CURIGA
Malam itu aku merasakan gelagat aneh dari sang Suami. Seperti biasa jika larut malam dia selalu keluar kamar, dan ketika berjalan suamiku selalu mengendap-endap seakan tidak ingin di ketahui oleh sang Istri.
Pura-pura mata ini aku pejamkan dengan rapat agar suamiku tidak mengetahui atau aku melihat dia sedang keluar kamar.
Klekkk..
Suara pintu sangat pelan terdengar dia buka, dag-dig-dug mulai terasa jantung ini.
Entah mengapa aku merasakan hal itu.
Namaku Frisilia Mehendra, biasa orang memanggilku dengan sebutan Lia. kini usiaku menginjak 29 tahun dan anakku baru satu seorang perempuan yang bernama Cantika, yang berusia 9 tahun, dia sudah kelas 3 SD.
•••
Setengah jam sudah sang suami keluar kamar, karena dihinggapi rasa penasaran lalu akupun dengan keberanian yang penuh, menyeret langkah kakiku ke arah dimana suamiku berada.
Mataku berselancar mengelilingi ruangan rumah, aku mencari keberadaan sang suami sedang dimana.
Aku pun dengan sangat hati-hati untuk melangkahkan kaki menuju arah dimana sang suami berada, karena takut di ketahui olehnya.
•••
Sayup-sayup terdengar suara manja dari sang suamiku. "Sayang, Mas, kangen loh, sama kamu," terdengar begitu romantis ketika sang Suami, dengan memanggil kata sayang, dari mulutnya.
Jantungku berasa di remas tatkala mendengar.kata sayang, dari mulut suamiku itu. " Mas, apakah ini awal kehancuran rumah tangga kita!" batinku bergejolak tidak karuan.
Aku menghela nafas secara perlahan dan aku cubit secara perlahan kedua pipiku. Mungkinkah aku sedang berada di dalam mimpi atau ini hanya halusinasi aku saja?
Badanku terasa lemah lunglai, aku menghempaskan badanku ke lantai, kulihat arah kamar Anakku yang pintu kamarnya sedang terbuka, dan nampak Anakku sedang tertidur lelap. Tak terasa bulir putih akhinya meluncur deras dari pelupuk mataku.
Mengenang indah masa-masa dahulu, ketika aku selalu di antar jemput oleh sang suami ke tempat kerja. Suamiku bernama Adrian Wiguna, biasa di panggil dengan nama Rian, usianya hanya terpaut 2 tahun denganku, dia berusia 31 tahun.
Dia selalu setia menunggu kepulangan aku di tempat kerja.
"Sayang, aku selalu menjaga kesucian cinta kita. Pokoknya aku tidak akan meninggalkan kamu. Aku takut kehilangan kamu." ucapan itu selalu terngiang-ngiang di benakku.
•••
Kreekkkk...
"Mah, sedang apa termangu di bawah pintu!" suamiku terkejut tatkala melihat sang istri sedang duduk di lantai dengan air mata yang menetes di pelupuk matanya.
Sontak aku terkesiap tatkala melihat sang Suami, sudah berdiri tegap tepat di hadapanku. Karena aku tidak mau menyalahkan sang Suami, atau mungkin suara kata panggilan kata dayang tadi hanya kuping aku saja yang usil.
Aku pun mencoba menghapus air mata yang menetes di pipi dan menyembunyikan semuanya dari suamiku bahwa aku saat ini sedang curiga terhadapnya.
"Pah, kaki Mama, tiba-tiba sakit kesemutan. Tadi Mama mau ambil air hangat ke dapur," ucapku terbata-bata.
Sang Suami menatap lekat seakan dia bertanya di dalam dirinya sendiri mungkin dia berpikir. Apa benar yang di ucapkan sang Istri tersebut! " Ya sudah, air nya, berarti belum Mama ambil ke dapur?" sang Suami pun merasa lega hatinya karena dia berpikir tidak terdengar obrolannya dengan wanita lain oleh sang istri.
•••
Karena melihat aku meringis kesakitan di bagian kaki dan itupun kulakukan padahal dengan rasa pura-pura. Mungkin sang Suami merasa iba melihat sang Istri meringis.
Sang suami lalu menggendong sang Istri menuju kamarnya.
Di tatapnya lekat wajah sang Suami tatkala bola mata kami sangat dekat beradu pandang.
