Hai kenalin aku Ayesha Putri Ferdinant anak kedua dari pasangan Rania dan Jordi. Kakakku bernama Anesha dan kita tidaklah kembar oke, hanya selisih 2 tahun saja. Dan kini aku baru saja menjadi mahasiswa disalah satu Univ A di kota Jakarta. Sementara Anesha, bekerja sebagai dosen di kampus swasta.
semua kisah hidupku berawal dari SMP, masa pra-remaja dimana kita sudah bisa merasakan suka dan kagum dengan lawan jenis. Sejak aku masuk kelas 9A, disitulah awal mula aku bertemu dengan lelaki yang kesan pertama terlihat pendiam, cuek, jutek dan irit bicara. Entah kenapa, tidak selaras dengan wajah kalemnya itu?
Pertama aku terlihat tidak peduli dan hanya sekedar ingin tahu saja. Tapi semakin berakhirnya Semester genap, aku melihat banyak hal tentang dirinya dan bagaimana dirinya saat disekolah. Pernah suatu hari, Laki itu pernah ditunjuk seorang guru agama untuk membacakan sebuah ayat al-quran di buku paket. Aku terpesona, mendengar lantunan suara yang merdu dari sekian banyaknya pelantun bacaan Al-quran. Dia mungkin salah satunya.
Awal hanya sebatas kagum, makin lama makin berkembang perasaan ini. Dulu, aku belum menyadarinya tapi seiring waktu aku ingin mengenal dekat meskipun hanya berbicara saja. Namun, singkat cerita begitu pada saat lulusan SMP, dia yang kutahu tidak suka berselfie atau foto hanya untuk postingan Status WA dan IG. Tapi kali ini, aku terheran bahkan merasa iri hati, mengapa dia berfoto dengan teman wanita sekelasnya dan aku tahu siapa dia. Pada akhirnya, aku tidak bisa berbuat apa-apa hanya sekedar melihatnya saja dan kemudian aku dan laki-laki yang kukagumi bernama Radika Ramadhani Firdaus putus kontak hingga Menjelang lulusan SMK.
Dan kini, tak terasa sudah 4,5 tahun semenjak aku tidak melihatnya lagi ataupun sekedar bertemu. Bahkan, sampai aku lulus SMK pun kita tidak bertemu. Namun, ada saja kesempatan bagi aku untuk mendapatkan kabar Radika melalui perantara sahabatku dan akun IG nya hingga mendapatkan nomor WA-nya.
Disitu aku yang pertama kali menyapa untuk menanyakan kabar Radikanya dan baru aku tahu dari sahabatku rupanya ketika SMK dia bersekolah lintas kota yang merupakan titah dari mamanya. Sedikit deg-degan tapi tetap aku lakukan. Dan saat itulah, kami berkontakan sampai sekarang lalu seiring waktu kenyamanan diantara aku dan dia mulai ada.
Hari ini hari minggu, aku dan keluarga sarapan pagi di meja makan. Bapakku yang menderita stroke keduanya selama 5 tahun lamanya jadi ibu akan menyuapi Bapak dikasurnya terkadang aku membantu ibu untuk itu. Bapak dalam kondisi hanya bisa berbicara itupun tidak jelas, bagian tubuh sebelah kiri sudah mati dan organ gerak mengalami disfungsi.
Ibuku yang memasak sarapan dan aku membantunya dengan membersihkan rumah dan kakakku tentu dia wanita yang sibuk dengan pekerjaan dosennya. Aku tidak pernah mengeluh diluar meskipun terkadang aku menginginkannya. Namun, apalah daya jika hidupku begini jadi tetap slay aku jalani, kan?
Aku memakan sarapanku dengan sibuk membalas chat dari Radika
"Lagi apa kamu ,Dik?"
"Ini aku lagi di lapangan basket deket rumah sama temenku"
"Oh olahraga nih ceritanya?"
"Iyalah, Sha. Cowok itu harus banyak gerak dan gak kayak kamu yang sukanya olahraga mulut aja."
Melihat jawaban dari Radika Ayesha terkikik membenarkan pernyataan itu.
"Emang bener sih, tapi kalo gak makan juga gak bakal sehat, anjir!"
