"Ayah, kalian mau kemana ?" tanya seorang gadis kecil.
"Ayah mau ke perusahaan sebentar"
"Sama bunda juga" lanjutnya.
"Apa akan lama?" tanyanya lagi.
"Tidak sayang, kami tidak akan lama. Hanya sebentar. Nanti sore kita pulang" jawab sang bunda.
"Tapi perasaan Kana gak enak bun, takut kalian kenapa-kenapa" ucapnya hampir seperti orang menangis.
"Aku juga bun, perasaanku sama gak enaknya kayak Kana" ujar tiba-tiba seorang anak laki-laki.
"Tidak apa-apa, kami akan hati-hati" kata mereka.
"Janji!"
"Iya, janji" ucap mereka bersama.
"Sekarang bermainlah dengan saudara kalian yang lain" suruh bunda.
Setelahnya, mereka segera berangkat dengan sopir pribadi. Saat sudah sampai, mereka langsung menyelesaikan hal yang diperlukan dan langsung pulang.
Namun diperjalanan pulang...
Hujan deras disertai gemuruh petir mengisi keheningan malam yang mencekam, double twins merasakan firasat tidak enak mengenai orang tua mereka. Para pelayan serta pengawal juga khawatir, karena sang majikan belum juga pulang hingga sekarang.
Disisi lain, sebuah mobil melaju kencang di jalanan sepi menerpa hujan deras yang disertai petir menggelegar. Seperti dikejar waktu mobil tersebut melaju dengan sangat kencang, namun rupanya mobil itu tengah mengalami masalah pada remnya, sehingga tidak bisa mengurangi kecepatan. Orang yang berada di dalam mobil pun panik bukan kepalang, namun juga bersikap tenang untuk menghadapinya.
"Panji! Tolong perlambat kecepatan mobil, ini sedang hujan deras, harus hati - hati!"
"Iya Panji! Tolong perlambat mobilnya, kami tak ingin terjadi sesuatu" ujar orang lain yang berada di mobil itu.
"Mohon maaf tuan, nyonya. Saya tidak bisa mengurangi kecepatan. Sepertinya rem mobil bermasalah" ucap si sopir Panji dengan panik.
"Bagaimana bisa?"
"Saya juga tidak tahu nyonya, tiba-tiba saja rem tidak dapat digunakan" balas Panji panik.
"Sudah! Jangan panik! Kita harus tenang" ucap orang lain yang ternyata ayah dari double twins, Arya namanya.
Arya pun menatap sang sopir "Panji! Kamu masih bisa mengatasinya kan?" tanyanya memastikan.
"Masih tuan, untuk saat ini. Tapi tidak tahu kedepannya, karena didepan ada tikungan yang tajam" ujar sopir.
"Bagus! Tolong atasi selagi bisa!" perintah Arya.
"Baik Tuan!" ucap tegas Panji.
Panji menurut, dia akan patuh kepada majikannya.
Dia yang sebelumnya merupakan pembalap mobil amatiran sudah menabrak Arya hingga mengalami luka serius, namun Arya tetap memaafkannya. Arya membantu Panji membayar ganti rugi mobil yang dikendarai, karena mobil tersebut bukan miliknya.
Panji sangat bersyukur saat itu, apalagi dia diberikan pekerjaan juga oleh Arya, walaupun hanya sebagai sopir pribadi. Panji sangat berterimakasih pada majikannya serta berjanji akan setia terhadap Arya hingga akhir hayatnya. Apapun yang diperintahkan akan ia lakukan saat itu juga.
"Bagaimana ini? Firasatku tidak enak" ucap seorang perempuan yang ternyata istrinya Arya, bundanya double twins.
"Bagaimana nasib anak-anak kalau terjadi sesuatu?" lanjutnya panik.
"Tenang bun, kita harus tetap tenang jangan panik" nasihat Arya mencoba menenangkan suasana.
"Hufff, baik ayah" ucapnya menyetujui.
"Sebaiknya kita telepon anak-anak. Mereka pasti sedang cemas" tebak Arya.
"Benar! Anak-anak! Mereka pasti sedang cemas kita tidak pulang-pulang dari tadi" ucapnya khawatir.
"Bagaimana aku bisa lupa" lanjutnya.
~Kringg~kringg~kringg~
Di salah satu bangunan mewah, telepon berdering berkali-kali menandakan bahwa ada yang menghubungi.
Kepala pelayan terburu-buru menghampiri sumber bunyi tersebut. Takut bila si penelepon merupakan orang yang ditunggu-tunggu sejak tadi.
"Halo! Dengan kediaman Batara. Ada yang bisa saya bantu" ujarnya.
"Halo! Ini saya." ucap si penelepon yang ternyata adalah Arya.
"Tuan! Anda baik-baik saja kan, Anda ada dimana? Nona muda dan tuan muda cemas menunggu Anda dan nyonya" Tanyanya dengan nada khawatir.
"Saya dan istri dalam perjalanan pulang, namun ditengah jalan rem mobil kami mengalami masalah. Mobil kami tidak bisa berhenti" jelas Arya.
"Ya Tuhan! Saya harus bagaimana tuan?" paniknya bukan main.