"Mungkinkah tadi hanya halusinasi aku saja, Suamiku begitu perhatian dan sayang terhadapku. Tidak mungkin dia melakukan perselingkuhan!" gumam hati aku.
Aku pun sangat mencintai dia.
•••
Tubuhku dia rebahkan di kasur oleh sang suami, tatkala aku sudah tiba di dalam kamar.
"Tidur Mah, Papa mau ambil air hangat dulu," ucapnya sambil tersenyum. Dia pun berlalu dari hadapanku.
Ku tatap lekat sang Suami, lalu aku raih tangannya ketika dia akan berlalu dari hadapanku.
"Pah..." ucapku lirih.
"Kenapa Mah," jawab Suamiku.
Senyuman suamiku membuat hatiku luluh. Mas Rian yang mempunyai lesung pipi dan berhidung mancung membuat aku terbuai dengan pesonanya, dan entah mengapa rasa curiga sirna seketika.
"Nggak apa-apa Pah. Aku cinta dan sayang sama Papa," aku mencium punggung tangan suamiku beberapa kali.
Suamiku juga melakukan hal yang sama dia lalu memelukku dengan erat.
"Tidak mungkin, itu tadi hanya halusinasi aku saja." gumam hati kecilku yang tadi mendengar ucapan Suamiku, yang terdengar mesra bersama wanita lain di telepon."
"Yasudah Mah, Papa mau ambil air hangat dulu. Jadi nggak nih!" ucapnya terdengar merdu dan manja.
Aku menganggukkan kepala, hatiku sangat senang sekali karena usia pernikahan aku sudah 10 tahun, tapi dia tetap romantis dan perhatian.
••••
Mas Rian pun berlalu ke dapur untuk mengambil air minum hangat untukku.
Ku pandangi satu persatu foto kebersamaan aku dengan Mas Rian, dan juga Cantika anakku di atas meja dan dinding.
Begitu hangat kebersamaan keluarga kecil kami nampak terlihat disana. Sifat anakku Cantika yang berusia 9 tahun, cukup dewasa dan dia sangat peduli terhadap siapapun.
Aku beruntung mempunyai Anak seperti Cantika karena dia pribadi yang menyenangkan, aku selalu ungkapin keluh kesahku terhadap anakku apapun itu.
Aku anak tunggal tidak punya Adik dan Kakak, dan aku sangat dekat dengan Adiknya Mamaku, yang bernama Tante Restu, dia pribadi yang sangat menyenangkan di banding dengan Ibuku yang selalu sibuk mengurus bisnis kulinernya bersama Bapak.
Aku jarang bertemu dengan Ibu dan Bapak, mereka suka pergi keluar kota untuk mengurus usahanya.
•••
"Sayang..."
Aku di kejutkan dengan suara panggilan dari sang suami.
"Kenapa lagi, kamu ngelamun ya?" tanya suamiku sambil membawa teh hangat dan goreng pisang.
"Mas, pantesan kamu lama, ternyata kamu goreng dulu pisang kesukaanku," ucapku.
Mas Rian ternyata membuat dulu goreng pisang pantesan dia lama datang.
"Iya sayang, biar perut kamu di isi dulu ya," ucapnya lirih.
Lalu Mas Rian menyuapiku, dengan pisang goreng yang masih hangat, aku lekat menatap sang Suami dengan penuh rasa cinta yang tulus.
"Mas, kamu jangan pernah ninggalin aku, dan menduakan aku," ucapku seakan memohon.
Mas Rian terkejut nampak dari raut mukanya.
"Ngomong apa sih, Mah," Mas Rian seakan menutupi dan menyembunyikan sesuatu.
Mas Rian pun seakan tidak bisa berkata apapun.Dia hanya asik menyantap dengan pisang gorengnya.
•••
Setengah jam kemudian.
"Nah, Mama sekarang mending tidur," ucap Mas Rian. Mas Rian kemudian mengecup keningku dan mendekap erat tubuhku dengan penuh kenyamanan.
Keesokan harinya nampak sang suami sedang termangu di depan halaman rumah. Seperti sedang melamun tapi dia nampak tersenyum sumringah. Lamunannya seakan penuh arti dan mengisyaratkan bahwa sang suami hatinya sedang berbunga-bunga.
