Seorang pria tampan baru saja turun dari pesawat yang ia tumpangi. Perjalanan belasan jam yang ia lalui akhirnya kini telah membawanya pulang ke tanah air. Ada hawa lega dalam dirinya setelah kurang lebih tujuh tahun tinggal di luar negeri.
Raffael mendengar deringan ponsel pada saku celananya. Ponsel yang baru saja ia aktifkan setelah turun dari pesawat tadi.
Melihat nama kontak yang menghubunginya Raffael memilih memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya. Bahkan ia langsung menon aktifkan lagi ponsel itu.
Tidak banyak barang yang dibawah Raffael. Dia hanya membawa tas ransel kecil, jadi tidak perlu susah-susah menarik kopernya.
“Antarkan saya ke Alin’s Cake ‘n Café!” ucap Raffael pada sopir taksi yang baru saja ia naiki.
“Baik, Tuan!”
Raffael kini sedang dalam peerjalanan menuju sebuah café langganannya. Pria berusia dua puluh tujuh tahun yang mempunyai garis wajah campuran itu baru saja melepas kacamata hitam yang sejak tadi bertenger di hidung mancungnya.
Inilah yang menjadi kebiasaan Raffael jika pulang ke rumah orang tuanya. Dia akan lebih dulu singgah di café favoritnya itu daripada langsung pulang ke rumah orang tuanya. Apalagi mulai hari ini ia akan tinggal menetap bersama keluarganya di kota ini, sudah dipastikan Raffael akan sering datang ke Alin’s Café ‘n Cake.
“Terima kasih, kembaliannya buat Bapak saja.” ucap Raffael setelah taksi yang ditumpanginya sampai di depan café.
“Terima kasih banyak, Tuan. Semoga rejeki anda semakin lancar dan selalu diberi kesehatan.” Jawab sopir taksi itu yang tampak kegirangan.
Raffael hanya mengangguk samar dengan tersenyum tipis. Setelah itu dia masuk ke dalam café yang lumayan rame itu. meskipun banyak sekali pilihan café yang juga menyediakan macam-macam cake, tetap saja Raffael tidak akan pindah ke lain hati. Karena sejak dia masih kecil dulu sangat suka sekali dengan cake yang dijual di kedai itu. dulu yang hanya sebuah kedai kecil yang menjual beberapa jenis kue, kini semakin besar dengan diperluas menjadi sebuah café.
“Selamat sore, Tuan! Silakan mau pesan apa?” tanya seorang pelayan café.
“Black Forest sama Pastery Milk Shake saja.” jawab Raffael setelah melihat isi buku menu itu.
“Terima kasih, mohon ditunggu sebentar!” ucap pelayan itu lalu meninggalkan Raffael.
Sambil menunggu pesannya datang, Raffael mengambil ponselnya dan mengaktifkannya lagi. baru saja ponsel itu menyala, sudah ada seseorang yang menghubunginya. Sepertinya memang orang itu sejak tadi berusaha menghubunginya. Akhirnya mau tak mau Raffael menerima panggilan itu.
“Hmm?”
“…..”
“Sudah bawel!”
“…..”
“Nggak perlu! Aku bisa pulang sendiri. Sudah, aku tutup saja!” pungkasnya lalu memutus panggilan itu secara sepihak tanpa mempedulikan gerutuan orang yang baru saja meneleponnya.
Bruk
Tiba-tiba saja ada seorang anak kecil berlari dan menabrak Raffael yang tengah duduk. Anak kecil kisaran usia tiga tahun itu tidak peduli dengan siapa orang yang ada di hadaannya itu. bahkan dia terlihat tertawa kecil dan berusaha bersembunyi di balik punggung Raffael. Dan jangan lupakan mulut anak itu yang belepotan penuh dengan krim kue, jelas saja mengenai baju Raffael saat anak itu menabraknya tadi.
“Hei, ganteng! Kenapa kamu di sini? dimana orang tua kamu?” tanya Raffael berusaha menjangkau anak kecil itu yang makin kegirangan bersembunyi di belakang Raffael.
Raffael yang paham dengan anak seusia itu pasti masih sulit diajak komunikasi. Dia pun akhirnya melihat sekeliling untuk mencari seseorang yang mungkin orang tua dari bocah itu.
“Ini Tuan pesanannya! Selamat menikmati!” ucap seorang pelayan yang baru saja datang membawakan pesanan Raffael.
