NovelToon NovelToon

BROTHER HUG

Kekesalan Damian Di Pagi Hari

Seorang pemuda berwajah tampan, manis, cantik dan memiliki senyuman kelinci sedang berada di kamarnya dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah benar-benar selesai. Pemuda itu pun beranjak meninggalkan kamarnya untuk turun ke bawah.

Yah! Pemuda itu adalah Damian Calvin. Si bungsu dari tujuh bersaudara.

TAP!

TAP!

TAP!

Suara langkah kaki Damian menuruni anak tangga. Langkah kakinya menuju kearah dapur. Damian melangkah menuju dapur tanpa mempedulikan keenam kakak-kakaknya yang sudah berada di meja makan yang kini sedang menatapnya.

Damian terus berjalan kearah dapur fokus dengan ponsel di tangannya. Mungkin ponselnya lebih bagus dilihat dari pada wajah para kakak-kakaknya.

Damian sudah berada di meja makan yang ada di dapur. Dirinya sarapan pagi bersama seorang pelayan yang selama ini selalu ada untuknya.

"Tuan muda Damian. Sudah main ponselnya. Tuan muda harus sarapan dulu. Bibi sudah siapkan," kata Bibi Hani tersenyum.

"Oke, baiklah!" Damian langsung menghentikan aktivitasnya bermain ponsel.

Saat Damian ingin menyendokkan makanan tersebut ke mulutnya, tiba-tiba tangannya terhenti dan menghentikan acara makannya.

"Bibi Hani. Sarapan pagi ini siapa yang memasaknya?" tanya Damian.

"Eemm! Kalau nasi goreng yang tuan muda Damian makan itu. Tuan muda Dandy yang memasaknya. Tapi kalau yang nasi kuning ini baru Bibi yang memasaknya," jawab Bibi Hani.

"Kalau begitu aku tukar makanannya. Aku tidak jadi makan nasi goreng ini. Aku makan nasi kuning saja," ujar Damian.

Mendengar ucapan dari Damian sukses membuat keenam kakak-kakaknya kaget, tak terkecuali Dandy. Dirinya tersendak mendengar penuturan Damian.

"Uhuukk!"

"Kak Dandy. Kau tidak apa-apa?" tanya Danesh dan Daanii bersamaan.

Daniyal yang ada di sampingnya mengurut tengkuknya. "Minum dulu, kak." Daniyal memberikan segelas air pada Dandy.

"Terima kasih, Dan." Dandy berucap, lalu memandangi satu persatu wajah adiknya. "Kalian tidak perlu khawatir. Kakak baik-baik saja," ucap Dandy lagi.

"Mengapa hatiku sakit saat mendengar ucapan Damian barusan. Damian menolak memakan masakanku. Padahal kan nasi goreng buatanku itu sudah menjadi candu untuknya," batin Dandy.

"Kak Dandy, kau tidak apa-apakan?" tanya Dayyan saat melihat Dandy yang sedari tadi menatap kearah dapur dimana Damian duduk bersama Bibi Hani dengan wajah manisnya.

Mereka semua mengalihkan pandangan mereka kesana. Dapat mereka lihat Damian adik yang mereka benci begitu tampak bahagia sarapan bersama Bibi Hani.

"Waah. Bibi Hani! Nasi kuning ini enak sekali. Aku mau Bibi Hani membuatkannya setiap hari untukku," ucap Damian sumringah.

"Baiklah. Bibi akan menjadikan nasi kuning ini menu favoritnya tuan muda Damian," jawab Bibi Hani antusias.

Terukir senyuman manis di bibir Damian. "Terima kasih, Bi!"

Damian kembali menyuapkan nasi kuning ke dalam mulutnya. Ketika Damian sedang menikmati sarapan paginya, tiba-tiba terdengar ponselnya berdering.

DRTT.. DRTT..

Mendengar ponselnya berdering. Damian pun segera mengangkatnya. Damian sudah tahu siapa yang sudah mengganggu acara sarapannya di pagi hari ini?

"Hallo, tiang listrik. Kenapa kau meneleponku?" tanya Damian.

"Dasar siluman kelinci sialan. Kenapa kau selalu mengataiku setiap menjawab panggilan dariku?" emosi Haikal.

"Karena kau seorang penggangu. Kau selalu mengganggu ketenanganku. Dan sekarang kau mengganggu acara sarapanku dengan orang yang paling aku sayangi di dunia ini dan orang itu juga sayang padaku," jawab Damian seenaknya.

"Memangnya masih ada orang yang sayang padamu. Orang yang seenaknya mengatai orang lain? Aku rasa hanya orang gila yang sayang padamu. Hahahahaha!" ejek Haikal.

"Sialan kau, Kal! Apa kau mau mati, hah?!"

"Memangnya kau tega membunuhku. Aku kan sahabat kesayanganmu. Sahabat yang paling tampan dan baik hati yang kau miliki," goda Haikal.

