Sejak orang tuanya berpisah dan memiliki keluarga masing-masing, Talea Amara hanya tinggal bersama adiknya yang bernama Dayyan. Demi untuk membiayai hidup, ia harus bekerja sambil kuliah. Padahal, Dayyan sering menawarkan bantuan dengan ikut membantunya bekerja, namun gadis itu selalu menolak dan meminta agar Dayyan fokus pada pendidikan saja.
Meskipun punya banyak teman, tapi Lea sangat tertutup. Teman-temannya hanya ada di saat senang dan tidak peduli ketika ia mengalami kesulitan. Satu-satunya sahabat yang setia padanya hanya Chayra. Namun karena Chayra sudah sering membantunya, Lea jadi merasa tidak enak hati jika terus merepotkan, sehingga ia sering menyembunyikan masalah yang tengah dihadapinya. Tapi terkadang, Lea merasa lelah dan butuh teman untuk cerita, sampai akhirnya ia mencari teman lewat aplikasi ‘Say Hello’. Sebuah aplikasi yang kerap digunakan untuk mencari pasangan, tapi tidak untuk Lea yang hanya ingin punya teman.
Lea berhenti melamun saat mendapat notifikasi dari ponselnya. Dengan senyum sumringah, ia membaca pesan dari seseorang yang telah dikenalnya tiga bulan terakhir. Walaupun belum pernah bertemu langsung, tapi Lea sudah merasa akrab dengan seseorang yang bernama ‘Matahari’. Tentu saja itu bukan nama aslinya. Lea tidak perduli siapa sebenarnya orang yang sering berkirim pesan dengannya, karena tujuannya hanya ingin mempunyai teman untuk cerita.
Bahkan, Lea bisa menceritakan apa pun pada orang itu karena mereka tidak saling kenal di dunia nyata dan juga tidak berniat untuk bertemu. Setelah membalas pesan tersebut, Lea menyimpan kembali benda pipih itu lalu membereskan buku-bukunya dan bersiap untuk kuliah.
Lea sengaja mencari kontrakan yang dekat dari kampus agar bisa berjalan kaki. Ia juga selalu membawa bekal supaya lebih hemat.
Selang lima belas menit, gadis itu sudah tiba di sebuah Universitas terkemuka. Jika tanpa beasiswa, mungkin Lea tidak akan pernah tahu rasanya menjadi mahasiswa. Oleh sebab itu, ia sangat rajin dan tak ingin menyianyiakan kesempatan. Ia juga aktif diberbagai kegiatan kampus.
“Lea...” Chayra berlari menghampiri sahabatnya.
Lea menatap bingung sahabatnya yang nampak panik. “Kenapa?” Tanyanya.
Chayra tersenyum lebar, alisnya naik turun sambil melirik buku yang ada didekapan Lea.
Lea berdecak, “Dasar!. Kali ini, kenapa kau belum membuat tugas?!”
“Kakak mengajakku bermain game sampai larut malam, aku jadi lupa membuat tugas” Jawab Chayra sambil tersenyum lebar, lalu menarik buku dari tangan Lea.
Lea hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya, “Kakakmu pulang?”
“Eum... oh iya, ibu meminta agar kau mampir hari ini. Karena ada kakak, ibu jadi memasak banyak makanan” Terang Chayra yang sejak tadi tidak mengalihkan pandangan dari bukunya.
Sebenarnya, Lea enggan ke rumah Chayra karena merasa canggung jika bertemu kakak dari sahabatnya yang merupakan idol terkenal. Tapi, ia tidak bisa menolak ajakan dari ibunya Chayra yang sangat baik padanya.
‘Sepertinya tidak apa-apa jika aku terima. Toh, aku juga bisa makan gratis’ Batin Lea. Lalu menyetujui ajakan dari Chayra.