"Iya dah serah kamu, btw lagi apa?"
"Lagi makan ini,"
"Habis ini aku mampir kerumahmu bareng temen,"
Ayesha terkejut "APA!!" sontak ia berdiri dari kursinya
"Heh, serius kamu? Biasanya juga gak mau kalo tak ajak mampir."
"Kali ini serius, kamu mau apa? Aku beliin deh!"
"Wah boleh dik, aku mau minuman boba."
"okedah nanti aku anter ke rumahmu."
"oke hati-hatinya!"
Rasanya bercampur aduk sedangkan aku belum mandi dan takutnya nanti laki itu akan mencium bau kecut dari tubuhkan ini. Merasa harus segera membersihkan diri, aku merapikan meja makan dan pergi mengambil handuk berlari menuju kamar mandi.
byar byur
Suara guyuran air terdengar dari luar kamar mandi, " gini amat aku, biasanya juga mandi pas sore lah ini, mandi pagi dibelain ketemu Radika,"
"harus wangi sama seger ini,"
......................
Usai mandi, Ayesha dengan tampilan mengenakan kaos dan celana dibawah lutut dengan rambut digerai tanpa polesan apapun diwajah. Terlihat segar memang tapi, bukannya tadi hati Ayesha mengatakan harus tampil cantik?
mendadak Ayesha tidak ingin tampil terlalu megah. " pengen tampil apa adanya tapi kok malu ya aku?" momen seperti ini Ayesha merasa bukan hanya dia saja yang merasa tidak percaya diri untuk menjadi pribadinya sendiri.
Semisal, ketika kita makan bersama lelaki yang kita sukai ataupun tidak pastinya kita sebagai wanita merasakan harus anggun dan tidak bikin malu. Dalam hati, ingin menambah porsi cemilan saking gengsinya kita hanya diam saja meskipun masih lapar.
Suara motor berhenti di garasi rumah, dada Ayesha berdegup kencang, padahal dia bisa bersikap biasa saja tapi ini Ayesha merasa alay dengan dirinya sendiri.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam masuk dik, duduk aja dulu ya,"
Wajah Ayesha terasa kikuk, matanya masih tidak berani menatap secara langsung kearah Radika. Radika sendiri hanya tersenyum, Ayesha jadi salah tingkah dibuatnya.
"Kamu kenapa Sha?!"
"A..aku gak papa Dik, btw kapan kamu datang ke Jakarta?"
"Sebenarnya udah lama aku disini, apalagi aku sekarang bantu keluarga ngurus perusahaan"
"Serius, lah terus kamu gak kuliah nih?"
"Aku sudah lulus S1 tahun ini lah Sha, " mendengar itu Ayesha melotot tak percaya,dia saja baru oh maaf maksudnya akan masuk kuliah lah Radika malahan sudah selesai.
"Gila,"
"oh Sha kenalin ini temen sekaligus sahabat pas disekolah sama kuliahku namanya Demian,"
Demian menjulurkan tangannya kearah Ayesha sambil tersenyum tipis.
"Salam kenal, Demian."
"Salam kenal juga, Ayesha panggil Yesha aja ya."
Ayesha berhenti melihat tangannya yang masih berada digenggaman teman dari Radika itu.
"Uy dilepas itu tangannya, Dasar curut !"
Demian memutar bola matanya kesal, " ganggu aja lu bisanya."
Radika tahu alibi sahabatnya itu yang suka sekali caper ke semua cewek yang baru dikenalnya, sok akrab dan perhatian. Radika ingin heran tapi memang begitu kepribadian anaknya yang humble.
"Halah banyak gaya lu, "
Tiba-tiba Rania menyapa kedua teman anaknya yang terlihat tampan sekali.
"Loh Ayesha kenapa gak panggil ibu kalo ada temen kamu kesini sih!?"
"Lah orang ibu masih suapin Bapak kok, ya dilanjut dulu lah,"
"Kamu juga, ibu cuma masak sedikit, ga bilang juga kalo temen kamu mau datang ke rumah."
Ayesha menghela nafas, Ibu nya terlalu heboh.