"Pah, sedang melamun apa?" tanya Lia, sang istri. Namun tidak ada jawaban yang di ucapkan oleh Rian, sang suami tersebut.
"Pah.." Lia, sang istri menepuk pundak sang suami secara perlahan.
Sontak terkejut sang suami ketika sang istri memanggil dirinya.
"Mama, bikin kaget saja," ucap sang suami.
Rian sedang memikirkan kekasihnya yang bernama Citra, rasanya dia ingin cepat bertemu dengan Citra, nanti siang di jam waktu istirahat kantor.
Kebetulan Citra baru pulang dari luar kota, Citra satu kantor dengan Rian. Hubungan mereka baru 3 bulan.
Mungkin Citra di mata Rian, sosok pribadi yang ceria dan pintar karena terlihat dari cara dia sedang berdiskusi dengan semua klien.
Pribadi Citra, membuat Rian selalu ingin bertemu dengannya.
"Ayo, kita sarapan dulu," ajak sang istri kepada Rian, sang suami.
Lia sang istri kemudian berjalan ke arah meja makan dengan di ikuti oleh sang suami.
Nampak di meja makan sudah menunggu sang anak yang bernama Cantika sedang makan dengan lahap.
"Anak Papa seperti nggak makan 2 hari, makannya nampak lahap," ejek sang Papa ketika menemukan sang anak makan begitu lahapnya.
"Makan Pah, masakan Mama, enak," ucap sang anak tanpa melirik Papanya tersebut, dia sangat menikmati makanan yang tersedia di meja makan.
Lia sang istri kemudian menaruh nasi dan lauknya di atas piring, kemudian memberikan kepada sang suami.
Rian pun makan dengan lahap.
•••
Setelah selesai makan Rian dan Cantika pamit kepada Lia, untuk pergi.
"Mah, aku berangkat kerja dulu," ucap sang suami dengan di ikuti oleh Cantika berpamitan untuk pergi sekolah.
Setelah sang suami dan anaknya berlalu pergi, lalu Lia menghempaskan badannya di kursi sofa, dia nampak melihat layar televisi dengan lekat. Saluran televisi dia pindah dari acara satu ke acara lain, seakan tidak menikmati acara yang tampil di layar televisi tersebut.
"Pikiranku kenapa tidak fokus ya, entah mengapa aku teringat kejadian malam ketika Rian, menelepon dan dia mengucapkan kata sayang," ucapnya seperti sedang berpikir.
Kemudian Lia pun memejamkan matanya, dan dia nampak tertidur.
\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_
\*\* "Nampak Rian sedang bersama seorang
wanita, dan wanita itu ada 2 orang, yang
1 dia seperti mengenalnya tapi yang 1
lagi dia tidak mengenalinya,"
Nampak Rian sedang memeluk wanita
tersebut, dan kedua wanita tersebut
seperti sedang mengejeknya.
"Pah...kamu jangan selingkuh dari aku," Lia menatap tajam kepada kedua wanita tersebut. Rian dan kedua wanita tersebut seakan mengejek Lia, dan tertawa dengan puas. Lia pun seakan tak sanggup dengan keadaan itu semua, lalu dia pun berteriak.
\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_
Peluh Lia bercucuran tatkala dia membuka matanya dengan lebar.
"Ya, ampun aku bermimpi," ucap Lia.
Dia seakan tidak percaya dengan mimpi buruknya, kenapa mimpi tersebut seakan nyata nampak terlihat.
Lia mencoba mengingat kembali sosok 2 wanita yang ada di mimpinya tersebut. Tapi sia-sia saja, dia seakan tidak ingat sama sekali kepada wanita yang tadi ada di mimpinya tersebut.
Kemudian dia mencoba menghubungi suaminya tersebut. Namun tidak ada jawaban.dari sang suami. Dia menatap jam yang ada di dinding. Jam menunjukkan baru pukul 10, sedangkan dia tadi tertidur pukul 9, berarti dia tertidur satu jam.
Dia menghela nafas panjang.
Seperti memikirkan kembali mimpi buruk yang baru saja terjadi.
Ting...
Sura bunyi pesan masuk dari ponselnya Lia.
{"Lia, kamu datang di rumah nggak, aku mau mampir ke rumahmu,"} pesan muncul dari sahabatnya yang bernama Desy.
\_\_\_\_\_
Desy Wulandari sesosok wanita yang pendiam dan baik, dia seorang janda mempunyai anak satu, berusia 5 tahun.