Ponsel Lea berbunyi, dengan semangat ia membalas pesan dari seorang teman yang ada di aplikasi ‘Say Hello’
Matahari :
“Semangat... hari ini juga pasti akan berjalan dengan baik 😊"
Tara :
“Terima kasih... semangat juga untukmu”
Chayra mencubit lengan Lea dengan gemas sembari mengomel, “Kau ini jangan sembarangan berkenalan dengan orang di sosial media!”
“Iya, aku tahu. Kami hanya berteman, kenapa kau heboh sekali?!”
“Semua orang juga awalnya akan berkata begitu. Setelah semakin akrab, mereka akan bertemu di dunia nyata. Jika orang itu jahat, kau bisa saja diculik dan dimutilasi. Kau mau seperti itu?!” Chayra kembali mengomeli sahabatnya.
Lea menarik napas dalam, merangkul pundak sahabatnya dan berkata, “Kau tahu kan, kehidupanku bagaimana?. Aku tidak punya teman yang benar-benar tulus selain dirimu, tapi aku tidak bisa terus-terusan membebanimu dengan semua permasalahanku. Aku juga butuh teman untuk cerita. Juga... orang itu sepertinya baik dan tidak berbahaya”
Chayra menghembuskan napas berat, “Kau tidak pernah membebaniku, berapa kali harus ku katakan?”
Lea terdiam sejenak, lalu kembali berkata “Aku semakin merasa bersalah jika kau terus seperti itu”
“Terserah kau saja, yang penting aku sudah mengingatkan. Tapi kau tidak memakai identitas asli, kan?”
“Aku tidak sebodoh itu!” Jawab Lea dengan kesal.
Chayra mengambil ponsel yang ada di tangan Lea, keningnya mengkerut melihat percakapan sahabatnya dan seseorang yang mengaku bernama Matahari.
“Tara... nama siapa yang kau pakai, nona???”
Lea mengambil kembali ponselnya, “Itu kependekan dari nama panjangku” Jawabnya.
Chayra nampak berpikir sejenak, “Tara... Talea Amara?” Tanyanya sambil menyikut lengan Lea yang berada di sampingnya.
“Tepat sekali. Aku dan matahari sama-sama tidak memakai identitas asli, juga tidak pernah bertukar foto. Jadi bisa dikatakan, hubungan kami seperti simbiosis mutualisme. Kami hanya butuh teman untuk cerita tanpa saling penasaran dengan identitas sebenarnya” Terang Lea.
“Bagus jika seperti itu. Aku hanya khawatir jika nantinya kau terbawa perasaan. Bukankah, sejak dilahirkan kau belum pernah punya pacar?”
Tanpa menjawab, Lea menarik buku tugasnya dan beranjak dari hadapan Chayra.
“Hei... kembalikan bukunya. Aku belum selesai!” Chayra segera berlari mengejar Lea yang semakin menjauh.
“Ayolah, Lea sayang... jangan marah begitu” Ujar Chayra sembari tersenyum lebar, lalu mengusap pucuk kepala sahabatnya.
Lea tidak akan bisa marah sungguhan pada Chayra, karena Chayra dan ibunya sudah seperti keluarga baginya.
***Di lain tempat***
Chan tersenyum girang membaca balasan pesan dari seseorang yang dikenalnya melalui sebuah aplikasi. Semenjak rekannya menikah, ia jadi berpikir untuk mencari pasangan juga. Meskipun banyak yang mendekati, tapi tak ada yang benar-benar bisa menarik perhatiannya.
Chan tahu jika mereka menyukainya karena ia seorang idol. Itu sebabnya, ia mencoba mencari pasangan melalui sebuah aplikasi bernama ‘Say Hello’. Sama seperti Khai, Chan juga ingin punya pasangan yang tulus tanpa memandang statusnya sebagai idol.
“Ibu perhatikan, sejak tadi kau memandang ponsel sambil tersenyum. Apa kau punya pacar?” Tanya seorang wanita paruh baya yang kini duduk di samping Chan.
