" Diam kamu Karta, jangan membuat aku murka,"
bentak juragan Susilo kepada Karta, sehingga membuat Karta pun seketika ketakutan bukan main.
" Maaf juragan, saya hanya mengingatkan, bahwa keadaan
di kampung kita ini sudah mulai tidak aman lagi, semenjak Wisnu mulai mencurigai apa yang juragan lakukan terhadap ibu nya itu juragan, timpal Karta berusaha menjelaskan kepada juragan Susilo yang terkenal dengan kekayaaanya, namun dengan perangai yang sangat kejam, Dia juga tidak akan segan-segan untuk menghabisi siapapun yang berani menghalangi keinginan nya tersebut.
Ya, dialah juragan kaya raya di kampung tempat kami tinggal. Dia terkenal karena kekayaanya yang sungguh sangat banyak, yang berupa sawah, kebun, peternakan, dan juga beberapa kios yang berada di pasar. Namun siapa sangka, sebenarnya semua itu dia dapatkan dengan cara yang tidak benar, karena dia telah bersekutu dengan iblis.
Akan tetapi, satupun warga tidak ada yang mengetahui perbuatannya tersebut, sehingga warga tetap menghormati juragan Susilo. Bahkan bisa dibilang, warga sangat takut untuk berurusan dengan juragan Susilo.
Di sisi lain, Wisnu kini sedang di rundung pilu, setelah orang yang dia sayangi kini telah pergi meninggalkan dia untuk selama lamanya. Dia sangat kehilangan sekali sosok seorang ibu yang begitu sangat disayangi nya tersebut. Itu karena kepergiannya yang begitu sangat mendadak, bahkan, dia masih tidak percaya kalau ibunya itu bisa mati dengan sangat mengenaskan. Mengingat, ibu nya adalah sosok seorang perempuan yang di kenal sangat baik oleh keluarga, maupun oleh para warga kampunya itu. Ibunya juga tidak pernah meninggalkan kewajiban nya dalam beribadah . Sehingga Wisnu sangat yakin pasti ada sesuatu yang tidak beres dengan kematian ibunya tersebut.
" Hmmmmm, sepertinya ada yang tidak beres dengan kematian ibuku ini, bagaimana mungkin secara tiba tiba, ibuku yang sehat dan bugar, seketika bisa meninggal dengan tubuh penuh lebam, apalagi dengan darah keluar dari kepala, mulut dan juga hidung. Sementara dokter saja tidak menemukan penyakit apapun yang menyebabkan kematian ibuku itu" fikirnya dengan keras mencoba mengingat kembali kejadian yang telah menimpa ibunya.
" Aku harus segera mencari tau, ini tidak boleh di biarkan begitu saja," gumamnya dalam hati seraya pergi melangkah menemui bapak nya.
" Tok...tok...tok..!!
" Kreeekkkkk...!!
Aku mengetuk pintu kamar bapak, yang seketika itu, bapak langsung membukakan pintu tersebut.
" Ada apa Nu? tanya bapak kepadaku dengan penuh rasa penasaran.
" Anu pak, boleh Wisnu bicara sama bapak,? jawabku bertanya kembali pada bapak.
" Ya sudah, memangnya kamu mau bicara apa, kok tumben," tanya bapak yang merasa terheran heran, kerena selama ini kami memang jarang untuk saling berkomunikasi, dan bisa di bilang hanya pada momen momen tertentu saja kami bisa duduk bersama, itu juga ketika ibu masih ada.
" Begini pak, bapak apa gak merasa curiga dengan kematian ibu yang secara mendadak itu pak,? tanyaku pada bapak seraya kami duduk saling berhadapan di ruang tengah.
" Maksud kamu ada yang janggal dengan kematian ibumu,? sahut bapak dengan nada yang agak sedikit meninggi seolah terkejut dengan apa yang ku tanyakan barusan.
" Ia pak, karena aku sangat yakin, bahwa kematian ibu bukanlah kematian yang sewajarnya, apalagi mengingat kondisi ibu kala itu yang memang terlihat sehat dan bugar, namun kenapa tiba-tiba saja bisa mengeluarkan darah dari kepala, hidung dan juga mulutnya, bahkan seluruh tubuh ibu semuanya membiru pak" jawabku pada bapak yang masih terlihat heran denganku.
