NovelToon NovelToon

Diantara Dua Hati

Bab 1

" Saya tidak mau bercerai titik !saya mau banding!" pekik Soffie saat aku bertanya kenapa baik dia atau pun kuasa hukumnya, tidak menghadiri mediasi dua kali berturut turut.

" Silahkan lakukan apa yang kamu mau, keputusan ku sudah bulat, aku akan tetap menceraikan kamu dengan atau pun tanpa persetujuan kamu!" sahut ku tidak mau kalah

" Tega kamu Mas ,demi perempuan busuk kamu menyingkirkan aku yang sudah mendampingi kamu selama ini?"

" Jaga ucapan kamu! siapa yang lebih busuk Anindya atau kamu hmm?"

" Jangan pernah libat kan Anindya dalam masalah rumah tangga kita, dia hadir setelah rumah tangga kita hancur cam kan itu!"

" Mas pernah jangan bermimpi, bisa membawa perempuan itu kerumah ini! langkahi dulu mayat saya!"

"Lakukan apa yang mau kamu lakukan Soffie, tidak akan merubah keputusan ku!"

"Brengsek kamu memang mas! " maki Soffie

" Lebih brengsek perempuan yang tidur dengan laki laki selain suaminya"

Ujar ku seraya menyambar kunci mobil dan bergegas keluar rumah untuk menemui Anindya.

"Kamu akan lihat mas apa yang bisa Saya lakukan"

Aku yang sudah melangkah keluar pintu membalik kan badan dan menoleh kearahnya

" Kamu fikir aku perduli" ujar ku sambil tersenyum sinis.

PRAAAAAANK!

Terdengar suara barang pecah belah di hempaskan kelantai ruang tamu.

Jujur aku sudah muak terus menerus tinggal satu atap dengan perempuan pengkhianat sepertinya, aku masih bertahan tinggal satu atap dengan nya meski terpisah kamar adalah demi anak semata wayang kami Alex.

Aku sangat mencintai Soffie pernikahan ku dengan nya sudah memasuki usia 5 tahun hingga pada suatu hari aku di kejutkan oleh kenyataan yang membuat aku murka sekaligus jijik pada perempuan cantik yang aku kenal sejak di bangku kuliah itu.

Entah setan apa yang merasuk di dalam hati dan fikiran Soffie hingga dia tega berbuat nista, dia tidur dengan mantan pacar nya padahal statusnya adalah sudah menjadi istri dan seorang ibu.

Siang ini anindya tampak cantik dengan kemeja hijau botol nya dan bawahan putih wanita itu tampak anggun di topang denagan wajahnya yang ayu dan nada bicaranya yang lemah lembut .

Tutur katanya selalu mampu menenangkan hati ku yang tengah berkecamuk karena?? permasalahan yang tengah aku hadapi dalam rumah tangga ku.

Hari ini kami janjian untuk bertemu saat jam makan siang disebuah sebuah cafe yang tidak jauh dari kantor kami berdua

Dari kejauhan dia menyambut ku dengan lambaian tangannya

" Mas" sapanya sambil menyunggingkan senyum manis nya

" Hai sayang , sudah lama menunggu?" tanya ku

" Belum mas baru sekitar 15 menit yang lalu" ujar nya senyum tidak pernah lepas dari wajah ayunya.

Dia melambaikan tangan pada waiters begitu waiters menghampiri meja kami dengan suara lembutnya dia meminta agar membawakan buku menu ke meja kami.

" Dek, tolong bawakan buku menunya ya" pintanya pada waiters yang masih muda itu

" Baik tunggu sebentar saya ambilkan, ya bu" sahut waiters muda itu dengan sopan

"Terimakasih "

Aku mengamati nya merasa kagum dengan attitudenya

Semakin yakin aku tidak salah pilih untuk menjadikan dia menjadi ibu pengganti bagi alex yang masih dia bawah umur.

Aku tidak mau jika soffie turut membawa Alex bersamanya saat putusan cerai sudah final nanti, meski begitu aku tidak akan melarang Soffie untuk bertemu dengan anaknya.

Walau seburuk apapapun Soffie tetaplah ibu kandung yang melahirkan nya .

"Kusut sekali mas kenapa ? bertengkar lagi dengan mbak soffie?" tanya nya hati hati tanpa nada menghakimi.