"Tolong kamu panggilkan anak-anak! Segera!" perintah Arya.
"Baik tuan! Mohon tunggu sebentar." ujar pelayan menyanggupi.
Kepala pelayan segera pergi untuk memanggil nona dan tuan mudanya. Dia memberitahukan bahwa orang tua mereka memanggil lewat telepon rumah.
~Tok~tok~tok~
Suara ketukan pintu terdengar di salah satu kamar yang sangat luas. Kamar tersebut merupakan kamar double twins anak sang majikan. Majikan tidak mau anak-anaknya terpisah, sehingga membuatkan kamar yang sangat luas.
"Permisi" ucap kepala pelayan.
"Ya, ada apa bi?" tanyanya.
"Maaf non, tuan memanggil lewat telepon" ucapnya.
"Benarkah!!" serunya sangat senang.
"Benar non, sebaiknya nona dan yang lain segera ke bawah. Tuan sudah menunggu" ujarnya menyegerakan.
"Baik bi" Kana kecil menurut.
Setelah 5 menit lamanya, Kana dan yang lainnya sudah sampai dibawah dengan ditemani kepala pelayan saja.
"Ayah, benar kan ini ayah? Ayah sama bunda kemana? Kenapa belum sampai di rumah? kami sungguh mencemaskan kalian" ucap mereka bergantian.
"Maafkan kami ya nak!" kata maaf keluar dari mulut ayah mereka.
"Kami masih dalam perjalanan untuk pulang."
Ditengah-tengah perbincangan, sang sopir memberitahukan, bahwa di depan ada tikungan tajam. "Mohon maaf tuan, di depan ada tikungan tajam, saya tidak yakin bisa melewatinya."
"Bagaimana ini yah?" tanya Dita istri Arya.
"Tidak ada pilihan lain, hidup atau mati hanya Tuhan yang menentukan. Kita hanya bisa menerima dan menjalaninya" ucapnya meski terbesit rasa khawatir yang amat besar di hatinya.
Double twins dan kepala pelayan yang mendengar dari telepon pun bingung akan pembicaraan tersebut. Salah satu dari mereka pun memberanikan diri untuk bertanya. "Apa maksud kalian?" tanyanya.
"Ehh!!!" kaget ketiga orang tersebut. Mereka lupa, mereka pikir tidak ada yang mendengarnya kecuali mereka.
"Emm...tidak ada apa-apa nak" jawab Arya bohong.
"Ayah jujur saja, Indra tau kalian bohong" ujarnya sedikit tegas.
Memang dari kecil, Indra sudah bisa mengartikan situasi. Apalagi sikapnya yang lebih dewasa dari anak seusianya. Dia tahu mana yang terlihat salah.
Sebenarnya tidak hanya dia yang memiliki kelebihan, saudaranya yang lain pun juga punya.
Kami memang tidak bisa membohongimu nak" helaan nafas keluar dari kedua orang tuanya.
"Nak boleh kami meminta sesuatu?" Lanjutnya.
"Boleh bunda, apapun yang kalian minta akan kami berikan." balas Yana.
"Jika kami tidak ada. Bunda mau kalian tetap saling menyayangi satu sama lain, saling menjaga satu sama lain, bunda harap kalian tetap bisa menjalani hidup dengan baik" ucap sang bunda dengan air mata yang menetes.
"Apa maksud bunda?" tanya mereka ikut menangis.
Hanya tangisan yang terdengar dari mulut bundanya.
Mereka pun juga semakin histeris, bingung dengan apa yang terjadi. Kepala pelayan pun hanya bisa menahan air mata yang sudah jatuh.
"Double twins, ayah harap kalian tetap rukun! Apapun yang terjadi setelah ini, ayah harap hati kalian kuat menghadapinya" ucap Arya yang juga menangis.
"Ayah! Bunda! Apa yang terjadi? Kenapa kalian menangis, kami juga ikut menangis. Tolong berhenti!" pinta Gane menangis tersedu-sedu.
Orang tuanya pun hanya bisa tersenyum sendu dibalik telepon.
"Bi, tolong jaga anak-anak! Ajarkan mereka apa yang benar dan apa yang salah!" perintah Arya tidak bisa dilanggar.
"Baik Tuan! saya akan menjaga nona dan tuan muda dengan baik" balas kepala pelayan yang juga ikut menangis.
Dan tak lama kemudian...
Brakkk
Duaarrrrrrrrr
"Tidakkkkkkk!!!" teriakan double twins menggema di rumah besar itu. Air mata mereka jatuh tak terkendali mendengar, jika diseberang sana ledakan besar telah terjadi. Menghanguskan orang tuanya beserta sopir pribadi.
Penghuni rumah yang lain pun terbangun mendengar teriakkan dan tangisan double twins. Mereka bingung, kepala pelayan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Dan akhirnya semuanya ikut menangis. Tak rela bila orang yang sangat mereka sayangi dan baik kepada mereka pergi meninggalkan mereka.
Hari tersebut merupakan hari yang menyedihkan untuk mereka. Dari peristiwa itulah mereka diharuskan untuk bersikap lebih dewasa dari sebelumnya.