" Ahh, kamu ini, yang namanya kematian siapa yang tau Nu, itu semua sudah kehendak dari yang maha kuasa, jadi kita sebagai manusia, hanya tinggal mengikhlaskannnya saja Nu" ujar bapak yang seolah tak percaya dengan hal yang berbau ghaib tersebut. Karena memang bapak ini termasuk orang yang lebih realistis, namun bukan berarti dia tidak mempercayai adanya ghoib, dia tidak mau saja semua di kaitkan dengan hal yang berbau mistis.
" Iya pak memang benar apa yang bapak katakan, namun terus terang, aku merasakan suatu keganjilan dalam kematian ibu, dan bukan aku tak menerima kehendak Ilhahi, akan tetapi setiap aku mengingat akan kematian ibu yang menurutku tidak wajar, semakin aku yakin bahwa kematian ibu di sebabkan oleh orang yang berniat jahat pak," jawabku kembali mencoba meyakinkan bapak, namun tetap saja bapak tidak percaya dan tetap dengan pendiriannya tersebut.
" Sudah, sudah, gak usah di bahas lagi, lebih baik kamu pergi ke rumah pak lurah saja, tolong sampaikan padanya kalau tanah yang di kebun jadi bapak jual, dan hasil penjualannya nanti buat biaya adikmu kuliah, sekalian kamu cari adik mu yang sedari tadi pagi belum pulang.
Mendengar ucapan bapak kepadaku, aku pun hanya bisa diam dan mengangguk seraya pergi menuju rumah pak lurah dengan fikiran yang masih menerawang jauh, mencoba mencari jalan keluar dari apa yang sedang menjadi focus fikirannya tersebut.
" Ya sudah pak, aku pamit ke tempat lak lurah dulu, sekalian mencari Yuni di rumah temannya," ucapku seraya segera pergi meninggalkan bapak.
Ku susuri jalan setapak menuju kediaman pak lurah. Yang memang jaraknya cukup lumayan jauh dari rumahku. Aku pun harus melewati dulu beberapa kebun milik warga yang cukup luas itu, barulah bisa sampai ke kediaman pak lurah.
Masih dalam perjalanan ke kediaman pak lurah, tiba tiba bulu kuduk ku sedikit meremang, dengan hembusan angin yang seketika menerpa tubuhku. Hingga terdengar sebuah bisikan halus yang kini terdengar di telingaku.
" Pergilah kamu ke sebuah bukit di ujung desa, lalu turunlah kamu kedalam air terjun yang berada di sana nanti malam, ingat pergilah sebelum jam 12 malam, dan jangan ada seorangpun yang tau," ucap suara tanpa wujud yang tiba tiba saja menyuruhku untuk pergi ke sebuah air terjun.
" Serrrrrr,, !!!
jantungku kini berdegup sangat kencang, dengan mataku yang kini ku arahkan ke sekeliling, namun tetap saja tidak kukihat ada siapapun di sana.
" Siapa dia,? kenapa tiba tiba menyuruhku ke air terjun, dan apa tujuan dia,? gumamku bertanya tanya dalam hati dengan badanku yang agak sedikit gemetar akibat merasakan ketakutan.
"Plaaak,,!!!
Seketika aku terkejut mendapat tepukan di bahuku, dan ketika aku menoleh ke arah belakang, rupanya itu adalah pak lurah, dengan tatapan matanya yang keheranan, ketika melihatku yang diam terpaku seolah telah melihat hantu.
" Ehhh pak lurah rupanya, saya kira tadi siapa pak," ucapku dengan sedikit terbata namun tetap ku coba untuk sebisa mungkin bisa tetap tenang.
" Ngapain kamu di sini sendiri Nu, apalagi tadi pas bapak lihat kamu lagi terbengong seperti orang yang kebingungan, makanya bapak tepuk punggung kamu supaya kamu sadar," sahut pak lurah kembali menjelaskan.
" Ohhh enggak pak, tadi saya memang berniat ke tempat bapak, eh gak taunya jumpa bapak di sini hehehhe" jawabku yang langsung mengalihkan pembicaraan.
" Ohhh gitu,, emangnya ada apa kamu mencari saya Nu,? tanyak pak lurah.
Bersambung>>>>>
"Tadi saya di suruh sama bapak untuk menemui pak lurah, untuk menyampaikan sesuatu kepada bapak" ujarku memberi tahu pak lurah perihal tujuanku menemuinya.