"Pedemu terlalu tinggi, tiang listrik! Banyak yang lebih tampan darimu. Salah satunya aku."

""Hahaha." Haikal tertawa.

"Iya, ya! Silahkan kau tertawa sepuasnya. Tunggu saja nanti di sekolah. Kau akan habis kubuat. Tambah lagi kau sudah membuatku kehilangan selera makan."

"Hahaha. Itu nasibmu, kelinci."

"Mau apa dan ada hal apa kau meneleponku? Kalau tidak begitu penting aku tutup nih!" ancam Damian.

"Aish! Oke... Oke! Kau sekolahkan hari ini?"

"Iya iyalah aku sekolah hari ini. Memangnya kenapa? Kau tidak senang?"

"Yak! Kenapa kau malah bertanya? Justru aku senanglah kau kembali ke sekolah. Kau tahu tidak sekolah ini sepi tanpamu. Semua tampak hening seperti kuburan. Tidak ada gairah sama sekali."

"Masa?"

"Benaran. Aku serius. Sumpah. Bahkan ada yang menangis."

Damian mengerenyitkan dahinya mendengar ucapan Haikal.

"Memangnya kenapa? Apa yang terjadi selama satu minggu aku tidak masuk sekolah?"

"Kau benaran mau tahu?" tanya Haikal yang sudah tidak sabar ingin mengetahui reaksi dari sahabat kelincinya itu.

"Iya. Katakan ada apa?" tanya Damian penasaran.

"Karena si biang rusuh yang biasa membuat kerusuhan di sekolah sedang dipingit di rumah. Dengan kata lain si biang rusuh sedang di ruqyah oleh keenam kakak-kakaknya agar semua setan-setannya keluar dari tubuhnya. Hahahahaha."

"Haikal!" teriak Damian.

Sedang orang yang diteriaki sudah terlebih dahulu menutup teleponnya karena tahu si kelincinya akan bakal mengamuk.

Lalu bagaimana nasib keenam kakak-kakaknya dan Bibi Hani yang mendengar teriakan Damian. Yah! mereka terpaksa menutup telinga mereka. Dari pada gendang telinga mereka rusak gara-gara teriak melengking dari Damian.

"Dasar tiang listrik sialan. Tunggu aku di sekolah. Akan aku cincang-cincang tubuhmu dan aku akan jadikan sate," gerutu Damian sambil menggerak-gerakkan bibirnya.

Sedangkan tanpa sadar keenam kakak-kakaknya sedari tersenyum gemas mendengar ucapan Damian yang sedang berbicara dengan sahabatnya di telepon. Apalagi saat melihat bibir sang adik yang manyun itu.

"Kau memang tidak pernah berubah dari dulu, Damian. Selalu saja suka menghina orang. Lalu ujung-ujung kau sendiri yang merajuk," batin Daniyal.

"Kakak merindukan kejahilanmu, Dam."

"Kakak merindukan teriakanmu, Dam!"

Daanii dan Daaris berucap di dalam hatinya masing-masing sembari tatapan matanya menatap wajah tampan Damian.

"Kakak menyayangimu. Dan kakak tidak benar-benar membencimu," batin Danesh.

"Kakak rindu ingin memelukmu," batin Dayyan.

Sedangkan Dandy sedari tadi tersenyum gemas melihat adik bungsunya. "Maafkan kakak, Damian!" batin Dandy.

Damian baru menyadari kalau teriakannya mengganggu orang lain.

"Maafkan aku Bibi Hani," ucap Damian menyesal.

Bibi Hani hanya tersenyum gemas melihat majikannya. "Tidak apa tuan muda. Memangnya ada apa? Kenapa tuan muda sampai berteriak seperti itu?"

"Habisnya aku kesal, Bi! Seenaknya saja aku dikatain biang rusuh di sekolah. Haikal bilang mereka kesepian tanpa aku. Padahal mereka itu tidak sendirian. Mereka itu beramai-ramai. Bisa dibilang jumlah mereka ada sekitar dua puluh lebih. Tapi kenapa Haikal bilang sepi tanpa aku?"

"Apa tuan muda Damian marah pada, tuan muda Haikal?" tanya Bibi Hani.

"Aku tidak marah padanya, Bi! Dan aku tidak akan bisa marah pada semua sahabat-sahabatku. Terutama ketujuh sahabat-sahabat dekatku yaitu Elvano, Farzan, Fattan, Gaffi, Haikal, Haris, Joe dan Justin karena mereka selalu bersamaku. Mereka selalu menghiburku saat aku sedih. Mereka selalu ada buatku, Bi! Kami bersahabat sejak duduk di bangku SMP sampai sekarang."

Damian berbicara sambil menceritakan hubungan persahabatannya dengan ketujuh sahabatnya. Dan jangan lupa air matanya yang sudah jatuh membasahi wajahnya.

