Setiap pagi Widya selalu sibuk untuk mengurusi keperluan anaknya sekolah.
Setelah beres dengan urusan anaknya ia harus bergegas ke rumah besar yang selama ini sudah menghidupinya setiap hari.
Ia adalah seorang janda muda beranak satu.
Istri mantan supir dari majikannya tersebut.
Karena tragedi kecelakaan yang menimpa suaminya hingga membuatnya tewas dan merusak mobil mewah milik majikanya.Kini ia harus berkerja di sana untuk melunasi hutang suaminya.
Dengan terburu-buru Widya turun dari ojek online karena sudah kesiangan.
Hingga ia sampai menabrak Pak Raga yang sedang sibuk mengetik pesan dan tak sengaja menjatuhkan ponselnya kesamping mobil karena terburu-buru.
Raga adalah bos besarnya, pemilik rumah mewah itu.
BRAKKK!
"Ya ampun Widya! Bisa gak sih kau bekerja dengan benar hah?." Pak Raga sudah terlihat marah sekali melihat ponselnya terbanting ke lantai.
Ponsel itu sangat penting.
Bahkan harganyapun sampai puluhan juta.
Ponsel itu juga terbanting keras ke lantai, membuat beberapa retakan di layar depannya.
"Ya ampun maafkan saya Pak,saya benar-benar tidak sengaja"
"Maaf?? Sudah berangkat kesiangan bikin masalah lagi! Kau tahu kan hutangmu banyak, lihat ini ponselku jadi rusak. Kau harus ganti rugi 20 juta sekarang!"
"Mohon maaf Pak saya benar-benar tidak memiliki uang, bapak tahu sendiri kehidupan saya bagaimana"
"Aku tidak mau tahu, ponselku rusak gara-gara kamu,kamu harus menanggung semua ini!"
Sejak masalah itu Pak Raga terus menyudutkan Widya untuk ganti rugi saking kesalnya.
Tapi Widya tidak mampu untuk itu.
Akhirnya Pak Raga menyuruh wanita itu untuk menikah dengannya agar bisa mengurusi kedua anak kembarnya yang imut itu agar bisa melunasi ganti ruginya.
Sekaligus Pak Raga memang hanya ingin memanfaatkannya saja untuk mengurus anak-anaknya itu.
Selama memiliki baby sitter pun tidak ada yang betah bekerja di rumah itu. Mungkin karena gaya hidup Raga dan ketegasannya kepada pekerja yang terlalu berlebihan, sehingga membuat mereka tidak betah bekerja di situ.
Peraturan di dalam rumah itupun juga terbilang rumit dan sangat banyak, membuat mereka banyak yang tidak betah bekerja di situ.
Gaji pekerja di rumah itu juga terbilang fantastis,namun karena jarangnya komunikasi dengan sang majikan membuat mereka pelan-pelan mundur dari pekerjaannya.
Hanya orang sabarlah yang dapat memahami suasana dan situasi di rumah ini di setiap harinya.
Pernikahan pun terjadi sehari setelah kejadian itu.
Tak ada pilihan lain bagi Widya untuk menolak persyaratan ini agar bisa melunasi hutang dan ganti ruginya.
Walau berat ia harus menerimanya.
Dimana lagi ia harus bekerja?,sementara hutangnya sangat banyak kepada majikannya itu.
Jadi ia terpaksa untuk mengambil keputusan ini.
Bahkan pernikahan di lakukan secara agama dan sederhana tanpa adanya pesta pernikahan.
Yang penting sah dan tanggung jawab anak kembarnya itu berada di tangan Widya sepenuhnya.
"Kenapa kita harus menikah Pak?"
"Aku memang menikahi mu tapi bukan berarti aku menyukaimu. Bukan berarti aku juga menerima anak mu sebagai anak tiri ku nantinya.Anak mu tetaplah anakmu. Kau mengerti?"
"Iya sa-saya mengerti Pak,tapi saya tetep pulang ke rumah saya kan Pak?"