"Oh ya sudah kalau begitu, mari kita ke rumah saja biar kita lebih enak untuk berbicara" sahut pak lurah seraya segera mengajaku untuk mengikuti beliau ke rumahnya tersebut.
Dengan segera aku melangkahkan kaki untuk mengikuti pak lurah dari belakang. Padahal fikiranku masih belum sepenuhnya tersadar setelah kejadian tadi saat aku menerima sebuah bisikan tanpa rupa yang aku sendiri pun tidak tahu dari mana datangnya suara tersebut.
Setelah beberapa waktu kami berjalan kaki dengan menyusuri setiap gang menuju rumah beliau, akhirnya kami pun telah sampai di depan rumah pak lurah. Terlihat rumah beliau yang memang terbilang cukup lumayan besar di kampung Pandan Sari ini.
"Ahh, sampai juga akhirnya" gumamku berkata dalam hati.
Pak lurah yang ketika itu melihat aku masih berdiri diluar, kemudian segera mempersilahkan aku untuk segera masuk ke rumahnya dan menyuruhku untuk segera duduk di ruang tengah. "
Tunggu sebentar ya nak Wisnu, bapak ke belakang dulu sebentar, duduk saja dulu ya," ucap pak lurah yang seketika itu meninggalkanku duduk sendiri di ruang tamu.
Sembari menunggu pak lurah datang, akupun kembali teringat tentang kejadian yang ku alami tadi. Karena aku masih tidak habis fikir, bagaimana mungkin ada sebuah suara namun tanpa wujud sama sekali. Bahkan suara itupun kini masih sangat tengiang jelas di telingaku. "
Apakah mungkin itu merupakan sebuah petunjuk agar aku pergi ke air terjun tersebut, ? gumamku dalam hati sembari bertanya-tanya mengenai maksud dan tujuan suara yang tadi aku dengar.
Tak berselang lama pak lurah pun sudah kembali dari belakang, kini dia tidak sendiri, namun di temani oleh buk lurah, yang terlihat kedua tangannya itu sambil membawa nampan berisi minuman dan juga cemilan .
"Maaf ya nak Wisnu, nunggu nya agak lama, tadi bapak ganti pakaian dulu di belakang, sembari menyuruh ibu untuk membuatkanmu minum," ucap pak lurah seraya ia segera duduk bersama dengan buk lurah.
"Silahkan di minum dulu nak Wisnu, sambil juga kuenya itu," ucap buk lurah kepadaku sembari menyuruhku untuk minum dan juga makan makanan yang tadi ia hidangkan tersebut.
Mendengar itu, aku pun yang memang sedari tadi kehausan, segera meraih gelas minuman tersebut kemudian langsung meminumnya hingga habis. Buk lurah dan pak lurah yang melihatku hanya terlihat tersenyum ke kepadaku.
"Oh ia, tadi nak Wisnu bilang katanya mau ada yang di bicarakan perihal tanah yang akan di jual, memangnya ada apa ya kalau boleh bapak tau,? tanya pak lurah kepadaku yang mengawali pembicaraan.
" Oh ia pak, tadi saya di suruh sama bapak, untuk menyampaikan perihal tanah yang akan bapak saya jual itu pak lurah. Kata bapak, tanah tersebut rencananya jadi di jual," jawabku pada pak lurah seraya menerangkan maksud dan tujuanku menemui pak lurah.
"Hmmm, gitu toh nak Wisnu, ya sudah nanti sepulangnya dari sini, nak Wisnu sampaikan pesan dari saya untuk bapak nak Wisnu, bilang sama beliau Insya allah besok bapak akan mengajak pembelinya langsung untuk melihat tanahnya itu nak Wisnu" pesan pak lurah kepadaku.
"Baik pak lurah, nanti saya akan sampaikan sama bapak kalau besok, pak lurah akan datang ke lokasi tanah yang akan di jual tersebut," sahutku kembali kepada pak lurah.
Setelah di rasa cukup, dan mengingat hari pun kini sudah beranjak sore, aku segera berpamitan pada pak lurah dan buk lurah.
"Ya sudah pak, saya pamit pulang dulu ya pak, soalnya sudah sore. Saya juga mau mencari Yuni di suruh sama bapak, soalnya tadi bapak berpesan, agar sepulangnya dari rumah pak lurah, saya harus mencari Yuni pak," ucapku seraya pamit kepada mereka berdua.
