Yogyakarta, 2022
Hujan turun sangat lebat, sebuah gedung pencakar langit terlihat berkabut saking derasnya hujan, terlihat ada seorang pemuda berusia 27 tahun sedang menatap jendela lantai 5 meratapi nasibnya. Ia melamun tentang hidupnya, ia bernama Iwan seseorang yang hanya lulusan SMA, telah melanjutkan kuliah akan tetapi karena kebodohannya ia menjadi gagal dalam menjalani studinya. Ia bekerja di departemen administrasi sebagai admin biasa, sebutan kasarnya kuli kantor. ia yang hanya lulusan SMA dengan tanpa keahlian apapun di tambah lagi tidak memiliki wajah yang good looking, secara nekat ia melamar di berbagai perusahaan - perusahaan dan tidak pernah ada satu pun yang nyantol. Tempat ia bekerja saat ini pun mengandalkan relasi (orang dalam) dari ayahnya, betul sekali pemiliknya adalah tetangga sang ayah yang dahulu merantau ke luar negeri dan sukses hingga memiliki perusahaan saat ini.
*Drrttttt.... Drrtttt.. Drrtttt* getaran HP Poco milik Iwan yang sangat kentang kalau di pakai main game, dan hanya bisa dia gunakan untuk nonton anime saja sebagai hiburannya. Ia mengangkat tanpa mempedulikan lagi siapa yang menelponnya, 'paling juga masalah itu' celetuk Iwan dalam hati.
"Halo..." Jawab Iwan setelah mengangkat telpon tanpa ekspresi.
"Woi Iwan jangan menyulitkan pekerjaan orang lain !! kapan kamu mau bayar hutang mu itu?! sudah jatuh tempo hampir setahun nih, aku peringatkan bunga nya malah semakin besar kalau kamu tidak membayarnya segera ! saya nggak mau tau, besok juga harus dibayar utang mu atau lihat saja nanti" seru si penelpon yang ternyata debt collector.
Iwan pun tidak mau ambil pusing dengan ancaman tersebut, langsung saja dia matikan panggilannya tanpa jawaban apapun.
Dia sudah tersebiasa dengan ancaman - ancaman yang diberikan oleh pihak debt collector dari berbagai pihak jasa pinjaman, 6 tahun lalu dia tertipu oleh seorang teman sekaligus partner bisnisnya. Ia berhutang sejumlah 250 juta rupiah untuk modal bisnisnya dengan harapan dapat mengubah nasibnya dengan menjadi pengusaha sukses di usia muda, namun karena nafsu anak muda yang menguasai, tanpa perencanaan dan pengetahuin dasar tentang bisnis ia pun tertipu tanpa bisa membuktikan. 'Sungguh sial sekali nasib ku'.
'Huuuffttt' Iwan menghela nafasnya panjang meratapi kebodohannya itu, sebaiknya aku pulang ke rumah dan segera memberitahu kedua orangtua ku, karena aku yakin sepintar - pintarnya aku menutupi masalah ini, cepat atau lambar pasti mereka nanti juga tahu dengan sendirinya, lebih baik aku sendiri yang berbicara. Barangkali mereka ada solusi untuk anak tersayangnya ini.
ia kemudian bersiap untuk pulang, turun menuju parkiran. ketika di perjalanannya ia tidak di pedulikan oleh rekan - rekannya. Mereka semua acuh terhadap iwan karena terkenal lulusan SMA yang masuk kantor karena kekuatan relasi. Menaiki sepeda motor Suprax Batman nya, Iwan pun menerjang derasnya hujan dengan jas hujan. Di tengah jalan ia berpikir keras bagaimana ia dapat melunasi hutang - hutangnya yang semakin lama kian membesar saja karena bunga nya.
Tanpa ia sadari tiba - tiba...
*Toooooottttt* *Kraaaasssshhhhhh...* sebuah bus Antar Kota Antar Provinsi jurusan Jogja - Jakarta yang melaju kencang dari arah berlawanan pun menabraknya ketika supir bus tersebut mencoba menyalip kendaraan. Iwan yang sedang tidak fokus karena pikirannya pun tidak sempat untuk menghindari nya.
