya mengangguk. "Mika ngajakin ke rumahnya besok. Mau nunjukin koleksi bonekanya katanya. Boleh gak?" katanya meminta izin.

Sang Ibu mengangguk. "Perginya sama Ibu. Ibu juga mau bertemu dengan Tante Dinar"

"Oke" balas Naya, lalu kembali fokus kepada pekerjaannya.

***

MMD 3

***

"Ke rumah Tante Dinar jam berapa Bu?" tanya Naya sambil menengok ke dalam kamar orang tuanya.

"Siangan deh Nay, tunggu Mika pulang sekolah baru kita kesana" jawab Nirmala.

Naya mengangguk sekali, lalu kembali memasuki kamarnya. Ia mengatur pakaian yang akan ia gunakan, serta hadiah yang ingin ia berikan kepada Mikaila.

Beberapa buku mewarnai bertema princess beserta alat pewarnanya.

Setelah itu, Naya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil memainkan ponselnya. Melihat satu persatu story di media sosial temannya dan mendapati akun sahabatnya yang mengirimkan foto sang anak.

"Anak Ghea udah besar aja! Padahal baru brojol bulan lalu" Naya pun segera membalas story tersebut, dan tak menunggu lama sang sahabat membalasnya.

"Sarjana ngapain aja di rumah?" balas wanita bernama Ghea itu.

Naya mengetik dengan cepat. "Nganggur! Lo kapan balik kuliahnya? Udah satu semester lo cuti"

"Kayaknya gue mau ambil cuti lagi deh Nay. Gue masih belum mau ninggalin anak gue. Setahun lagi kayaknya gak apa-apa yah?" tanya Ghea.

"Entahlah, gue gak tau soal cuti-cutian" jawab Naya.

"Tentu saja, lulusan terbaik mana kepikiran mau cuti"

Ghea adalah sahabat Naya sejak masa SMA. Ia memutuskan untuk cuti kuliah karena ingin melahirkan dan merawat anak baru lahirnya. Wanita itu menikah dengan pemain sepak bola nasional indonesia yang juga merupakan teman mereka ketika SMA dulu.

Ghea dan Ryan berpacaran sejak masa sekolah, dan memutuskan menikah setelah hubungan mereka memasuki tahun ke enam. Baru sebulan mereka menikah, Ghea akhirnya hamil dan melahirkan anak pertama mereka bulan lalu.

Salah satu alasan kenapa Naya sering ditanyakan "Kapan nikah" karena sang sahabat sudah memiliki anak!

Karena malas membalas pesan Ghea, Naya pun menyimpan ponselnya ke dalam tas dan memutuskan untuk mandi. Naya memiliki kebiasaan mandi dalam waktu lama.

Paling cepat rekor mandinya adalah tiga puluh menit, dan paling lama? Empat jam di dalam kamar mandi. Tak ada yang tau ia ngapain di dalam sana. Bahkan temannya pernah menebak-nebak kalau Naya bersemedi di dalam kamar mandi.

Naya menyelesaikan mandinya tepat selama satu jam. wanita itu keluar dari kamar mandi dan menggunakan pakaian yang telah ia siapkan. Setelah itu ia pun bersiap-siap, dan keluar dari kamar setelah melaksanakan sholat dzuhur.

Ketika Naya keluar kamar, ia melihat Ibunya sedang menyiapkan kue buatannya semalam. Wanita paruh baya itu berniat memberikan kue coklat andalannya kepada Mikaila. Ia sangat antuasias untuk membuat Mikaila mencicipi kue buatannya itu.

"Ayo Nay, Mika sudah mencarimu" kata Nirmala sambil menyodorkan bungkusan kue itu. Menyuruh Naya untuk menentengnya.

Mereka pun lalu memasuki mobil dan Naya menjalankan mobil tersebut menuju rumah Dinar. Mereka tak pernah ke rumah itu sebelumnya, sehingga mereka mengandalkan google maps untuk mencapai rumah tersebut.

Butuh waktu lebih lama hingga mereka menemukan rumah besar tersebut. Naya dan Nirmala sangat payah dalam melihat peta. Biasanya sang ayah lah yang memimpin pencarian alamat, baru kali ini mereka hanya melakukannya berdua.

Dinar menyambut mereka di depan pintu, bersama Mikaila yang tersenyum lebar. Naya menurunkan kaca mobilnya dan seketika gadis kecil itu meneriaki namanya.

"KAK NAYA!"

Naya tersenyum senang mendengar suara Mikaila. Ia lalu memarkirkan mobilnya pada parkiran yang berada di rumah besar itu. Dan melangkah keluar dari mobil.

Ketika Naya telah memasuki rumah Dinar, Mikaila segera menariknya menuju kamarnya. Ia mengambil boneka sleeping beautynya dan menunjukkannya kepada Naya.