“Ethan! Kenapa kamu di situ? Ayo, Mama kamu sejak tadi mencarimu!” ucappelayan itu yang tampak terkejut saat melihat anak dari temannya sedang berlari ke arah pengunjung café.
Pelayan café yang bernama Manda itu semakin terkejut saat melihat baju Raffael terkenal noda krim kue yang sudah dipastikan akibat ulah Ethan.
“Tuan, maafkan anak ini ya sampai baju anda kotor!”
“Nggak apa-apa, namanya juga anak kecil.” Raffael juga masih berusaha menraih anak kecil itu yang masih rusuh di belakang punggungnya. Da sudah dipastikan kalau baju Raffael bagian belakang juga kotor.
Tak lama kemudianj tampak seorang wanita sedang berjalan terengah-engah seperti sedang mencari seseorang. Wanita yang juga memakai seragam café tersebut memang sedang mencari anak kecil yang sejak tadi tidak bisa diam.
“Lit, Ethan ada di sini!”
Mendapat panggilan dari temannya, wanita itu langsung menuju sumber suara. Dan bocah kecil yang sejak tadi dicarinya sedang bersembunyi di balik punggung seorang pengunjung café.
Jelita langsung membawa Ethan. Menggendongnya secara paksa dan segera keluar dari café itu. bahkan wanita itu tidak mengucapkan sesuatu pada Raffael yang jelas-jelas dirugikan akibat ulah Ethan.
“Maafkan anak teman saya, Tuan! Silakan dinikmati.” Ucap Manda dan segera pergi meninggalkan Raffael.
Raffael hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian dia menikmati kue favoritnya. Kue yang memiliki rasa khas dan berbeda dari kue Black Forest lainnya.
Cukup lama Raffael menghabiskan waktunya di café itu. bukannya ingin cepat-cepat pulang. hanya saja dia sudah tidak tahan karena sejak tadi adiknya tak henti-hentinya menelepon. Apalagi adiknya mengirim pesan dan mengatakan kalau Mamanya sakit, akhirnya Raffael harus segera beranjak dari café itu.
Usai membayar kue dan minuman yang dibeli, Raffael segera café. Namun saat baru saja sampai di halaman café, ada seseorang yang sepertinya sedang memanggilnya. Bukan memanggil namanya, hanya panggilan Tuan saja. tapi Raffael yakin kalau itu panggilan untuk dirinya.
Raffael menoleh, lalu melihat seorang wanita yang ia temui di dalam café tadi. wanita itu berjalan menuju ke arahnya.
“Anda memanggil saya, Nona?” tanya Raffael memastikan sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Iya. saya hanya ingin minta maaf pada anda atas perbuatan anak saya tadi.” ucap wanita yang bernama Jelita itu.
“Oh itu. nggak apa-apa, Nona. Saya memakluminya, karena masih anak kecil dan belum mengerti.” Jawab Raffael cukup logis.
“Tapi akibat ulah anak saya, baju anda sampai kotor. Ehm, boleh saya meminta nomor ponsel anda? Saya akan mengganti baju kotor anda itu.” ucap Jelita.
Raffael memperhatikan wanita yang sedang bicara dengannya itu. sebenarnya tidak masalah dengan baju kotor akibat ulah bocah tadi. tapi mendengar Jelita meminta nomor ponsel, Raffael langsung mengambil dompetnya dan menarik sebuah kartu nama dan diberikan pada Jelita.
“Terima kasih, Tuan! Nanti saya akan menghubungi anda untuk mengganti baju kotor anda itu. sekali lagi saya minta maaf. Kalau begitu saya pamit kembali bekerja.” Pungkas Jelita lalu pergi meninggalkan Raffael.
Tak lama kemudian Raffael baru tersadar dari lamunannya.
“Ah, ngapain juga tadi aku kasih kartu namaku? Harusnya wanita itu tidak perlu mengganti baju yang baru. Cukup dicuci saja pasti sudah bersih.” Sesal Raffael.
.
.
.
*TBC
Happy Reading!!
Setelah membayar ongkos taksi yang ditumpanginya, Raffael masuk ke dalam rumah. rumah yang akan menjadi tempat tinggal menetapnya setelah ini.
Baru saja ia melangkahkan kakinya masuk, suara cempreng teriakan perempuan yang sejak tadi tak henti-hentinya menghubunginya sudah memenuhi indra pendengaran Raffael.
“Kak Raffa!! Akhirnya kamu pulang juga.” pekik Livy, adik kandung Raffael.