"Gak papa tante, kita juga dadakan bilangnya ke Yesha pas mau kesini,"
"Aduh maaf ya, tante gak siapin apa-apa"
"Tante gak papa, santai aja," celetuk Demian
Rania mengangguk dan menyuruh kedua laki itu untuk bersantai ria. Ayesha kini bingung mau membicarakan apa, juga dia tidak pintar basa basi.
"Sha kamu kuliah dimana sekarang?"
"Itu di Univ A, tapi belum tahu kapan PKKBM nya"
"Hebat kamu bisa masuk situ,"
" Biasa aja kali Dik, aku masuk lewat jalur rapot, kamu tahu lah aku gak seberapa pintar" Ayesha menggaruk dahinya, merasa sedikit malu mengakui hal itu.
"Kamu pinter, tapi kurang belajar aja, tingkatin dong semangat belajarnya"
"Hah...banyak magernya aku Dik, yang biasa-biasa aja lah jangan terlalu pinter gak baik tahu!" canda Ayesha
"mana ada orang pinter jadi gak baik, aneh!"
"Demian sendiri sekarang kerja atau lanjut kuliah?"
"Aku ya sama kayak Dika sih, lanjutin usaha keluarga, lagi sibuk banget soalnya."
"Yakin lu sibuk banget?!" Radika dengan wajah mengejeknya ingin sekali menjahili Demian.
"Lu minta gue hajar ya Dik, tiap hari bawannya pingin esmosi nih gue, kalo deket sama lu itu!"
Demian geram menjadi sasaran kejahilan Radika, tapi dia masih sayang nyawa untuk tidak gelud dengan laki itu.
Asyik berbincang sampai tak terasa waktu mulai siang dan terik panas matahari menyengat sekali. Radika dan Demian pamit ingin pulang.
"Sha kita pulang dulu ya, kapan-kapan kita ngobrol lagi, salam juga sama ibu kamu"
"Iya aku makasih juga Dik Demian, sudah mampir ke rumahku."
"Santai aja Sha, Diminum itu bobanya jangan dianggurin, oke!"
"Iya iya dah sana pulang,"
"ngusir nih cerita kamu, Sha?!"
Ayesha gelagapan, " E eh ya gak gitu maksud aku, " dua laki itu tertawa melihat tingkah lucu Ayesha. Akhirnya, setelah mereka pulang Ayesha tersenyum merasa senang hari ini hari yang sangat menyenangkan untuknya.
Kurang Seminggu lagi Ayesha akan memulai hari pertama kuliahnya. Dikarenakan masih dalam kondisi PPKM sehingga nantinya akan dilaksanakan secara online. Ayesha belum tahu bagaimana masa pengenalan anak kuliah kemungkinan akan berbeda jauh dengan saat SMK.
Sebelum hari H Ayesha berniat akan pergi membeli beberapa keperluan yang dibutuhkan saat PKKMB nanti seperti ID card yang terbuat dari kertas karton, bendera merah putih plastik, Print slogan, dan lainnya. Entah dibuat untuk apa, jujur saja ini sangat membuang uang. Bagi Ayesha lebih baik uangnya dibuat untuk membeli seragam atau hal lainnya yang lebih penting dibanding ini.
"Hari pertama pakek baju Hitam putih sampek hari ketiga, terus 2 hari selanjutnya pakai batik nih," gumamnya sambil menscroll grup WA khusus Maba.
"Tapi ini serius ya, cuma seminggu aja aku kira kayak univ lainnya yang sampek berbulan-bulan, syukurlah kalo gitu."
rencananya hari ini Ayesha akan pergi berbelanja sendiri, dia teringat kalo kemeja putihnya sudah berwarna kekuningan baginya sudah layak digunakan sebagai keset lantai.
Mungkin nanti sore ia akan meminta uang ke ibunya. Jika dipikir-pikir lagi Ayesha sudah beranjak dewasa, melihat ibunya yang kerja dari pagi hingga pulang malam jam 9 tentu Ayesha tidak enak hati untuk meminta uang dengan begitu mudahnya. Dia ingin bekerja seperti saat magang PKL dulu ketika SMK tetapi dia masih bingung ingin bekerja apa.
......................
