NovelToon NovelToon

Secretary Is My Boss

Davina!!!

...Hay guys...selamat datang di cerita ku yang terbaru. Semoga kalian suka yaa. Dan doa kan juga semoga cerita ini selesai dengan benar. serta tidak lagi berhenti di tengah jalan. ...

...Jadi seperti biasa jangan lupa like yaa. Karena like kalian menjadi semangatku. ...

...Mohon minta koreksi nya kalau ada yang typo atau keliru, saya juga baru belajar. Jadi mohon bantuannya. Terima kasih banyak buat kalian. ...

💜💜💜💜💜

Sebuah cabang perusahaan yang berkerja di bidang pembuatan kertas. Para karyawan sudah mulai bekerja dengan semangatnya. Apalagi ditambah dengan suara musik yang membuat semangat mereka semakin memuncak.

Perusahaan yang tentunya di dominasi oleh laki-laki karena pekerjaan mereka yang berat. Namun, ada perempuan yang menghendel semua pekerjaan laki-laki.

Di perusahaan ini seperti rumah bagi mereka. Tidak ada kecanggungan, yang ada hanya kebahagiaan.

"Wong ko ngene kok dibanding-bandingke" nyanyi para pekerja.

Walaupun ada musik, tapi fokus mereka tidak akan teralih. "Bang,,ini ada titipan nasi uduk dari sang istri" ucap salah satu pekerja.

"Taruh aja di laci, Yon" ucapnya.

"Mau lagu apa lagi??" tanya seseorang yang datang dengan pakaian rapi yang sangat cantik dengan penampilan sederhananya.

"Woww,,mbak. Cantik banget, mau kemana??" tanya salah satu pegawai.

"Mau meeting dengan konsumen. Ini kayunya yang kemarin datang, yaa?" tanyanya ketika melihat tumpukan kayu yang bertumpuk-tumpuk.

"Iya, mbak. Eh,,ini kemarin di kasih nota sama pengepulnya, mbak. Dan katanya untuk uangnya di transfer aja" ucapnya dengan memberikan nota kepada orang itu.

"Baiklah,,untuk makan siangnya kalian mau apa??" tanya wanita itu.

"Terima kasih, mbak. Tapi, kami udah bawa bekal, mbak. Nih,, tadi sebelum berangkat beli nasi, mumpung tidak ramai" ucapnya.

Memang sudah biasa, tidak ada kata atasan dan bawahan di perusahaan ini. Semuanya adalah sama, keluarga. Bahkan kalau hari libur atau omset penjualan meningkat maka seluruh pekerja akan mendapatkan bonus makan besar bersama-sama.

"Baiklah,, semangat kerjanya, buat kalian semua." ucapnya kemudian pamit dan meninggalkan ruangan tersebut.

Sudah biasanya setiap dia datang, harus selalu mengecek setiap proses produksi. Dan memberikan apa saja hal yang diperlukan untuk meningkatkan produksi.

"Selamat pagi, girls" sapanya masuk ke dalam ruangan yang lebih berkhusus ke perempuan, karena ditempat ini adalah tempat finishing sehingga diperlukan ketelitian dari insting perempuan yang tajam.

"Pagi, mbak"balas mereka dengan senyum merekah. "Mbak,,mau ketemu pak Restu yaaa??" goda salah satu dari mereka. Membuat yang lainnya ikut tertawa.

"Iya,,makanya sebelum bertemu aku harus isi tenaga dulu. Biar lebih sabar dan semangat" ucapnya membuat mereka tertawa lagi.

Memang sudah biasa dia mendengarkan keluh kesahnya terhadap bosnya yang sangat bertentangan dengan pemikirannya.

"Awas,,mbak jodoh itu kayak kertas." timpal yang lainnya.

"Davina!!!!" teriak seseorang masuk dan menggebrak pintu membuat semua mata tertuju padanya. "Kamu mau terus ngerumpi atau kerja!!" cerocos orang itu mendekati orang yang bernama Davina.

Orang yang bernama Davina memasang wajah yang datar dan cuek. Walau sekarang wajah orang yang memanggilnya sedang tidak bersahabat. "Ada apa bos?!" tanyanya datar.