Keenam kakak-kakaknya yang melihatnya menangis merasakan sesak dan sakit di hati masing-masing.

"Kalau begitu pertahanan mereka. Jangan pernah lepaskan mereka."

"Pasti, Bi! Karena aku tidak mau kehilangan mereka. Mereka sahabatku dan juga saudaraku. Di dunia ini hanya Bibi dan merekalah yang aku punya. Hanya kalian yang benar-benar menyayangiku dan yang masih peduli denganku setelah kepergian Papi dan Mami. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku kalau tidak ada kalian," ucap Damian.

Lagi-lagi hati keenam kakak-kakaknya sakit saat mendengar ucapan yang begitu menyakitkan yang terlontar dari bibirnya.

"Kalau begitu aku berangkat ke sekolah dulu, Bi! Kalau aku ngobrol terus sama Bibi. Bisa-bisa aku terlambat," ucap Damian tersenyum.

"Baiklah. Hati-hati dijalan, tuan muda." bibi Hani berucap sambil tersenyum.

Damian melangkahkan kakinya menuju pintu utama. Seketika langkah kakinya tiba-tiba terhenti saat ada yang menarik tangannya. Damian membalikkan badannya dan melihat kakak tertuanya lah yang sudah memegang tangannya.

"Kakak antar ya," kata Dandy lembut. Bibi Hani yang melihat sedikit menghangat.

Tidak ada jawaban sama sekali dari Damian. Damian menatap satu persatu wajah kakak-kakaknya itu.

Saat Damian ingin membuka suara. Terdengar suara klakson mobil di depan mansion keluarga Calvin.

TIN.. TIN..

Kecemburuan

TIN!

TIN!

"Maaf. Sepertinya seseorang sudah menjemputku," kata Damian lalu menarik kasar tangannya dari pegangan tangan Dandy.

Setelah itu, Damian berlalu pergi meninggalkan para kakaknya yang masih menatap kepergiannya.

Saat tiba di luar, Damian sangat kaget melihat orang yang sedang berdiri di pintu mobil tersebut dengan tangan dilipat di dada dan tatapannya mengarah padanya.

"Mau sampai kapan kau berdiri disitu, Damian Calvin!" ucap Kevlar Altezza.

Damian tersadar dari lamunannya, lalu berjalan mendekati Kevla, kakak angkatnya itu. "Aish. Kenapa kau ada disini, kak? Kalau kakak-kakaku melihatmu, bagaimana?" tanya Kevlar.

"Biarkan saja mereka melihatnya. Toh, mereka punya mata dan berhak untuk melihatnya. Lagian juga tidak ada masalahkan kakak datang kesini untuk menjemputmu," jawab Kevlar.

Tidak ada reaksi apapun dari Damian. Kevlar menyadari hal itu. Dirinya tahu keadaan Damian saat ini sedang buruk.

"Sudahlah jangan dipikirkan. Ayo masuk! Nanti kau bisa terlambat sampai di sekolah. Bukannya hari ini hari pertamamu masuk sekolah setelah satu minggu karena sakit," hibur Kevlar, lalu merangkul Damian menuju mobil dan membukakan pintu mobil untuknya.

Damian pun masuk ke dalam mobil. Setelah Damian masuk, Kevlar kembali menutup pintu mobil tersebut.

Kini mereka telah berada di dalam mobil. "Siap untuk ke sekolah dan bertemu dengan teman-temanmu, Dam!" seru Kevlar.

Damian pun tersenyum, lalu dirinya mengangguk sebagai jawaban. Kevlar yang melihat senyuman manis itu pun langsung bersemangat dan kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Tanpa disadari oleh Damian dan Kevlar, para kakak-kakaknya telah melihat melalui jendela. Mereka melihat adegan Damian dan Kevlar. Bagaimana perhatian Kevlar pada Damian adik kandung mereka.

"Siapa dia? Kenapa dia begitu dekat dengan Damian?" batin Dandy dan Daniyal.

Di dalam hati mereka. Mereka sangat cemburu melihat kedekatan Damian dengan Kevlar.

"Kakak. Kira-kira siapa pemuda yang barusan menjemput, Damian? Kenapa pemuda itu begitu perhatian sekali kepada Damian?" tanya Daanii.

"Kakak juga tidak tahu, Daanii! Kita kan sama-sama baru melihatnya. Itupun baru kali ini kita melihat pemuda itu." Dandy menjawab pertanyaan dari Daanii.

"Pokoknya aku tidak mau orang itu merebut Damian dari kita, kak! Damian itu milik kita. Hanya milik kita," ucap Daanii yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Aku setuju apa yang dikatakan, Daanii! Tidak ada yang boleh merebut Damian dari kita," sela Danesh.

"Sudah.. Sudah! Kita tanyakan pada Damian saat pulang sekolah nanti," sela Daniyal.