Radika didalam ruangan yang sangat luas, tidak banyak perabotan, dominan warna gelap dan dengan jendela lebar terpampang jelas sebuah pemandangan asri diluar sana. Lelaki itu mengetukkan sebuah bulpoin ke meja seakan sedang berfikir keras.
...(ilustrasi)...
Andai saja, pria ini hatinya terbuka lebar kepada seorang wanita mungkin sedunia bisa saja menggilai dirinya. Namun, kenyataannya tidak sama sekali. Meskipun baik tapi tidak semudah itu untuk memasuki ruang hati seorang Radika CEO ternama di dunia sekaligus wajah tampannya yang tidak bosan untuk ditatap setiap detik, menit, bahkan jamnya.
Tok...tok..tok...
"Silahkan masuk" jawabnya dengan nada khas seorang pemimpin.
"Sudah waktunya anda masuk ke ruang rapat, Pak"
"Baiklah, Ayo!"
Radika beranjak dari kursi kebesarannya sambil membenarkan letak jas dan dasi yang padahal masih stay diposisinya, dia tetap perfeksionis orangnya mengenai pekerjaan.
Yah, seperti biasanya seluruh divisi kantor akan melakukan rapat dengan CEO untuk menjelaskan bagaimana peningkatan mereka masing-masing serta kinerja selama satu periode.
"Selamat pagi!" sapa Radika
"Pagi pak Radika," sontak semua orang yang ada di ruangan luas namun bagi mereka seperti pengap kekurangan oksigen untuk pasokan pernafasan.
"Langsung saja kalian jelaskan setiap divisi masing-masing, saya akan berkomentar diakhir saja."
"Baik pak,"
beberapa jam kedepan, Semua divisi usai menjelaskan panjang lebar dan Radika masih belum membuka suara. Para ketua divisi tentu sangatlah gugup, bagaimana ini apa ada yang salah? Apa kinerja mereka kurang memuaskan? Atau apa sebentar lagi kita akan diturunkan jabatannya? kurang lebih hampir semuanya berpikiran begitu.
"Sejauh ini, menurut saya bagus meskipun belum sempurna ditiap divisi, tingkatkan kinerja kalian, jangan banyak lembur jika memang tidak menghasilkan hasil yang memuaskan itu membuang-buang waktu saja, kerjakan perlahan namun pasti dan sempurna, saya menggaji kalian dengan memuaskan tentunya saya meminta timbal balik dari kalian, so lakukan itu jika tetap mau digaji." selesai berkata Radika pun meninggalkan ruang rapat itu.
"Uanjir, dredeg aku loh!"
"Gue juga, tadi pak Radika bilang apa? Bagus tapi belum sempurna? Yang sempurna menurut beliau itu kayak gimana?!"
"Entahlah, gue sih bersyukur dibilang bagus daripada gak sama sekali, itu nanti yang bikin gue depresi!"
"Bener juga lu"
"Ya dah balik ke posisi masing-masing, sebelum ditegur sama kembarannya pak Radika." siapa lagi kalo bukan asisten sekaligus sekretaris yang dikenal akan disiplin dan tanggungjawab tinggi, minim toleransi akan karyawan yang kepergok salah.
Perusahaan RF yang secara umum banyak diketahui dengan julukan kesuksesan nyata (Real Fact). Selama generasi turun temurun hingga Radika yang menghandle semuanya, selalu saja ada kejayaan yang mereka raih dan membesarkan nama perusahaan. Namun, tidak lepas dari jatuh bangun dibalik kejayaan perusahaan, ada pula tantangan dan masalah yang menghadang mereka tanpa diketahui dunia luar.
Semua butuh kerja keras, kesabaran, berdoa dan berpasrah dengan sang pencipta. Namanya juga bisnis yang bermain dengan investasi segala macam. Terkadang banyak orang bersikap iri hati, dengki, dendam dan egois sehingga keluarga Firdaus tidak pernah lepas dari kata maut. Musuh berbulu domba melakukan apa saja untuk mencelakai anggota Keluarga Firdaus apalagi hanya memiliki pewaris tunggal yaitu Radika saja.
musuh yang dengan mudah mencuci otak sampai mempengaruhi seseorang yang mulanya baik menjadi jahat. Radika sendiri hanya bisa melakukan penjagaan ketat dan memohon perlindungan kepada pencipta. Bagaimana pun dia juga takut mati dengan tumpukan dosa yang menggunung.