Chan menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum canggung, “Mana ada perempuan yang mau menjadi pacarku?!” Ujarnya sambil memakan sepotong buah mangga yang tersaji di atas meja.
Wanita baruh baya itu memukul pundak putranya, “Kau ini bicara apa?!. Memangnya, perempuan mana yang bisa menolak putraku yang tampan ini?!”
Chan meringis sambil mengusap pundaknya, “Duniaku terlalu rumit untuk memiliki kekasih, aku jadi tidak yakin dengan diriku sendiri”
“Ibu yakin, pasti ada seseorang yang bisa menemani perjalananmu. Seperti Emira yang bisa menerima Khai, kau juga akan menjalani hidup seperti itu nantinya”
Chan menganggukan kepala, lalu berkata dengan hati-hati “Jika aku mencari pasangan melalui sebuah aplikasi, apa ibu setuju?”
Tatapan wanita paruh baya yang tadi terlihat sendu, kini berubah menjadi menyeramkan karena perkataan putranya, “Jangan mengada-ada, orang yang ada di media sosial tidak bisa dipercaya sepenuhnya!” Ujarnya. Setelah menjeda kalimatnya, wanita paruh baya itu kembali bergeming, “Tidak perlu mencari di aplikasi. Teman-teman ibu banyak yang mempunyai anak perempuan, ibu bisa mengenalkanmu”
“Anak-anak dari teman ibu adalah ‘My Spring’, sudah pasti mereka akan menerimaku. Aku ingin menyembunyikan identitas agar bisa mendapat pasangan yang benar-benar tulus”
“Kalau begitu, terserah kau saja!. Tapi, kau tetap harus hati-hati. Jangan mau dibodohi oleh aplikasi. Bahkan, mereka bisa membuat wajah menjadi cantik dengan aplikasi!” Ujar wanita paruh baya itu, lalu meninggalkan Chan yang masih terpaku di tempatnya.
‘Padahal, aku yang berkecimpung di dunia hiburan tapi ibu berkata seolah-olah sudah sangat pengalaman di dunia itu’ Ujar Chan sambil menatap ibunya yang semakin menjauh dari pandangan.
...***...
**Hello readers yang baik hati, apa kabar?
Semoga kalian semua sehat ya🙏🏻😇
Author balik lagi bawa cerita baru 😍**
Mohon dukungannya, ya. Jangan lupa like, comment, vote, gift, and subscribe 🙏🏻
Terima kasih 😘🤗🙏🏻
Mobil milik Chayra berhenti di depan rumah tiga lantai yang didominasi warna putih. Rumah yang sudah tak asing lagi bagi Lea. Setelah memarkirkan mobilnya dengan sempurna, Chayra segera mengajak Lea untuk masuk.
Chayra mendongak, matanya mengikuti gerak kaki wanita paruh baya yang tengah menuruni anak tangga, “Ibu... tamu agung sudah datang” Ujarnya.
Wanita paruh baya itu tersenyum pada Lea yang berdiri di samping Chayra, “Kebetulan sekali kalian sudah pulang”
Chayra dan Lea menyalami tangan wanita paruh baya itu setelah berada di depan keduanya.
“Kalian pasti lapar. Ayo, makan” Wanita paruh baya itu menuntun Lea menuju meja makan, sedang Chayra mendapat titah memanggil Chan yang masih berada di kamar.
Tak lama kemudian, Chayra datang bersama Chan. Tanpa aba-aba, keduanya langsung duduk di kursi masing-masing.
“Makanlah yang banyak” Ujar wanita paruh baya bernama Sandra yang merupakan ibu dari Chan dan Chayra.
“Ibu akan membungkuskan untuk Dayyan juga” Ujarnya lagi.
Lea tersenyum canggung, “Tidak usah, bu” Tolaknya dengan pelan.
“Lea jadi sungkan karena merasa sering merepotkan kita”
Mendengar perkataan putrinya, wanita paruh baya itu menoleh pada Lea dan meminta penjelasan.