"Terserah kau, yang penting kau harus mengurus anak-anakku dengan benar"
"Baik Pak"
"Aku menikahi mu sesuai perjanjian yang kita bicarakan, jadi jangan bersikap semaunya hanya karena statusmu sekarang. Statusmu hanyalah sekedar status,jadi jangan berharap lebih! paham kan?"
"Baik Pak,saya sangat mengerti akan posisi saya"
"Bagus." Raga terlihat mengambil dompetnya untuk pergi meninggalkan rumah.
Ia memang selalu sibuk dalam segala hal, jadi ia jarang bermain dengan anak kembarnya itu.
"Satu lagi!" Raga terlihat kembali menoleh. "Kau tidak perlu melayaniku, cukup merawat anak-anakku saja dengan benar, jangan sampai ia terluka dan menangis, bahkan kau juga harus berjaga jarak denganku!"
"Iya baik Pak"
"Jika sampai terjadi apa-apa pada anakku kau harus menanggung semua akibatnya,aku ingin anakku bisa menjalani hari-harinya dengan baik, tanpa terkecuali!"
"Iya Pak"
"Atur pola makan dengan benar! Jangan beri mereka makanan sembarangan, terlebih makanan dari luar,karena aku tidak suka itu. Beri waktu mereka untuk tidur siang juga,agar mereka dapat Istirahat dengan cukup!"
"Baik pak"
"Bermain secukupnya, lebih tingkatkan mereka untuk sering belajar dan awasi mereka dengan benar saat bermain. Aku tidak ingin terjadi sesuatu kepada anakku hanya karena kelalaian mu!"
"Iya baik pak"
Raga kembali berbalik badan untuk meninggalkan ruangan itu dengan terburu-buru.
Namun Widya kembali memanggilnya.
"Maaf Pak tapi.."
"Cepat katakan!. Aku tidak punya banyak waktu untuk melayani mu!"
Sebenarnya jarak umur di antara keduanya hanyalah selisih 6 tahun.
Jadi tidak terlalu jauh juga.
Widya berumur 25 tahun dan Raga berumur 31 tahun.
Namun bagi Widya lelaki itu tetaplah majikanya yang angkuh, jadi ia harus menghormatinya dan tetep memanggilnya Pak.
Karena status pernikahan bener-bener tidak merubah apapun, hanya beban Widya sebagai seorang ibu saja yang bertambah.
"Anak saya boleh saya bawa kemari jika sewaktu-waktu saya sangat sibuk di sini kan Pak?"
"Terserah! aku tidak mau tahu,kau atur saja sendiri urusan anakmu itu"
"Iya sudah baiklah Pak"
Iya Tuhan kenapa hidupku terasa rumit sekali.Berikan aku kebaikan dan kebahagiaan di balik semua ini.
Semoga saja hamba sanggup menjalankannya sehari-hari.
Peraturan di rumah ini benar-benar seperti undang-undang negara yang tidak boleh aku langgar.
Aku harus bisa!.
Widya langsung bergegas menuju ke lantai atas untuk membangunkan kedua anak tirinya itu.
Sekaligus menyiapkan segala perlengkapan sekolah dan mandinya.
Mereka baru berumur 3 tahunan, selisih 1 tahun dengan anak Widya yang baru berumur 4 tahun.
Tentunya sedang sangat repot-repotnya untuk mengurus mereka semua.
Inilah tantangan hidup bagi Widya yang terasa seperti single parent beranak 3.
"Alfan, Alfia,ayo bangun sayang ini sudah siang."
Mereka terlihat merengek saat di bangunkan selayaknya anak kecil pada umumnya yang tidak mau bangun.
"Mba Yaya,kok mba..?"Kedua anak kecil itu terlihat bingung melihat kehadiran Widya. Karena biasanya bukan ia yang mengurus mereka, namun baby sitter yang seharusnya biasa mengurus mereka.