Tempat kejadian kecelakaan tersebut pun seketika ramai, derasnya hujan tidak menghalangi para warga +62 untuk mengabadikan TKP tersebut sebelum menghubungi pihak yang berwajib. Iwan yang terbaring di jalan dapat mendengar keramaian tersebut, tetapi sekeras apapun ia mencoba untuk membuka matanya dan menggerakkan tubuhnya itu tidak bisa ia lakukan. Tubuhnya saat ini berdarah - darah akan tetapi ia mati rasa, tidak ada yang ia rasakan.
'Pada akhirnya begini lah nasibku, tapi aku rasa ini jalan terbaik nya. Biarkan aku istirahat dari kepenatan ini, aku sungguh lelah' kesadarannya pun mulai menghilang.
-----
*Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing* Bunyi alarm panjang pun membangunkan Iwan dari tidurnya yang sangat nyenyak, ia pun dengan malas meraih alarm dan langsung mematikan alarm nya.
Setengah ngantuk ia pun berpikir "Apakah aku sudah ada di alam setelah kematian? aneh sekali, kenapa tidak seperti yang aku tahu. Di tambah kenapa bisa ada kasur dan bunyi alarm, aroma tempat tersebut pun terasa akrab bagi dirinya..." gumam Iwan
ia pun masih larut dalam pikirannya beberapa menit, ia pun menyadari sesuatu dan reflek membuka matanya terkaget dengan tempat tersebut. Dimana ini? kenapa aku begitu akrab dengan tempat ini? Bukankah aku sudah meninggal.
Matanya memindai seluruh ruangan tersebut, ia pun melihat ada cermin dan buru - buru melihat keadaannya, Wajahnya terlihat lebih muda, ia pun kaget. Ruangan tersebut pun sekarang sudah ia kenali, ternyata itu adalah kamarnya saat ia masih remaja. 'kenapa aku bisa disini?, apakah aku di bawa kerumah sakit setelah kecelakaan?, berapa lama aku di rumah sakit?' bertubi - tubi pertanyaan pun menghujam kesadaran Iwan. Ia sangat bingung dengan kondisinya.
"Waaaann! ayo cepat bangun! sudah jam berapa ini! sarapan sudah siap! cepat mandi!!!" teriak seorang wanita dari luar kamar yang suaranya sangat akrab bagi Iwan. Masih dalam kondisi bingun Iwan pun dengan lemas masuk ke kamar mandi, "mamah emang sangat rajin sekali, mengapa bisa ia membersihkan kamar mandi hingga sebersih ini". Iwan mulai mengambil sikat gigi dan odol lalu menuju wastafel ketika ia melihat cermin, ia masih tidak habis pikir. "Apakah ini mimpi? harusnya setelah kecelakaan aku meninggal dunia" gumam Iwan mencubit pipinya kencang dan ternyata sakit, "Berarti apa ini nyata!" lanjut Iwan yang masih terheran.
Ia kemudian keluar dari kamar mandi dan sekali lagi memperhatikan kamar nya ini kedua kali nya. Kali ini dia dapat melihat dengan tenang, bagian - bagian kamarnya seperti biasa selalu bersih tanpa debu, baju dan celana nya tersusun rapih. Ada juga buku dan tas semasa ia SMA, komputer jadul yang terlihat ada di atas meja. Kemudian matanya melihat sebuah kalender di dekat komputer jadulnya itu.
2010, Februari
Kalender tersebut memperlihatkan lembaran bulan Februari tahun 2010. 'Apaaa!! tahun 2010, aku ada di tahun 2010, pantas saja wajahku terlihat seperti remaja, ternyata aku kembali ke masa lalu' ucap Iwan dalam hati dengan perasaan kaget sekaligus senang sekali.
Di kehidupan sebelumnya Iwan memiliki hobi menonton anime bergenre time travel, ia pun sudah beberapa kali menonton kisah - kisah seperti yang dialaminya ini. Langkah pertama yang dia lakukan untuk mengatasi kagetnya adalah memastikan kebenaran. ia langsung bergegas menyalakan komputer jadulnya, menyambungkan dengan kabel internet. membuka browser dan melakukan pencarian 'siapa presiden sekarang'
Semuanya terjawab, yang ia temukan itu presiden Republik Indonesia saat ini adalah bapak Susilo Bambang Yudhoyono! ternyata benar sekarang 2010
Iwan masih menjelajahi internet dan social media, pada tahun tersebut social media yang sedang populer adalah facebook. Sudah pasti anak muda jaman ini harus mempunyai facebook, bahkan jika kita tidak memiliki facebook otomatis akan di ledeki oleh teman sebaya.