“Bukan begitu... baiklah, saya akan bawa untuk Dayyan juga”
Gadis itu akhrinya mengalah. Mau menolak juga percuma, Bu Sandra pasti akan tetap membungkuskannya.
Melihat adiknya hendak membuka suara dengan mulut penuh makanan, Chan segera menendang kaki Chayra yang duduk di depannya, “Telan dulu, baru bicara!”
Chayra mengusap kakinya, “Ibu... kakak menendang kakiku!” Adunya.
Wanita paruh baya itu hanya menggelengkan kepala melihat tingkah kedua anaknya yang sering ribut.
“Nanti ajak Lea pulang bersamamu, kalian kan satu arah”
Chan tersedak mendengar perkataan ibunya, lalu mengambil segelas air putih yang sudah tersedia dan meminumnya hingga tersisa setengah.
“Tapi...”
Belum selesai Chan menjelaskan, Chayra telah lebih dulu memotong, “Ayolah kak, jangan pelit begitu”
“Kau mau kan, pulang bersama kak Chan?”
“Iy... iya” Lea menganggukkan kepala sembari tersenyum mendengar pertanyaan dari ibu sahabatnya. Sementara, Chan hanya bisa mengalah dengan permintaan ibu serta adiknya.
Setelah selesai makan bersama, Chan langsung kembali ke SUN house karena ada jadwal latihan. Hal itu membuat Chayra kecewa, namun ia tidak bisa menahan kakaknya lebih lama.
“Padahal, aku dan Lea masih ingin mengobrol” Ujar Chayra sambil melirik Chan.
Chan menjitak kening adiknya sambil berkata, “Berhentilah bergosip bocah!”
Chayra mengusap kening dengan kesal, “Berhenti memanggilku bocah, orang tua!” Umpatnya.
Chan tertawa melihat ekspresi kesal adiknya, “Jika ingin mendapat uang jajan lebih, rapikan kamarku” Ujarnya kemudian.
Mendengar tawaran dari kakaknya, mata Chayra langsung berbinar, “Ok” Jawabnya.
Chan serta ibunya, juga Lea tersenyum melihat Chayra kegirangan seperti bocah yang mendapat mainan baru.
“Kalian berangkatlah sekarang” Titah wanita paruh baya itu mengalihkan pembicaraan.
Chan menganggukkan kepala, memeluk dan berpamitan pada ibunya, lalu menoleh pada Lea, “Ayo” Ujarnya.
Sama seperti Chan, Lea juga memeluk dan berpamitan dengan Chayra serta ibunya. Lalu, mengekori Chan yang berjalan lebih dulu.
“Kak...” Chayra menghampiri Chan dan Lea yang sudah berada di dalam mobil.
Chan membuka kaca jendela mobil, “Kenapa lagi?” Tanyanya.
“Antarkan Lea sampai rumah dengan selamat. Awas saja jika kakak membuatnya celaka!”
Chan berdecak, “Anak kecil berlagak mengaturku, minggir!” Ujarnya sambil menutup kaca jendela mobil lalu melajukannya.
Di sepanjang jalan, Lea hanya diam tak berani mengajak Chan bicara.
‘Suasananya sangat canggung’ Batin Lea sambil menoleh ke arah luar jendela.
Lea dan Chan memang sudah beberapa kali bertemu, tapi tidak pernah bicara satu sama lain. Hal itu disebabkan kejadian kurang mengenakan ketika pertama kali mereka bertemu.
Awalnya, Lea tidak tahu jika kakak dari sahabatnya adalah seorang idol terkenal. Dan saat pertama kali berkunjung, Chayra meminta Lea agar menunggunya di kamar lebih dulu. Namun karena kamar Chayra dan Chan bersebelahan, ia jadi salah masuk.