"Kamu!!!" geramnya apalagi melihat tampang wajah datarnya. Hingga membuatnya langsung menyeret orang yang bernama Davina itu.

"Semangat mbak" ucap para pekerja yang melihat itu dengan suara yang pelan yang langsung dibalas anggukan oleh Davina yang melihat kearah karyawan.

Sesampainya di ruangan dengan cepat bosnya itu menarik nafas untuk menetralkan amarahnya. "Kamu tau jam berapa meeting nya akan berlangsung?" tanya nya yang berusaha untuk tetap santai. Namun, dari nada bicaranya penuh penekanan.

"Pukul 10 dan ini baru pukul 8. Apakah ada masalah?" ucapnya dengan melihat kearah jam tangannya.

"Lalu dimana laporan yang harus saya pelajari?!" ucapnya dengan nada yang sudah tidak bisa bersabar.

"Saya sudah kirimkan laporannya lewat email. Pada pukul 8 malam. Apakah bapak tidak melihatnya?" ucapnya datar.

"Lalu kenapa kamu tidak memberitahunya kalau kamu mengirimnya lewat, email. Sekarang kamu print laporan itu" perintahnya lalu duduk di kursi nya.

"Maaf bos, mesin print nya sedang diperbaiki. Jadi silakan anda buka email. Dan pelajari itu saja. Jika anda tetap mau di print kan. Silakan anda print sendiri. Karena saya masih ada pekerjaan yang lebih penting daripada menuruti perintah anda" ucapnya kemudian meninggalkan ruangan itu dan kembali ke mejanya.

"Dasar sekretaris tidak berguna!!. Awas saja kau yaa!!!" teriak dari dalam ruangan menatap pintu yang sudah tertutup rapat.

Sedangkan diluar ruangan Davina yang mendengarnya hanya cuek saja. Kemudian melanjutkan kegiatannya yaitu mengecek laporan yang akan diberikan kepada bosnya lagi.

"Ini yang Boss siapa sih. Dia atau aku. Awas aja akan aku aduin kamu, Davina. Bersiaplah untuk mendengarkan Omelan dari papaku. Hahaha" ucapnya dengan penuh percaya diri. Dan sekarang otaknya berisi tentang bagaimana wajah Davina yang sedang dimarahi oleh papanya. Hingga membuatnya tertawa jahat.

Waktu berlalu, waktunya mereka untuk menemui rekan kerja mereka. Restu sudah mempersiapkan dirinya. Lebih tepatnya penampilannya. Karena yang akan mereka temui adalah seorang wanita cantik dan elegan yang menjadi incaran dari Restu. "Davina ayo berangkat" ucapnya melewati meja Davina yang langsung diikuti.

Mereka memasuki mobil bersama dengan Davina yang mengendarai mobil. Sedangkan Restu duduk anteng di sampingnya. Jangan tanya kenapa tidak memakai supir. Alasannya adalah Restu tidak ingin privasinya terganggu. Dan dia tidak ingin menyetir karena males.

"Bos,,pihak investor bapak Rudi ingin mengajak anda makan siang" ucap Davina dengan fokus menyetir.

"Baiklah." ucapnya yang sejak tadi memandangi kaca untuk melihat penampilannya. "Apakah penampilan ku sudah baik?" tanyanya pada Davina yang langsung diangguki.

"Cih,,matamu aja memandang ke depan. Bagaimana bisa tau kalau penampilan ku baik." decak Restu kemudian diam saja. Karena sudah malas dengan ucapan sekretaris nya itu.

"Saya bisa melihat bapak dari ujung matanya, saya. Dan penampilan bapak memang sangat baik." ucapnya yang justru memancing emosi Restu.

"Kamu bilang. Penampilan ku baik dari ujung matamu. Apakah kau tidak bisa membuka mata lebar-lebar kalau aku ini memang tampan!" kesal ya.

"Yang bilang anda jelek, siapa , boss?" ucapnya datar semakin membuat Restu ingin mencakar wajah datar sekretaris nya itu.