Sekarang Iwan sudah yakin bahwa ia ada di tahun 2010. Kemudian ia bangkit dan mulai bersiap - siap mengenakan seragam untuk berangkat sekolah. Saat ini Iwan murid SMA, ia berbadan kurus dan juga rajin bermain game yang sedang trend di warnet. ia sangat tidak menyukai sekolah, seringkali bolos sekolah. Namun keajaiban tetap terjadi saat itu Iwan masuk perguruan tinggi negeri sedangkan teman - teman nya yang rajin malah tidak. otaknya memang pintar dibandingkan teman sebaya nya. Tapi kesempatan tersebut malah ia sia - sia kan. itu adalah salah satu yang ia sesalkan nantinya.
Namun saat ini ia diberikan kesempatan kedua, orang bodoh mana yang tidak akan memanfaatkan ini sebaik mungkin! Mulai sekarang aku, Iwannuel Hertanto akan merubah semua ini.
Apakah iwan bisa merubah kehidupannya? atau malah ia mengulangi kesalahan yang sama?
Iwan mencoba menenangkan diri dan menerima kenyataan bahwa dirinya kembali ke masa lalu saat umurnya 15 tahun, setelah beberapa saat melamun karena masih tidak percaya dengan kenyataan ini, iwan pun keluar kamar dan mencoba melihat situasi dirumahnya. Menuruni tangga karena kamarnya berada di lantai dua.
Dari tangga dia melihat ruang makan sudah terpenuhi oleh menu sarapan yang disiapkan oleh mamah nya, ada roti, selai dan susu serta telur rebus, mamahnya memang selalu memperhatikan protein dalam menyiapkan makanan. Dapat dilihat dari menu sarapannya, keluarga Iwan termasuk keluarga menengah keatas, dimana orangtua nya memiliki perusahaan, keadaannya lebih baik jika dibandingkan dengan kebanyakan keluarga yang ada di Indonesia.
Mengingat - ingat yang terjadi di kehidupan sebelumnya, Iwan sadar dia tidak boleh terlena dengan kondisi keluarganya yang dibilang cukup berada, karena 3 tahun lagi perusahaan yang di kelola oleh orangtua nya akan mengalami kehancuran yang di sebabkan oleh seorang mata - mata yang dikirimkan pesaing bisnis orang tuanya. Mata - mata tersebut melakukan sabotase untuk mencegah perusahaan orang tua Iwan berkembang lebih besar lagi.
Apalagi bisnis yang dilakukan keluarga Iwan bisa dibilang cukup menggiurkan dalam segi profit, sudah pasti banyak yang iri melihatnya, semakin lama semakin berkembang dan semakin berat juga tantangan yang di hadapi, apalagi keluarganya tidak memiliki backingan yang kuat.
Setelah usaha orang tua Iwan hancur, ia tidak lagi memilki semangat untuk melanjutkan perkuliahan kala itu, ditambah lagi orang tuanya bahkan tidak sanggup untuk membiayai perkuliahan. Memang benar otak Iwan sangat pintar untuk mendapatkan beasiswa, tapi jangankan beasiswa, menjalani perkuliahan saja dia lebih sering bolos.
Pada saat itulah Iwan merasa kehilangan arah, orang tuanya bangkrut, ia sulit mendapatkan teman baik karena di kucilkan oleh teman - temannya sehingga ia menjadi pemurung.
Iwan baru sadar ketika sudah berumur 25 tahun tapi apa yang ia bisa, kala itu baginya semua sudah terlambat.
"Heleehh, makanlah dan langsung berangkat sekolah, ini sudah jam set7, kamu malah melamun." ucap mamah Iwan menyadarkannya dari lamunan.
"eehh, iya mah," jawab Iwan. Mamah Iwan saat ini berumur 45 tahun, meskipun terbilang tua, akan tetapi masih terlihat sangat cantik karena ia pandai merawat diri nya dan selalu mengutamakan kebersihan, tingginya 169 cm.
Iwan pun mulai memakan roti isi, sembari mengunyah makanannya ia menatap sang ayah yang ada di samping mamahnya. Pria paruh baya itu tingginya 178 cm, berkumis tipis, mukanya biasa - biasa saja tetapi memilki aura seorang pengusaha. Iwan sendiri tampan karena mengikuti gen mamahnya yang cantik, dan Iwan pun tergolong tinggi dibandingkan teman sebaya nya karena mengikuti gen ayahnya. Bisa di bilang penampilannya cukup sempurna untuk menjadi penakluk wanita, tapi bukan itu yang dipikirkan Iwan, dia menatap sang ayah memikirkan tentang perusahaan yang dijalaninya.