Raffael hanya pasrah menerima pelukan adiknya itu. setelahnya Raffael langsung masuk mencari keberadaan Mamanya.
“Ish, nggak kangen apa sama adik kamu yang paling cantik ini, Kak?” gerutu Livy saat melihat kakaknya masuk begitu saja. bahkan tidak merespon pelukannya.
“Mama sama Papa kemana?” tanya Raffael.
“Nggak ada. Mama dan Papa sedang keluar. Aku juga mau keluar, bye!” jawab Livy dan bergegas pergi meninggalkan kakaknya.
Raffael hanya menggelangkan kepalanya. Kemudian dia masuk ke dalam kamarnya untuk istirahat sejenak. Kamar yang sudah lama ia rindukan, kini akan menjadi tempat ternyamannya lagi.
Memang selama tinggal di luar negeri Raffael sangat jarang sekali pulang. paling setahun sekali dia akan menyempatkan diri untuk pulang. itu pun untuk merayakan pesta pergantian tahun dengan keluarganya. Kalaupun dia tidak pulang, kedua orang tuanya lah yang akan berkunjung ke sana. Tentunya dengan Livy juga. adiknya yang cukup bawel dan suka merusuh.
Livy adalah adik ketiga Raffael. Selisih usia mereka empat tahun. Sedangkan adik kedua Raffael sudah meninggal saat masih berusia beberapa bulan.
Kini Raffael sudah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Matanya mengantuk hingga tanpa sadar pria itu tertidur dan belum sempat mengganti pakaiannya.
Puk puk puk
Tepukan pelan di pipi membuat Raffael merasa terusik tidurnya. Bukannya bangun, dia justru mencari gulingnya dan memeluknya erat. Sedangkan wanita paruh baya yang membangunkan Raffael dibuat tercengang melihat sikap anak sulungnya itu.
“Raffa!” Abi memanggil tepat di telinga Raffael.
Seketika iitu Raffael terbangun. Dia baru saja memang terusik tidurnya, namun Raffael menganggap kalau dirinya sedang berada di rumah Grandpa’nya di luar negeri. tapi setelah mendengar suara wanita yang tidak asing itu, dia baru ingat kalau kini sudah berada di rumah orang tuanya.
“Mama!” ucapnya dengan mata memerah khas bangun tidur.
Abi duduk di sebelah Raffael. Menepuk pelang punggung anak sulungnya yang sudah dewasa. Bahkan sudah pantas menikah.
“Nyenyak sekali tidurnya, Raf? Maaf, Mama dan Papa tadi ada urusan sebentar sampai nggak bisa menyambut kepulangan anak Mama yang tampan ini.” ucap Abi dan mendapat sambutan sebuah pelukan dari Raffael.
Sejenak Raffael melepas rindunya pada sang Mama. wanita yang sudah melahirkan sekaligus wanita yang selalu melimpahkan kasih sayangnya yang begitu besar.
“Ayo, cepat mandilah! Setelah ini kita makan malam bersama.” Ucap Abi setelah mengurai pelukannya.
“Makan malam? jam berapa ini, Ma?” tanya Raffael terkejut. Pasalnya tadi ia merasa hanya tidur sebentar, tapi kenapa malam datang dengan cepat.
“Jam tujuh. Kamu kelamaan tidurnya? Itu, kenapa baju kamu kotor sekali sih, Raf? Kayak anak kecil saja.” gerutu Abi sambil menilik baju kotar Raffael.
Raffael teringat dengan noda itu. Yaitu noda krim kue akibat ulah anak kecil yang sedang berlari menabraknya saat di Alin’s Café tadi. bukan hanya ulah anak kecil itu yang diingat oleh Raffael. Melainkan ibu dari anak kecil tadi yang sudah…
“Ahh..!” ucapnya sambil menggelemgkan kepalaya pelan.
“Kamu ini kenapa sih, Raf? Mama tanya baju kamu yang kotor malah aneh sekali sikap kamu.” Ucap Abi merasa aneh dengan anaknya.
Raffael hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lalu tersenyum kaku menatap Mamanya.
“Nggak kok, Ma. Ya sudah Raffa mandi dulu, setelah ini nyusul ke bawah untuk makan malam.” pungkas Raffael lalu masuk ke kamar mandi.
***
Kini penampilan Raffael sudah terlihat lebih segar setelah mandi. tentunya juga sangat tampan. Setelah itu dia turun menuju ruang makan di mana semua anggota keluarganya sedang menunggu.