***

[SMA NEGERI 1 JAKARTA]

Damian sudah sampai di sekolahnya dan Kevlar sudah kembali ke rumah sakit untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai dokter.

Damian duduk di sebuah taman yang biasa tempat dirinya dan temannya nongkrong. Di taman itu ada sebuah pondok yang Damian bangun bersama teman-temannya. Pikirannya saat ini tertuju pada satu orang yaitu kakak tertuanya. Dan juga ucapan yang sempat keluar dari bibir kakaknya itu.

"Kakak antar ya," kata Dandy lembut.

Lalu tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dari belakang. "Woi. Melamun aja. Ntar kesambet setan baru tahu rasa," ucap Elvano yang datang dengan ketujuh sahabatnya.

"Ya. Setannya kalian," jawab Damian asal.

"Sialan kau, Dam!" ujar Gaffi.

"Kalau kami setannya. Kau termasuk salah satunya," ujar Haris.

"Ya. kau benar, Ris!" seru Gaffi.

"Ada apa? Kenapa wajahmu kusut seperti baju yang tidak disetrika?" tanya Joe.

"Bertengkar lagi dengan kakak-kakakmu?" tanya Farzan.

"Apa mereka memarahimu lagi?" tanya Fattan.

"Tidak," jawab Damian singkat.

"Lalu?" tanya mereka kompak.

Damian menatap satu persatu wajah para sahabatnya itu. "Kenapa kalian pada kompak begini? Apa memang kalian sudah merencanakannya?"

PLETAK!

Haris memberikan satu jitakan di kening mulus Damian.

"Aww!" Damian mengelus-elus keningnya. "Aish. Kenapa kau menjitakku muka jelek, bibir tebal, sialan!" umpat Damian.

"Apa yang kau bilang?" tanya Haris.

"Muka jelek. Bibir tebal, kurus, jangkung, sialan!" ulang Damian.

"Dasar siluman kelinci sialan, tukang ngumpat, cengeng, otak psychopath." Haris membalas umpatan dari Damian.

Sedangkan yang lainnya hanya tertawa melihat dua sahabat mereka yang sedang beradu mulut.

"Hahahaha."

"Ayo, kita taruhan. Siapa diantara mereka berdua yang menang?" celetuk Haikal.

"Kau pikir kami barang taruhan, huh!" teriak Damian dan Haris bersamaan.

"Uups!" Haikal menutup mulutnya. Dan detik kemudian dirinya tertawa.

"Hahahaha."

"Haikal. Kau benar-benar sahabat yang menyebalkan. Hari ini kau benar-benar membuat moodku buruk," ucap Damian kesal.

Damian bangkit dari duduknya dan berjalan kearah Haikal. Sedangkan Haikal sudah ambil ancang-ancang duluan untuk kabur. Dirinya tidak mau jadi korban amukan dari siluman kelincinya itu.

1

2

3

"Haikal. Kemari kau!" teriak Damian langsung berlari mengejar Haikal.

Sementara Haikal langsung sigap meloloskan diri dari kejaran si kelinci nakalnya.

"Awas. Ada seekor kelinci yang sedang mengamuk. Minggir-minggir! teriak Haikal.

Sedangkan Damian makin kesal dengar teriakan Haikal yang terus mengejeknya.

"Awas kau Haikal kalau aku berhasil menangkapmu. Aku akan mencincang-cincang tubuhmu. Dan akan aku jadikan sate. Lalu satenya aku berikan pada orang gila!" teriak Damian tak kalah nyaring.

Terjadilah aksi kejar-kejaran antara Damian dan Haikal. Sedangkan para murid-murid yang mendengar teriakan Damian dan Haikal hanya geleng-geleng kepala dan ada juga yang tertawa.

Semua penghuni sekolah tahu akan kelakuan yang dibuat oleh Damian dan kelompoknya. Dan mereka juga tahu bagaimana hubungan persahabatan Damian dengan kelompoknya itu. Mereka semua kagum dan bangga akan persahabatan yang terjalin antara Damian dengan kelompoknya itu.

"Haikal berhenti!" teriak Damian. Sedangkan Haikal tetap berlari. Tak peduli rasa lelah pada tubuhnya. "Ogah. Kalau masih sanggup. Ayoo, kejar aku terus!" teriak Haikal sambil menjulurkan lidahnya.

BRUUKK!

Haika tiba-tiba jatuh setelah menabrak seseorang di depannya. Sedangkan Damian yang melihatnya langsung tertawa puas.

"Hahahahaha."

"Bagaimana, Kal? Enak? Pendaratannya kurang mulus ya," ejek Damian.

"Kalian ini seperti anak kecil saja," kata Kenzo.

"Hehehe. Kakak Kenzo," sapa Haikal pelan.

Saat Haikal hendak berdiri dirinya merasa sakit di bagian bokongnya. "Aww," lirih Haikal sambil mengelus-elus bokongnya.