" Perempuan itu tidak mau bercerai!" degus ku kesal

di sentuh nya dengan lembut tangan ku

" Mas jangan terburu buru , coba fikirkan lagi apa keputusan mas itu sudah tepat, kasian anak kalian masih di bawah umur "

" Aku tidak bisa bersama dengan pengkhianat"

Kali ini Anindya tidak menyahut, dia diam entah apa yang ada dalam benaknya.

Hembusan angin yang lembut itu menerpa wajahnya dan membuat rambut nya tersibak yang justru membuat kecantikan wajahnya semakin menawan.

Karena memang kami memilih di bagian outdoor

Setelah lama terdiam akhirnya Anindya membuka suaranya.

" Saya tidak bisa berkomentar apa pun, saya tidak mau terlalu ikut campur dalam masalah rumah tangga mas dan mbak Soffie saya tidak ada kapasitas untuk itu" ujar nya bijak

" Makasih sayang ,seandainya Mas lebih dulu bertemu dengan kamu mungkin kamu yang bersanding dengan Mas saat ini"

Anindya hanya menyunggingkan senyum mendengar ucapan ku

Aku yakin anindya di didik dengan sangat baik oleh kedua orang tuanya itu tercermin dari sikap anindya,

Meskipun dia tahu bahwa aku jatuh hati padanya tapi dia terkesan menjaga jarak dan tahu memposisi kan dirinya mengetahui aku masih berstatus sebagai suami orang.

Singkatnya dia tidak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan bahkan justru terkesan ingin agar aku memperbaiki hubungan ku dengan Soffie .

Anindya melirik arlojinya, seperti nya jam makan siang nya sudah akan berakhir.

" Mas saya pergi dulu ya tinggal 10 menit lagi nich tidak apa apa kan?" ujar nya dengan tatapan matanya seakan merasa tidak enak karena harus meninggalkan ku sendirian.

Ku seruput kopi yang tinggal setengah itu dengan sekali tegukan .

"Kita bareng aja biar aku antar sampai ke depan lobi kantor mu" ujar ku menawarkan diri

" tidak usah Mas saya jalan kaki saja tinggal nyebrang kok" tolak nya halus

" Kenapa ,kamu malu ya hmm?" ujar ku menggodanya

" Bukan Malu mas tapi tidak enak nanti di lihat rekan kerja" sahutnya memberi alasan

" Ya sudah hati hati ya sayang"

Dia tersenyum dan segera berlalu dari hadapan ku, aku memandanginya hingga dia menyebrang menuju kantornya yang bersebrangan dengan kantor ku.

Aku mengenal anindya saat aku masih bekerja di pemerintahan kebetulan department ku sedang mengadakan tender dan perusahaan tempat Anindya bekerja diundang sebagai vendor untuk mengikuti tender yang di adakan oleh department ku.

Sebagai tim penguji aku sangat terpesona cara anindya membawakan presentasi proposal saat itu hingga perusahaanya terpilih sebagai pemenang tender dari department ku.

Tidak pernah ku sangka kan begini akhirnya, kisah pernikahan ku harus hancur karena sebuah pegkhianatan yang di lakukan oleh istri yang sangat aku cintai.

Harga diriku seakan akan di injak oleh Soffie yang dengan beraninya membawa lelaki lain hadir dalam mahligai rumah tangga kami.

"Mas maaf kan saya, bisa kita bicara baik baik?" ujar Soffie suatu malam saat aku tengah duduk di ruang tamu.

Aku acuh tak acuh menanggapi ucapannya

" Mas.. demi anak kita"

" Aku tidak menyangka orang seperti kamu selain tidak punya malu juga tidak punya otak!" jawaban ku sinis

" Kenapa ? begitu benci kah

kamu sama saya?"

" Tuhan karuniai kamu dengan akal dan fikiran seharusnya tanpa bertanya pun kamu sudah tahu jawabannya nya!" jawab ku diplomatis

Hancur

Saya tidak mau bercerai titik !saya mau banding," pekik Soffie ,saat aku bertanya mengapa baik dia maupun kuasa hukumnya tidak menghadiri mediasi dua kali berturut turut.

" Silahkan lakukan apapun yang kamu mau, keputusan ku sudah bulat dengan atau pun tanpa persetujuan kamu aku akan tetap menceraikan kamu. " Sahut ku tidak mau kalah.

" Tega kamu mas demi perempuan busuk itu, kamu mau menyingkirkan aku yang sudah mendampingi kamu dari Nol?."

" Jaga ucapan kamu siapa yang lebih busuk Anindya atau kamu?."