Pengen dicongkel aja matanya itu batin Restu yang sudah sangat kesal.

Memang sudah biasanya hal itu terjadi. Kalau mereka sama-sama diam maka itu patut di curigai kalau diantara mereka ada yang terkena sariawan.

...Terima kasih sudah membaca :) ...

Salah Si Davina

...Selamat membaca...

Sesampainya mereka di tempat tujuan. Restu yang dongkol dengan sekretaris nya keluar duluan dan masuk ke dalam perusahaan yang menjadi titik temu mereka dengan rekan kerjanya.

"Kamu lambat banget, sih!" gerutu Restu ketika sang sekretaris sudah masuk kedalam ruangannya.

Namun, hal itu tidak ditanggapi oleh Davina. Karena tidak ingin terlihat buruk di depan sang rekan kerja. "Kenapa, diam?. Kamu..." ucapnya terpotong karena rekan kerjanya sudah sampai.

Mereka membicarakan tentang kerja sama. Dan yang membuat orang-orang kagum adalah walau Restu dan sekretarisnya sering bertengkar. Namun, mereka akan kompak jika sedang meeting. Tapi, setelah keluar dari ruangan meeting barulah mereka beraksi dengan pendapat yang tidak bisa mereka utarakan.

"Terima kasih. Saya bangga dengan pak Restu dan Davina. Karena dari berita yang saya dengar jika kalian sering bertengkar. Namun, dalam setiap kesepakatan kalian selalu kompak." puji sang rekan kerja. Membuat mereka yang dipuji tersenyum kikuk.

Setelah kepergian rekan bisnis nya. Mereka segera keluar dari perusahaan itu. Dan memasuki mobil. "Sekarang kita akan ke restoran, untuk makan siang bersama pak Rudi" ucapnya.

Sedangkan dalam pikiran Restu. Dia merasa kesal. Karena tidak bertemu dengan anaknya rekan bisnisnya tadi. Walau bisa saja dia minta sang papa untuk menjodohkan mereka. Namun, Restu ingin mereka berkenalan dulu, setelah itu baru pacaran, tunangan lalu menikah karena merasa sama-sama cocok.

"Huh,,kalau gitu ngapain aku rapi-rapi gini. Kamu kenapa enggak ngasih tau kalau sama bapaknya meeting??!" omel Restu terhadap sekretaris nya itu.

"Anda tidak bertanya" ucapnya membuat Restu menahan kesalnya.

"Kamu kan sekretaris saya. Seharusnya kamu mengatakan dengan rinci tentang meeting kita" ucapnya kesal.

"Buat apa?!. Yang terpenting saya sudah memberitahukan bapak dan menyiapkan keperluan meeting" ucapnya datar.

"Dasar sekretaris gi*la" umpatnya membuang muka kearah jendela.

Sesampainya mereka di restoran tempat makan siang. Seperti biasanya Restu keluar dari mobil duluan. Dan langsung menanyakan ke pegawai tempat resepasi atas nama pak Rudi.

"Selamat siang pak Restu" salam pak Rudi saling berjabat tangan.

"Selamat siang juga, pak Rudi" balasnya.

"Dimana sekretaris anda, pak Restu?" ucapnya ketika tidak melihat sekretaris dari Restu.

"Wah,,,apakah pak Rudi menyukai sekretaris ku. Kalau begitu berarti makan siang ini adalah untuk sekretaris ku?" ucapnya telat sasaran membuat pak Rudi langsung berwajah pias dan setelahnya tersenyum penuh arti.

"Mau bagaimana lagi, sekretaris anda selalu menolak ketika saya ajak makan siang" ucapnya santai membuat Restu geram.

Memang Pak Rudi ini masih cukup dibilang muda karena usia masih 35 dan tentunya masih lajang. Namun, entah sihir apa yang diberikan oleh Davina. Hingga, membuat pak Rudi menyukai nya. Dan Restu tidak suka hal itu. Karena ia tidak ingin sekretarisnya menjalin hubungan dengan rekan kerjanya karena itu akan sangat mempengaruhi kinerjanya.