Diam-diam Kenzo terkekeh. "Perlu bantuan?" tanya Oenzo dan mengulurkan tangannya kearah Haikal. Haikal pun menerima uluran tangan tersebut.

Lalu Damian bagaimana? Jangan ditanya. Dirinya masih berdiri di posisinya. Dengan tangan dilipat di dadanya dan tatapan matanya melihat kearah Haikal.

"Apa kau puas, siluman kelinci?" tanya Haikal yang masih mengelus-elus bokongnya.

"Eeemm! Sebenarnya aku belum puas sih. Tapi karena aku memiliki hati yang begitu baik, makanya aku menghentikan acara kejar-kejaran denganmu tiang listrik," jawab Damian.

"Sialan kau. Dasar psychopath," umpat Haikal.

"Kenapa, Kal?" tanya Farzan yang datang bersama yang lainnya menyusul dua sahabat mereka yang sedang melakukan kejar-kejaran di sekitaran sekolah sambil tertawa.

"Kenapa? Kalian mau menertawaiku, hah?" kesal Haikal.

"Aish! Sensi amat sih jadi laki," ujar Elvano.

"Iya, nih!" kata Justin menambahkan.

"Memangnya Haikal kenapa, Dam?" tanya Joe.

Saat Damian ingin menjawab pertanyaan Joe, tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk. Damian pun langsung membuka ponselnya dan membaca pesan tersebut.

From : Kak Dandy

Pulang sekolah langsung pulang

ke rumah. Jangan kelayapan kemana-mana. Ada hal yang ingin kami tanyakan padamu saat kau pulang sekolah nanti.

"Brengsek!!" umpat Damian dan hal itu didengar oleh Elvano, Farzan dan Fattan yang berada didekatnya.

"Ada apa, Dam? Pesan dari siapa?" tanya Haris.

"Dari kakakku," jawab Damian.

"Aku ke kelas dulu," ucap Damian dan langsung pergi meninggalkan teman-temannya yang tengah menatapnya.

Mulai Pendekatan

[SMA NEGERI 1 JAKARTA]

[Kantin Sekolah]

Damian dan ketujuh sahabat-sahabatnya beserta kelompoknya yang lainnya sedang berada di kantin melepaskan rasa lelah tubuh dan rasa lelah pikiran mereka yang berada di dalam kelas selama tiga jam dengan materi pelajaran yang amat susah dan menyebalkan. Tapi tidak untuk Damian. Damian adalah seorang murid yang pintar. Dirinya dengan mudah memahami semua materi pelajaran yang diberikan oleh gurunya.

Mereka satu kelompok. Mereka bersahabat. Tapi mereka beda kelas. Mereka terdiri tiga kelas dari sepuluh kelas. Dan ketiga kelas tersebut mereka yang memimpin. Kelas  11A dipegang oleh Damian, kelas 11B dipegang oleh Kenzo. Tidak ada yang berani dengan mereka. Bukan berarti mereka akan berbuat jahat dan membully teman-teman mereka sendiri. Justru kebalikannya. Mereka yang akan jahat kepada orang yang suka menjahati orang lain.

"Dam. Kenapa kau diam dari tadi? Ada masalah?" tanya Elvano.

"Kalau ditanya ada masalah. Mulai dari aku dilahirkan sampai saat ini yang namanya masalah tidak pernah lepas dari hidupku. Masalah yang aku hadapi hanya satu yaitu kakak-kakakku. Aku tidak tahu bagaimana cara menjinakkan mereka berenam," jawab Damian asal.

"Yak! Kau pikir mereka itu hewan buas yang harus dijinakkan segala," sahut Haris.

"Bagiku mereka itu memang seperti hewan buas. Setiap aku pulang ke rumah. Mereka berenam seperti singa kelaparan yang siap menerkamku," jawab Damian.

"Aish. Kau ini ada-ada saja. Sudahlah, Dam! Jangan terlalu dipikirkan. Kalau kau seperti ini, kau sendiri yang akan tertekan. Ada kita disini sahabat-sahabatmu. Kita akan bahagia bersama, sedih bersama." Haikal berucap sembari menghibur Damian.

"Kalau kau tidak mendapatkan kebahagiaan dari enam ekor singa yang ada di rumahmu. Disini ada beberapa makhluk-makhluk yang tak jelas siap menemanimu. Seperti si kedelai hitam Elvano, sitiang listrik Haikal, si bibir tebal alias seksi Haris, si manusia gaptek Farzan, si tukang contek Fattan. Dan masih ada makhluk tak jelas lainnya yang tidak bisa aku sebutkan satu-satu." Joe berbicara sambil menyebut gelar satu persatu teman-temannya.

Damian hanya tersenyum ketika mendengar Joe menyebutkan nama sahabat-sahabatnya lengkap dengan gelarnya.

"Yak! Sempat-sempatnya kau mengatai-ngatai kami, hah!" protes Haris.