" Jangan libatkan siapa pun dalam masalah ini terutama Anindya, dia hadir setelah rumah tangga kita hancur cam kan hal itu baik baik!."

" Mas jangan bermimpi bisa membawa perempuan kerumah ini mas langkahi dulu mayat saya."

" Lakukan apa yang kamu mau lakukan Soffie tidak akan merubah keputusan ku."

" Brengsek kamu mas!."

" Brengsek,? Apakah perempuan yang tidur dengan laki laki selain suaminya itu perempuan baik baik?." Ujar ku seraya menyambar kunci mobil dan bergegas melangkah keluar rumah.

" Kamu akan lihat apa yang bisa saya lakukan!."

Aku menghentikan langkah ku dan membalikan badan menoleh kearahnya.

" Aku tidak perduli apa pun yang akan kamu lakukan." Sahut ku dengan senyum sinis.

Mendengar jawaban ku Soffie semakin berang, terdengar suara barang di hempaskan kelantai di ruang tamu.

Praaaank!!

Jujur aku sudah muak terus menerus tinggal satu atap dengan perempuan penghianat itu ,alasan ku masih bertahan karena demi anak semata wayang ku Alex yang masih berada di bawah umur.

Aku meminta pada Lawyers ku agar mengusahakan hak asuh Anak jatuh ketangan ku, meski begitu aku tidak akan melarang Soffie untuk menjenguk kapan pun dia mau bertemu, walau bagaimana pun Soffie adalah ibu kandung nya.

Sejujurnya aku sangat mencintai istri ku Soffie. perempuan yang telah memberi ku buah hati yang lucu ,namun sayang namun aku harus menerima kenyataan pahit saat aku tahu dia telah mengkhianati ku dengan mantan kekasihnya.

Entah setan apa yang merasuki hati ,dan fikirannya saat itu hingga tega menodai pernikahaan kami dengan perbuatan nista.

Siang ini Anindya tampak chic dengan stelan kemeja hijau botol dan bawahan putih, tampak anggun di topang dengan wajahnya yang ayu dan tutur katanya yang lemah lembut.

Dia selalu mampu menenangkan hati ku yang tengah bergejolak, yang di sebabkan oleh permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga ku.

Dari kejauhan dia melambaikan tangan kearah ku yang tengah menuju kearahnya.

" Hai sayang sudah lama menunggu?." Tanya ku

" Belum kok mas baru 15 menit yang lalu." sahutnya sambil menyungingkan senyum yang dihiasi dengan lesung pipit di kedua pipinya.

Dia melambaikan tangan pada waiters ,begitu waiters menghampiri meja kami dengan suara lembutnya dia meminta waitress untuk membawakan buku menu.

" Dek tolong bawakan buku menunya ya?." Ujarnya pada waitress yang masih muda tersebut.

" Sebentar ya bu saya ambilkan."

" Baik terimakasih." Sahutnya senyum yang tulus ia sunggingkan kearah waitress itu.

Aku diam diam mengamati segala gerak gerik Anindya, dan hati ku semakin yakin bahwa dia adalah perempuan yang tepat untuk di jadikan ibu sambung bagi putra semata wayang ku.

" Kusut Amat mas, bertengkar lagi dengan mbak Soffie?. " Tanyanya hati hati tanpa nada menghakimi.

Aku mengangguk sambil menyunggingkan senyum getir.

" perempuan itu tidak mau bercerai.! " Dengusku kesal.

Anindya menyunggingkan senyum dia meraih tangan ku dan mengegamnya dengan lembut.

" Mas coba fikir kan matang matang apakah keputusan ini sudah tepat,? Jangan turuti ego nanti akan berujung dengan penyesalan."

"Lihat anak sekecil itu akan menjadi korban dari ego orang tuanya." Ujar nya lembut.

" Sekarang mas tanya sama kamu Anindya, seandainya kamu yang di khianati apakah kamu masih mau bertahan dengan orang yang mengkhianati kamu hmm?."

Kali ini Anindya tidak merespon dia hanya terdiam, sambil mengaduk aduk smoothie yang ada dihadapannya entah apa yang ada di benaknya.

" Kenapa terdiam.?

" Mas saya tidak bisa menjawab karena saya tidak mengalami sendiri ,tentu sulit untuk memahami sesuatu hal yang tidak kita alami sendiri bukan?." ujarnya bijak.

"Tidak bijak jika saya terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangga mas dan mbak Soffie bukan kapasitas saya."