"Wah cantik banget!" ujar Naya. Ia pun berjalan menuju lemari boneka Mikaila dan memperhatikan koleksi boneka princess gadis kecil itu.

"Mika punya semua princessnya?" tanya Naya penasaran.

"Apa ini sudah ada semua?" kata Mikaila kembali bertanya.

Naya pun memperhatikan satu persatu boneka yang ada disana, dan mendapati beberapa princess yang tidak ada.

"Belum semuanya sayang. Belum ada Miranda dan Pocahontas" jawab Naya.

"Miranda? Pocahontas?" ujar Mikaila bingung.

Naya mengangguk. "Mika tidak tau princess itu?"

Mikaila mengangguk pelan. "Sini Kak Naya kasih tau" Naya pun membawa Mikaila keatas pangkuannya dan memperlihatkan princess yang ia sebutkan tadi. Dan seperti diharapkan, Mikaila sangat antusias membicarakan tentang princess-princess tersebut.

Tak lama Dinar pun memasuki kamar Mikaila sambil membawa makanan ringan untuk mereka. Ia memberikannya kepada Naya dan wanita itu segera mengambilnya.

"Dimakan yah Nay" ujar Dinar.

"Iya Tan" ia kembali duduk di tempatnya semula dan memperhatikan Mikaila yang menyusun semua boneka miliknya di atas karpet yang membuat lantai kamar itu dipenuhi oleh boneka.

Naya memakan cheesecake yang dibawa oleh Dinar tadi sambil memperhatikan Mikaila yang menjelaskan mengenai boneka-bonekanya itu.

"Mika mau cheesecake?" tawar Naya, dan dibalas gelengan oleh Mikaila.

"Buah mau?" tawar Naya lagi.

Mikaila terdiam selama beberapa detik, lalu ia pun mengangguk. "Mau anggur" ujarnya.

Naya pun mengambil sebuah anggur hijau, dan memberikannya kepada Mikaila. Gadis kecil itu membuka mulutnya, meminta untuk disuapi oleh Naya.

Setelah menghabiskan cemilan mereka. Mikaila melanjutkan ceritanya mengenai sekolah gadis kecil itu. Ia sudah bersekolah selama sebulan tetapi Mikaila belum memiliki teman satu pun. Walau banyak yang mendekatinya tetapi Mikaila malu untuk bermain dengan teman sekelasnya.

Tak lama pintu kamar Mikaila terbuka lagi, dan Dinar menghampirinya dengan pakaian berbeda. Wanita paruh baya itu terlihat lebih rapi dari sebelumnya.

"Nay Tante mau minta tolong, boleh?" kata Dinar yang kini memasuki kamar Mikaila.

"Kenapa Tante?" tanya Naya.

"Tante sama Ibumu mau pergi ketemuan dengan teman sekolah kami. Tante bisa titip Mika sama kamu gak? Sebentar doang kok, sebelum magrib kami sudah pulang" pinta Dinar dengan penuh harap.

Naya akhirnya tau kenapa sang ibu ingin ikut bersamanya dan mengizinkannya begitu saja. Ternyata ini niat kedua wanita itu.

Naya pun mengangguk. "Iya Tan, biar aku yang menemani Mika disini" ucapnya.

Dinar tersenyum lega. "Terima kasih yah Naya! Mau dibeliin sesuatu gak pulang nanti?" tawar Dinar, hitung-hitung bayaran menjaga cucunya.

"Gak usah Tante" tolak Naya.

Dinar sekali lagi tersenyum dengan lebar. Kali ini ia beralih menatap sang cucu yang degan serius menggambar di buku sketchnya.

"Mika, Nenek mau pergi dulu yah sama Nenek Nirmala. Kamu disini aja sama Kak Naya, gak apa-apakan?" tanya Dinar.

Mikaila hanya menganggukkan kepalanya tanpa melihat kearah Dinar.

"Mau dibeliin sesuatu kalau Nenek pulang nanti?" tanya nya lagi.

Kali ini Mikaila menoleh kearahnya dan gadis kecil itu pun menggeleng. "Aku mau main aja sama Kak Naya" ujarnya dan langsung diberi usapan lembut di puncuk kepala gadis kecil itu oleh Dinar.

"Kalau begitu, Nenek pergi dulu yah. Kamu jangan merepotkan Kak Naya, oke?"

"Iya Nenek. Bye bye!"

Dinar pun mengangguk pelan. Ia berpamitan lagi kepada Naya dan ia pun keluar dari kamar Mikaila.

Naya merasa tidak khawatir ditinggal oleh Dinar, sebab di rumah ini ada dua orang pembantu dan seorang satpam di depan sana. Jika Mikaila membutuhkan sesuatu, ia hanya akan mengatakan kepada asisten rumah tangga mereka dan mereka akan melaksanakannya.

Naya pun menemani Mikaila menggambar. Ia memperhatikan gambaran wanita itu yang tak ia tau rupanya apa. Kucing kah atau kelinci? Naya tidak tau.