"Hehehe. Sambil menyelam minum air, Ris! Buktinya siluman kelinci kita ini tersenyum," jawab Joe santai.

"Jelaslah siluman kelinci ini tersenyum. Kalian berdua itukan satu paket. Sama-sama tukang bully dan psikopat," sela Haikal.

"Kenapa, Kal? Masih kesal masalah kau jatuh tadi pagi," ejek Damian.

"Sudah.. Sudah! Jangan berdebat lagi. Ini pesanan kalian sudah datang. Ayo kita makan. Sebentar lagi bell masuk akan berbunyi," sela Kaamil yang melihat Liam, Gaffi dan Naufal datang membawa makanan serta minuman yang sudah mereka pesan.

^^^

Lima belas menit yang lalu kelas Damian dan teman-temannya telah berakhir. Dan sekarang mereka berada di parkiran.

"Kau yakin ingin pulang sendiri. Tapi kau tidak bawa kendaraan, Dam! Bukannya tadi pagi kau itu diantar sama kak Kevlar? Tambah lagi wajahmu itu pucat," ucap Haikal.

Mereka memperhatikan wajah pucat Damian. Mereka benar-benar khawatir pada kelinci nakal mereka ini.

"Sudahlah. Kalian tidak perlu khawatir seperti itu. Aku baik-baik saja. Aku bisa pulang naik taksi," balas Damian. 

"Aku akan mengantarmu pulang dan tak ada penolakan," sahut Elvano.

"Huuuh!" Damian membuang nafas kasarnya. "Baiklah, Hitam. Terserah dirimu saja."

"Ya, sudah. Mari kita pulang. Dan kalian berdua berhati-hatilah. Jangan terlalu ngebut membawa motornya," ucap Kenzo.

"Eeemm," jawab Elvano sambil mengangguk.

Dan mereka pun pergi meninggalkan parkiran sekolah. Mereka semua masing-masing menggunakan motor sport milik mereka. Ada yang sendiri dan ada yang goncengan.

***

[MANSION MEWAH KELUARGA CALVIN]

Damian sudah sampai di halaman depan rumahnya, lalu Damian pun turun dari motornya Elvano.

"Mampir dulu yuk," tawar Damian. Elvano langsung menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Aku takut."

Damian mentautkan kedua alisnya bingung dengan jawaban Elvano.

"Takut? Takut sama siapa?"

"Di rumahmu itu ada enam ekor singa. Aku takut nanti tubuhku diterkam oleh enam ekor singa itu," jawab Elvano.

Damian menatap wajah Elvano. Begitu juga sebaliknya Elvano, dirinya juga menatap Damian. Dan detik kemudian mereka pun tertawa.

"Hahahaha."

"Ya, sudah! Masuklah dan jangan lupa istirahat. Wajahmu benar-benar seperti mayat hidup. Aku pulang. Bye," pamit Elvano.

Damian melangkahkan kakinya menuju pintu utama, lalu berlahan membuka pintu rumahnya.

CKLEK!

Pintu tersebut terbuka. Berlahan Damian melangkahkan kakinya memasuki rumah tersebut. Damian terus melangkahkan kakinya dan mengabaikan sekitarnya. Yang ada di pikirannya saat ini adalah istirahat.

Saat Damian ingin menginjakkan kakinya di anak tangga. Dirinya dikejutkan oleh seseorang yang memanggilnya.

"Damian," panggil Dandy.

Damian membalikkan badannya dan melihat ke arah orang yang memanggilnya. Dapat dilihat olehnya para kakaknya sudah berdiri di hadapannya.

"Kenapa wajah Damian pucat sekali," batin Dandy dan yang lainnya.

"Apa Damian sakit," batin Dandy lagi.

Damian memasang wajah acuh dan dingin. "Ada apa?"

"Kakak mau bertanya tentang pria yang tadi pagi menjemputmu?" tanya Dandy.

Damian menaikkan satu alisnya. "Sudah kuduga," batin Damian.

"Siapa dia? Kenapa kalian begitu akrab? Dan kenapa pria itu begitu peduli dan perhatian padamu?" tanya Dandy bertubi-tubi.

"Apa perlu aku menjawab pertanyaanmu yang tidak penting itu, saudara Dandy?" tanya Damian balik.

"Damian. Yang sopan kalau bicara dengan kakak Dandy. Kakak Dandy ini adalah kakak kamu. Kami semua ini kakak-kakak kamu. Dan kau itu adik kami!" bentak Daniyal.

"Uupp!" Damian menutup mulutnya dengan telapak tangannya. "Maaf aku lupa. Aku pikir hanya aku saja yang ada di rumah ini dan aku sama sekali tidak menyadari kalau aku memiliki saudara. Ternyata kalian mengakuinya juga kalau kalian adalah kakak-kakakku dan aku adalah adik kalian. Selama ini kalian kemana saja? Kenapa baru sekarang mengatakan hal itu padaku? Apa karena pria yang tadi pagi itu, hum!" Damian berbicara sambil menyindir keenam kakak-kakaknya.