Aku menganguk mendengar penuturannya , semakin besar rasa kagum ku atas kepribadiannya.

Aku yakin Anindya di didik dengan sangat baik oleh orang tuanya .tercermin dari sikapnya

meskipun dia tahu posisi ku Sebagai CEO dan rumah tangga ku sedang diambang perceraian.

Bukannya tidak tahu jika aku jatuh hati padanya tapi dia tetap tidak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan ,dia tetap menjaga jarak karena walau bagaimanan pun status ku masih sebagai suami orang.

Anindya melirik arlojinya sepertinya nya jam makan siang akan segera berakhir.

" Mas saya duluan ya tinggal 10 menit nich tidak apa apa kan saya tingga.?" Tanyanya dengan tatapan mata yang seakan merasa tidak enak karena harus meninggalkan ku .

Aku segera menyeruput kopi kopi yang tinggal setengah dengan sekali tegukan.

" Kita bareng saja biar mas antar sampai depan loby kantor mu."

" Tidak usah mas tinggal jalan kaki nyebrang aja kok." Tolaknya dengan halus.

" Kenapa malu ya hmm?." Ujar ku menggodanya

" Bukan malu mas hanya tidak enak di lihat rekan kerja yang lain." Ujarnya memberi alasan.

" Ya sudah kamu hati hati ya ," Sahut ku.

Anindya tersenyum seraya beranjak dari kursinya dan berlalu meninggalkan cafe.

Aku mengenal Anindya saat masih bekerja di instansi pemerintahan kebetulan departeman ku sedang mengadakan tender, dan perusahaan tempat anaindya bekerja di undang sebagai salah satu vendor untuk mengikuti tender.

Sebagai tim penguji akau sangat terpesona dengan cara Anindya menyampaikan presentasi prosposal pada saat itu, sehingga perushaannya terpilih sebagai pemenang tender dari departemen ku.

Tidak pernah ku sangka jika pernikahan ku akan berakhir begini mahligai rumah tangga yang di bangun atas dasar cinta, hancur oleh pengkhianatan yang di lakukan oleh istri yang sangat aku cintai.

Sebagai kepala rumah tangga aku merasa harga diri ku terinjak injak, oleh perbuatannya sehingga aku menempuh perceraian sebagai jalan terakhir.

" Mas apakah kamu benar benar tidak bisa memaafkan saya?," Ujar Soffie saat aku tengah duduk di ruang tamu

" Belum terlambat mas untuk memperbaiki semuanya demi anak kita."

Aku yang semula acuh tak acuh dengan ocehannya sontak membalikan badan menghadap kearahnya.

" Jangan jadikan anak sebagai alasan,! Kenapa kamu dulu tidak berfikir bahwa kamu sudah punya anak dan suami saat berselingkuh?."

" Aku tidak menyangka orang sperti kamu selain tidak punya malu juga tidak punya otak.!" Jawabku sinis.

"Mas sedemikian besar kah kebencian mas terhadap saya?."

" Tuhan karunia kamu dengan akal dan fikiran, seharusnya tanpa bertanya kamu sudah tahu jawabannya.

Menjaga jarak

" Mas kenapa begitu egois.? saya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan tidak ada manusia yang sempurna mas." Ujar Soffie

" That's right tidak ada manusia yang sempurna, tapi perlu kamu tahu tidak ada laki laki yang Normal yang sudi menerima perempuan yang telah berselingkuh." Sahut ku tidak kalah sengit.

" Apa karena perempuan itu mas ngotot bercerai?!."

"Perempuan mana yang kamu maksud hah!, jika Anindya yang kamu maksud , kamu salah besar!" Sergah ku.

" Jangan libatkan siapa pun dalam urusan rumah tangga kita ini murni kesalahan mu!."

"Brengsek kamu memang mas!."

" Lebih brengsek perempuan bersuami tapi tidur dengan laki laki yang bukan Suaminya !."

Rumah yang dulunya sangat aku rindukan untuk melepas penat kini bagaikan neraka, aku tidak lagi merasa nyaman untuk pulang.

Anindya semakin menjaga jarak karena tidak mau disebut sebagai pelakor . yang tentu saja sebutan itu akan menurun kan value dia.

" Pagi Anindya apa kabarnya ?." Sapa ku dalam pesan yang aku kirimkan melalui chatting.

" Pagi, mas baik mas bagaimana kabarnya?." Balasnya aku merasa sedikit tidak nyaman karena percakapan dengannya terasa formal dan kaku.