Orang bisa sibuk, tapi sesibuknya orang akan ada waktu istirahat untuk melepas penat. Banyak cara menggantikan waktu ibadah dan hal itu tidak luput Radika lakukan.
Waktu menjelang makan siang, Radika melihat jam tangannya, Ia ingin mengajak Ayesha untuk lunch bersama. Radika ingin menemui perempuan itu sekarang.
"Rel, Aku mau makan siang dengan seseoranh, kau handle sampai aku kembali."
"Siap pak, hati-hati di jalan pak!"
Radika masuk ke dalam lift dan langsung menuju parkiran mobil di bawah. Ia menekan tombol di kunci mobinya.
Pip...pip...
Mobil Mercedes Benz yang dipilih Radika kali ini, Ia ingin terlihat mewah namun tidak berlebihan. Biasanya Radika menemukan orang yang tinggak dikawasan perumahan elite menaiki mobil sport untuk sekedar makan siang. Menurutnya itu sangat berlebihan dan itu bukan gaya Radika.
Melaju dipadatnya kota, Radika memakai kacamata hitamnya yang bertengger dipangkal hidung mancungnya itu, terlihat rupawan dari dekat maupun jauh. Ia menambah laju kecepatan agar segera sampai sebelum waktu makan siang berlalu.
Tak lama kemudian, mobil Radika terhenti di depan rumah Ayesha, begitu keluarga dari mobil tetangga sampimg kanan kiri juga depan menganga tak percaya ketika seorang pria tampan berada didekat mereka.
"Cari siapa masnya?"
Radika menoleh dan tersenyum tipis,"Jemput temen saya mbak" Radika menjawab sambil menunjuk kearah rumah Ayesha yang terlihat sepi.
"Oh mbak Ayesha mas, dari tadi rumahnya sepi mas, mungkin gak ada orang." Wanita ini bahkan tidak tahu siapa yang diajaknya bicara, dia hanya terpukau oleh ketampanan pria didepannya.
"Permisi ya mbak, " tidak menghiraukan mbak kecentilan itu, Radika berjalan menghampiri halaman rumah Ayesha dan mengetuk pintu kaca rumahnya.
tok...tok...tok..
"Yes, yesha!" panggilnya
Sementara Ayesha yang tengah rebahan mendengar namanya dipanggil pertama ia hiraukan namun telinganya mendengar kembali panggilan itu.
"Siapa sih, siang-siang begini bertamu!" kesalnya sambil turun dari kasur dan keluar dari kamar.
Tepat saat keluar kamar, matanya membola,
"Kiampret, Tuh anak datang ke rumah mesti gak kasih kabar ke aku!"
Lihatlah, Ayesha sangat dekil belum mandi, rambut yang semrawut tak jelas, hanya mengenakan kaos oblong dan celana pendek. Apa kata dunia, jika mereka tahu wanita ini menemui lelaki tampan dengan kondisi seperti calon orgil dipinggir jalan.
Diluar Radika melihat jelas semuanya, tingkah lucu itu membuatnya menggelengkan kepalanya. Apa yang sebenarnya gadis itu lakukan?
"Lihat, dia bahkan tidak membukakanku pintu, jika dia tahu apa pekerjaanku mungkin sudah tak enak hati, hehe" kekehnya pelan
Cklek
"Sorry Dik, lama aku sampek lupa naruh kunci pintu dimana, ternyata gantung dipintu dari tadi, hehe," Ayesha menggaruh tengkuk lehernya
"Ayo masuk Dik, ada apa kok mampir ke rumha nih siang begini?!"
"Aku ingin mengajakmu makan siang bersama, ayo Sha aku traktir kamu makan siang sekarang. "
"Hah serius kamu? Duh aku belum apa-apa ini, salahmu sih gak kabarin aku, kan jadinya bikin kamu nunggu lama!"
Ayesha beranjak dari kursi dan berjalan cepar mengambil handuk dibelakang lalu bergegas mandi.