Mereka telak bungkam. Mereka tidak bisa menjawab pertanyaan dari Damian.

"Ya, sudahlah. Kalian tidak perlu menunjukkan wajah seperti itu. Biasa saja. Lagian aku memang sudah terbiasa hidup tanpa kalian. Ada dan tidak adanya kalian, aku bisa menjaga diriku sendiri. Jadi aku sudah tidak membutuhkan kalian lagi," tutur Damian dingin.

Setelah mengatakan itu, Damian pun pergi meninggalkan para kakak-kakaknya. Tapi langkahnya seketika terhenti. Damian kembali menatap wajah kakak-kakaknya.

"Soal pria yang tadi pagi itu. Dia adalah kakak kesayanganku. Dia sangat berarti dalam hidupku," ucap Damian dan kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju kamarnya di lantai atas.

Dandy dan kelima adik-adiknya terkejut mendengar penuturan Damian.

"Kakak kesayangan," batin mereka.

^^^

Di pagi hari yang cerah. Ketujuh pangeran tampan sudah bersiap-siap dan berpakaian rapi. Ada yang berpakaian kantor, ada yang berpakaian anak kuliahan dan ada yang berpakaian sebagai pelajar.

Saat mereka keluar dari kamar masing-masing. Mereka sama-sama terkejut, dikarenakan mereka semua keluar secara bersamaan. Tak terkecuali Damian. Mereka saling melirik satu sama lain. Tidak ada yang bersuara. Keenam kakak-kakaknya menatapnya.

"Kau tampan sekali, Dam!" batin Daanii.

"Kau tumbuh dengan baik Damian. Maaf kakak yang tidak ada di sampingmu," batin Dandy.

"Maafkan kakak yang selama ini membencimu, Dam." Daniyal membangun.

"Kakak tidak benar-benar membencimu, Damian! Malah sebaliknya. Kakak sangat menyayangimu," batin Danesh.

"Kakak menyayangimu, Damian! Maafkan kakak yang tidak ada untukmu," batin Daaris.

"Kakak menyayangimu. Kau adiknya kakak. Selamanya akan menjadi adiknya kakak. Maafkan kakak yang selama ini mengabaikanmu, membencimu, memarahi dan berlaku buruk padamu," batin Dayyan.

Melihat keenam kakak-kakaknya yang menatap dirinya, Damian pun merasa jengah akan tatapan para kakaknya. Damian pun akhirnya melangkahkan kakinya menuju dapur, tepatnya meja makan. Tapi langkahnya terhenti saat terdengar bunyi ponselnya.

Drtt!

Drtt!

Damian merogoh ponselnya yang ada di saku celana sekolahnya. Dan dilihat nama 'Elvano' di layar ponsel tersebut. Damian pun menjawab panggilan tersebut.

"Hallo, hitam. Ada apa? Masih pagi kau sudah menggangguku."

"Dasar siluman kelinci sialan, kudisan! Bisa tidak yang sopan kalau menyapaku. Sekali saja kau tidak menyebut gelar jelek itu untukku."

"Hahaha. Maafkan diriku hitam sayang. Aku mencintaimu."

"Damian Calvin!!" teriak Elvano di seberang telepon.

Damian menjauhkan ponselnya dari telinganya dan tangannya mengelus-elus telinganya karena sakit efek teriakan dari Elvano. Sedangkan para kakaknya tersenyum gemas melihat kelakuan si bungsu.

"Tidak usah teriak-teriak juga, hitam. Kalau pendengaranku rusak, apa kau mau tanggung jawab?"

"Itu kesalahanmu. Deritamu."

"Huueee! Kau tega sekali padaku, hitam. Kau sudah tidak sayang lagi padaku. Kau sekarang membenciku, hitam. Di dunia ini tidak ada yang benar-benar dan tulus sayang padaku. Huuueee!" Damian yang sudah mati-matian menahan tawanya.

Elvano yang mendengar suara tangis dan ucapan Damian saat ini dirinya benar-benar kalut dan khawatir.

"Hei, Dam. Apa yang kau katakan, huh? Aku tulus menyayangimu. Sumpah! Sungguh! Kau sahabatku dan juga saudara bagiku!"

Sedangkan Damian sudah senyam senyum mendengar penuturan Elvano.

"Bohong. Aku tidak percaya. Buktinya kau tidak peduli kalau pendengaranku rusak akibat teriakanmu. Dan kau bilang itu deritaku." Damian masih terus menjahili Elvano.

"Yak, Damian! Sejak kapan kau menjadi sensitif seperti ini sih?"

"Sejah hari ini. Sejak kau menghubungiku pagi-pagi begini. Tambah lagi ini bawaan perutku. Perutku sudah lapar dan ingin segera diisi. Tapi kau mengganggu acara sarapan pagiku. Akhirnya sarapan pagiku tertunda gara-gara dirimu."