Sialnya... tepat saat itu, Chan baru saja keluar dari kamar mandi, karena terkejut ada orang asing di kamarnya, Chan langsung melempar bantal ke arah Lea. Sedangkan, Lea yang panik karena salah masuk kamar, bermaksud untuk segera keluar tapi karena tergesa-gesa, ia jadi jatuh tersungkur hingga kakinya luka. Sejak kejadian itu, hubungan Lea dan Chan menjadi canggung.
“Hei bocah... kau mendengar pertanyaanku tidak?!”
Lea memutar setengah tubuhnya, menatap Chan yang masih fokus memperhatikan jalan. “Apa yang kakak tanyakan?” Tanyanya dengan pelan.
“Kau benar-benar tidak mendengarkanku?!” Kali ini, Chan yang berganti menoleh pada Lea. Sedangkan, perempuan itu hanya menundukkan kepala mendengar pertanyaan Chan.
Chan menghela napas dengan kasar, lalu mengulang pertanyaannya, “Rumahmu di mana?!”
Lea kembali diam setelah memberitahu alamat rumahnya.
Di tengah perjalanan, Chan menepikan mobil di depan kedai kopi dan berkata, “Aku mau membeli kopi untuk teman-temanku, kau tunggu di sini saja. Aku tidak mau menjadi gosip karena mengajakmu”
Mata Lea membola mendengar perkataan Chan, ‘Siapa juga yang tertarik untuk ikut?’ Gumamnya pelan.
Meskipun gumaman Lea tidak terdengar jelas, namun Chan sadar tengah mendapat umpatan.
“Hei bocah... kau mau kopi juga?” Tanya Chan sambil memasang masker dan bersiap keluar dari mobil.
Lea menggelengkan kepala, “Saya tidak bisa minum kopi” Jawabnya.
Chan keluar mobil dengan santai tanpa merespon perkataan Lea.
‘Wahhh... dia benar-benar keterlaluan, ya! Padahal, dia yang bertanya tapi malah mengabaikan orang seperti itu. Tak hanya keterlaluan tapi juga menyebalkan, sejak tadi terus memanggilku bocah!’ Lea mengomel dengan kesal sambil menatap Chan yang berjalan mendekati kedai kopi.
Dua puluh menit berlalu, Chan kembali dengan menenteng dua kantong kertas berwarna cokelat yang berisi beberapa cup kopi hangat.
Setelah duduk dengan nyaman, Chan menyodorkan satu cup cokelat hangat pada Lea.
“Kau bilang tidak bisa minum kopi, jadi aku belikan cokelat”
Belum sempat Lea menjawab, Chan sudah kembali bergeming, “Jangan sungkan, harga cokelat itu tidak seberapa”
“Terima kasih” Jawab Lea singkat.
Tak lama kemudian, Chan kembali menepikan mobilnya di sebuah rumah dengan warna cat abu-abu. Meskipun terletak di pemukiman yang padat penduduk, namun lingkungan sekitar rumah tersebut bersih dan rapi.
“Terima kasih sudah memberi saya tumpangan” Ujar Lea sebelum keluar dari mobil milik Chan. Sedangkan, si empunya mobil merespon dengan menganggukkan kepala.
Lea menatap mobil milik Chan yang mulai menjauh dari pandangan, ‘Akh... jika bukan karena Bu Sandra dan Chayra, aku tidak akan mau menumpang dengannya! Membuat kesal saja!’ Gerutunya, lalu melenggang masuk ke dalam rumah.
***Malam Hari***
Setelah membersihkan diri, Lea membaringkan tubuh di kasur dan bersiap untuk tidur. Namun, niat itu tertunda karena suara notifikasi dari aplikasi ‘Say Hello’ pada ponselnya. Senyumnya mengembang saat melihat layar ponsel tersebut.
‘Pesan dari Matahari. Ayo, kita lihat apa yang dia katakan’ Monolog Lea sambil tersenyum.
Matahari :
“Bagaimana hari ini?”