"Wah,,lain kali kalau tidak ada hal penting. Sebaiknya pak Rudi menghargai waktu. Karena waktu untuk makan siang saya biasanya saya lakukan dengan bekerja." ucap Restu menyindir pak Rudi yang hanya tersenyum saja.

Namun, sampai mereka selesai makan, yang ditunggu justru tidak juga muncul. Membuat pak Rudi merasa kecewa. "Seperti keberuntungan tidak berpihak pada anda pak. Karena sekretaris saya memberitahukan bahwa ia harus menyiapkan bahan meeting dengan perusahaan yang lainnya" ucap Restu lagi membuat wajah pak Rudi kecewa.

"Baiklah lain kali. Kita akan makan siang bersama lagi. Maaf karena menganggu jam makan siang pak Restu" balasnya yang diangguki oleh Restu kemudian meninggalkan restoran itu.

Sesampainya di depan restoran, Restu celingukan mencari dimana keberadaannya mobilnya. "Kemana dia?!" gumamnya melihat deretan mobil yang terparkir. "Sial. Gue pasti ditinggalin lagi. Awas aja Lo,,Davina!" geram Restu ketika tidak melihat wujud mobilnya.

"Lo,,dimana??. Jemput gue sekarang!" ucapnya pada sambungan telepon.

"Silakan bapak pesan taksi saja. Karena saya sedang membicarakan hal penting dengan direktur" ucap disebrang langsung mematikan sambung telepon.

Telepon yang dimatikan secara sepihak membuat Restu sangat marah bahkan kepalanya sudah memunculkan kepulan asap seperti Patrik. "Sekretaris sialan!!" umpatnya dengan meninju udara. Kemudian menyetop taksi.

Sesampainya di depan perusahaannya karyawan yang melihat bos nya menaiki taksi terheran. Walau tidak jarang Boss nya naik taksi dengan wajah yang menyeramkan seperti sekarang ini.

"Davina!!" teriaknya dengan nada sangat-sangat marah. "Dimana Davina?!" ucapnya kepada sang resepsionis. Melihat kemarahan bos nya membuat semua orang berjalan seperti semut tidak bersuara bahkan ada yang bersembunyi agar tidak terlihat oleh bossnya.

"Di-diruangannya, pak" ucap sang resepsionis terbata karena takut akan wajah Restu. Walau sang resepsionis sering melihat Boss nya marah. Tapi tetap saja mengerikan.

Mendengar itu Restu langsung keruangan nya. Dan tanpa bersopan-santun dia langsung masuk dengan mengebrak pintu "Davina,,kamu kurang ajar, yaa. Meninggalkan saya di restoran..!"cerocosnya tanpa melihat sedang apa orang didalam ruangan tersebut. "Upss,,sorry pa" ucapnya cengengesan. Kemudian duduk di samping papanya.

"Kamu yaa. Tidak sopan sekali. Kamu tau enggak kalau perusahaan kita hampir saja bangkrut karena ketidak telitian kamu. Untung ada Davina yang menghendel semuanya, sehingga hal itu tidak terjadi" kesal sang papa kepada anaknya yang semakin hari semakin menjadi.

"Bukan salah Restu, pa. Tapi salah si Davina yang tidak memberitahukan aku terkait kekeliruan yang terjadi. Papa tau kan kalau aku sibuk. Mana sempat memeriksanya dengan teliti" kilah Restu. Membuat sang papa menghela nafas.

"Maaf tuan. Benar kata pak Restu, saya yang salah karena tidak teliti dalam hal ini" ucap Davina membuat Restu merasa senang karena Davina mau mengakui salahnya.

"Pokoknya papa, akan tetap pada keputusan papa. Kalau papa memberikan hak istimewa kepada Davina untuk mengambil keputusan terkait dengan perusahaan ini. Tapi dengan wajah kamu." ucap mutlak sang papa membuat Restu berdecih.

Sudah biasa hal ini terjadi. Dan tetap saja si Davina masih menganggap dia penting. Walau di beberapa kegiatan dia sendiri yang mengambil keputusan. Ingat tanpa berkonsultasi pada dirinya yang selaku anak pemilik perusahaan ini dan calon pewaris serta CEO perusahaan ini.