"Ayah gimana keadaan perusahaan? apa semuanya lancar?," tanya Iwan yang membuat kedua orangtuanya melongo menatap satu sama lain.
Orang tuanya kaget karena Iwan yang selalu malas - malasan secara tiba - tiba menanyakan kondisi perusahaan. "Wan, kamu pasti lagi nggak enak badan ya? nggak biasanya kamu peduli dengan urusan bisnis ayah," jawab ayah Iwan masih terheran.
Dahulu memang Iwan sangat tidak peduli dengan urusan seperti itu, ia juga tidak suka ayahnya yang senantiasa menerapkan disiplin yang baginya sangat berlebihan. Akan tetapi seiring berjalan nya waktu ia sadar apa yang di lakukan orang tuanya ternyata demi kebaikannya juga.
"Kamu nggak usah pikirin masalah itu, tugas mu hanya bersekolah dan rajin lah belajar," ucap ayah Iwan yang tidak mendengar jawaban dari anaknya, ia masih kaget karena anaknya tiba - tiba peduli dengan bisnisnya.
"Udah sana kamu buruan berangkat sekolah, biar nggak telat," titah mamah Iwan sembari membereskan piring
Iwan diam bukan karena alasan lain, ia hanya tidak tau bagaimana menyikapi sikap kedua orang tuanya, mana mungkin ia memberitahu bahwa ia yang sekarang dari masa depan. Ingin memberi saran untuk kebaikan perusahaan pun sepertinya tidak akan didengar. Apalagi ia adalah anak yang nakal, ia hanya bisa merubah dirinya agar mendapat kepercayaan dari kedua orang tuanya bahwa ia bisa berubah.
Yogyakarta, SMA Tunas Harapan.
Iwan sekarang berada di kelas 3, dia sedang berpikir keras bagaimana memanfaatkan potensi keuntungan dari kelahirannya kembali.
Mengingat - ingat genre time travel pada anime yang pernah di tontonnya, mereka memanfaatkan kemampuan investasi yang mereka bawa dari kehidupan sebelumnya.
Lah Iwan hanya sekedar pekerja kantor biasa, bagaimana bisa ia melakukan hal yang sama, jika tahu akan kembali ke masa lalu, ia lebih memilih menghafal setiap hasil pertandingan sepak bola, dan ikut serta dalam judi bola.
"Wann, ntar pulang sekolah ke warnet yuk, main bareng game yang lagi hits Point Blank, seru tau," ucap seorang teman yang menyadarkan Iwan dari lamunannya.
Iwan pun tersadar dan menoleh ke arahnya, ia mengingat bahwa yang mengajaknya itu Sugeng Rianto, seorang temen sehidup sewarnetnya kala itu. Sugeng ini teman baiknya bahkan ketika keluarga Iwan mengalami kebangkrutan, hanya Sugeng lah yang masih menjadi 'teman' nya dikala teman - teman lainnya malah menjauhi Iwan, ia tidak memandang latar belakangnya bahkan saat itu pernah Iwan kelaparan, ia menumpang makan dirumah Sugeng.
Namun kesialan menimpah orang baik tersebut, ia meninggal dunia ketika merayakan kelulusan kuliahnya di sebuah kafe. Saat itu ia menggoda seorang wanita cantik yang ternyata wanita tersebut adalah pacarnya dari putra pengusaha nomor 1 di Jogja.
"Emmm... oke bro, sekalian aku juga mau browsing - browsing nih," jawab Iwan sekenanya saja karena masih memutar pikirannya untuk menemukan cara mendapatkan pundi - pundi rupiah sebelum kejadian 3 tahun mendatang akan terjadi.
"Oiiii broo.... Ngelamunin apaan sih dari tadi? tumben diem - diem ae, biasanya ngeluhin ayahmu itu," ucap Sugeng.
"Gapapa kok, aku cuma lagi mikir gimana caranya ngehasilin uang," ucap Iwan.
"itu gampang banget, toh tinggal minta saja sama orang tua mu kan," ucap Sugeng yang bingung sebab keluarga Iwan termasuk keluarga berada, uang saku Iwan bahkan lebih banyak 3 kali lipat di banding teman sebaya nya.