Tara :
“Seperti biasa. Pagi hari aku kuliah, lalu sebelum pulang singgah ke rumah sahabatku dan sore harinya bekerja. Tapi... hari ini aku sedikit kesal pada seseorang”
Tak sampai satu menit, Lea kembali menerima balasan dari pesannya.
Matahari :
“Siapa yang membuatmu kesal?”
“Apa orang itu mengganggumu?! Apa aku perlu mendatanginya?”
Tara :
“Hahaha... tidak perlu, dia kakaknya sahabatku. Kami memang sudah canggung sejak awal”
Matahari :
“Oh, begitu... sepertinya, aku berlebihan. Maaf, ya”
Tara :
“Tidak apa-apa. Aku malah berterima kasih"
Matahari :
“Jangan sungkan. Katakan saja jika butuh bantuan. Sekarang, istirahatlah 😊"
‘Aku tidak tahu siapa dia sebenarnya, tapi dia cukup baik untuk dijadikan teman cerita’ Gumam Lea sambil meletakkan ponselnya di nakas, lalu tertidur setelah lampu kamar dimatikan.
...***...
Happy reading ...
Jangan lupa like, comment, vote, gift, and subscribe ya 😁🙏🏻
Terima kasih 😘🤗🙏🏻
Gadis yang mengenakan kaos oversize berwarna putih itu tengah mengurut pelipis sambil berulang kali menghela napas dengan berat. Pikirannya terfokus pada adiknya yang belum membayar uang sekolah.
‘Harus cari ke mana lagi? Bahkan, kasbon bulan lalu saja belum lunas’ Gumamnya.
“Kak...”
Lea menoleh, menatap adiknya yang kini duduk di sampinya.
“Ada apa?” Tanyanya.
Lelaki itu menatap lekat pada kakaknya, “Biarkan aku membantu kakak. Aku akan tetap rajin belajar meskipun bekerja”
Lea menggelengkan kepala, “Tidak boleh. Besok akan kakak carikan uangnya!” Ujar Lea yang tak mau dibantah. Lalu beranjak dari duduknya.
Beberapa menit kemudian, ia kembali menemui adiknya, “Kakak pinjam motormu, ponsel kakak tertinggal di rumah Chayra” Ujar Lea sambil mengambil kunci sepeda motor yang tergeletak di atas meja.
“Tidak mau ku antar?”
“Tidak, kau jaga rumah saja!” Jawab Lea, lalu melenggang keluar rumah.
.
.
.
Meskipun sedang berkendara, namun pikiran Lea masih terpusat pada uang sekolah adiknya yang harus dibayar lusa.
‘Ayah...ibu... aku rindu kehidupan kita yang dulu’ Lea bergumam dengan lirih, butiran bening mengalir dari sudut matanya.
Karena terus memikirkan soal uang sekolah adiknya, tanpa terasa Lea sudah tiba di tempat tujuan. Gadis itu kembali diuji saat tak sengaja menabrak mobil yang ada di depannya.
Lea memukul kening, menyadari akan kesalahannya.
Sementara, si empunya mobil segera keluar saat mendengar benturan keras, “Hei... kau bisa berkendara tidak?!”
Lea menundukkan kepala, tak berani menatap Chan yang pasti sangat kesal saat ini.
“Malah diam... tindakanmu sudah merugikan orang lain!”
“Ma... maaf” Ujar Lea pelan.
Chan berjalan mendekati Lea dan berkata, “Apa mobilku bisa kembali seperti semula dengan kata maaf?”
“Sa... saya akan memberikan uang ganti rugi” Ujar Lea. Dalam hati, ia merutuki perkataan yang sangat konyol itu.
Chan menyunggingkan senyuman mendengar perkataan perempuan yang terus menundukkan kepala karena tak berani menatapnya.
“Kalau begitu... beri aku lima puluh juta, sekarang!”