Sang suami pergi meninggalkannya sudah 2 tahun dia pun menggugat cerai sang suami karena tidak ada kabar berita dan tidak bertanggung jawab kepada istri dan anaknya.
Desy orang berada, kedua orang tuanya sangat sibuk seakan tidak ada waktu untuk bertemu dengan anak dan cucunya tersebut.
\_\_\_\_\_
{"Aku mau pergi nanti siang ke rumah Mamaku, tapi kalau kamu mau kesini nggak apa-apa, biar aku tunggu,"} balas pesan dari Lia kepada Desy.
Jam menunjukkan pukul 1 siang.
Tiba-tiba ada bunyi klakson di depan halaman rumah. Nampak sedan berwarna putih datang, terlihat di dalam mobil tersebut sesosok wanita berkulit putih, badannya mungil dan berambut panjang.
"Hai, Desy," Lia berteriak ketika Desy, membuka pintu mobilnya.
Desy tersenyum lebar ketika Lia menyambutnya dengan ramah, mereka berpelukan menumpahkan rasa rindu yang sudah sekian lama tidak bertemu.
Mereka masuk ke dalam rumah.
"Mau, minum apa," ucap Lia menatap lekat kepada Desy, dan tersenyum renyah.
"Aku minum air mineral saja," jawabnya.
"Nggak mau kopi, biasanya kamu dulu suka kopi loh," ucap Lia
"Aku sekarang mau hidup sehat, minum air mineral saja," ucapnya.
"Mau badannya besar ya, nggak mungil terus kalau hidup sehat. Hahaha..." Lia menyindir dan tertawa terbahak.
Desy pun tertawa lepas.
\_\_\_\_\_\_
Desy dan Lia sudah lama tidak bertemu kira-kira 5 tahun. Lia dan Desy teman dekat dan kedua orang tua mereka pun sudah saling kenal karena saking dekatnya hubungan mereka.
Desy tinggal di Kota Malang, dia sudah hampir setahun keluar kerja, dan tujuan dia datang kembali ke Bandung, ingin mencari kerja. Meskipun uang yang diberikan oleh kedua orang tuanya cukup memenuhi kebutuhannya, tapi dia ingin mencari uang sendiri dan tidak mau membebani kedua orang tuanya yang berlebih keadaannya.
\_\_\_\_\_\_
"Des, nih aku masak pisang goreng. Maaf ya barusan agak lama, hehehe..." Lia tertawa terkekeh.
"Gimana Des, kamu sekarang tinggal dimana, terus kamu sudah nikah lagi belum? kamu masih kerja atau kamu mau pindah lagi ke Bandung," ucap Lia mencecar pertanyaan kepada sahabatnya itu.
"Aku harus jawab yang mana dulu nih," ucap Desy, terlihat santai.
"Boleh deh yang nanya pekerjaan dulu," ucap Lia, seperti dihinggapi rasa penasaran.
"Aku mau pindah kesini dan aku mau cari kerja disini," jawab Desy sambil memakan pisang goreng yang masih panas.
"Kamu sudah dapat kerja disini?" tanya kembali Lia.
"Belum lah," jawab Desy tersenyum tipis.
"Nah sekarang, kamu sudah nikah belum?" tanya Lia, tersenyum menahan tawa.
"Mau cariin!" Desy menatap Lia.
Lia tertawa terbahak.
"Iya nanti aku kenalin ke teman suamiku, ada duda keren pasti cocok untukmu," ucap Lia.
Ting ..
Tiba-tiba bunyi pesan datang dari sang suami. {"Mah, tadi menelepon ada apa?"}
Lia menatap lekat pesan tersebut kemudian, dia membalasnya.
{"Nggak ada apa-apa, Pah. Cuma Mama tadi mimpi buruk. Tapi sudahlah lupakan saja,"} balas Lia, sang istri
{"Yasudah kalau begitu, Papa sedang sibuk ini,"} balas Rian, sang suami.
Nampak terlihat Desy sedang menatap foto Lia bersama keluarga kecilnya
"Rian, ganteng ya suami kamu," ucap Desy.
Bersambung...
Rian terpesona
Nampak Rian mematikan ponselnya, setelah memberikan pesan kepada Lia, sang istri. Rian sedang berada di sebuah Kafe bersama Citra, menikmati makan siang. Rian terlihat gugup ketika beradu pandang dengan Citra.