"Aish. Dasar kelinci bongsor. Hanya gara-gara itu kau bersikap seperti ini?"

"Iya."

Di seberang telepon, Elvano langsung tepuk jidatnya ketika mendengar jawaban dari Damian.

"Dasar siluman kelinci baperan."

"Hei, Tunggu. Aku baru ingat. Ada hal apa kau menghubungiku pagi-pagi begini? Kau belum menjawab pertanyaanku, kedelai hitam!"

"Mulai lagi," batin Elvano.

"Aku hanya ingin menanyakan sesuatu padamu dan tolong jawab jujur."

"Mau nanya apa?"

"Aku dapat informasi. Katanya kau ikut balapan. Apa itu benar?"

"Eeemm. Iya! Memangnya kenapa?"

"Dam. Aku mohon. Batalkan balapan itu. Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu. Kau itu sudah lama tidak balapan. Dan sekarang kau mau balapan lagi."

"Aish, El! Kau ini kenapa sih? Kau sekarang tidak asyik. Dulu kau selalu mensupport ku, mendukungku setiap apa yang aku lakukan di luar sana. Sekarang kenapa kau melarangku dan mulai mengkhawatirkan diriku?"

"Karena sekarang ini aku tahu kondisimu, Dam! Dulu aku tidak tahu tentang kesehatan tubuhmu, makanya aku terlalu bodoh mengikuti semua keinginanmu selama ini."

Damian terdiam mendengar penuturan Elvano. Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja membasahi wajah tampannya.

"Terima kasih, El. Kau masih peduli denganku. Dan juga dengan kesehatanku," batin Damian.

"Sudahlah, El! Aku tidak akan mati hanya gara-gara mengikuti balapan itu. Semuanya akan baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir. Asal kau dan yang lainnya tetap bersamaku dan selalu ada untukku, aku pasti akan baik-baik saja. Karena kalian adalah obatku. Obat untuk menyembuhkan luka-lukaku. Begitu juga aku untuk kalian."

Elvano menangis diseberang telepon. Dirinya terharu akan kata-kata Damian sahabatnya itu.

"Baiklah. Aku akan mendukungmu. Asal kau janji padaku, kau akan baik-baik saja. Dan jangan sampai terluka!"

"Aku janji!"

"Ya, sudah. Sekarang kau sarapanlah. Jangan sampai kau telat ke sekolah."

Tutt!

Tutt!

Elvano Mingyu memutuskan panggilannya.

Setelah selesai berbicara dengan Elvano. Damian pun melangkahkan kakinya menuju meja makan. Saat tiba di meja makan, Damian tidak melihat ada makanan yang tersedia di meja tersebut.

"Bibi Hani," panggil Damian.

Yang dipanggil pun datang. "Ada apa, tuan muda Damian?"

"Kenapa tidak ada makanan di atas meja. Aku sudah lapar, Bi." ucap Damian mengeluh.

"Anu.. Anu, tuan muda Damian." Bibi Hani kebingungan.

"Anu.. anu apa Bi? Bicara yang jelas," ucap Damian yang tak sadar membentak Bibi Hani. Bibi Hani yang mendengar ucapan Damian yang sedikit keras terkejut dan menundukkan kepalanya.

Melihat Bibi Hani menundukkan kepalanya, Damian pun sadar atas apa yang sudah dilakukannya.

"Bi-bi Hani. Maafkan aku. Aku.. aku benar-benar tidak sengaja dan tidak sadar membentak Bibi," ucap Damian menyesal sambil memegang kedua bahu Bibi Hani lembut.

Detik kemudian Damian memeluk tubuh Bibi Hani. "Maafkan aku, Bi! Maafkan aku." Damian menangis.

"Tidak apa-apa, Tuan muda. Bibi tidak marah pada tuan."

Damian melepaskan pelukannya dari Bib Hani. "Sekarang jelaskan padaku. Kenapa tidak ada makanan di atas meja. Aku sudah lapar, Bi?" tanya Damian lembut.

"Semua makanan sudah Bibi letakkan di atas meja. Mulai hari ini tuan muda Damian akan makan bersama dengan keenam kakak-kakak tuan muda."

"Apa?"

"Itu benar, Damian." Dandy yang datang bersama kelima adiknya.

"Mulai sekarang dan seterusnya kita akan makan bersama di meja makan yang sama," ucap Daniyal.

Damian menatap satu persatu wajah kakak-kakaknya. Tepatnya di manik mata kakak-kakaknya itu. Ada ketulusan yang terpancar disana.

Saat Damian ingin bicara. Daanii sudah terlebih dahulu menarik tangannya dan membawanya ke meja makan. Lalu mendudukkan adiknya di samping tempat duduknya. Mereka semua pun duduk di kursi masing-masing.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!