"Tidak perlu terlalu formal lah."

"Maaf mas rasa nya lebih bijak jika kita saling menjaga jarak."

" Kenapa,?." Tanyaku.

" Mas status mas itu masih sebagai suami mbak Soffie, yang sah sebelum putusan cerai keluar."

" Sebentar lagi juga mas akan resmi menyandang status duda."

"Maaf mas ada yang harus saya selesaikan nanti kita sambung kembali ya." balas Anindya yang sekaligus menjadi chat terakhir dengannya.

Jujur tidak ada wanita yang menolak saat ku dekati berbeda dengan Anindya , meskipun dia tahu jabatan ku sebagai CEO sebuah perusahaan konstruski ternama tapi dia terkesan tidak tertarik .

Ya Anindya tahu betul siapa aku karena perusahaan tempatnya nya bekerja adalah rekanan bisnis perusahaan ku.

Tapi justru karena Sikapnya yang terkesan jual mahal ,membuat ku semakin tertantang untuk meraih hatinya.

Ternyata selain sebagai bussines development dia juga investor Ritel yang memegang saham di perusahaan ku.

Aku kembali bertemu saat perusahaan ku mengadakan Public Expo dia memberikan pertanyaan yang sangat cerdas.

" Ton lu dimana?." Tanyaku menghubungi sahabat ku sesama penikmat dunia malam

" Menikmati hidup. " Jawabnya

" Ya gw tahu tapi dimana gw nyusul nich."

"OK on the way." sahut ku segera ku pesan negroni untuk menemani malam ku karena aku tidak berniat sampai pagi karena akan meeting.

" Ton Lu tahu BD nya Ocean Empire?." Tanya ku sambil

" Anindya maksud lu?."

" Yups, salut sama dia She's Rare Female." Ujar ku.

Anton setuju dengan pendapat ku tentang Anindya.

" Kenapa lu mau sama dia?."

" Gw lebih merasa tertantang untuk dapetin dia."

" Yaelah broo ngapain ngejar yang susah susah tuch." Ujar Anton sambil menunjuk dengan dagunya dua orang perempuan cantik yang nampaknya juga Executive yang baru saja melintas di depan kami.

" No." Ujar ku sambil menggelengkan kepala

Dua perempuan itu tidak kalah cantik dengan Anindya hanya saja di mata ku pesona Anindya lebih memikat.

...****************...

" Risa tolong berikan berkas ini pada Vera minta untuk di revisi di beberapa bagian," perintah ku pada Risa Sekretaris ku

" Baik pak."

" Oh ya apa ada jadwal meeting hari ini?."

" Sepertinya tidak ada pak."

Setelah Risa meninggalkan ruangan kerja ku aku menghubungi Lawyers ku, untuk mengetahui sampai dimana progres perceraian ku.

"Selamat siang pak kira kira berapa lama lagi saya harus menunggu?."

" Selamat siang pak, paling tidak sampai satu minggu bapak sudah menerima akta cerai."

"Dan berita baiknya hak asuh anak jatuh ke tangan bapak."Jawab pak Wiguna yang membuat hati ku girang tidak ada ruginya aku membayar sedikit lebih mahal jika begini.

"Baik terima kasih."

Aku pulang di rumah aku melihat Soffie tengah mengemasi barang barang nya ada sedikit rasa kasihan saat melihat nya seperti ini.

Walau bagaimana pun dia adalah perempuan ynag pernah aku cintai dengan sepenuh hati .

"Lalu bagaimana selanjutnya rencana mu ?." Tanyaku.

" Apa peduli mas?," Tanya Soffie dengan pandangan penuh kebencian jika beberapa waktu yang lalu dia memohon mohon agar aku tidak menceraikannya kini pandangannya penuh rasa benci.

" Maafkan Mas ,Soffie tapi kesalahan yang kamu perbuat fatal."

"Sudah lah mas tidak perlu ada yang di bahas dan tidak perlu mengasihani Saya." Sahut nya sambil meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda.

...****************...

Aku merasa lega setelah perceraian ku selesai tapi aku juga merasa ada sesuatu yang hilang dari hidup ku.

Meskipun belakangan hubungan ku dengan Soffie yang kini telah resmi menjadi mantan istri ku di warnai pertengkaran tapi saat melihat nya pergi ada sesuatu yang hilang.

"Akkkh entah lah!."

