"Akhirnya... Setelah sekian lama.. Ada juga yang mau denganmu." Surya menggoda Ridwan saat Ridwan sudah mengenakan setelan jas dan bersiap melangsungkan akad nikah dengan Reisya.
"Jika aku mau, sudah dari dulu banyak wanita yang mengantri padaku. Mau di lihat dari manapun, aku tetap lebih tampan dari pada dirimu." Ridwan membalas godaan Surya dengan meninggikan dirinya sendiri.
"Ia.. Ia.. Terserah kamu.. Dari pada kamu membatalkan pernikahan, aku lagi nanti yang susah." Surya berbicara kepada Ridwan dengan gelak tawa.
****
Setelah semua siap, kini mereka melakukan perjalanan iring-iringan menuju kota Kediri untuk melangsungkan akad nikah. Kediri merupakan kota asal Reisya, sehingga mereka melangsungkan pernikahan di masjid yang tidak jauh dari rumah Reisya.Setelah beberapa jam perjalanan, mereka kini sudah memasuki kota Kediri.
"Apakah sudah benar keputusanku tentang pernikahan ini? Aku memang tertarik kepada Reisya, tapi apa aku benar-benar sudah siap..?" Ridwan membatin ketika sudah hampir sampai di rumah mempelai wanita.
Saat semua sudah turun dari mobil dengan membawa berbagai macam seserahan dan mas kawin. Ridwan masih berdiam di dalam mobil memantapkan hati dan menguatkan mental yang akan merubah kehidupannya.
****
"Pengantin pria sudah datang.. Pengantin pria sudah datang." Saudara Reisya memberi kabar kepada keluarganya dan kepada Reisya yang sudah siap dan masih berada di dalam kamar.
Degh.. Jantung Reisya berdegup dengan kencang. Hal yang sangat wajar bagi seorang wanita yang akan melepas lajangnya dan menyerahkan hidupnya kepada seorang laki-laki yang bisa di katakan asing.
"Sudah waktunya ya.. Beberapa menit lagi, aku akan menjadi istri orang. Apakah aku bisa menjalaninya..? Semoga Allah memberikan kelancaran." Reisya membatin setelah mendapat kabar jika pengantin pria sudah datang.
****
Ridwan yang masih berdiam diri di dalam mobil, sampai harus di jemput oleh Surya dengan sedikit memaksa karena Ridwan tidak kunjung turun dari mobil. Setelah turun dari mobil, rombongan dari pengantin pria di sambut dengan hangat oleh keluarga pengantin wanita. Tetapi Ridwan tidak di izinkan masuk ke dalam rumah, dan langsung di minta ke masjid tempat berlangsungnya akad nikah yang hanya selisih 3 rumah dari rumah Reisya.
Setelah Ridwan sampai di dalam masjid dan duduk di tempat yang sudah di sediakan, barulah Reisya di antar menuju masjid oleh kedua orang tuanya. Reisya di tempatkan di tempat terpisah dan berjarak sekitar 7 meter dari Ridwan duduk. Penghulu sudah memberikan tanda kepada ayah Reisya yang akan menikahkan anaknya tanpa wali nikah.
Tangan ayah Reisya berada di atas meja, bersiap untuk melakukan ijab kabul. Ridwanpun meraih tangan ayah Reisya. Tangan Ridwan di genggam dengan erat oleh ayah Reisya.
"Mas Ridwan, siap mendengarkan permintaan saya sebelum ijab kabul?" Ayah Reisya bertanya kepada Ridwan dengan tetap menjabat tangan Ridwan.
"Siap ayah.." Dengan singkat Ridwan menjawab.
"Setelah akad nikah, silahkan bawa anak saya. Kamu sudah menikahi anak saya silahkan bawa. Kamu mau kasih makan 3 kali sehari, silahkan. Kamu mau kasih makan 1 kali sehari, silahkan. Kamu mau bawa dia ke gunung, silahkan. Kamu mau bawa dia ke pinggir pesisir, silahkan. Kamu mau ajak dia tinggal di rumah mewah, silahkan. Kamu mau ajak dia di rumah beralaskan tanah dan bergenting jerami, silahkan."
"Saya tidak mempermasalahkan itu semua. Tetapi ingat satu hal."