Amit-Amit

Setelah acara perdebatan di ruangan itu berakhir. Wajah Restu semakin kesal ketika mendengar sang papa yang terus-menerus memuji sekretarisnya. Bahkan dia berniat menjadikan sekretaris nya itu Boss karena kinerjanya yang sangat membanggakan.

"Huh,, selalu saja dia yang di puji" dengusnya dengan menatap pada kaca besar yang memperlihatkan hamparan bascam produksi. "Seandainya dia laki-laki sudah gue tinju juga muka songongnya" gerutunya kesal yang tidak tau bahwa orang yang dibicarakannya sudah berada di ruangan tersebut.

"Pak, hari ini kita perlu mengecek kondisi pabrik di belakang agar tidak ada masalah" ucap seseorang yang siapa lagi kalau bukan sekretaris nya masuk tanpa permisi, sudah seperti ini ruangannya. Tidak ada privasi-privasinya di ruangan Restu.

"Kau saja yang mengurusnya. Kan kau yang Boss nya disini. Aku kan cuma boneka yang siap sedia menanda tangani proposal yang kamu berikan" ucap Restu tanpa berniat membalikan tubuhnya.

"Baiklah. Silakan bapak tandatangani proposal ini. Karena saya sudah memeriksa nya tinggal ditandatangani saja" ucapnya lagi membuat Restu berdecih.

Karena Davina yang malas berdebat dengan Boss nya itu. Sehingga hanya meninggalkan berkas itu di depan meja. Tanpa berniat mengucapkan kata-kata lagi.

"Silakan saja, kamu tanda tangani sendiri. Gue mau pergi" ucapnya berbalik badan. Dan melihat sekitar bahwa tinggal dirinya saja di ruangan. "Cih,,dasar tidak sopan" ucapnya bangkit dan menutup pintu dengan keras. Untungnya dilantai ini hanya ada ruangan dirinya dan sekretaris. Jadi tidak akan ada yang melihat tingkahnya.

Berbeda dengan Restu yang sangat kesal. Davina justru sangat senang. Melihat para pekerjanya yang semangat ditambah dengan musik yang mengalun menambah energi semangat mereka.

Ini lah yang Davina inginkan bekerja dengan musik. Akan membuat kita tidak merasakan lelah bekerja. Justru semangat yang membara yang didapatnya. "Tanto?!!" panggil Davina kepada salah satu mandor yang mengecek setiap kelayakan produksi.

"Iya mbak?" ucapnya menghampiri Davina.

"Bagaimana apakah ada masalah?" tanyanya yang di gelengkan oleh Tanto.

"Semuanya terkendali sesuai dengan hasil akhir yang kita inginkan. Dan dari mandor finishing juga mengatakan hasilnya seperti biasa, bagus." ucapnya membuat Davina mengangguk.

"Baiklah, terus saja pantau. Karena kertas kita sangat dipercaya kualitas nya oleh masyarakat. Jadi jangan buat mereka kecewa"

"Baik, mbak. Kami akan berusaha memberikan yang terbaik." ucapnya yang diangguki oleh Davina.

Mereka kemudian berkeliling untuk melihat bagaimana produksinya. Dan tentu saja hal itu disambut senang oleh para pekerja yang tidak hentinya memuji Davina. Kemudian melanjutkan berkeliling ke tempat berikutnya.

Berbeda dengan Davina yang sedang sibuk. Restu justru duduk manis di sebuah bengkel motor dengan makanan dan minuman yang di pesannya dari abang-abang yang melewati bengkel tersebut.

Yah,,selain bekerja di perusahaan sang papa. Ternyata Restu memiliki jiwa otomotif yang besar. Bukti dia bisa membangun sebuah bengkel yang cukup besar. Dan itu di kelola oleh temannya.

"Tumben Lo, mampir. Biasanya sibuk amat" sindir temannya yang sedang menemani dirinya makan.

