...~Happy Reading~...
“Selamat pagi, Ayah, Bunda.” Sapa seorang gadis berambut ekor kuda itu langsung mencium pipi kedua orang tuanya, lalu duduk di sebelah sang adik, “Pagi ganteng,” imbuh nya seraya mencubit gemas pipi kedua adik nya.
“Kakak, sakitt!” rengek anak laki laki yang masih mengenakan seragam putih biru itu dengan kesal, lantaran sang kakak yang sangat hobi untuk mencubit pipi nya.
“Kakak gemes banget sama kamu. Lihatin itu pipi udah kaya squishy,” kata sang kakak terkekeh.
“Sudah sudah, Bintang, dimana Angkasa?” tanya sang bunda seraya menuangkan sarapan untuk suami nya.
“Bun, Bintang udah lelah, beneran deh. Bintang nyerah kalau harus ngebanguninn manusia satu itu lagi. Gak mau pokoknya,” kata gadis itu langsung memanyunkan bibir nya kesal dan segera menggigit roti yang sudah di buatkan oleh sang bunda.
Angkasa Gaharu, di antara anak anak Langit dan jingga lainnya, hanya dia yang paling sulit untuk di atur, menurut Langit dan Jingga. Sangat berbeda dengan Sky, Akasa apalagi Bintang, semuanya sangat penurut. Walaupun kelakuan Bintang sebenarnya di luar sana masih sama seperti Angkasa.
Namun, setidaknya, Bintang anak yang rajin dan suka bangun pagi. Sementara Angkasa? Tidak perlu di tanya, bahkan anak itu sudah menjadi langganan guru BK di sekolah nya. Beruntung, itu adalah sekolah milik ayah nya sendiri, bagaimana bila sekolah lain? Sudah pasti Angkasa langsung di DO sejak bulan pertama masuk sekolah.
Bunda Jingga hanya bisa menghela napas nya berat, rasanya ia juga sudah lelah untuk membangunkan anak keduanya tersebut.
“Mas, kamu yang bangunin deh,” kata bunda langsung menyengir lebar menatap wajah sang ayah, “Cuma kamu yang dia takutin. Buruan Mas, udah siang ini, bentar lagi telat mereka,” imbuh sang bunda, lalu dengan santai nya, Bunda malah duduk di sebelah Bintang dan memulai sarapan.
Sementara itu, Langit hanya bisa mendengus dan menghela napas nya berat.
“Sabar ya, Ayah,” bisik Bintang terkekeh kecil kepada snag ayah.
Baru saja Langit hendak beranjak dari duduk nya. Tiba tiba ia mendengar suara gedubrakan dari lantai dua. Mmebuat semua yang sedang menikmati sarapan seketika langsung mengerutkan dahi dan menatap ke arah tangga.
“Satu,” gumam Bintang menghitung dengan jarinya.
“Dua,” saut Sky ikut menghitung.
“Ti—“ belum sempat Akasa menghitung angka tiga, tiba tiba Angkasa sudah tiba terlihat menuruni tangga dengan langkah terburu buru.
“Kakak kenapa gak bangunin sih! Kemarin kan, gue bilang kalau pagi ini ada janji penting! Ajhhh gimana sih, jadi orang gak bisa di andelin banget!” seru nya dengan nada ketus, lalu ia segera berpamitan kepada orang tuanya dengan tampang menahan kesal.
“Angkasa, kamu gak mau sarapan dulu?” tanya bunda Jingga mengerutkan dahi nya, melihat penampilan sang putra.
“Angkasa udah telat Bunda. Gara gara anak bunda tuh! Katanya kemarin mau bangunin, dasar pembohong!” cetus Angkasa melirik sinis kepada kakak nya.
“Heh, kamu aja yang kebo. Susah di bangunin, makanya punya kuping jangan di sumpel terus pake earphone, budek kan lo!” seru Bintang sudah mulai keluar sifat nya bila sudah bersama sang adik, “Kebanyakan ps mulu sih kalau malem!”
“Berisik lo!” cetus Angkasa yang tiba tiba langsung merampas roti di tangan Bintang dan langsung berlari pergi.