"Saya lahirkan anak perempuan saya ini, sampai usia 21 tahun. Saya didik, saya jaga makanannya, saya jaga sholatnya, tingkah lakunya, sampai hari ini saya akan serahkan kepadamu. Demi Allah... Bawa anak saya selamat sampai di hadapan Allah. Jika kamu tidak membawa anak saya selamat di hadapan Allah. Saya yang akan menuntut kamu nanti di yaumul kiamah. Apa kamu sanggup?" Ayah Reisya berbicara dengan segala keinginan dan harapannya sebelum benar-benar menikahkan putri kesayangannya.
Orang-orang yang datang menyaksikan prosesi akad nikah secara langsung dan mendengarkannya lewat pengeras suara masjid, sampai merinding mendengar permintaan ayah Reisya. Permintaan yang terdengar sederhana dan ringan, tetapi sangat berat. Bahkan beberapa sampai meneteskan air matanya. Begitu juga dengan Reisya yang meneteskan air matanya karena mendengar ucapan dari sang ayah yang sangat dia cintai dan hormati.
"InsyaAllah saya sanggup ayah." Dengan mantab Ridwan menjawab pertanyaan dari ayah Reisya.
Setelah Ridwan menjawab, prosesi akad nikah di lanjutkan dengan ijab kabul. Tanpa ada kesalahan atau mengulang dari Ridwan.
Setelah ijab kabul selesai, barulah duduk Reisya di pindah di sebelah Ridwan untuk menanda tangani surat nikah yang tercatat di KUA.
Setelah surat-surat dan berkas-berkas KUA di tanda tangani, barulah Ridwan di persilahkan untuk mendoakan istrinya untuk pertama kali. Reisya mencium tangan Ridwan dan Ridwan mencium kening Reisya dan mendoakan Reisya setelahnya.
Setelah Ridwan mendoakan Reisya, mereka berdua mulai bersalaman kepada kedua orang tua Reisya. Di saat itulah, tangisan kebahagiaan pecah di antara kedua keluarga dan kedua mempelai. Prosesi pernikahan telah usai, kini pengantin di antar ke kediaman Reisya. Di rumah Reisya telah berkumpul para undangan yang merupakan keluarga dan para tetangga sekitar rumah Reisya untuk memberikan doa dan juga sekedar memberi tahu jika kini Reisya memiliki suami.
Semua acara berlangsung dengan lancar hingga malam, keluarga Ridwan sudah kembali pulang ke Surabaya dan ke Blitar. Sedangkan Ridwan masih tinggal di rumah Reisya sebelum membawa Reisya ke rumah yang sudah di siapkan Ridwan di Bekasi.
Setelah semua keluarga pulang, kini Ridwan tinggal di rumah Reisya untuk sementara. Ridwan dan Reisya melewati acara demi acara sampai sore hari.
Ketika sudah malam, untuk pertama kalinya kamar Reisya akan di tiduri oleh laki-laki selain saudara dan ayahnya. Untuk pertama kalinya juga, Ridwan akan tidur di kamar seorang wanita.
Meski sudah sah menjadi suami-istri dari pagi, kecanggungan tetap terjadi di antara mereka berdua. Tetapi, kecanggungan itu tidak menghalangi mereka berdua untuk melangsungkan ritual malam pertama.
****
Kring... Kring... Kring... Handphone Ridwan berbunyi beberapa kali, hingga akhirnya Ridwan menuju kamarnya dan mengangkat telpon. Tertera dalam nama layar telpon, Home. Sempat berfikir sejenak sebelum telpon di angkat oleh Ridwan, sebab hampir tidak pernah telpon rumah Ridwan menelpon ke Handphone Ridwan.
"Hallo Assalamu'alaikum...?" Ridwan mengangkat telpon.
"Hallo tuan, ini saya bibi." Bibi Ina, pembantu di rumah Ridwan.
"Iya bi, ada apa subuh gini telpon...?"
"Tuan ada tamu, katanya dari LIPI... Dia memaksa masuk setelah memberi saya surat. Saya tidak tau isi suratnya, cuma mereka bilang ini surat tugas pengambilan asset." Bi Ina yang tidak bisa baca tulis, tidak mengerti dengan isi suratnya.
"Mereka!! Ada berapa orang bi." Ridwan kembali bertanya, kini dengan nada keras karena terkejut atas tindakan tersebut.
🙏🙏 mohon dukungannya ya, dengan cara LIKE, COMMENT, BERI HADIAH dan VOTE jangan lupa jadikan Favorit😍💕 🙏🙏
"Dari LIPI 6 orang, ada lagi 2 orang pakai baju satpam lalu ada pak RT dan pak RW yang ikut mendampingi tuan. Kata pak RT dan pak RW, mereka sebenarnya hanya meminta ijin kepada pak RT dan pak RW dengan surat tugas itu tuan, cuma karena takut ada keributan, pak RT dan pak RW juga mendampingi ke sini." Bi Ina menceritakan sedikit kejadian kepada tuannya.