"Anak itu, apa memang selalu begini kah?!"
sambil menunggu Ayesha bersiap, Radika membuka hp nya untuk memeriksa apakah ada email masuk dari asistennya itu. Merasa tidak ada, dia kembali memasukkan hpnya ke saku jas mahalnya.
beberapa menit kemudian, Ayesha sudah tampak cantik dan segar dengan setelan celana kulot dan kaos sederhana dan rambut yang digerai begitu saja.
"Siap? Kita langsung aja ya"
"Iya Dik, ayo!"
Ayesha mengunci pintu rumah dan meletakkannya dibawah pot bunga, takutnya nanti kakaknya pulang lebih awal sebelum dirinya.
"Mau makan dimana ini Dik?!"
"Kamu sekarang mau makan sama apa ?"
"Lah kok jadi balik tanya, serah kamu aja lah aku mah makan apa aja suka kok,"
"Emm, apa ya? Mau Gado-gado?"
"Enak tuh, gas aja lah dik!"
"Ya sudah, kita cari oke"
Ayesha mengangguk semangat, dia tersenyum senang akhirnya dirinya tidak.menyangka akan pergi berdua dengan Radika hari ini.
karena terasa sepi Ayesha mencoba untuk mengajak Radika mengobrol," btw kamu itu kerjanya sebagai apa di perusahaan ayahmu?"
"pegawai bisa kok, Sha"
"Ah masa sih, kamu kan anak pemilik kantor masa pegawai biasa, gak percaya aku mah!"
"emang aku kayak gimana?"
"Pakaianmu aja keliatan mewah loh menurutku,"
Ayesha kembali menelisik pakaian Radika matanya tak salah menilai, pasti baju itu berharga mahal sekali.
"Aku CEO di kantor ayah,"
Ayesha sampai tersedak ludahnya sendiri, "uhuk..uhuk, duh serius kamu ini? Jangan canda lah Dik?"
"Lah malah gak percaya nih anak, beneran,"
"Dik, gawat kalo bener gitu, nanti aku digrebeg masa gimana dong, orang-orang nanti bisa tanda tanya kenapa kita jalan berdua begin!?"
"Santai aja kali Sha, semua pasti aman lah!"
Ayesha menghela nafas, Radika berucap begitu dia bisa melakukan apa selain pasrah dan terima sajalah.
Mobil berhenti di parkiran Mall, Ayesha belum berniat untuk turun dari mobil sedangkan Radika sudah menunggunya di luar.
"Kenapa aku jadi gak berani keluar?"
"Tapi nanti kalo keluar banyak paparazi dong! terus kena foto, masuk media sosial dan viral, para perempuan gak terima, habis itu diserbu aku pas keluar rumah nanti," gumam Ayesha dengan raut ngeri membayangan hal itu terjadi padanya.
Tok...tok..tok...
Seketika Ayesha berteriak kencang di dalam mobil karena terkejut saat ia menoleh ke kiri "Aaaa"
Bagaimana tidak wajah Radika terlihat menakutkan dengan mendekatkan mukanya ke jendela dan berekspresi seperti penjahat kriminal bayaran.
"Ya ampun, bisa gak sih gak usah bikin aku kaget, kalo mati kena serangan jantung dadakan bisa dipenjara kamu." gerutunya sambil membuka pintu
Sudah pasrah Ayesha, ia mengurungkan niatnya untuk tetap didalam mobil. Radika menaikkan sebelah alisnya terheran melihat Ayesha yang seperti habis dikejar anjing milik tetangga. Sedikit berkeringat di keningnya hingga membuat helaian rambutnya basah.
"Kamu lama banget keluarnya? Ngapain aja di dalam mobil ?!"
"Eng..enggak ngapa-ngapain aku Dik."
"Hmm, serius? Mukamu tadi keliatan kayak ketakukan," Radika tidak yakin.
"Kamu sih, bikin aku kaget sama tingkahmu kayak stalker tadi."
"Aku?" Radika menunjuk diri sendiri
"Iya kamu, udah ah jadi gak nih traktirannya?"
"Jadi dong, masa gak sih."