Apakah aku terburu buru mengambil keputusan untuk menceraikannya,? tapi sebagai laki laki aku merasa harga diriku benar benar di injak injak dengan pengkhianatan yang dia lakukan.

Tampak Soffie sudah siap untuk meninggalkan rumah ini dia menuruni tangga dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan wajahnya terlihat sendu, saat jarak kami sudah dekat

dia menyodorkan tangan mengajak ku bersalaman.

Aku menatap wajah ayu yang dulu sangat aku cintai itu tampak mata indah nya tergenangi cairan bening yang sebentar lagi Akan menetes.

"Saya pamit mas, semoga kelak mas mendapatkan pendamping hidup yang lebih baik."

Maafkan jika selama menjadi istri mas banyak membuat mas kecewa." Ucapnya dengan suara bergetar karena menahan tangis.

" Dan tolong jangan halangi saya untuk bertemu Alex kelak." ucapnya yang tak ayal membuat hati ku trenyuh

" Kamu tetap ibu nya Alex, ada bekas suami atau istri tapi tidak ada bekas ibu atau ayah apalagi bekas Anak ." Sahutku

" Terimakasih mas."

Melihatnya seperti ini hati ku tersentuh tapi nasi sudah menjadi bubur perceraian sudah di putuskan.

Lidah ku kelu tidak tahu harus mengucap kan apa, aku hanya diam mematung tanpa berkata apa apa aku yang tadinya berapi api ingin segera berpisah dengannya tiba tiba mendadak tidak mengerti apa yang sesungguhnya aku inginkan.

Soffie melepaskan jabatan tangan nya dan

melangkah keluar rumah diiringi Mbok Minah, yang membantunya mendorong koper yang berisi barang barang pribadinya.

Tiba tiba terdengar suara tangisan alex dia meronta dari gendongan suster yang mengasuhnya.

" Mama jangan pelgi." Serunya sambil menggapai gapai kearah Soffie Sejurus kemudian soffie berbalik arah menghampiri alex yang berada di gendongan suster.

" Anak pintar, alex disini sama papa nanti mama sering jenguk alex jangan nakal ya sayang." ujarnya sambil berlinang air mata di kecupnya kening putra semata wayang kami.

Dia segera berbalik badan dan meneruskan langkahnya.

"Soffie ...tunggu."

Mbok Minah dan Soffie menghentikan langkahnya dan menoleh kearah ku dengan tatapan mata penuh pertanyaan, aku berjalan menghampirinya dan merangkulnya.

"Jaga diri baik baik " Ucap ku sambil menepuk lembut bahunya , aku merasakan bahu Soffie berguncang tangisnya pecah dalam pelukan ku.

Segera kulepaskan rangkulan dan berjalan

menaiki tangga menuju lantai dua tanpa menoleh kearahnya lagi aku benar benar tidak sanggup melihatnya pergi.

Perasaan ku menjadi labil menjelang detik detik terakhir melihat Soffie meninggalkan rumah ini.

" Ouuh **** come on Arya bukan kah ini yang kamu ingin kan?." Ujar ku pada diri sendiri.

Aku jadi teringat sebuah quote yang pernah aku baca yang berbunyi.

"𝗜𝗻𝗴𝗮𝘁𝗹𝗮𝗵 𝗯𝗮𝗵𝘄𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 yang pernah ada di dalam hidup mu 𝗵𝗮𝗻𝘆𝗮𝗹𝗮𝗵 𝘁𝗮𝗺𝘂 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮𝗺𝘂, 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝘀𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁𝗶 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝗵𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘁𝗮𝗺𝘂 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮. 𝗝𝗮𝗱𝗶, 𝗯𝘂𝗮𝘁𝗹𝗮𝗵 𝗯𝗮𝗯-𝗯𝗮𝗯 𝘁𝗲𝗿𝘀𝗲𝗯𝘂𝘁 𝗹𝗮𝘆𝗮𝗸 𝗱𝗶𝗯𝗮𝗰𝗮." - 𝗟𝗮𝘂𝗿𝗲𝗻 𝗞𝗹𝗮𝗿𝗳𝗲𝗹𝗱

Ikuti kisahnya ya teman teman disini kalian akan memgetahui seluk beluk dunia pasar modal Terutama Saham dan istilah istilah di Bursa saham lainnya yang saya rasa belum banyak yang menuangkan nya dalam bentuk Novel jangan lupa berikan 👍 comment dan subscribe sebagai bentuk dukungan kalian terima kasih ❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!