“Woy, itu punya gue! Angkasaaa!” teriak Bintang dengan kesal, “Tuh kan, Ayah sama bunda lihat sendiri, kelakuan anak itu!” kata Bintang langsung memanyunkan bibir nya kesal.
Ayah dan bunda tidak bisa berkomentar, keduanya hanya bisa saling menatap dan menggelengkan kepalanya. Entah mengapa, sejak memasuki sekolah SMA kini, Angkasa lebih banyak berubah. Dia lebih sering bertengkar dan berdebat dengan Bintang, padahal dulu anak laki laki nya itu lebih banyak mengalah.
“Sudahlah, Bintang berangkat dulu ya Ayah, Bunda,” ujar Bintang segera berpamitan kepada ayah bunda nya, lalu ia juga dengan usil mengecup pipi kedua adik kembar nya.
“Kakak!” seru keduanya bersamaan dan langsung mengusap pipi nya, membuat Bintang langsung terkekeh dan berlari keluar.
...~To be continue .......
...🍁...
...🍁...
...🍁...
...🍁...
...Holaa,... selamat datang di novel terbaru Mommy. Jujur, kalian bosen gak sih sama cerita Mommy? Bentar bentar buat karya baru, bentar bentar tamat, hehehe .🙈🙈🙈...
...Tapi Mommy berharap kalian gak bosen dan bisa terhibur dengan semua cerita Mommy....
...Dan disini kalian akan di hibur kembali dengan anak anak ayah Langit dan bunda Jingga. Ini genre Teen ya, anak sekolahan. Untuk pembaca lama pasti udah hafal gimana kasar nya dialog mommy kalau untuk anak sekolahan. Tapi untuk pembaca baru, mommy berharap kalian bisa maklum. Dan bila tidak suka, bisa langsung skip dari bab ini. Daripada nanti di belakang ada yang hate lagi gara gara bahasanya terlalu kasar hehe, atau bahkan ada yang dengan sengaja membuat AKUN FAKE, hanya untuk memberikan rating buruk🤧😭😭 ... Huaa sad banget sumpah, jadi tolong hargai karya author ya, eh bukan karya sih, ini cuma kehaluan author aja......
...Jangan lupa TINGGALKAN JEJAK YAAAA ... Jangan jadi PEMBACA GHOIB pliss bangett, karena jejak kalian penyemangat Mommy. Apalagi kalau sampai kasih gift atau sekedar buka iklan gratis, Mommy udah seneng banget, udah lope lope sekebon sama kalian semua .🥰🥰🥰🥰 ...
...~Happy Reading~...
Brukkk!
Bintang langsung melemparkan tas nya di atas meja, tanpa perduli akan mengganggu dua gadis cantik yang kini tengah asik berbincang di atas meja. Mereka adalah sahabat Bintang, namanya Valen dan Jihan.
“Kenapa lagi sih?” tanya Valen, gadis berambut pendek dengan bando khas di kepalanya.
“Kalian berdua ada lihat Bima gak? Dia dari semalem gue hubungi gak bisa, mana pagi ini gak jadi jemput lagi,” keluh nya langsung merebahkan kepala di atas meja.
“Kita baru datang dan lagi ngomongin masalah pertandingan minggu depan. Mungkin aja dia sibuk sama urusan itu, tau sendiri dia kan panitia nya kan?” jawab Jihan, bila Valen khas dengan bando nya yang selalu menempel dan berganti warna setiap harinya, maka Jihan begitu khas dengan kaca matanya yang juga tak kalah berwarna warni dari Valen.
Entah darimana Bintang bisa menemukan dua sahabat yang seperti pelangi itu, berwarna warni, namun meski begitu keduanya sangat setia kawan dengan Bintang.
“Oh iya, gue lupa.” Kata Bintang yang langsung menepuk kening nya, “Okelah gue cabut dulu. Gue mau cari ke ruangan osis deh, kali aja ada di sana.”
“Eh, lo kan baru dateng dan mau pergi gitu aja! Heh!” seru valen berdecak kesal.
“Dah lah, biarin aja. Nasib kita jomblo sabar aja dulu. Semoga besok pas anak anak Garuda datang kesini, ada yang nyantol beberapa, hihi,” ujar Jihan terkekeh sendiri.