Mata Lea membola mendengar permintaan lelaki yang ada di hadapannya, “Kakak sedang memerasku?! Kenapa minta ganti rugi sebanyak itu? Padahal, mobil ini hanya lecet sedikit” Protesnya.
Chan berdecak, “Kau tidak tahu berapa harga mobil ini?!”
Lea melirik pada mobil yang baru saja ditabraknya, lalu menghela napas berat karena menyadari kebodohan yang kembali dilakukannya.
“Ada apa ini?” Suara seseorang mengalihkan perhatiaan Chan dan Lea. Secara bersamaan, mereka menoleh pada sumber suara.
Chan menunjuk Lea dengan dagunya, meminta gadis itu menjelaskan dengan apa yang tengah terjadi.
“Sa... saya tidak sengaja menabrak mobil kak Chan” Sesal Lea.
“Padahal hanya masalah kecil, kenapa suaramu sampai ke dalam rumah?” Tanya wanita paruh baya itu pada putranya.
“Tapi ini mobil kesayanganku, bu”
“Perbaiki saja, mobil ini kan ada asuransinya”
“Benar... kenapa kakak sangat perhitungan sekali?!” Ujar Chayra yang baru saja bergabung.
Chan menjadi kesal karena ibu serta adiknya tak membela, bahkan reaksi keduanya sangat santai.
“Aku tetap akan minta ganti rugi!” Putus Chan kemudian.
“Kakak... bagaimana bisa kakak sekejam itu pada sahabatku?” Protes Chayra.
“Dia sendiri yang menawarkan ganti rugi” Ujar Chan sambil menunjuk Lea.
“Lea tidak sengaja, kenapa kakak tega sekali meminta ganti rugi? Setiap hari, dia bekerja paruh waktu untuk membiayai hidupnya juga adiknya. Bagaimana bisa, kakak bersikap kekanak-kanankan seperti ini?”
“Kekanak-kanakan kau bilang?! Aku justru sedang mengajarkannya cara bertanggung jawab. Kau pikir, semua orang kaya baik?!” Mata Chan melotot menatap pada Chayra.
“Ibu... tolong beritahu kakak” Rengek Chayra pada ibunya.
“Sudah jangan ribut lagi. Jadi, apa yang kau mau?” Tanya wanita paruh baya itu menengahi.
“Hmmm... aku mau dia menjadi karyawanku”
Tak hanya Lea, Chayra serta ibunya juga terkejut mendengar permintaan Chan.
“Kau serius?”
Chan menganggukkan kepala, “Divisi keuangan sedang membutuhkan karyawan tambahan saat ini, karena dia tidak bisa membayar ganti rugi, jadi aku akan mempekerjakannya saja” Terang Chan.
Wanita paruh baya itu nampak menimbang sejenak, lalu berkata “Sepertinya, itu cukup bagus. Kau bisa mendapat banyak pengalaman jika bekerja di kantor kak Chan. Bagaimana?”
“Baik, saya mau” Jawab Lea sambil menganggukkan kepala.
“Kau yakin?! Jika merasa tertekan, cepat beritahu aku”
Mendengar celotehan Chayra, Chan segera menjitaknya. Sontak saja, hal itu membuat Chayra kembali membeo karena tidak terima.
“Tapi... saya sedang bekerja saat ini, apa saya boleh meminta waktu untuk menyelesaikannya dulu?”
“Ok, selesaikan pekerjaanmu dalam tiga hari” Ujar Chan, lalu melenggang ke dalam rumah dengan santai sembari bersiul. Terlihat sangat bahagia, seperti tengah memenangkan perlombaan.
Dengan geramnya, Lea berkata ‘Dasar mobil menyebalkan! Kenapa kau harus berdiam di sini?!’ Ia lalu menyusul Chayra dan ibunya yang lebih dulu masuk ke dalam rumah.