"Oh,,baiklah kalau begitu nak Wisnu, sampaikan salam saya untuk bapakmu ya, dan jangan lupa pesan bapak tadi," ucap pak lurah kepadaku
"Saya pulang ya pak, buk,"
"Assalamualaikum"
ucapku seraya pamit dan memberi salam kepada mereka berdua.
"Waalaikumsalam, hati-hati di jalan ya," sahut mereka sembari bergegas membalikkan badan menuju kembali kedalam rumah.
Ku lihat jam di tanganku sudah menunjukan pukul 17: 20 Wib sore, akupun bergegas mendatangi rumah temannya Yuni, takutnya nanti keburu malam. Hingga, setelah agak berkeliling akhirnya aku berjumpa dengan Yuni, yang kebetulan saat itu ia terlihat sedang duduk-duduk di halaman rumah Irma temannya tersebut
Memang selama ini, keseringan Yuni lebih banyak bermain di rumahnya Irma. Yang setahu aku, Yuni dan Irma memang sejak sekolah Dasar hingga sekarang, mereka masih tetap berteman.
"Yuni,..!!!
"Yuni..!!!
Aku pun segera memanggil Yuni, yang seketika itu Yuni segera menoleh ke arahku.
" Eh mas Wisnu tumben, ada apa kemari mas,? kok gsk biasanya sih, mas nyariin Yuni,? tanya Yuni sambil wajahnya kini terlihat sangat keheranan.
"Tadi mas di suruh sama bapak untuk mencarimu Yun, bapak bilang, sedari tadi kamu belum pulang-pulang, jadinya bapak sangat khawatir. makanya mas buru-buru datang kemari untuk menjemputmu pulang. Yuk kita pulang Yun ,biar cepat kita sampai dirumah" ucapku seraya menyuruh Yuni segera ikut bersamaku pulang pulang kerumah.
Yuni pun manggut dan segera pamit kepada kawannya tersebut.
"Ir, aku pulang dulu ya, besok insya allah aku balik lagi kemari," sahut Yuni seraya berjalan meninggalkan Irma dan segera menuju ke arahku.
"Mas sama Yuni pulang dulu ya Ir," ucapku pada Irma yang masih terlihat berdiri di depan rumahnya tersebut sembari melihat kearah kami berdua.
"Oh ia mas Wisnu, hati-hati di jalan ya," sahutnya kembali seraya tersenyum ke arah kami.
" Mas, kok tiba-tiba bapak nyuruh cari Yuni, memangnya ada apa ya mas,?
" Yuni kok jadi penasaran,?
ucap Yuni yang sambil berjalan kemudian bertanya kepadaku.
"Mas juga gak tau Yun, mungkin saja ada yang mau bapak sampaikan, atau memang bapak khawatir saja sama kamu yang akan segera kuliah," ucapku kepada Yuni sembari kucubit kedua pipinya yang menggemaskan itu.
Ya, memang aku adalah anak yang paling besar, dan juga adikku itu ya cuma Yuni lah seorang, jadi wajar saja setelah kepergian ibu yang secara mendadak itu membuat bapak sering kali mengkhawatirkan Yuni, sehingga bapak yang tadinya enggan untuk menjual tanahnya pun, kini beliau dengan ikhlas mau untuk menjualnya. Dan itu beliau lakukan agar Yuni bisa menempuh pendidikan yang lebih baik.
Bapak lakukan itu semua, agar bapak tidak terlalu khawatir apabila nanti Yuni sudah mulai kuliah. Karena rencananya, Yuni akan di masukkan ke fakultas kebidanan seperti yang selama ini sangat Yuni inginkan. Itulah sebabnya, bapak mau menjual tanahnya tersebut untuk biaya keperluan Yuni, selama menempuh pendidikan.
"Entah apa mas Wisnu ini lah sakit tau mas, memangnya mas kira Yuni ini masih anak-anak apa,?
"Huchhh dasar," sahut Yuni sambil memajukan bibirnya dan terlihat tangannya seketika mengelus pipinya yang tadi aku cubit.
"Yun,Yun, kamu ini tetaplah adik mas yang paling lucu, siapa lagi coba yang bisa mas ganggu, kalau bukan kamu Yun" ucapku sembari segera ku belai rambutnya itu dengan lembut .