Panggilan mereka karena masih anak kecil pun se-gampangnya saja,yaitu Yaya,hanya bagian belakang nama Widya yang mereka ambil.
Akhirnya mereka mau bangun dan bersiap-siap untuk mandi.
Walaupun mereka memang sedikit bandel dan lincah sekali, namun Widya begitu bersabar saat menghadapi keduanya.
"Ini punya ku.."
"Punya aku..,sini balikin!"
"Nggak ini punya aku,aku dulu!"
"Aku dulu!"
Mereka terlihat berebut baju seragam sekolah, padahal sudah tersedia satu orang satu. Tapi begitulah anak kecil yang belum bisa mengerti apapun.
"Iya ampun sayang sini, kalian berdua akan sama-sama aku pakaikan, gantian yah..." Begitu lembutnya Widya saat mengurus mereka walaupun mereka tampak bermuka masam dan masih saling kesal.
Namun terlihat ibu mertuanya yang bermuka masam menatap Widya dari ruang depan kamar cucunya itu.
"Aku tidak mengerti bagaimana bisa putraku menikahi mu untuk mengurus anak-anaknya,apa menariknya dirimu sehingga ia gila mau menikahi mu!"
Begitulah sindiran keras sang ibu mertua,tapi Widya tidak terlalu mempedulikannya, walau sebenarnya hatinya terasa sakit juga saat mendengar itu.
Anak kembar itu terlihat sibuk bermain di ruangan bermain.
Sementara Widya menemani mereka sambil membereskan mainan yang begitu berantakan.
BUUGGHH!
"Aaa.....,hiks.. hiks"
Mereka berantem lagi karena berebut mainan. Bahkan Alfan terlihat membenturkan mainan itu ke kepala Alfia kembarannya secara spontan.
Membuat Alfia menangis kesakitan.
"Ya...ampun Alfan, gak boleh gitu ya sayang gak baik..,kan jadi sakit dedenya"
Widya beralih ke Alfia untuk memberinya penenangan.
"Kamu tidak papa kan sayang? udah yah cup..cup,kak Alfan minta maaf yah.., ia tidak sengaja,maaf ya sayang"
"Hiks...hiks.. sakit." Alfia masih menangis karena kesakitan.
Widya terlihat memeluk Alfia untuk terus menenangkannya.
"Ada apa ini?" Terlihat ibu mertuanya yang sudah berdiri di depan pintu kamar bermain anak-anak menatapnya sinis.
"Biasa Bu ini anak-anak berebut mainan, tidak ada yang mau mengalah"
"Ya elah alasan! Bilang saja kau memang tidak becus untuk menjaga mereka!. Alfia sini sayang sama Omah saja.."
Ya Tuhan berikanlah kesabaran untuk hamba menghadapi mereka semua.
Khususnya ibu mertuaku yang seperti ratu ini.
"Ada apa ini Ma, kenapa Alfia menangis?" Raga sudah datang ke depan ruangan itu setelah mendengar putrinya menangis dari lantai bawah.
"Biasalah, wanita tidak becus kau nikahi!"
Ibu Raga pergi dengan ketus sambil membawa Alfia ke lantai bawah.
Ia terlihat sekali tidak menerima kehadiran menantunya itu.
Sementara raut wajah Raga terlihat masam juga mendengarkan jawaban ibunya itu.
"Kenapa dengan anakku?, kenapa Alfia sampai menangis?"
Alfan tampak mendekat ke arah ibu sambungannya itu. Ia juga merasa takut dengan kemarahan ayahnya.
"Maafkan saya, saya sibuk membereskan mainan sehingga lalai dengan anak-anak, mereka berebut mainan dan bertengkar"
"Kau ini bagaimana si? Bukankah aku sudah bilang jaga anak-anak ku dengan benar!,kenapa kau tidak mengerti juga?"
"Maafkan saya pak,saya akan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan ini lagi"
Seandainya aku tidak memiliki hutang di keluarga ini,aku pasti sudah memilih untuk menjadi pemulung rongsokan daripada aku harus menghadapi mereka setiap hari.