"Lalu sekarang mereka di mana...?" Ridwan bertanya kembali kepada bi ina.
"Itu yang membuat saya telpon tuan meski masih subuh. Mereka memaksa ke lantai atas, tempat penelitian tuan. Saya sudah tidak mengijinkan dan harus dapat ijin tuan terlebih dahulu. Tetapi mereka memaksa bahkan mengancam saya tuan. Mereka bilang, surat tugas ini sudah memiliki badan hukum tetap dan sudah di tandatangani tuan 8 tahun yang lalu. Jika saya masih tetap menghalangi, mereka mengancam akan memenjarakan saya. maaf tuan, saya takut. Jadi dengan terpaksa saya memberikan mereka jalan." Bi Ina Menceritakan semua kejadiannya dan meminta maaf kepada tuannya. Tetapi Ridwan tidak menjawab dan langsung menutup telepon.
Setelah menutup telpon, Ridwan tanpa banyak berfikir lagi memesan tiket pesawat dari bandara Juanda ke bandara Halim Perdana kusuma. Tiket telah di pesan, pesawat akan berangkat jam 9.20 WIB.
Tok... Tok... Tok... Suara ketukan pintu dari luar kamar. Tanpa menunggu jawaban, Reisya masuk kamar dan terlihat Ridwan sedang memasukkan beberapa bajunya ke dalam koper.
"Ada apa mas...? Siapa yang telpon...?" Reisya cukup terkejut, sebab tiba-tiba Ridwan membereskan pakaiannya yang kemarin baru dia masukkan ke lemari.
"Aku akan pulang ke Bekasi pagi ini, jam 9.20 pesawat ku akan terbang dari juanda. Ada hal yang tidak bisa di tunda dan tidak dapat di abaikan." Dengan suara tergesa Ridwan berbicara kepada Reisya.
"Ini tentang penelitian 8 tahunku, Kamu tunggu saja dulu aku di sini, mungkin 3-5 hari. Setelah urusanku di bekasi selesai, aku akan menjemputmu." Kini Ridwan berbicara dengan lembut kepada wanita yang kini menjadi istrinya setelah menyadari jika ucapannya sebelumnya adalah salah.
Reisya yang mengetahui dari Alya jika Ridwan selalu serius jika tentang penelitiannya, berusaha mengerti dengan kondisi Ridwan tanpa banyak bertanya.
"Mas Ridwan sarapan dulu ya. Akan aku siapkan. Akan aku buatkan kopi juga. 1½ sendok kopi dan ⅔ gula? Betulkan?" Meski Reisya kecewa, Reisya berusaha tersenyum dan memberikan senyum terbaiknya kepada laki-laki yang kini menjadi suaminya.
"Masih 9.20 bukan pesawatnya? Kediri juanda hanya 2jam lewat tol. Berarti aku masih memiliki waktu setidaknya sampai jam 7 nanti untuk nemenin mas Ridwan sarapan dan ngopi." Reisya kembali berbicara kepada arga yang hanya memperhatikan senyum istrinya.
"Oke, sampai jam 7. Aku akan berangkat dari sini jam 7." Setelah menjawab, Ridwan kembali membereskan pakaiannya. Sedangkan Reisya segera kedapur untuk menyiapkan sarapan untuk Ridwan.
Ayah dan ibu Reisya yang mengetahui jika ada sesuatu yang tidak semestinya, bertanya kepada putri kesayangannya. Tentang apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi Reisya menjawab dengan senyumannya jika Ridwan ada pekerjaan mendadak dan tidak mungkin untuk di tinggalkan. Sehingga memaksa Ridwan untuk kembali ke Bekasi pagi ini juga.
"Aku di sini saja. Aku pengantin baru, kalau aku ikut di sana dan di tinggal sampai larut malam terus, kan kasian akunya. Lagi pula, mas Ridwan hanya 3-5 hari saja." Reisya berbicara lagi sebelum orang tuanya bertanya.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Ridwan menyempatkan duduk di teras sesuai keinginan Reisya sebelum ridwan pergi kembali ke Bekasi. Awal di mana Ridwan kembali ke dunianya, dunia penelitian yang selalu menjadi hidupnya selama ini.