"Cuma mikirin aja kok, udahlah nggak usah didengerin yang tadi, gimana kamu sama Ayu? udah nembak belum?," tanya Iwan dengan nada meledek.
Iwan ingat bahwa Sugeng sangat suka sama si Ayu, karena sifat Sugeng yang pemalu akhirnya ia hanya bisa memendam perasaannya saja sampai lulus SMA, alhasil ketika Reuni kelak Sugeng bertemu Ayu yang ternyata sudah menikah. disitu Sugeng sangat terpukul. Maka dari itu Iwan tidak ingin Sugeng menyia - nyiakan Ayu saat ini. Barangkali mereka bersatu sekarang dan nantinya Sugeng dapat tercegah dari kejadian yang dapat membunuhnya kelak.
Mendengar pertanyaan Iwan, wajah Sugeng pun tersenyum miris "Udahlah bro, pasrah aja aku sama Ayu, lagian mana mau cewek cantik berprestasi gitu mau sama aku,"
"Halaaahhh, nggak usah alasan Geng, kamu aja yang penakut, nggak berani nembak kan! saking malu nya pasti gugup nggak bisa ngungkapin perasaan mu ke dia," jawab Iwan yang terus saja mengompori Sugeng
"hehehehe.... yah kamu tau gimana sifatku lah broo, udahlah jangan ngomongin wanita, mending kita ngomongin game aja," ucap Sugeng mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Iya, iya yaudah.. Emang gimana tuh game? semangat banget kayaknya kamu," tanya Iwan yang sebenarnya sudah tau apa game tersebut. Bahkan dia sangat jago memainkannya saat itu.
"Game nya seru banget wan, baru banget nih launching. Tipikal FPS gitu kayak Counter-Strike tapi yang ini lebih mantep lagi bro, bahkan ada turnamennya gitu. Kita bisa buat tim nih terus ikut turnamen, gimana tertarik nggak kamu?," ajak Sugeng
"Aku nggak tertarik bro, ngga ada rencana juga buat jadi pro player game, lagian kayaknya aku bakalan pensiun main warnet deh," jawab iwan.
"Eeeehhh.. Serius kamu wan? yaahh ngga ada temen lagi dong aku buat bolos ke warnet," ucap Sugeng dengan lemas karena merasa kehilangan teman warnetnya.
"Udah mau ujian bro, kita kelas 3. Belajar aja dulu yang bener, inget noh ranking kamu di bawah, rawan nggak lulus tahuu," ucap Iwan yang mencoba menyadarkan temannya.
"Ciiihh, apa kamu nggak punya kaca bro, apa kamu lupa peringkat mu saja hanya 1 tingkat diatas ku kemarin pas kenaikan kelas. Lebih baik perhatiin diri kamu sendiri," balas Sugeng dengan nada bercanda
"-_-"sialan si Sugeng. Malah di balikin omonganku. Iwan lupa kalau dirinya saat ini dikenal sebagai pemalas yang suka bolos - bolosan.
Warnet Polarist
Warnet yang cukup terkenal di daerah Jogja, karena kebersihan dan fasilitasnya yang tergolong lengkap, warnet ini memang mengutamakan kenyamanan bagi pelanggannya yang mana pada zaman itu banyak anak muda yang menghabiskan waktu di warnet setelah ia pulang sekolah.
Pada saat ini warnet sedang ngetrend karena setiap rumah belum memiliki akses internet. Memang nanti akan ada internet fiber optik yang merambah ke rumah - rumah masyarakat tapi itu masih lama sekali, Iwan dan Sugeng pun berjalan ke arah operator warnet, yang mana pekerjaan sebagai operator warnet ini sangat diminati oleh banyak anak muda sebab kerjanya hanya duduk dan bermain game seharian.
"Masss bro, masih ada yang kosong nggak nih?," tanya Sugeng
"Ada nih, tapi cuma 1 itupun diatas," jawab operator warnet melihat pelanggannya ada dua orang.
"Waduuhh...," keluh Sugeng sembari melirik ke arah Iwan.
"Udah gapapa Geng, nanti aku nunggu aja sampai ada yang kosong," jawab Iwan yang merasa di lirik oleh Sugeng.