Bagaimana baby sitter mau betah jika mereka semua berlebihan begini.
Malam pun tiba.
Hari ini Widya benar-benar bekerja keras untuk mengurus kedua anak kembarnya itu.
Ia sedang bernyanyi kecil untuk menidurkan mereka berdua dengan merdu.
Sesekali tangannya membelai kepala mereka dengan penuh kasih sayang juga.
Raga senantiasa menyaksikannya dari dalam kamarnya dengan kamera pengawas untuk memantau anaknya itu sambil lembur kerja.
Kebiasaan seperti ini membuat Widya mengingat anaknya Ainun sebelum ia menidurkannya.
Ya ampun, Ainun pasti sudah tertidur di rumah Bu Atik,aku harus segera pulang.
Bu Atik,ia adalah pemilik kontrakan yang sangat baik dan bahkan memiliki hubungan dekat dengan Widya.
Kebetulan Bu Atik memiliki anak yang sebaya dengan Ainun,jadi mereka bisa saling bermain dan Ainun tidak akan kesepian saat di tinggal Widya kerja.
Bahkan tak terasa ia bernyanyi sampai mereka tertidur pulas di atas ranjangnya.
Tetapi satu yang di pikirkan Widya saat ini. Jika ia selalu pulang malam maka waktu bermain dengan anak kandungnya akan semakin berkurang atau bahkan bisa di bilang tidak ada.
Aku harus bagaimana sekarang, sudah jam 9 malam saja aku belum pulang.
Setelah pekerjanya selesai Widya langsung berpamitan kepada Raga untuk pulang melalui ponsel.
Kali ini Widya sedang duduk termenung di depan rumah besar itu.
Ia sedang menunggu ojek online seperti biasanya untuk pulang ke rumah.
Tak lama ojek online pun datang dan mengantarnya ke rumah.
Dan ternyata benar setelah ia mampir ke rumah Bu Atik,Ainun sudah ketiduran bersama anak pemilik kontrakan itu teman sepermainannya.
"Kenapa sekarang kau pulangnya malam sekali Widya? Kasian anakmu dia menantikan mu sejak tadi sampai ketiduran."
"Ohh iya maaf Bu, biasa lembur kerja,aku juga sangat merindukan anakku, maaf mungkin Ainun sudah sangat merepotkan. "
Bahkan Widya tidak bilang yang sejujurnya kalau ia telah menikah dengan majikannya dan harus mengurus kedua anak sambungnya itu.
"Apa yang kamu katakan Widya, anakmu sangat pintar dan baik sekali,aku sangat suka jika ia bermain bersama anakku,aku benar-benar tidak terasa terbebani sama sekali".
Keduanya bercakap-cakap sejenak di situ.
Tak lama Widya terlihat menggendong anaknya untuk di pindahkan ke rumah kontrakannya.
Kebetulan kontrakan Widya berdampingan dengan sang pemilik kontrakan.
"Maafkan mama sayang, muach..., tidurlah yang nyenyak"membelai putrinya dengan penuh rasa bersalah karena akhir-akhir ini ia selalu pulang malam.
Aku tidak boleh diam saja dengan semua ini!. Aku harus meminta keadilan untuk anakku kepada Pak Raga.
--------------
Esok datang lagi.
Setelah selesai dengan urusan sekolah anaknya, Widya kembali bergegas meninggalkan kontrakannya untuk bekerja.
Kebetulan jarak antara kontrakan dan rumah majikannya tidak terlalu jauh,jadi bisa menghemat waktu tempuhnya.
Setelah sampai ia langsung membangunkan anak kembarnya agar bisa bersiap-siap untuk bersekolah.
Kemudian mengantarkan mereka dengan mobil ke sekolah bersama supir.
Tak terasa waktu sudah siang.
Kini saatnya pembelajaran sekolah telah berakhir.