“Nah iya, lo masih inget gak sama cowok yang waktu itu?” tanya Valen membuat Jihan langsung mengangguk antusias, dan keduanya pun melanjutkan obrolan nya untuk membayangkan anak anak dari SMA Garuda.
Sementara itu, di tempat yang berbeda, Angkasa kini masih tengah membujuk kekasih nya yang sedang dalam mode rajuk. Karena telat untuk di jemput, bukan hanya itu, bahkan kini Angkasa menjemput nya dengan menggunakan motor, bukan mobil. Tentu saja gadis itu semakin marah pada Angkasa.
“Iya Sayang. Maaf deh, aku janji besok gak akan telat lagi. Yah, tadi itu aku buru buru, makanya asal ambil kunci dan kebetulan motor ku udah di panasin, ya plis, maafin aku. Janji deh besok gak gitu lagi,” katanya menatap memelas pada sang kekasih.
“Kamu itu ngeselin tau gak sih!” seru gadis itu langsung bersedekap dada dan kesal, “Ya udah gini aja. Kamu berangkat sendiri, atau tinggalin motor kamu disini, dan kamu setirin mobil aku!”
“Jangan gila dong. Aku gak mungkin ninggalin motor aku disini!” kata Angkasa yang jelas saja langsung menggelengkan kepala nya.
“Ya udah kalau gitu kita putus!” seru nya, lalu hendak berbalik masuk ke dalam gerbang lagi.
“Baiklah kalau itu mau kamu,” ujar Angkasa menghela napas nya kasar.
Gadis itu segera berbalik dan tersenyum bahagia. Karena akhirnya kini ia bisa benar benar menaklukan mostwanted di sekolah nya. Seorang laki laki tertampan di sekolah, bahkan anak dari pemilik yayasan. Calon sang pewaris tahta.
“Ini kunci nya,” ujar gadis itu dengan wajah tersenyum bahagia karena merasa menang.
“Untuk apa? Lo setir aja sendiri, gue cabut!” kata Angkasa melirik sinis kepada gadis di depan nya, ia segera kembali menaiki motor nya dan hendak pergi.
“Angkasa!” pekik gadis itu menatap tak percaya pada sang kekasih.
“Apa? Jangan lo pikir gue mudah lo taklukin, sekali gue mohon dan malah lo giniin, jangan harap gue bakal nurut atau lebih mohon mohon, lo pikir gue cowok apaan, hah!” kata Angkasa dengan sinis, “LO mau naik mobil lo, ya silahkan. Dan gue turuti kemauan lo, mulai saat ini kita PUTUS!” imbuh nya dengan penuh penekanan, dan ia langsung pergi meninggalkan kediaman sang mantan.
“No, no Angkasa. No!” teriak gadis itu hendak mengejar Angkasa, “Angkasa aku gak serius!” imbuh nya terus berteriak di depan pintu gerbang, namun ternyata Angkasa sudah melesat jauh dengan motor nya.
‘Shittt!’ umpat gadis itu dengan begitu kesal, ia lupa siapa Angkasa yang sesungguh nya. Bahwa laki laki itu tdiak bisa mendapatkan ancaman apapun, kini ia merutuki mulutnya sendiri mengapa bisa mengancam untuk putus, dan ternyata langsung di kabulkan begitu saja.
...~To be continue .......
...~Happy Reading~...
Prang!
Sebuah kaleng minuman berhasil mendarat sempurna mengenai bahu kursi yang tengah di duduki dua orang pemuda di taman siang itu. Willy dan Valdo, yang sedang menikmati jam istirahat nya tiba- tiba langsung di buat kesal oleh kedatangan Angkasa.
“Kebiasaan banget sih ini anak!” umpat seorang pemuda bernama Willy, langsung menatap tajam pada sahabat sekaligus sepupunya yang baru saja datang dengan membawa hadiah kaleng bekas.
“Biar gue tebak, pasti—“ kata Valdo berusaha menahan tawa nya.
“Putus lagi!” saut Willy dengan cepat, lalu keduanya kembali tertawa melihat wajah sahabat nya yang terlihat masam.