Iwan dan Sugeng pun mulai naik ke lantai 2 dan menuju komputer yang di pesannya tadi. Sembari berjalan Iwan memperhatikan sekitar, tata letak warnet tersebut sangat rapih, komputer diberikan sekat - sekat demi menjaga privasi pelanggan, duduknya pun menggunakan sofa minimalis yang dapat di duduki oleh dua orang, ber AC. Tarifnya 5 ribu rupiah, sudah jelas termasuk mahal melihat fasilitas yang ditawarkan tersebut dimana pada saat ini 5 ribu rupiah dapat digunakan untuk membeli seporsi mie ayam.
"Wan, udah kamu dulu aja," ucap Sugeng basa - basi padahal terlihat ekspresinya sangat tidak sabar untuk main game.
"Gapapa Geng, kamu dulu aja. Lagian kan aku cuma mau browsing aja sebentar," balas Iwan
"Okelah kalau itu mau mu," ucap Sugeng sumringah
Iwan larut dalam fikirannya tentang bagaimana cara mendapatkan uang. ia mengingat - ingat apakah ada momen di tahun 2010 yang dapat ia manfaatkan. Berbagai pertimbangan masuk ke benak Iwan, apakah ia harus membuat film yang nantinya akan laris? ciihh itu sangat membutuhkan modal besar selain itu dia perlu relasi yang kuat untuk memasarkan filmnya, sangat tidak mungkin dilakukan anak SMA. Pikirannya pun berkecamuk hingga fokusnya terpecah oleh Sugeng.
"*Duaaarrr, fire in the hall, piu piu piu... hahaha triple kill... haha aku menang!," teriak Sugeng menirukan suara game tersebut.
Iwan langsung menoleh ke tempat Sugeng yang sedang memainkan game, terlihat seperti statistik akhir pertandingan bahwa Sugeng memenangkan game tersebut, dan mendapatkan beberapa koin dalam game. Ia pun tiba - tiba teringat sesuatu.
"yaahh.. yaaahh.. benar! Koin! Bitcoin! teriak Iwan yang tidak di dengar Sugeng karena masih memakai headset.
Iwan pun buru - buru menyingkirkan Sugeng dari depan komputer dengan kasar hingga Sugeng terhempas kesamping tanpa melepas headsetnya, ia mengira Iwan marah karena terlalu lama menunggu dan ingin memainkan game tersebut juga.
"Weleehh, Waann... Jangan marah - marah dong katanya kamu mau nunggu komputer kosong nanti," ucap Sugeng yang merasa terganggu dengan temannya itu.
"Ehhh maaf Geng, aku nggak marah kok, cuma teringat sesuatu, yasudah kamu minggir dulu sebentar aku mau pakai dulu komputernya," ucap Iwan yang masih terburu - buru.
"Laahh, kok di log out game nya brooo?..," tanya Sugeng heran karena salah kira sebelumnya.
"udah diem aja, jangan ganggu dulu kamu, aku cuma mau browsing, mumpung inget!," jawab Iwan tanpa melihat ke araeh Sugeng karena ia hanya terfokus pada komputer didepannya.
Iwan pun membuka browser berlogo serigala yang berdampingan dengan api, saat itu browser firefox inilah yang menguasai pangsa pasar di Indonesia sebelum Google Chrome masuk ke Indonesia nantinya dan merebut pasar.
Kemudian ia mencari tau tentang harga Bitcoin saat itu. Dengan gugup ia menatap komputernya yang masih menampilkan layar loading, maklum lah internet 2010 belum secepat tahun 2022. 'Haisss begini kah rasanya sudah terbiasa dengan internet 4G tiba - tiba merasakan internet lemot gini kecepatannya hanya 85 kbps,' gumam Iwan dalam hati mengeluh saking lemotnya internet.
Jendela browser saat ini menampilkan beberapa informasi berdasarkan kata kunci yang di cari oleh Iwan, dan menunjukkan bahwa harga Bitcoin saat ini hanya $0.02 per BTC atau hanya sekitar 200 rupiah saja! ini dia yang ia cari, tidak bisa dibayangkan bagaimana nilai tersebut 8 tahun kemudian. ia ingat harganya mencapai $10.000 - $20.000 per BTC atau sekitaran 130 juta - 260 juta rupiah. ia pasti akan di sangka memelihara tuyul jika dapat menggandakan uang ratusan ribu kali lipat bahkan lebih. Iwan pun tiba - tiba mengingat kisah yang viral di masa depan, bahwa pada bulan Mei 2010 seorang pemuda di California membeli dua buah Hamburger dengan menukarkan $10.000 BTC, yang mana saat viral tersebut itu senilai $100.000.000 dollar Amerika. ia sangat menyesal.