Setelah sampai ruang makan, pandangan Raffael tertuju pada pria berambut putih namun masih terlihat garis wajahnya yang begitu tampan, bahkan masih terlihat gagah. Siapa lagi kalau bukan Reno, Papanya.
Raffael mendekati tempat duduk sang Papa, lalu memeluk pria itu. Reno tersenyum menyambut pelukan anak sulungnya.
“Apa kabar anak Papa?” tanya Reno sambil menepuk pelan punggung Raffael.
“Raffa sehat, Pa. lebih bai kayo kita makan dulu, Raffa sudah tidak tahan dengan masakan Mama nih.” Ucap Raffael lalu mengambil tempat duduk di sebelah Livy.
Sedangkan Livy yang sejak tadi sudah duduk di meja makan, terlihat sangat asyik dengan gadgetnya. Perempuan dua puluh tiga tahun itu sama sekali tidak peduli dengan acara peluk-pelukan yang dilakukan oleh kakak dan Papanya.
“Vy, bisa nggak kalau di meja makan nggak usah pegang ponsel dulu?” suara interupsi dari Reno membuat Livy seketika meletakkan ponselnya.
“Iya, Pa!” jawab Livy tanpa berani memandang Papanya. Setelah itu ia mengambil piring dan mengisinya dengan makanan.
Suasana hangat kini sudah Raffael dapatkan kembali dengan berkumpul bersama seperti ini. jujur saja selama tinggal di luar negeri, Raffael sangat merindukan momen seperti ini. dan kini akhirnya ia bisa kembali berkumpul dengan keluarganya lagi.
Usai makan malam, Reno mengajak istri dan anaknya berkumpul di ruang tengah. Sepertinya ada yang ingin pria itu sampaikan pada dua anaknya.
“Papa sangat senang anak-anak Papa bisa berkumpul lagi seperti ini. tentunya kamu, Raffa. Waktu kamu tinggal di luar negeri untuk menimba ilmu sekaligus belajar bisnis, Papa rasa sudah cukup. Dan kini kamu yang harus menggantikan Papa memegang perusahaan. Dan kamu, Livy. Mulai sekarang seriuslah belajar bisnis. Kamu Papa tugaskan untuk membantu kakak kamu. Kamu yang akan menjadi sekretaris kakak kamu nanti.” ucap Reno panjang lebar.
Raffael hanya mengangguk. Dia tidak berani menolak keinginan Papanya. Meskipun ilmunya sudah cukup mumpuni untuk memimpin perusahaan. Namun dengan adiknya yang akan menjadi sekretaris pribadinya sepertinya Raffa agak keberatan.
“Meskipun kamu nantinya akan jadi sekretaris kakak kamu, kamu jangan semena-mena dan tetap bekerja secara professional, Vy!” celetuk Abi mewakili kegundahan hati Raffael.
“Mama jangan khawatir. Kalau bisa bahkan Livy nanti akan menghalau beberapa wanita yang berusaha mendekati Kak Raffael.” Jawab Livy membanggakan diri.
Tentu saja Livy bicara seperti itu bukan tanpa alasan. Karena dia sangat tahu sosok kakaknya yang sangat tampan, pasti akan menjadi santapan wanita liar di luaran sana yang ingin dekat dengan kakaknya. Dan dia akan menghalau semua wanita itu.
Tuk
Raffael menyentil kening adiknya yang terlewat percaya diri itu. Papanya menjadikan Livy sebagai sekretaris pribadi, tapi kenapa Livy malah berlagak sok jadi bodyguard. Bahkan tubuhnya saja kecil begitu.
“Aku nggak butuh bodyguard, bocil!!” gerutu Raffael.
“Ya terserah kakak lah. Aku tetap akan menghalau semua wanita yang mendekati kakak nanti. agar Kak Raffa juga tidak salah pilih.” Sahut Livy tak mau kalah.
“Salah pilih bagaimana maksud kamu, Vy? Secara dewasa sudah jelas lebih dewasa kakak kamu.” Kali ini Abi ikut menimpali perdebatan kecil dua anaknya itu.
“Ya, siapa tahu nanti Kak Raffa salah pilih. Malah dapatnya janda muda.” Jawab Livy tanpa beban.
.
.
.
*TBC
Happy Reading!!
“Ya, siapa tahu nanti Kak Raffa salah pilih. Malah dapatnya janda muda.” Jawab Livy tanpa beban.