"Bersabarlah di sini. Aku akan menjemputmu beberapa hari lagi setelah urusanku selesai." Ridwan berucap kepada Reisya yang sedang menemaninya menikmati kopi sebelum Ridwan berangkat ke Bekasi.
Setelah waktu hampir menunjukkan jam 7, Ridwan bersiap untuk perjalanan ke Surabaya lalu ke Bekasi untuk menyelesaikan urusannya. Setelah berpamitan, Ridwan berangkat menuju Surabaya.
Dalam perjalanannya menuju surabaya, Ridwan menghubungi Surya hanya sekedar untuk memberi kabar kepada Surya.
"Hallo assalamu'alaikum.. Weehh.. Pengantin baru telepon. Gimana nih pengalaman jadi pengantin baru..?" Surya menggoda Ridwan setelah mengangkat teleponnya.
"Aku mau pulang ke Bekasi." Terdengar suara yang kurang bersahabat dari Ridwan saat menjawab godaan dari Surya.
"Hei kawan.. Ada apa..? Mengapa suaramu seperti sedang mengalami masalah? Kau ke Bekasi bersama Reisya?" Surya mencoba bertanya kepada Ridwan saat mendengar suara yang tidak bersahabat dari Ridwan.
"Aku ke Bekasi tidak bersama Reisya. Ruang penelitianku mengalami masalah. LIPI mengambil semua aset yang ternyata aset itu di miliki oleh LIPI secara tertulis saat 8 tahun lalu aku menandatanganinya. Aku harus kembali ke Bekasi untuk memastikan chipku aman." Ridwan berbucara kepada Surya yang langsung diam mendengar ucapan Ridwan.
"Setelah urusanku selesai, aku akan menjemput Reisya di Kediri." Ridwan kembali berbicara saat Surya tidak memberikan komentar terhadap ucapan Ridwan.
"Semoga kau tidak kembali gila penelitian." Dengan singkat Surya menjawab ucapan Ridwan.
Mendengar ucapan itu, Ridwan tidak menjawab harapan dari Surya hingga mereka berdua sama-sama terdiam untuk beberapa saat hingga Surya menyudahi telepon dengan mengatakan masih memiliki utusan.
Di sisi lain, para tetangga Reisya yang melihat Ridwan meninggalkan rumah Reisya, menanyakan kepergian Ridwan yang merupakan pengantin baru.
"Dia ada urusan pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan. Hanya untuk 2-4 hari sebelum menjemputku kembali dan selanjutnya kita akan ke Bekasi." Reisya menjelaskan kepada tetangganya yang bertanya kepada Reisya.
"Baru jadi pengantin 1 hari. Sudah meninggalkan istrinya. Bukankah kalau orang bekerja itu pasti dapat cuti kalau menikah?" Salah seorang tetangga Reisya berbicara dengan tetangga yang lain.
"Gak boleh bicara begitu, siapa tau suami Reisya itu pengusaha dan usahanya sekarang lagi membutuhkan keputusan pemiliknya." Salah seorang tetangga yang lain menanggapi.
"Apa lagi kalau pengusaha. Tentu akan di persiapkan sendiri liburnya dan pekerjaannya sudah ada orang kepercayaannya untuk bertanggung jawab."
"Sudahlah yuk, mending kita ngomong yang baik-baik saja. Semoga Reisya gak salah pilih pasangan."
Perbincangan tetangga tersebut tetap bisa Reisya dengar meski Reisya sudah jalan menuju rumahnya. Pembicaraan Reisya tersebut membuat Reisya berfikir macam-macam. Sebab mereka berdua menikah tanpa ada rasa cinta pada keduanya.
Reisya mengetahui jika Ridwan menikahinya karena gengsi atas ucapannya sendiri dan juga desakan dari Surya dan juga Ayla. Sedangkan dengan Reisya, tidak membuat keputusan apapun. Reisya hanya menuruti apa yang menjadi keputusan ayahnya.
Pernikahan baru berumur 1 hari, secara tidak langsung Reisya telah memiliki tekanan batin karena ucapan tetangga yang dia pikirkan. Hal itu membuat Reisya lebih banyak melamun di dalam kamarnya.
🙏🙏 mohon dukungannya ya, dengan cara LIKE, COMMENT, BERI HADIAH dan VOTE jangan lupa jadikan Favorit😍💕 🙏🙏
****
"Apakah aku benar dengan keputusan menikah? Kenapa pernikahanku terasa hambar. Sangat jauh dari perkiraanku dulu saat aku masih sekolah. Aku mengira pernikahan itu akan bahagia di awal, meski beberapa pernikahan ada guncangan di beberapa bulan pertama."