Iwan pun memandang secercah harapan itu, ia sudah mendapatkan jawaban dari kebingungannya. Iwan pun menetapkan target dan tujuannya bahwa ia harus mengumpulkan sebanyak - banyaknya uang untuk ia tukarkan ke Bitcoin sebelum tahun 2013 ketika kehancuran bisnis keluarganya melanda. Jadi ia nanti tinggal menukarkan saja semua BTC nya walaupun belum mendapatkan keuntungan yang maksimal, tapi itu sudah lumayan menggandakan uang puluhan ribu kali lipat, pada awal 2014 nilai tukarnya sebesar $500 - $700 dollar per BTC.
ia pun masih memikirkan cara apalagi yang harus dilakukan untuk mendapatkan uang sebanyak - banyaknya, kemudian ia teringat bahwa ada 3 unicorn besar di Indonesia pada saat ini yaitu, Go-Jaq, Tukupakdea, dan Treveluqa. Perusahaan - perusahaan inilah pencetus e-commerce di Indonesia dengan biaya investasi yang rendah akan tetapi pengembaliannya yang menjanjikan. Go-Jaq didirikan akhir 2010, Tukupakdea didirikan tahun 2009, dan Treveluqa didirikan nanti tahun 2012.
Meskipun Tukupakdea sudah didirikan tahun lalu, akan tetapi saat ini bisnis e-commerce belum menunjukkan kenaikannya. Maka, selagi harga saham perusahaan tersebut belum melejit, Iwan akan berusaha investasi pada perusahaan - perusahaan tersebut.
Walau Iwan tidak memiliki kemampuan berinvestasi, tapi orang bodoh mana yang akan melewatkan kesempatan ini. Yapss ia yakin tidak akan gagal dengan pengetahuan masa depannya.
Tapi satu hambatan yang menjadi pikirannya sekarang adalah bagaimana ia mendapatkan modal besar untuk pengembalian yang besar pula. ia pun melihat iklan di internet tentang tanaman hias. Tiba - tiba ia teringat bahwa nanti di akhir 2010 akan ada tanaman hias yang harganya tiba - tiba melonjak tinggi. Tanaman hias itu bernama bunga Tulip langka.
Memang sudah banyak yang tahu tentang bunga hias ini sejak 2005 tapi puncak kegilaan masyarakat terutama ibu - ibu kaya yang gabut yaitu pada akhir 2010. Mulai dari berita seseorang menjual tanaman bunga tulipnya seharga 40.000.000 rupiah dan saat itulah tanaman hias ini mulai di buru para fanatik tanaman hias yang ingin mendapatkan banyak keuntungan.
Sudah banyak orang yang mengenal bunga Tulip tersebut sebagai tanaman khas Belanda, padahal bunga tersebut tumbuh liar di daerah Asia tengah dan barat. Hingga negara Turki pun tertarik untuk membudidayakan bunga tersebut sejak lama. Lalu muncul Tulip langka yang diakibatkan oleh infeksi virus mozaik dari sejenis serangga kutu. Orang - orang Belanda pun mulai memburu dan membudidayakan jenis Tulip ini, bunga Tulip jenis langka inilah yang akan menjadi mahal.
Iwan pun menengok ke arah Sugeng, "Geng, aku duluan ya balik, ada yang mau aku lakuin nih, penting!!," ucap Iwan sembari mengambil tasnya.
"Yaahhh brooo, jangan gitu dong, temenin aku. Nanti juga ada komputer kosong kok," ucap Sugeng yang mencoba untuk menahan Iwan.
Sugeng sebenarnya sangat khawatir dengan satu temannya, perubahannya sungguh drastis, mulai dari memperhatikan guru di kelas, lalu yang biasanya Iwan sangat semangat jika ada game online baru tapi sekarang malah tidak, terakhir saat ini temannya bengong di depan komputer hanya melihat tulisan BTC selama belasan menit menghabiskan billing dengan sia - sia, Sugeng tidak mengerti apa itu.
"Besok kan minggu Geng, temeninnya besok aja ke Sleman. Jam 9 pagi yaa aku jemput dirumah kamu!," jawab Iwan sembari buru - buru meninggalkan temannya itu.
"Oiiiii Waann, Astagaa tunggu. Mau kemana besok--_- ah bodo lanjut main lagi aja lah," celetuk Sugeng kembali melanjutkan aktivitas di depan komputernya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!