"Hmmm, ia, ia makasih ya mas, sudah menjadi kakak yang baik untuk Yuni, tapi jangan pakek cubit-cubit juga kali, kan pipi Yuni jadi merah,"
"Herrgggghh" kembali Yuni mendongakkan kepala nya sambil bibirnya tambah semakin panjang, sehingga membuatku terkekeh melihat tingkah dia barusan.
"Hehehehhehe, mas minta maaf ya, wkwkkwkw," akupun segera meminta maaf kepadanya, namun sembari tetap saja aku meledeknya.
Dan tak terasa kami pun akhirnya sudah sampai di depan rumah, terlihat bapak yang sedang duduk di teras seketika langsung berdiri, kemudian matanya terlihat memandang ke arah kami berdua. Karena mengetahui bahwa kedua anak nya kini sudah kembali pulang, bapak pun segera menghampiri kami berdua kemudian langsung bertanya kepada kami.
"Darimana saja kamu nduk, kok jam segini baru pulang,? Bapak khawatiro nduk," tanya bapak kepada Yuni.
" Tadi, Yuni dari rumah Irma pak, Yuni sebenarnya tadi sudah mau pulang, kebetulan saat itu mas Wisnu juga datang ke rumah Irma untuk menjemput Yuni, makanya Yuni bisa pulang bareng sama mas Wisnu pak," jawab Yuni kepada bapak seraya meatanya melirik ke arahku.
"Ya sudah, ayok kita masuk dulu, siap itu kalian langsung ganti baju dan segera makan, selesai makan, kalian nanti langsung pergi sholat maghrib ya," sahut bapak yang menyuruh kami untuk segera masuk kedalam rumah.
Bersambung next part 3>>>>
Setelah kami masuk ke dalam rumah, akupun bergegas untuk segera mandi. Setelah itu, aku kemudian segera ikut makan bersama bapak dan juga Yuni. Selesai makan, bergegas aku segera masuk ke dalam kamar, kemudian segera kukuncikan pintu daei dalam, agar nanti bapak ataupun Yuni, tidak akan mengetahui tentang rencanaku tadi.
"Nu, kamu gak sholat dulu,? tanyak bapak yang saat itu melihatku langsung masuk kedalam kamar.
"Ia pak sebentar lagi, rasanya badanku ini ngilu-ngilu pak," jawabku dari dalam kamar."
" Sholat itu jangan di tunda-tunda loh, gak baik itu," ujar bapak seraya kembali mengingatkanku untuk segera melaksanakan sholat, namun aku yang seolah tidak terlalu memperdulikan ucapan bapak, dengan segera kurebahkan tubuh ku ini keatas tempat tidurku.
Tak berselang lama, tiba-tiba saja aku merasakan kantuk yang begitu berat, sehingga aku pun langsung tertidur dengan lelapnya. Namun yang anehnya, pada saat itu aku merasa seperti bukan orang yang sedang tertidur, karena beberapa dari inderaku masih bisa menangkap sesuatu, seperti suara obrolan antara bapak dan juga Yuni walaupun itu hanya terdengar samar-samar di telingaku.
kemudian, disaat aku yang masih dalam keadaan antara sadar atau tidak sadar , tiba-tiba saja aku dibuat seketika sangat terkejut , disaat aku mulai membukakan kedua mataku, ternyata aku kini sudah berada di sebuah tempat , dan tempat tersebut terlihat seperti sebuah istana yang sangat megah. Dengan tiang dan juga gapura yang terlihat berlapiskan emas 24 karat. Kemudian, hal yang lebih membuat aneh ialah , ketika ku arahkan pandangan mataku ke sekeliling tempat tersebut , di sana tidak melihat satupun adanya sebuah aktifitas. Bahkan bisa dibilang seperti tidak ada kehidupan sama sekali.
Ku alihkan kembali pandanganku ke sekeliling tempat asing ini. Sedikit demi sedikit, kuberanikan diri untuk melangkahkan kakiku berjalan menyusuri setiap sudut dimana kini aku sedang berada. Kemudian, di saat aku sudah berada tepat di depan sebuah pintu gerbang yang cukup tinggi dan besar, tiba-tiba saja dengan pintu itu seketika terbuka lebar. Seolah ada seseorang dari dalam yang membukakan pintu tersebut untukku. Dan kalau boleh dibilang, lebih tepatnya itu adalah sebuah istana kerajaan, yang aku sendiri masih merasa bingung dengan keberadaanku yang tiba-tiba saja sudah berada di tempat ini. Padahal seingatku, aku tadi masih tertidur diatas tempat tidurku di dalam kamar.