Biasanya Widya juga menyempatkan waktunya untuk menjemput Ainun pulang sekolah, tapi kali ini kesibukan selalu menyertainya hingga membuatnya menyesal telah mengambil keputusan ini.
Ia harus terus mendampingi anak kembarnya itu selama seharian penuh.
Supir sudah memegang setir mobilnya,ia sudah siap untuk melajukan kendaraan untuk pulang ke rumah.
Sementara Widya terlihat sibuk bermain dengan anak-anaknya di dalam mobil.
Mereka berdua terlihat bercanda tawa bersama.
Hingga mata tajam supir sesekali melirik ke arah spion belakang untuk mengawasi mereka yang sedang bersenda gurau
"Mba Yaya..mba Yaya coba lihat ini!, bagus kan,ini di kasih Bu guru tadi"
"Wah.. di kasih Bu guru yah, kamu pintar sekali sayang"
"Mbak Yaya aku juga di kasih,aku pintar juga kan. "
Yang namanya anak kecil pasti akan selalu iri satu sama lain, mereka selalu minta di sayang penuh atau lebih suka di puji ataupun di manja-manja.
"Wah tentu saja sayang, kalian berdua memang anak baik dan sangat pintar. Aku kasih hadiah juga untuk kalian berdua. Taraaa..."
Maya terlihat memberikan sesuatu kepada mereka yang membuat mereka langsung senang.
Yaitu vitamin gummy kesukaan mereka yang kenyal dan sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh mereka.
Bahkan di saat mereka sudah pulang ke rumah pun tidak ada hentinya Widya membimbing mereka belajar dan selalu membacakan dongeng-dongeng menarik untuk mereka tidur siang.
Membuat mereka semakin dekat dan akrab tentunya.
Sesekali Raga yang melihat hal ini hanya melirik Widya sesaat,tapi entah apa yang di katakan hatinya itu. Namun ia tetap terlihat sibuk walupun sedang berada di rumah sekalipun.
Widya masih menemani mereka sampai mereka tertidur pulas di atas ranjang.
Setelah itu ia baru bergegas untuk membereskan mainannya.
Ia benar-benar merasa seperti janda beranak tiga yang sangat sibuk di setiap harinya.
Habis ini aku harus berbicara dengan pak Raga, aku ingin meminta keadilan untuk putriku Ainun, kasihan dia jika aku terlalu sibuk mengurus mereka begini.
Hari berganti lagi.
Kemarin Widya tidak sempat untuk berbicara tentang keadilan putrinya Ainun kepada Raga.
Kemarin Raga tidak bisa di ganggu karena sibuk meeting online dengan para karyawannya di kantor.
Kebetulan hari ini adalah hari weekend,jadi mereka tidak terlalu sibuk dan tetap santai di rumah.
Tapi tidak dengan lelaki itu yang selalu sibuk dan mondar-mandir.
Bahkan pagi ini sebelum Widya bisa mengajaknya bicara ia terlihat sudah pergi meninggalkan rumah membawa mobilnya.
Kegiatan Widya seperti biasa membangunkan mereka, mengajaknya bermain sebentar dan terus memandikan mereka agar wangi dan bugar.
Setiap hari weekend setelah mereka sarapan, Widya pasti selalu membimbing mereka untuk belajar terlebih dahulu.
Seperti menggambar dan mewarnai.
Setelah hari mulai menjelang siang mereka kembali bermain sejenak untuk menghibur diri.
"Mba Yaya tutup mata! Aku mau ngumpet nanti mba Yaya cari aku yah"
"Oh oke baiklah..,tapi hati-hati ya sayang ngumpetnya,aku hitung dari 1- 10"
Begitulah permainan seorang anak dan ibu pada umumnya, yang penting mereka terhibur, menambah wawasan dan mereka merasa senang.
Tiba-tiba di saat mereka sibuk bermain ada kedatangan ayahnya bersama wanita cantik yang ia bawa ke ruangan bermain.
"Itu anak-anak ku, mereka sangat menggemaskan kan."