"Tetapi pernikahanku? Tidak ada bulan madu seperti yang pernah aku bayangkan di saat aku masih sekolah dan seperti yang aku lihat di TV. Aku menikah dengan orang yang cukup asing, aku juga tidak mengetahui pasti seperti apa sifat laki-laki yang kini menjadi suamiku. Tetapi aku harus tetap menjalani ini semua, aku tidak boleh mengecewakan ayah." Reisya membatin di dalam hatinya ketika sudah berada di kamar sendiri.
** 3 bulan kemudian **
Seperti biasa, Reisya memasak dan bersiap untuk membawakan bekal kepada suaminya yang selalu sibuk dengan penelitian. Bahkan tidak jarang saat pagi tiba, Reisya bangun tanpa ada Ridwan di sampingnya.
Seperti pagi ini, saat Reisya terbangun untuk sholat subuh, Ridwan sudah tidak ada di sebelahnya. Tetapi kini Ridwan tidak ada di lantai 2 tempat penelitiannya. Hal itu menandakan Ridwan sudah berangkat ke kantornya untuk sesuatu yang tidak di mengerti oleh Reisya.
Tetapi satu hal yang di pahami Reisya, suaminya sedang bekerja untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Sehingga pagi ini Reisya memasak untuk mengantarkan bekal ke kantor suaminya seperti yang sering Reisya lakukan ketika Ridwan harus berada di kantor sangat pagi atau lembur sampai menginap.
Setelah semua siap, Reisya membawa bekal menuju ke kantor Ridwan menggunakan bus menuju ke KRL. Reisya berada di halte bus bersama beberapa orang yang akan pergi bekerja atau sekolah.
Bruuuuakk… Ciiiiittt… Baraaakk… Suara benda keras saling berbenturan dan suara roda ban kendaraan yang bergesek dengan aspal.
Sebuah truk hilang kendali dan menabrak halte bus tempat Reisya menunggu bus. Reisya menjadi korban kecelakaan karena kelalaian sopir truk entah karena apa sampai menabrak halte bus. Belasan orang mengalami luka-luka, bahkan ada korban yang meninggal di tempat.
Reisya menjadi salah satu korban dengan luka berat, dengan segera masyarat sekitar memberikan bantuan dan pertolongan hingga membawa mereka ke rumah sakit terdekat.
****
Kriiinggg… Kriiiingg… Kriiinggg… Kriiiingg… Suara handphone Ridwan berbunyi.
Ridwan mengabaikan suara telepon di handphonenya karena Ridwan sedang membutuhkan konsentrasi untuk mengerjakan penelitiannya. Tetapi karena handphone Ridwan terus berbunyi, dengan terpaksa Ridwan mengangkat telepon yang ternyata dari nomor istrinya.
'Hallo assalamu'alaikum." Ridwan menyapa istrinya dari sambungan telepon dengan nada suara sedikit kesal karena istrinya terus menelpon hingga mengganggu penelitiannya.
Ridwan sedikit kesal, karena Ridwan pernah menyampaikan aturannya jika istrinya menelpon, jika 1-2 kali telepon tidak di angkat oleh Ridwan, itu artinya Ridwan sedang sibuk dan jangan menelpon lagi. Tetapi kini sampai 5 kali handphone Ridwan berbunyi.
Wa'alaikumussalam.. Apa benar ini dengan bapak Ridwan..? Terdengar suara bukan istrinya yang berbicara di balik telepon.
"Ya, benar. Saya Ridwan, ini siapa..? Mengapa menggunakan handphone istri saya?" Ridwan menjawab pertanyaan dari suara perempuan yang Ridwan kenali bukan suara istrinya. Ridwan berpikir jika handphone istrinya terjatuh dan sang penelpon yang menemukan handphone istrinya.
"Saya perawat dari Rumah Sakit Medika Permata. Saya menyampaikan jika istri bapak menjadi korban kecelakaan dan kini dalam kondisi kritis. Saya membutuhkan izin dari bapak untuk mengoperasi istri bapak dengan segera. Suara bapak kini sedang saya rekam untuk persetujuannya." Sang perawat menyampaikan kata-katanya hingga membuat Ridwan terkejut dan terdiam mematung tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Tuan..? Kami membutuhkan jawabannya secepat mungkin." Perawat tersebut menegaskan pertanyaannya ketika Ridwan tidak menjawab tetapi tidak menutup teleponnya.