Belum hilang rasa bingung dari fikiranku , kini mataku di buat seketika terbelalak, dengan mataku yang kini melihat sebuah pemandangan yang sungguh luar biasa indahnya di dalam sebuah ruangan yang super megah dan super mewah tersebut. Dengan banyak terdapat ornamen dan juga ukiran indah dari seekor ular naga yang berlapiskan emas tersebut. Terlihat juga pernak pernik hiasan yang juga berlapiskan emas 24 karat beserta sebuah singgasana ratu yang bertahtakan emas dan juga mutiara. Sedangakan di tengahnya terkihat sebuah mahkota bertabur berlian yang sangat besar dan mengkilat, sehingga tak bosan-bosannya mata ini dibuat kagum atas kemegahan ustana tersebut.
Kuperhatikan dengan seksama setiap sudut dari ruangan istana tersebut, dan sejauh mata memandang, yang terlihat hanyalah kilauan emas dan juga berlian yang membuat kedua mataku silau dibuatnya. Sehingga aku yang melihat pemandangan yang berada di hadapanku ini pun tak henti-hentinya ngagumi seisi ruangan tersebut. Padahal aku masih saja merasa heran, kenapa bisa aku kini berada di tempat yang tidak pernah aku sangka-sangka ini.
" Hmmmmmm,, aku harus segera mencari tau, siapa yang telah membawaku kemari," gumamku dalam hati.
"Wussssshhhhh...!!!
Terasa sebuah hempasan angin yang berhembus ke arahku, seolah ada seseorang yang sengaja menghembuskannya dari arah belakangku, yang seketika membuat bulu kudukku meremang.
Dengan perasaan was-was, ku beranikan diri untuk segera menoleh ke arah belakang, kemudian aku di kejutkan kembali dengan kemunculan dari sosok seorang perempuan cantik, dengan memakai kain berwarna biru langit, dan bermahkotakan emas di atas kepalanya, dengan menyunggingkan senyuman manis dari bibirnya yang terlihat ranum. Ditambah, sebuah tatapan sayu dari kedua matanya yang begitu indah, sehingga yang tadinya aku merasakan cemas sekaligus takut, kini yang ada hanyalah sebuah perasaan kagum dan juga takjub, melihat sesosok perempuan cantik jelita yang kini tengah berdiri seraya memandang dengan sorot matanya yang teduh itu kearahku.
" Sungguh, memang seperti seorang putri dari khayangan," gumamku dalam hati.
Aku hanya bisa terdiam seraya mematung, dengan kedua bole mataku yang masih tertuju kepadanya.
"Mas Wisnu, selamat datang di istanaku," ucap perempuan tersebut, dengan suaranya yang terdengar sangat lembut itu.
Aku yang mendengar itupun seketika dibuat terkejut dan sekaligus tersadar. Kemudian dengan mulutku yang terasa kelu, kuberanikan untuk bertanya kepadanya.
"Maksud kamu apa,?
" Istana apa,?
"lalu siapakah kamu,?
Sahutku dengan suara yang terbata-bata, seraya bertanya balik kepadanya. Bukannya langsung menjawab pertanyaanku tadi, dia malah tersenyum kearahku, dan setelah itu, barulah dia menjawab semua pertanyaan yang aku tanyakan kepadanya tadi.
"Aku adalah Ratu Anjani, pemilik dari istana kerjaan ini, dan akulah yang telah membawamu kemari," ucapnya kepadaku seraya menjawab semua pertanyaanku tadi.
"Pantas saja istananya sebesar dan semegah ini, wong pemiliknya saja cantiknya luar biasa gak ketulungan," gumamku dalam hati, padahal Ratu Anjani sebenarnya bisa mengetahui apa yang barusan saja aku katakan.
"Terus kenapa kamu membawa aku kemari,?
"lantas, darimana kamu mengetahui namaku,?
Kulontarkan kembali beberapa pertanyaan kepada Ratu Anjani.
Seperti bias, Ratu Anjani terlihat kembali tersenyum manis ke padaku, sehingga membuat aku kini semakin salah tingkah.
"Tidak ada yang tidak aku ketahui tentangmu mas Wisnu , begitu juga dengan penyebab kematian ibumu mas," ucap Ratu Anjani.