Awwww
Livy meringis sambil memegangi perutnya yang baru saja terkena sasaran cubitan dari Raffael. Bisa-bisanya adiknya itu bicara tanpa disaring terlebih dulu. Bahkan Raffael sama sekali tidak peduli dengan wajah kesal Livy yang kesakitan. Karena dia tahu kalau Livy hanya mendramatisir keadaan.
“Ma, Kak Raffa nih KDRT!” ucap Livy mencari pembelaan.
“KDRT apaan sih, Vy? Kamu kebanyakan nonton sinetron!” Sahut Raffael.
Reno dan Abi hanya tersenyum tipis melihat interaksi dua anaknya yang seperti sekarang ini. meskipun bertengkar karena hal sepele, namun mereka tahu kalau Raffael dan Livy adalah kakak beradik yang saling menyayangi.
***
Keesokan harinya Raffael sudah bersiap dengan penampilan yang sangat rapi, cool, dan tentunya wangi. Pantas saja Livy bertekat akan menghalau siapa saja wanita yang akan mendekati kakaknya. Karena Livy sadar kalau mempunyai seorang kakak yang sangat tampan, jadi dia tidak akan rela jika kakaknya dimilikioleh sembarangan orang.
Hari ini adalah hari pertama Raffael datang ke perusahaan Papanya. Dan hari juga Papanya akan mengumumkan pada semua karyawan dan jajaran petinggi perusahaan kalau Raffael akan menjadi CEO perusahaan.
Wajah tenang dan berwibawa ditambah dengan ilmu bisnis yang sudah dikuasai, membuat Raffael sama sekali tidak merasa terbebani dengan jabatan yang akan diembannya nanti.
Setelah beberapa menit berkendara menuju perusahaan, kini Raffael sudah tiba di gedung bertingkat yang tak lain perusahaan milik sang Papa yang bergerak di bidang kosmetik. Tak jauh dari tempatnya berdiri ada Livy yang baru saja keluar dari mbil yang sama yang ditumpangi oleh Raffael.
Selama ini Livy sudah bekerja di perusahaan Papanya. Hanya saja ia berada bagian periklanan. Jadi semua karyawan sudah mengenal Livy. Begitu juga dnegan dia.
“Ayo, Kak!” ajak Livy dengan menarik tangan kakaknya untuk segera masuk.
“Nggak usah gandeng-gandeng tangan gini bisa nggak sih, Vy?” Raffael berusaha melepas gandengan tangan adiknya.
“Sudah, biarin begini saja. biar nanti aku dikira sedang jalan dengan pacarku.” Jawab Livy dengan terkikik geli.
Karena Livy selama Livy dikenal dengan status jomblo. Lalu dengan kehadiran Raffael, dia akan memanfaatkan keadaan. Para karyawan juga belum banyak yang mengenal Raffael.
Dan benar saja, saat ini Raffael tengah berjalan berdua dengan Livy. Tatapan para karywan wanita sama sekali tidak bisa lepas dari sosok Raffael yang sudah membius mereka.
“Apa dia kekasih baru Nona Livy? Tampan sekali.”
“Sepertinya iya.”
“Aku tidak menyangka kalau Nona Livy sangat pandai mencari kekasih.”
“Bagaimana kalau aku tikung saja kekasih Nona Livy itu.”
Begitulah suara bisik-bisik yang keluar dari mulut karyawan wanita yang sangat terpesona dengan sosok Raffael. Sedangkan Livy hanya bisa tertawa dalam hatinya karena berhasil mengerjai semua orang.
Kini tibalah saatnya Reno memperkenalkan CEO baru di perusahaannya. Pria itu sedang berada di aula kantor bersama dengan seluruh karyawannya. Raffael dan Livy juga ikut duduk di samping Papa mereka.
Mereka semua tampak terkejut sekaligus tercengang saat Reno memperkenalkan Raffael sebagai CEO baru di perusahaannya. Bukan hanya itu, yang membuat mereka lebih terkejut saat mengetahui bahwa Raffael adalah putra sulung dari pemilik perusahaan.
Seketika nyali karyawan wanita yang sempat mengghibahkan Raffael menciut. Jelas mereka tidak berani untuk mendekati bos mereka sendiri. Jelas pekerjaan mereka akan menjadi taruhannya.
Usai mengadakan meeting perkenalan CEO baru perusahaan, Raffael masuk ke dalam ruangannya. Sejak tadi ia tidak memegang ponselnya. Dan kini baru sempat membuak ponselnya. Raffael tekejut saat melihat banyak sekali pamggilan dari nomor baru. Ia mengabaikan saja karena menurutnya panggilan itu tidak jelas.