Raga terlihat memperkenalkan mereka pada wanita itu.
Sementara anak-anak yang melihat kehadiran orang asing itu langsung mendekati Widya dan bahkan ngumpet di belakang punggungnya.
"Alfan,Alfia sini! Ayo kenalan sama Tante sayang...!" Panggilan lembut Raga.
Keduanya juga tampak bergandengan tangan tanpa melepasnya di depan mata Widya.
Siapa lagi wanita itu?, pacarannya?.
Dasar lelaki buaya!.
Melihat anak-anak yang malah bersembunyi membuat Widya tidak enak dengan wanita itu.
Ia justru tidak cemburu sama sekali sebagai istri, melainkan berharap ada orang lain yang akan menggantikan posisinya segera.
"Hey sayang gak boleh gitu,ada Tante baik datang, ayo sapa tantenya.."Bujuk Widya kepada kedua anak tirinya itu.
Raga dan Widya benar-benar seperti orang asing yang tidak memiliki ikatan apapun.
"Hay Dede.., cantik dan ganteng sekali ya kalian berdua. "
Pujian dari wanita itu kepada kedua anak Raga.
Sementara kedua anak Raga juga mendekat dan berkenalan dengannya.
"Kenalin ini Tante Mona. Iiih.. gemesin banget si kalian."
Widya sekarang sibuk membereskan mainan,ia tidak memperdulikan kehadiran mereka yang asik berkenalan.
"Tante Mona cantik deh.."
"Oh makasih sayang..."
"Tapi lebih cantik Mba Yaya... hehe"
Widya yang mendengar itupun langsung terbelalak tak percaya. Ia sungguh tidak tahu dari mana anak-anak bisa berbicara seperti itu.
"What!?. Ohh... baiklah sayang"
Mona yang awalnya terlihat girang langsung tersenyum kecil mendengarnya.
Raga yang mendengar itu langsung menatap wajah Widya dengan masam.
"Widya,aku ingin berbicara denganmu!"
"Iya Pak"
Keduanya pergi meninggalkan ruangan itu sejenak untuk berbicara.
" Kau apakan anakku? Kau tidak bisa mengajarinya dengan benar, bagaimana ia bisa berbicara seperti itu kepada Mona tadi?."
"Sungguh saya tidak tahu akan hal ini Pak. Saya juga kaget mendengarnya. "
"Kamu jangan macem-macem ya!, jangan ajari anak-anakku yang tidak-tidak, apalagi berbicara tidak sopan seperti tadi."
"Pak,bapak kenapa si benci banget sama saya?Jika bapak tidak suka saya yang momong mereka kenapa bapak harus menikahi saya? Saya sudah berusaha dengan baik untuk merawat dan membimbing mereka, apakah tidak ada harganya semua ini?!"
"Bisakah kau pelan kan suaramu!"
"Papa, jangan marahi Mba Yaya"
Alfia tampak menghampiri keduanya dan langsung memeluk kaki Widya.
"Tidak sayang, Papa hanya berbicara saja sama Mba Yaya,Papa tidak marah-marah kok"
"Tapi muka Papa?.."
Raga langsung beruban ekspresi dan tersenyum semanis mungkin di depan anak-anaknya yang bawel itu. Padahal hatinya sedang merasa kesal sekali.
Keduanya tidak melanjutkan bicara lagi karena kehadiran Alfia. Mereka hanya saling pandang sejenak lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Padahal baru beberapa hari, tapi anak-anakku sudah lengket sekali dengannya!.
"Sayang main bareng sama Tante yuk.."Ajak Mona kepada Alfan yang sedang sibuk memegang bola.
Cihh,aku malas sekali bermain dengan anak kecil. Jika bukan karena ingin merebut hati bapaknya aku juga tidak mau kali momong dua anak sekaligus.
Sebenarnya Mona tidak suka dengan anak kecil. Ia tidak ingin direpotkan dengan kebandelan mereka.