Akhirnya kedua orang itu berjalan menuju lift ke lantai 3. Saat pintu lift terbuka kondisi sekitar, Ayesha menengok kekanan dan kekiri sangat sepi tidak ada pengunjung sama sekali kecuali pegawainya.
"Sepi banget nih Mall, tapi kayaknya dibawah rame deh!"
Ayesha berjalan mendekati pembatas dan menengok kebawah, bingung sekali. Ada apa ini? Kenapa hanya lantai ini saja yang terlihat sepi pengunjung?
"jangan bingung gitu deh, lantai ini aku sewa sampek kita pergi," sedari tadi Radika hanya mengamati tingkah lucu Ayesha seperti anak kesasar ditengah keramaian pasar malam.
Ayesha mendelik tak percaya. "Hell, dia menyewa selantai mall! buat apa anjir?! Ngabisin uang aja. Seberapa kaya sampai bisa sewa semua ini?" ucap Ayesha dalam batin.
"Kamu gila?!" celetuk bibir merah Ayesha
"Gak tuh, ganteng gini dibilang gila, situ yang gak waras kali!"
"Enak aja, dan mau sampek kapan kita kayak gini hah? Gak jadi makan nih ceritanya, kok malah ngobrol, tahu gitu gak ikut aku tadi!" kesalnya
Radika terkekeh, Dia reflek menggenggam tangan Ayesha dan menariknya menuju sebuah tempat makan.Lalu, mereka berdua mengambil tempat duduk paling pinggir.
Radika dengan wajah santai sambil memanggil pelayan untuk mencatat pesanan mereka, pelayan itu pun menghampiri meja mereka.
"Mbak pesan gado-gadi spesial satu, kamu mau minum apa Sha?"
"Sama in aja lah, liat menu lainnya ribet banget namanya," ucap Ayesha, menyerahkan buku menu yang hanya sekilah ia bolak-balik halamannya.
Radika menatap ke pelayan yang didekat mereka, bak patung ditengah kota, dia hanya diam bahkan hampir tidak berkedip. Radika berdeham, menyadarkan lamunan pelayan tersebut.
"Maaf mas, bisa diulangi pesanannya?"
Radika merubah rautnya menjadi datar, ingatkan kalo CEO seperti dia jika ada sangkut pautnya dengan pekerjaan makam tidak segan dia berkomentar pedan nyelekit sampai relung hati.
"Anda kalo gak niat dalam bekerja, Gak usah kerja mbak, diluar sana masih banyak yang ingin kerja lsbih serius ketimbang mbaknya, pergilah kami tidak berminat memesan."
Radika menarik Ayesha yang melongo, kembali tidak percaya, akan berapa lama lagi laki itu akan menunda waktu makan siangnya. Ayesha menghela nafas lagi dan tetap mengikuti Radika yang entah kemana lagi akan membawanya.
......................
wajah yang ditekuk dan bibir yang sedikit mengerucut di muka Ayesha membuat Radika gemas, dalam hati sudah ingin mengigitnya. Sedari masuk mobil hingga dijalan sekarang, Ayesha enggan berbicara pada Radika, padahal laki itu sudah mengajaknya berbicara.
"Oh ayolah Yesha, tadi mode kerjaku tiba-tiba saja aktif. Ya reflek aku menarikmu pergi, bukan salahku juga sih, mereka bekerja tidak benar."
Sedangkan Ayesha tetap pada pendiriannya. "Baiklah, kamu sekarang menginginkan apa? Katakan saja aku kali ini benar-benar langsung mengantarkanmu." Radika mencoba bernegosiasi.
"Kau sedang bernego denganku?" tanyanya
"Iya aku sedang bernego."
"Huft..lupakan sudah Dik, antar saja aku pulang ke rumah. Mood makanku sudah kutelan hingga melebur didalam usus halusku."
"Hah? Bagaimana mungkin?! mood memang bisa begitu Sha?" sosok CEO kini dibuat bodoh karena satu candaan murahan.
"Oh Ayolah, Please itu hanya joke Dika, kamu membuatku semakin kesal saja." Radika tidak habis pikir, wanita mana saja selalu bikin dirinya kualahan menghadapi mood mereka yang dengan mudahnya datang dan pergi.