Dengan sorot mata yang terus memandang tajam ke arahku, membuat jantungku seketika terasa mau meledak, ketika mendengar ucapan darinya mengenai kematian dari ibuku.
"Maksud kamu apa,?
Memangnya ada apa dengan kematian ibuku,?
Akupun kembali bertanya balik kepada Ratu Anjani,"
"Ya, aku memang mengetahui penyebab ibumu bisa meninggal dunia dengan secara tidak wajar itu," ujar Ratu Anjani dengan nada dari suaranya yang kini terdengar seketika agak meninggi. Namun, tetap saja tidak mengurangi sedikitpun kecantikan yang terpancar dari wajahnya yang putih dan mulus itu.
Sehingga setelah aku mendengar jawaban darinya, aku pun segera memberanikan diri untuk kembali bertanya kepadanya.
"Lantas, apakah kamu tau siapa yang telah membuat ibuku meninggal,? namun, belum sempat aku menerima jawaban darinya, tiba-tiba saja dia berkata,
" Sekarang mas pulang dulu, besok malam sebelum jam 12 malam, mas harus sudah berada di air terjun yang berada di bawah kaki bukit mayangan. Dan perlu mas ingat, jangan tau siapapun termasuk bapak dan juga adikmu Yuni," ucapnya kepadaku yang menyuruh aku untuk pulang.
Dan ketika aku terbangun, kemudian ku alihkan pandanganku ke sekeliling, ternyata kini aku sudah kembali berada ditempat tidurku, dengan peluh dan keringat yang kini sudah terasa membasahi seluruh tubuhku.
Belum sempat aku mengambil nafas, tiba-tiba saja terdengar ketukan pintu dari luar.
"Tok..tok.tok,"
"Nu..Wisnu" terdengar suara bapak memangilku dari luar, seraya aku bergegas bangkit dari tempat tidurku, kemudian segera kubukakan pintu untuk bapak.
"Oh bapak, ada apa pak,? bapak kok memanggil Wisnu,? Memang ada apa pak,? tanyaku kepada bapak merasa keheranan.
"Kamu tadi ngapain Nu,? kenapa kamu belum shalat,?
terus tadi bapak dengar kamu bicara sama orang didalam, memangnya sama siapa kamu bicara tadi,? kini bapak yang melontarkan beberapa pertanyaan kepadaku yang masih dalam keadaan yang setengah sadar, sehingga aku hampir saja keceplosan, untungnya aku masih bisa sedikit mengontrol mulut dan bibirku ini.
"Anu pak, tadi Wisnu ketiduran, eh rupanya tadi Wisnu mimpi buruk pak, hehehehe," jawabku kepada bapak kemudian langsung berpura-pura tertawa.
"Itulah makanya, kalau waktunya sholat itu ya segerakan, jangan malah tidur, jadinya setanlah yang masuk ke dalam mimpimu itu Nu," ujar bapak dengan tegas.
"Ia pak, maafin Wisnu ya pak," sahutku kepada bapak, seraya segera kulangkahkan kaki menuju ke kamar mandi untuk bergegas mengambil air wudhu. Setelah itu, aku segera melaksanakan sholat, sedangkan Yuni sudah berada di dalam kamarnya tersebut.
"Hmmm, namanya juga anak gadis, apalagi kalau bukan mainin ponselnya," gumamku dalam hati seraya aku segera masuk kembali ke dalam kamar. kembali kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur, seraya kembali ku ingat-ingat akan kejadian yang tadi terjadi kepadaku itu. Dan di saat itu pula aku baru teringat, kalau suara nya Ratu Anjani sama percis dengan suara yang pernah aku dengar sewaktu akan pergi ke rumah pak lurah. Namun untuk kali ini, mataku seakan enggan sekali tertutup, yang tak lain itu karena selalu terbayang oleh sosok seorang wanita cantik yang telah membuat hatiku kini berdebar tak karuan.
"Oh Ratu Anjani, sungguh beruntung sekali orang yang bisa memilikimu, andai akulah yang menjadi sang pemilik hatimu" ucapku dalam hati, namun tanpa ku sadari, ternyata dari jauh, Ratu Anjani telah mendengar semua ucapanku barusan, meskipun aku mengucapkannya hanya dalam hati.
Ratu Anjani pun tersenyum penuh kebahagiaan, mendengar apa yang telah aku ucapkan barusan.
Bersambung>>>>
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!