"Mas, istrimu sehat?" tanya Citra.
"Sudahlah, kalau sedang bersama aku, kamu jangan tanya istriku," Rian tersenyum tipis.
"Oke, baiklah. Maaf, Hehe.." ucap Citra.
Citra cukup dekat mengenal sosok Lia, istri dari Rian. Karena tahun lalu Citra pernah bisnis dengan Lia di bidang fashion.
Namun waktu itu Citra sibuk jadi bisnis mereka tidak jalan.
"Citra, hubungan kita jangan sampai ada yang tahu ya," ucap Rian.
"Ya nggak lah, Mas," jawabnya.
"Aku nyaman ketika berada bersama kamu, apalagi kamu begitu pintar ketika berbicara dengan klien, itu yang membuat aku suka," ucap Rian, kembali mengagumi sosok Citra.
Citra tersipu malu ketika Rian mengucapkan beribu pujian.
Citra janda tidak mempunyai anak, dia di Bandung tinggal bersama sang Tante, karena sang Tante tidak mempunyai anak. Jadi kasih sayang Tantenya, semua dilimpahkan kepada Citra. Tantenya sudah menganggap dia seperti anaknya sendiri.
"Gimana kalau nanti sore kita pergi ke Bioskop," ucap Rian tersenyum renyah dengan lesung pipi yang menawan.
"Boleh Mas," ucap Citra.
•••••
Acara makan siang pun selesai, mereka berlalu dari tempat itu lalu meneruskan kembali perjalanan ke kantor untuk kembali bekerja.
Ting...
Tiba-tiba pesan muncul dari Bu Viona, Ibu dari Rian dia mengajak makan malam kepada sang anak tersebut.
{"Nak, Ibu kangen sama kamu. Ibu sudah masak kesukaan kamu. Datang ya nanti malam jam 7, di tunggu pokoknya,"} tulis pesan sang Ibu.
•••
"Aduh, Ibuku ngajak makan malam dan harus datang. Padahal aku udah janji sama kamu mau keluar nanti sore," ucap Rian terlihat kecewa.
"Nggak apa-apa Mas, bilang saja bisa. Biar kalau sama aku pergi untuk nonton kapan saja bisa," ucap Citra.
••
Akhirnya Rian menuliskan pesan kepada sang Ibu, bahwa dia akan datang nanti ke rumah ibunya untuk acara makan malam.
Kemudian Rian menelepon sang istri untuk mengabarkan acara makan malam.
Nampak terdengar dari nada bicara sang istri seakan tidak bahagia untuk bertemu dengan sang mertua, karena Ibunya dari Rian selalu mencampuri urusan rumah tangganya bersama anaknya tersebut.
\_\_\_\_\_\_\_
Dahulu..
"Lia, sebenarnya aku nggak setuju kamu nikah sama Rian karena aku bersama Ibumu pernah berselisih paham," ucap sang mertua.
Ibunya Rian dan Lia, dahulu ketika muda pernah mencintai lelaki yang sama dan terjadilah pertengkaran di antara mereka.
Kembali akur ketika anaknya masing-masing menikah yaitu Rian dan Lia, itu pun seperti kepura-puraan yang dilakukan mereka, karena selalu ada perselisihan di antara mereka.
Dan rasa tidak suka ibunya Rian terhadapnya Ibu Lia di limpahkan kepada Lia sang anak.
\_\_\_\_\_\_\_\_\_
"Aneh istriku itu kalau di undang Ibu untuk datang ke rumah selalu terdengar tidak senang," ucap Rian menggerutu.
"Sabar, Hehehe.." ucap Citra.
Akhirnya mereka sampai juga di kantor, Citra pun turun di dalam mobil, dan dia seakan tidak ada hubungan apa-apa kepada Rian, ketika berada di kantor begitupun sebaliknya dengan Rian.
Citra berlalu ke ruangannya, sedangkan Rian masih berada di dalam mobil. Kemudian dia mencoba menelepon sang istri.
{"Mah, kamu ikhlas gak sih untuk ketemu Ibu Mertua,"} ucap sang suami terdengar kesal.
{"Papa ngomong apa sih,"} jawab Lia dengan nada pelan namun dalam hatinya seperti dihinggapi rasa kesal.