"Mika suka gambar?" tanya Naya. Ia tengkurap disamping Mikaila.

Mikaila mengangguk. "Tapi Mika gak tau menggambar. Nenek dan Papa juga gak bisa gambar, jadi Mika hanya tau gambar ini" katanya sambil menunjuk hewan berkumis yang ia gambar itu.

"Kak Naya bisa gambar?"

"Mm bisa sedikit" jawab Naya.

Mikaila pun mendorong buku sketchnya ke hadapan Naya beserta pensilnya itu. "Mau digambarin apa?" tanya Naya.

"Mm apa aja" jawabnya.

Naya pun merasa bingung. Ia tidak memiliki ide mau menggambar apa. Tiba-tiba matanya menangkap boneka beruang yang berada tak jauh dari mereka. Ia pun mulai membuat garis garis kecil diatas kertas putih hingga membentuk gambaran sebuah boneka beruang.

"Wah bagus! Lagi-lagi Kak Naya!" ujar Mikaila sambil membalikkan kertas tersebut.

Dan selama Dinar maupun Nirmala pergi, Naya terus meladeni keinginan Mikaila yang menyuruhnya untuk menggambar bebagai objek.

Huahhhhhhh.

Pemandangan Mikaila yang menguap lebar, menarik perhatikan Naya dari buku sketch tersebut.

"Mika ngantuk?" tanya Naya. Gadis kecil itu mengangguk pelan sambil mengucek matanya.

"Ayo Kakak temani tidur" tawar Naya dan segera Mikaila meraih tangan Naya dan mereka pun menaiki tempat tidur Mikaila.

Naya ikut berbaring di samping Mikaila. Ia mengambil ponselnya dan membuka aplikasi dongeng pengantar tidur.

"Mika mau Kakak bacain dongeng gak?"

Mikaila menganggukkan kepalanya. "Mau Kak Naya"

Naya pun membuka salah satu judul dongeng dan mulai membacakannya. Tiba-tiba sebuah tangan Mikaila berada di atas perutnya. Ia menunduk dan mendapati wajah Mikaila yang terlihat memohon.

"Mika bisa peluk Kak Naya?" tanya gadis kecil itu pelan.

Naya mengangguk. "Boleh" ucapnya.

Mikaila tersenyum senang. Ia pun memeluk pinggang Naya dengan erat sambil menunggu dongeng yang akan Naya bacakan.

Baru saja Naya membaca selama lima menit, Naya mendapati Mikaila yang sudah tertidur pulas. Naya terkekeh pelan. Gadis kecil itu terlihat lebih menggemaskan ketika tidur.

Perlahan-lahan Naya menyimpan ponselnya di atas nakas. Lalu mengusap lembut rambut Mikaila, membuat tidur gadis kecil itu semakin nyenyak.

Tak lama kemudian, pintu kamar Mikaila terbuka dan muncul lah Nirmala yang hendak memanggil namanya. Tetapi Naya memberi kode untuk tidak ribut, sambil menunjuk kearah Mikaila.

"Kita pulang sekarang Nay, sudah malam Papa sudah nyariin" kata sang Ibu berbisik.

Naya mengangguk sekali dan ia pun perlahan-lahan menjauhkan tangan Mikaila yang memeluknya dan beralih memeluk guling. Untung saja gadis kecil itu tidak terbangun, dan memeluk gulingnya dengan erat.

Naya mengusap pipi tembem Mikaila sebelum benar-benar meninggalkan gadis kecil itu. Ia pun menutup pintu dengan pelan lalu berjalan menghampiri Ibunya yang sudah menunggu di depan pintu.

"Mika sudah tidur yah Nay?" tanya Dinar sesaat Naya berada di dekat mereka.

"Iya Tante" jawabnya.

"Terima kasih yah sudah menemani Mika seharian ini," Dinar menyentuh sebelah tangan Naya dan menepuk punggung tangannya pelan.

Naya tersenyum tulus. "Iya Tan, aku juga senang bermain dengan Mika"

"Yasudah kalau gitu kita pamit yah Din," kata Nirmala lalu mereka pun bercipika-cipiki. Kemudian Naya menyalimi tangan Dinar lalu memasuki mobilnya.

Ia lebih dulu masuk ke mobil. Menyalakan mesin, dan memanaskannya. Sedangkan sang ibu masih bercerita dengan Dinar. Entah apa yang mereka ceritakan hingga mereka tertawa bersama.

Naya pun membunyikan klakson mobilnya, mengingatkan sang ibu untuk pulang. Akhirnya kedua teman itu berpamitan dan ibu Naya pun memasuki mobil mereka.

"Pulang dulu Tante" pamit Naya.

"Iya hati-hati yah kalian!" Dinar melambaikan tangan dan Naya pun mengemudikan mobil keluar dari pekarangan rumah Dinar.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!