"Iya.. Iya.. Cepat selamatkan istri saya." Ridwan yang tersadar dari keterkejutannya, dengan segera menjawab pertanyaan perawat.
"Baik Pak.. Kami akan melakukan tindakan, sebaiknya bapak cepat datang ke rumah sakit untuk tanda tangan dan untuk pembayaran, bisa bapak lakukan melalui transfer siapa ya kami cepat melakukan tindakan. Jika bapak sudah mentransfer, bapak bisa mengirim bukti transfer ke nomor cs rumah sakit yang sebentar lagi saya kirimkan." Tanpa menjawab, dengan segera Ridwan menutup telepon dan meminta nomor rekening agar Ridwan segera bisa mentransfer dana yang di butuhkan.
Setelah menutup telepon, Ridwan segera meninggalkan tempat penelitiannya dan mentransfer sejumlah uang ke Rumah Sakit Medika Permata dan dengan segera pergi menuju Rumah Sakit Medika Permata.
****
Kriiinggg… Kriiiingg… Kriiinggg… Kriiiingg… handphone Ridwan kembali berbunyi saat Ridwan baru keluar lift kantornya untuk menuju parkiran.
Terlihat nomor cs Rumah Sakit yang baru Ridwan simpan untuk mengirim bukti pembayaran.
"Halo Assalamu'alaikum." Ridwan menjawab telepon tersebut dengan terus melangkah menuju parkiran.
"Hallo, tuan Ridwan. Kami dari pihak Rumah Sakit Medika Permata. Semua keperluan Operasi telah di siapkan. Pemindahan pasien dari UGD ke ruang operasi telah di siapkan. Kami juga sudah berupaya semaksimal mungkin. Tetapi semuanya tidak berjalan sesuai harapan kami, pasien yang merupakan istri pak Ridwan telah menghembuskan nafas terakhir saat menuju ke ruang operasi. Maafkan kami." Mendengar hal itu, segala penyesalan seakan menjadi satu di kepala Ridwan.
Lutut Ridwan terasa lemas, hingga kini tak mampu lagi untuk melangkah. Tanpa Ridwan sadari, air mata Ridwan menetes membasahi pipinya. Para rekan kerja Ridwan yang melihat hal tersebut, segera membantu Ridwan untuk duduk dan menenangkan diri.
Salah seorang teman kerja Ridwan memberanikan untuk bertanya perihal apa yang terjadi. Tetapi Ridwan tidak kunjung menjawab pertanyaan tersebut dan hanya terdiam dengan lelehan air mata yang terus mengalir.
Hingga beberapa saat, barulah terlihat mulut Ridwan menganga seperti akan menyampaikan sesuatu. Tetapi suara Ridwan seakan tertahan di tenggorokan karena kesedihan penyesalan.
"Is… Is.. Istri… Istriku mengalami kecelakaan dan meninggal di rumah sakit. Kini aku harus bagaimana?" Setelah berucap, Ridwan kembali menangis dengan suara tangisan menyayat hati semua rekan yang mendengarnya.
Mereka yang mengetahui jika Ridwan baru menikah, merasa kasihan dengan kondisi Ridwan yang harus kehilangan istri yang baru 3 bulan Ridwan nikahi.
"Ada apa..?"
"Iya.. Apa yang terjadi..?"
Terdengar perbincangan para karyawan dan para peneliti yang berkerumun untuk melihat kebenaran apa yang terjadi hingga membuat Ridwan sebagai kepala penelitian laboratorium 8 sampai menangis di depan banyak orang.
"Entahlah, jika tidak salah dengar. Tadi pak Ridwan mengatakan jika istrinya menjadi korban kecelakaan."
"Apakah istri pak Ridwan meninggal?"
"Mungkin saja, jika tidak meninggal. Mana mungkin sampai menangis seperti itu." Terdengar suara beberapa orang saling berbincang di kerumunan terluar dari Ridwan.
Kini Ridwan kembali bangkit dan menguatkan hatinya yang sangat sedih untuk menuju ke rumah sakit.
'Pak, biarkan saya yang mengantar pak Ridwan ke rumah sakit. Karena, tidak seharusnya pak Ridwan menyetir sendiri dalam situasi seperti ini." Seorang kepala penelitian dari laboratorium 6, menawarkan diri kepada Ridwan.
🙏🙏 mohon dukungannya ya, dengan cara LIKE, COMMENT, BERI HADIAH dan VOTE jangan lupa jadikan Favorit😍💕 🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!