"Kesel banget sama si Davina-Davina itu. Lagaknya sudah kayak Boss aja tau enggak. Mana itu si papa bangga-banggain dia lagi. Gue itu di sana udah kayak bawahannya dia aja tau enggak. Diatur-atur. Kesel gue." curhatnya membuat temannya itu tertawa.

Sudah biasa mendengarkan curhatan Restu terhadap sekretarisnya itu. Sudah 2 tahun bekerjasama. Namun, tidak membuat mereka akur. Ada saja permasalahan yang membuat mereka saling ngedumel. Atau lebih tepatnya hanya Restu yang ngedumel?.

"Lo udah 2 tahun bekerja sama dia. Masih aja makan hati. Kan memang itu ciri khas sekretaris Lo. Justru itu sangat menguntungkan. Lo lebih santai daripada ceo-ceo yang lainnya yang bahkan tidak bisa libur. Jadi jangan dimakan hati omongannya. Bawa santai saja" nasehat temennya yang justru membuat Restu berdecih mendengar ucapan temennya.

"Itu karena Lo suka sama dia kan. Apa sih bagusnya Si Davina itu. Modelan kayak sendok garpu aja di demenin." omelnya yang membuat tawa dari temannya keluar.

"Aelah,,Lo enggak tau aja. Bahwa si Davina itu berlian di dalam lumpur. Walaupun susah di dapatin. Tapi sekalinya dapat hidup Lo beruntung seumur hidup" ucap temannya dengan senyum yang cerah.

"itu sih,,Lo aja. Gue sih enggak. Yang ada hidup gue kayak dipenjara." ucapnya membuat temannya tersenyum jahil.

"Kualat Lo baru tau rasa."

"Idih,,, amit-amit. Mama enggak bakalan setuju kalau gue sama dia. Kalau papa sih,,udah kena sihirnya" ucap Restu santai sambil memakan makanan di depannya.

"Lo tau enggak kalau di pojok tempat ini ada cupid?. Katanya kalau Lo benci sama seseorang suatu saat Lo akan mencintainya?" ucap temannya yang bukannya membuatnya termakan. Justru membuatnya tertawa.

"Lo percaya pada hal itu??. Cupid??. Lo terlalu sering bermain dengan motor dan mobil. Makanya otaknya bergeser sedikit." gelak tawa Restu membuat temannya mendengus.

"Awas aja Lo" kesalnya melihat Restu yang terus tertawa.

"Percaya boleh, bro. Tapi jangan terlalu. Nanti Lo bisa gi*la" ucapnya lagi dengan berusaha meredam tawanya.

Tiba-tiba di sela berusaha menahan tawanya. Dering ponsel membuyarkan mereka pada benda pipih yang ada di samping meja mereka. "Kenapa?!" ucap Restu menerima panggilan tersebut. "Iya, gue kesana sekarang" ucapnya kemudian mematikan sambungan telepon.

"Siapa?" tanya temannya.

"Biasa nenek sihir. Gue ke kantor dulu, ya. Soalnya ada hal penting katanya" pamitnya.

"Titip salam sama Davina yaa." ucapnya membuat Restu mengangguk. Kemudian memasuki mobilnya dan meninggalkan bengkel tersebut.

Sesampainya di kantor. Sekretarisnya sudah menunggu didepan dengan wajah yang sangat marah. Sedangkan Restu keluar dari mobil dengan santainya. "Bapak bisa profesional tidak?!. Berkas itu harus segera di kirim. Gara-gara ketidak profesional bapak. Klien menjadi marah dan berniat membatalkan kerjasamanya. Bapak ingin perusahaan ini bangkrut, ya!!" omel Davina didepan lobi perusahaan. Membuat karyawan yang lewat melihatnya.

Berbagai bisik-bisik pun muncul. Tentang bagaimana Davina memarahi bos mereka. Namun, hal itu justru lucu bagi mereka. Karena mendapatkan hiburan gratis. Di saat rasa ngantuk dan penatnya bekerja.

"Sudah?. Mana berkasnya biar saya tanda tangani sekarang?" ucapnya santai membuat Davina geram.

"Sia*l" umpatnya dalam hati karena merasa dongkol dengan boss nya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!