Sang Mertua selalu membandingkan dirinya dengan menantu lain. Itu mengakibatkan Lia selalu rendah diri dan kecewa akhinya membuat dia kesal dengan perlakuan sang mertua.
{"Yasudah Mah, mungkin Papa salah sangka kepada Mama, maafkan ya,"} ucap sang suami.
{"Jadi jam berapa kita pergi biar aku siap-siap sama Cantika,"} tanya Lia.
{" jam 6 kita dari rumah, dan Papa pulang jam 5 udah ada di rumah,"} jawab sang suami.
Sambungan telepon pun akhirnya di tutup oleh Rian, sang suami.
_____________
Sore tiba.
"Mah, mana Papanya, lama banget," ucap Cantika sang anak, terlihat gelisah ketika menunggu sang Papa.
"Mungkin macet, ini Mama telepon juga nggak di angkat," sang Mama pun dihinggapi rasa gelisah.
"Aneh, Papa mungkin lagi rapat nggak mau di ganggu," ucap sang anak.
Sang Mama hanya diam tidak bicara lagi.
Drettt... Drettt... Drettt...
Tiba-tiba Bu Viona ibunya Rian menelepon Lia. Nampak sang menantu tidak mau mengangkat telepon tersebut.
"Nak angkat sama kamu, bilang Mama sedang di kamar mandi," ucap sang Mama.
**
Sambungan telepon di angkat oleh Cantika.
{"Halo Nek, ini Cantika. Mamanya sedang di kamar mandi,"} ucap Cantika berbohong. Padahal sang Mama, sedang berada di dekatnya.
{"Papa kamu ada nggak, ini Nenek telepon dari tadi nggak di angkat,"} terdengar marah sang Nenek ketika berucap.
{"Sama, ini juga dari tadi menelepon Papa nggak di angkat,"} jawab Cantika.
{"Tapi Mamamu, mau ikut kan ke rumah Nenek,"} sambung sang Nenek kembali.
{"Mau Nek, udah ya Nek, takut Papa nanti menelepon kesini, teleponnya lagi sibuk karena Nenek menelepon,"} ucap sang Cucu.
Sambungan telepon pun di tutup oleh Cantika, terlihat anak itu tertawa terkekeh setelah menutup sambungan teleponnya dari sang Nenek.
•••
Tiba-tiba suara mobil terdengar di garasi halaman rumah, nampak raut muka Cantika berubah sumringah tatkala mendengar suara mobil tersebut, karena Cantika sudah tidak asing dengan suara mobil tersebut yaitu suara mobilnya sang Papa.
Cantika berlari ke arah depan, kemudian dia berteriak tatkala melihat sang Papa keluar dari dalam mobilnya.
"Papaaa"
Sontak sang Papa tersenyum lebar tatkala disambut ramah oleh sang anak tercinta.
"Anak Papa, sudah cantik, mau kemana sayang," ucap sang Papa mencium pipi sang anak.
"Kan mau ke rumah Nenek,” ucap sang anak.
•••
"Pah, kamu itu dari mana sih, tadi aku menelepon berkali-kali tidak di angkat," tanya sang istri.
"Aku ada rapat Mah," jawabnya.
••
Sang suami padahal tadi mengantarkan dulu pulang, kekasihnya yaitu Citra. Jarak rumah Citra ke kantor lumayan setengah jam dan keadaan macet.
"Pah, tadi Nenek juga menelepon nanyain Papa," ucap sang anak.
"Yasudah, aku mandi dulu Mah," sang suami berlalu dari hadapan istri dan anaknya yang tengah duduk di sofa.
____
Rian tiba di kamar.
"Jujur, aku sangat mengagumi dan merasa nyaman ketika berdekatan dengan Citra. Aku sampai lupa waktu, padahal aku ada janji sama anak dan istri untuk bertemu dengan Ibuku," gumam hati Rian.
Rian nampak tersenyum sendiri, saat tadi mengingat dirinya tengah memeluk Citra dan Citra pun terdiam, hanya suara detak jantung mereka yang seakan memburu satu sama lain. Rian memejamkan mata dalam hatinya dihinggapi rasa berbunga-bunga.
"Mengapa aku mencoba untuk selingkuh atau mengkhianati istriku sendiri, padahal istriku pribadi yang baik, pintar masak, perhatian. Tidak ada yang kurang dari diri istriku," gumam hati Rian.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!