“Sialan itu cewek, dia pikir dia siapa coba? Gue ampe bela belain gak sarapan demi buru- buru jemput dia. Malah seenaknya ngajakin putus, giliran gue turutin malah gak mau! Cih, dasar cewek gak jelas!” umpat Angkasa dengan begitu kesal, membahas mantan pacar nya yang baru saja ia putuskan beberapa jam yang lalu.
“Buahahahaha, kan dari awal udah gue bilang ege! Tu cewek emang udah rada- rada. Lo nya aja yang gak pernah mau dengerin gue, ya gak Val?” kata Willy begitu puas mentertawakan sahabat nya.
“Ketawa aja terus, ketawa!” seru Angkasa semakin kesal, “Ketawa aja terus, gue sumpahin keselek daun nangka baru tau rasa lo!” imbuh nya, lalu ia segera beranjak dan hendak pergi.
“Buset, pohon nya aja jauh banget. Gimana bisa keselek, ahahaha!” kata Willy yang masih mentertawakan Angkasa, “Woy, lo mau kemana?” teriak Willy ketika melihat Angkasa benar-benar pergi.
“Mau minta jatah!” kata Angkasa dengan santai nya. Ia melambaikan tangan nya ke udara, sementara tangan satunya lagi ia masukan ke dalam saku dan berjalan memasuki lorong demi lorong kelas untuk menemui seseorang.
“Emang dasar jelangkung dia. Mentang mentang sekolahan nenek moyang nya, bisa datang seenak jidat nya dia!” umpat Willy berdecak dan menggelengkan kepala nya.
“Wil, kita bikin sekolah juga yuk. Biar nanti anak dari anaknya cucu dan cicit kita bisa kaya manusia satu itu. Bisa seenaknya,” saut Valdo dengan tiba tiba membuat Willy seketika langsung menatap tajam pada laki laki di sebelah nya.
“Boleh juga ide lo, nanti kita rundingkan lagi,” kata Willy lalu tersenyum lebar dan segera mengajak Valdo untuk menyusul Angkasa.
Angkasa dan Valdo masih duduk di bangku kelas sepuluh. Sebenarnya, umur Willy dan Angkasa berbeda. Willy berada di bawah satu tingkat dengan Angkasa, namun kini mereka bisa satu kelas sejak masuk SMA. Bagaimana bisa? Semua itu karena kesetiaan kawan seorang Angkasa Gaharu, setelah ia lulus SMP, dia memilih untuk cuti selama satu tahun agar ia bisa masuk SMA bersama. Sungguh setia kawan, bukan. Dan dengan polosnya, Valdo juga ikut mengambil cuti agar bisa tetap satu kelas dengan kedua teman somplak nya.
Baik Langit maupun Jingga tidak bisa menolak atau memaksa Angkasa, karena memang sejak saat anak itu mulai masuk dalam masa puber yakni memasuki SMP, dia sudah banyak berubah. Dan semakin menjadi ketika ia memasuki masa putih abu- abu. Dimana ia bisa mengganti pacar seperti mengganti pakaian.
Angkasa berada di sekolah itu belum genap satu tahun, namun ia sudah memacari lebih dari dua puluh siswi di sekolah nenek moyang nya tersebut. Hebat? Apakah itu bisa di sebut prestasi? Tentu saja, bagi Angkasa itu adalah prestasi.
Padahal, saat masih duduk di bangku sekolah dasar, Angkasa adalah murid yang berprestasi, bahkan dia selalu mendapatkan ranking tiga besar. Tapi semua ranking itu seolah lenyap dan hilang ketika Angkasa masuk SMP. Dari tiga besar, ia bisa langsung naik menjadi lima puluh besar.
‘Kakak ranking nya sepuluh besar. Asa dong, bisa lima puluh. Kan lebih banyakan Asa. Kakak payah dan selalu payah!”
Itulah kata kata yang selalu di utarakan Angkasa ketika mendapatkan ranking lima puluh besar. Yang membuat Langit dan Jingga selalu darah tinggi bila menghadapi anak keduanya.
...~To be continue .......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!