Ia lebih suka bersantai,bebas tanpa adanya pengganggu dan lebih suka shoping itu nomor satu.
---------------
Waktunya makan siang.
Widya sedang sibuk menyiapkan makanan untuk kedua anak kembarnya yang sudah menunggu itu.
Ibu mertuanya juga sudah hadir dengan muka datarnya. Di susul dengan Raga yang lapar mau makan siang juga.
"Papa mau makan juga yah?.."
"Iya Papa mau makan juga sayang"
Biasanya setiap weekend pasti mereka akan makan bersama di rumah, baik siang maupun malam.
"Mbak Yaya aku mau ikannya juga, nasinya jangan banyak-banyak ya."
"Aku dulu."
"Iya sayang gantian yah, kalian sama-sama kebagian kok.."
Raga mulai menikmati makanannya sambil memperhatikan Widya yang sedang sibuk mengurus anak-anaknya itu.
Bahkan selama Widya bekerja di rumah ini ia jarang melihat istrinya itu makan.
Apa putraku benar-benar gila menikahi wanita itu, kenapa dia memerhatikan Widya terus dari tadi, jangan bilang dia menyukainya.
"Pelan-pelan makanya sayang, nanti keselek"
"Uhuk.. uhuk..."
"Tuh kan..,sini minum dulu, makannya pelan-pelan aja yah"
Raga tiba-tiba berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan ruangan makan. Bahkan makannya pun belum habis masih setengah sisa.
"Kau mau kemana Raga, makanan mu belum habis?"
"Aku sudah kenyang Ma"
Raga pun pergi meninggalkan ruangan itu untuk kembali ke kamarnya.
"Heh! Asal kau tahu ya, jangan cari muka di depan putraku! Raga memang menikahi mu tapi bukan berarti dia menyukaimu. Dia hanya butuh sang pengasuh untuk putra-putrinya,makanya dia menikahi mu"
Sabar Widya..
"Tanpa di jelaskan anda pun saya sangat mengerti akan posisi saya Bu." Pekik Widya yang sebenarnya merasa kesal sekali dengan ibu mertuanya ini. Namun ia masih tetap bicara selembut mungkin tadi.
"Nanti setelah Raga menikah dengan Mona kamu pasti akan di tendang dari rumah ini"
Widya tampak tersenyum manis walaupun ia merasa bingung dengan ucapan ibu mertuanya yang tak jelas itu.
Lalu menjawab dengan sesuka hatinya sambil tersenyum.
"Baguslah jika begitu Bu,aku harap itu akan segera terjadi"
Sial, beraninya dia menjawab ku sambil tersenyum.
Setelah makan siang selesai giliran Alfan dan Alfia tidur siang.
Sehabis itu baru Widya bisa makan siang juga.
"Apa maksud ibu berbicara seperti tadi?. Apa pak Raga akan segera menikah dengan wanita yang bernama Mona itu,tapi jika iya kenapa ia harus menikahi ku dulu"
CLEKK!
Tiba-tiba Raga masuk ke kamar anak-anak, membuat Widya yang sedang melamun merasa kaget dengan kehadirannya.
"Mereka sudah pada tidur?"
"Iya baru saja tidur"
"Aku ada acara dengan Mona, mungkin aku akan pulang malam,kamu jangan pulang dulu sebelum aku pulang!"
"Baiklah,tapi sebelumnya aku ingin berbicara dengan Bapak. Putri saya juga butuh saya, lalu bagaimana jika saya selalu pulang malam,ia juga ingin memiliki waktu bersama ibunya kan?"
"Jika kau merasa gelisah bawa saja kemari, bukankah itu hal yang gampang kenapa harus dibikin ribet? Suruh supir untuk menjemputnya!"
Dia memang terlihat galak sekali,tapi ada baiknya juga.
"Baiklah, terimakasih pak"
Malas sekali berbicara dengannya, belum juga selesai bicara tadi,ia sudah terlihat ketus sekali!, menyebalkan!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!