Ting
“Tuan, maaf saya Jelita. Ibu dari anak kecil yang telah mengotori baju anda kemarin. Kapan kita bisa bertemu? Saya akan mengganti baju anda.”
Raffael membaca pesan itu dengan seksama. Nomor yang mengirim pesan itu adalah nomor yang sejak tadi meneleponnya.
“Jelita. Nama yang cantik seperti oranganya.” Gumam Raffael tanpa sadar.
Karena tak kunjung membalas pesan itu, akhirnya nomor itu kembali menghubungi Raffael.
“Iya, halo?”
“…..”
“Iya, saya Raffael.”
“…..”
“Tidak perlu, Nona. Cukup dicuci saja sudah bersih.”
“…..”
“Baiklah kalau begitu. Kita bertemu di Alin’s Café saja.” pungkas Raffael lalu menutup panggilannya.
Raffael menghembuskan nafasnya pelan. Dia sudah menolak ganti rugi yang akan diberikan oleh wanita yang bernama Jelita itu. tapi mendengar suara memohon dari wanita itu membuat Raffael tidak tega menolaknya. Akhirnya ia menyanggupi untuk bertemu dengan Jelita di café langganannya sekaligus tempat kerja Jelita nanti sore.
Kini Raffael mulai menyalakan laptop di hadapannya. Dia akan memulai pekerjaan barunya ini. tapi kenapa justru ia teringat dengan sosok wanita yang baru saja menghubunginya.
“Tidak. Ada-ada saja memikirkan wanita yang telah berkeluarga.” gumam Raffael menyangkal pikiran buruknya.
“Siapa Kak yang telah berkeluarga?” celetuk seseorang yang tiba-tiba muncul dan duduk manis di hadapannya.
“Astaga Livy!!! Kamu ini bikin orang jantungan saja. bisa nggak ketuk pintu dulu sebelum masuk? Itu namanya tidak sopan.” Ucap Raffael sedikit kesal dengan sikap adiknya.
“Aku sudah mengetuk pintu beberapa kali loh, Kak. Aku masuk saja, tak tahunya Kak Raffa malah ngelamun.” Jawab Livy benar adanya.
Karena merasa malu da tidak ingin kehilangan harga dirinya di depan adiknya, akhirnya Raffael memilih cuek dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
“Ada apa kamu ke sini?” tanya Raffael kemudian.
“Ini! aku hanya memberikan beberapa data keuangan. Kak Raffa diminta Papa untuk mengeceknya langsung.” jawab Livy sambil menyodorkan map berisi lembaran dokumen.
“Ya sudah, kamu bisa kembali ke ruanganmu.” Raffael menerimanya tanpa melihat adiknya.
Dengan wajah kesal, Livy keluar dari ruangan kakaknya. Tapi ada sesuatu yang mengganjal hati Livy mengenai ucapan kakaknya tadi yang tidak begitu jelas. Siapa orang yang dimaksud oleh sang kakak.
***
Seperti yang dijanjikan tadi, kini jam pulang kantor tiba. Raffael bergegas pergi menuju café langganannya. Kebetulan dia juga ingin makan kue kesukaannya di sana.
Beberapa saat kemudian Raffael sudah tiba di café. Seperti biasa, café selalu tampak ramai. Dia mencari tempat duduk yang nyaman dan sedikit jauh dari keramaian. Tak lupa juga ia mengirim pesan pada Jelita kalau sudah tiba di café.
“Raffa!” panggil seseorang dari belakang. Raffael pun menoleh pada seorang wanita paruh baya yang sedang berdiri di belakangnya.
“Tante Alin? Apa kabar Tante?”
Ya, Raffael bertemu dengan si pemilik café itu yang tak lain adalah Bu Alin. Wanita itu dulunya bekerja di perusahaan milik Reno. Karena ingin menekuni hobinya akhirnya ia mengundurkan diri dan akhirnya membuka café ini.
“Tante sampai pangling saat melihat kamu yang baru masuk tadi. tambah tampan saja kamu, Raf!” puji wanita itu.
Raffael hanya mengangguk samar dengan tersenyum tipis. Tak lama kemudian Jelita datang.
“Tuan, maaf membuat anda menunggu.” Ucap Jelita tanpa melihat Bu Alin yang sedang berdiri di samping Raffael.
“Kamu kenal dengan Raffa, Lita?”
.
.
.
*TBC
Happy Reading!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!