Lea berusaha memejamkan mata sejak dua jam yang lalu, tapi tetap saja tidak bisa tertidur. Pikirannya sedang kacau saat ini. Masalah uang sekolah adiknya belum menemukan solusi, dan kini malah bertambah masalah baru karena menabrak mobil milik Chan.
Lea mengusap wajah dengan kasar sambil bergumam, ‘Akh... bagaimana bisa ada hidup yang menyedihkan seperti ini?!’
‘Mana ada perusahaan yang mengizinkan karyawannya mengundurkan diri saat masih mempunyai hutang... akh... bagaimana cara mengatakannya?!’
‘Dia benar-benar membuatku kesal. Lihat saja, akan ku hancurkan perusahaanmu!’ Lea terus mengomel karena sangat kesal pada Chan.
Tak kunjung tidur juga, Lea akhirnya memutuskan untuk mengirim pesan pada Matahari. Tangannya meraih ponsel yang ada di atas nakas berwarna putih, lalu membuka aplikasi ‘Say Hello’.
**Tara** :
“**Aku tidak bisa tidur**”
Tak lama menunggu, benda pipih itu memberi tanda bahwa ada pesan dari seseorang.
**Matahari** :
“**Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu**?”
**Tara** :
“**Eum... hari ini, aku mengalami kejadian tidak menyenangkan**”
**Matahari** :
“**Kejadian apa? Cepat ceritakan**”
**Tara** :
“**Aku tidak sengaja menabrak mobil milik kakak sahabatku dan dia meminta ganti rugi**”
**Matahari** :
“**Tapi kau tidak terluka, kan**?”
Lea tersenyum, ‘Padahal, aku tidak peduli pada keadaanku tapi dia malah menanyakannya’ Gumamnya, lalu kembali mengetik sesuatu pada layar ponselnya.
**Tara** :
“**Iya, aku baik-baik saja. Terima kasih sudah menanyakan keadaanku**”
**Matahari** :
“**Syukurlah jika kau tidak terluka. Keselamatan lebih utama dibanding apa pun, kau harus lebih hati-hati saat berkendara**”
**Tara** :
“**Eum... aku memang sangat ceroboh, hahaha**”
**Matahari** :
“**Hahaha... apa yang bisa ku bantu**?”
**Tara** :
“**Tidak usah, aku hanya ingin bercerita saja**”
**Matahari** :
“**Kau yakin**?”
“**Tapi... sebenarnya, hari ini aku juga mengalami hal yang tidak menyenangkan**”
**Tara** :
“**Benarkah**?”
**Matahari** :
“**Iya, hahaha**...”
“**Mobil kesayanganku ditabrak oleh seseorang. Aku ingin memarahinya tapi tidak bisa**”
**Tara** :
“**Wah... kenapa bisa kebetulan begini**?”
“**Tapi, kenapa kau tidak bisa memarahinya**?”
**Matahari** :
“**Karena dia sangat dekat dengan keluargaku, padahal aku sangat kesal**”
**Tara** :
“**Hahaha... kau sabar sekali, ya. Hari ini, kita sama-sama mengalami hal buruk meskipun tidak janjian**”
**Matahari** :
“**Benar, hahaha**”
“**Aku masih ada pekerjaan, kau istirahatlah. Besok, aku akan mengirim pesan lagi. Selamat tidur🤗**”
Meski tersenyum membaca pesan dari Matahari, namun Lea tidak berniat untuk membalasnya.
‘Yah... walaupun hari ini tidak berjalan dengan baik, tapi setidaknya aku tidak sendirian. Mungkin saja, di luar sana juga banyak orang yang mengalami hal lebih buruk dariku. Lagi-lagi, Matahari mengajariku untuk lebih bersyukur. Terima kasih Matahari, kau benar-benar bisa jadi penerang’ Monolog Lea. Lambat laun, matanya mulai terpejam.
...\*\*\*...
**Happy reading**...
**Jangan lupa like, comment, vote, gift, and subscribe 🙏🏻😁**
**Terima kasih🤗😘🙏🏻**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!