"Aku serius, kali ini kita benar-benar akan makan enak, kamu harus percaya sama aku, aku punya banyak rekomendasi tempat makan buat kamu Yesha"
"huft... Baiklah ayo," Ayesha pun mengalah. Dia sungguh kelaparan rasanya, dia menghabiskan waktu makannya dengan sia-sia di sepanjang perjalanan dan seribanya ternyata tidak jadi. Rasa lapar ini, membuat perutnya mual dan kepalanya pusing seketika.
Sesuai janji Radika, mereka tiba disebuah Cafe bernuansa elegan
...(ilustrasi)...
Radika memilihkan tempat duduk di lantai 2 dikarenakan masih banyak tempat kosong daripada di lantai bawah. Cafe ini menyediakan bar dan makanan lezat tentunya. Ayesha suka suasana ini, sepi tak terlalu ramai sehingga mereka tidak menjadi pusat perhatian.
"Nah, disini aku menjamin pekerjanya profesional daripada yang di Mall tadi."
Kemudian seorang pelayan wanita berjalan kearah mereka," Selamat datang Tn. Radika, sudah lama anda tidak datang ke cafe, bagaimana kabar anda?"
"Saya baik, belakangan ini kerjaan saya banyak jadi jarang waktu luang,"
"oh begitu rupanya, ini Tuan menunya, hari ini kami merekomendasikan Carbonara truffle mushroom."
"saya pesan 2 dan minumannya kamu ingin apa Yesha?"
"Emm sebentar," Ayesha mencoba melihat minuman dingin yang dapat menarik minatnya untuk dicoba.
"Macha Milkshake,"
"Baik, untuk Tn. Radika minumannya apa seperti biasanya?"
"Ya seperti biasanya," pelayan tersebut mengangguk dan pergi.
"Kamu sepertinya pelanggan tetap disini, juga truffle bukannya itu mahal, "
"Aku suka kesini dengan sahabatku, dan terkadang memesan tempat untuk meeting dengan klien, jug tidak perlu memikirkan harganya. Kamu tahu aku masih mampu."
"Cih dasar horang kaya mah bebas tapi berbeban."
Radika mendengus, ada enak dan tidaknya menjadi kaya sebenarnya. kaya bisa memenuhi semua kebutuhan tanpa perlu memikirkan akan kehabisan uang dan susah makan, lah kalo yang pas-pasan kayak Ayesha, mau beli makanan mahal harus perhitungan dulu.
Beberapa menit setelahnya, pesanannya sudah diantar, aromanya sungguh menggugah selera makannya. Ayesha menelan ludah dengan perut keroncongan.
"Dika, That's a look good"
"yeah, Try it."
Tanpa babibu, tanganya meraih garpu disebslahnya dan memutar pasta lalu melahapnya puas.
"Ya Tuhan, enak banget ini makanannya, seumur-umur kali ini bener enaknya tiada tanding!" Ayesha meresapi setiap elemen yang ada pada masakan itu. Gurih, tidak terlalu pedas, manis, asam semua rasa tertuang didalam piring itu.
Radika tersenyum melihat reaksi Ayesha, " Aku ingin memanjakannya terus," gumamnya
"Gimana rasanya? Enakkan?"
"Pakek banget Dika, trufflenya itu loh, ya ampun!" pekik senang Ayesha dan keduanya dengan hikmat menikmati hidangannya.
......................
Di lain tempat, Anesha baru saja pulang dari kampus tempat mengajarnya. Saat memutar engsel pintu ternyata terkunci, dia pun mengambil kunci rumah yang disimpan dibawah pot oleh Ayesha.
"Kemana itu anak, gak biasanya keluar siang-siang begini. Biasanya suka mageran."
Anesha masuk kekamarnya untuk bebersih diri. Pekerjaan hari ini sangatlah banyak, naik turun lantai meskipun menggunakan lift tetap saja, itu secara tidak langsung melelahkan.
Melihat tudung saji, rupanya makanan diatas meja tidak menaikkan nafsu makannya, dan sekarang Anesha menginginkan makanan pedas.dan gurih.
"Bikin tahu kocek ah, mantaplah!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!