Mereka mengingat perkataan orang tua mereka disaat-saat terakhirnya. Mereka berjanji akan mengabulkan keinginan terakhir orang tua mereka.
Kepala keamanan segera menghubungi pihak polisi dan bergegas menuju lokasi ledakan untuk memastikan kondisi. Setelah mereka dan polisi sampai. Langsung saja, mereka membawa pergi jenazah dari kobaran api agar tidak terbakar terlalu banyak.
Kepala keamanan pun bertanya "maaf pak, bagaimana kondisi jenazah?"
"Kondisi jenazah sudah sedikit terbakar, ada baiknya segera dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan otopsi" ujar pak polisi.
"Baik pak, mari" ucap kepala keamanan Batara mempersilahkan.
Setelah tiba di rumah sakit terdekat, langsung saja mereka mendaftarkan jenazah tersebut agar segera dilakukan otopsi supaya, keesokan harinya bisa langsung dilakukan prosesi pemakaman.
Sementara keadaan di rumah…….
"Hiks….hiks….huaaaa" tangisan mereka histeris.
"Ayah bohong, katanya akan segera pulang"
"Tapi sampai sekarang kenapa belum pulang juga..."
ucapnya dengan mata yang merah dan bengkak.
Rupanya sudah lama sekali mereka menangis dari mulai mengangkat telepon hingga sekarang yang bila dihitung sudah ada 5 jam.
"Hiks...hiks...hikss...hik...hik" tangis mereka tersenggal-senggal.
"Bik, ayah kami kemana?" tanya Yana.
"Bunda juga kemana?" tanya Gane.
"Bibi tidak tahu den, coba bibi tanyakan ya ke pihak keamanan ya?" tawar bibi pelayan.
"Iya…hiks...huaaaaaa...aku mau ayah! Aku juga mau bunda...hiks...hiks" lanjut Kana.
"Iya, sebentar" ujarnya menenangkan.
Setelah menanyakan kabar, bibi pelayan pun shock mendengarnya. Juga bingung bagaimana caranya, untuk memberitahukan hal tersebut.
Bibi pun melihat kearah double twins yang masih menangis. Lalu ia melihat ke arah pelayan lain, dan bertanya dengan berbisik-bisik.
Pelayan lain yang diberitahu juga sama-sama shock dan bingung untuk menjelaskannya. Kepala pelayan maju untuk memberitahukan hal tersebut kepada double twins.
"Nona muda, tuan muda. Bisa minta waktunya sebentar?"
"Ada apa? Ayah dan bunda baik-baik saja kan?" tanya Indra.
"Emm, begini tuan muda. Tuan dan nyonya sudah tiada" ucapnya dengan kepala tertunduk.
Air mata pun mengalir deras di pelupuk mata double twins. Tak ada yang berani berbicara selama beberapa menit. Mereka bukan anak bodoh yang tidak mengerti arti kalimat tersebut.
"Tidakkkkk, itu tidak benar kan?" ucap double tak percaya.
"Yang bibi pelayan katakan tidak benar kan?" makin mengalir air mata mereka kala tidak kunjung mendapat jawaban yang diinginkan.
"Ayah dan bunda tidak mungkin tiada!...hiks...hiks" tegas Indra.
"Mereka sudah janji akan pulang" sahut Kana.
Mereka yang mendengar tidak mampu menjawabnya. Air mata mereka juga ikut menggenang. Berpikir bagaimana bisa anak umur 5 dan 6 tahun ditinggal pergi orang tua mereka di rumah yang sangat besar ini. Mereka pasti kesepian.
Saat kepala pelayan akan menjawab pertanyaan double twins, bunyi getaran telepon terdengar di sakunya.
~drrtt~drrtt~drrtt~
"Ya, halo! Bagaimana?"
"Baik, akan segera saya sampaikan."
"Hmm, iya terimakasih sudah memberitahu."
"Emm, maaf tuan dan nona muda. Tolong hapus air mata kalian dan segera tidur!" perintahnya.
"Karna besok adalah waktunya pemakaman tuan dan nyonya" lanjutnya.
"A..apa!" kaget mereka.
"Mereka tidak pergi kan…hiks, mereka masih ada kan?" tanyanya pelan.
"Itu pasti tidak benar!" sanggah mereka bersamaan.
Para pelayan pun segera menenangkan double twins, dan menyuruh mereka untuk segera kembali ke kamar dan tidur. Agar mereka bisa ikut prosesi pemakaman esok hari.
Sinar matahari muncul dengan tiba-tiba menandakan pagi telah datang. Double twins tidak bisa tidur nyenyak semalam, bila dihitung mereka hanya tidur selama 3 jam saja.
Memang waktu yang kurang untuk anak-anak tidur, tapi mau bagaimana lagi. Situasi semalam membuat mereka tidak tenang dan terus menangis semalaman, hingga tertidur dengan sendirinya.
Pagi ini para pelayan tengah mempersiapkan prosesi pemakaman untuk tuan dan nyonya rumah serta sopir yang ikut menjadi korban. Suara yang berisik membangunkan mereka saat itu.
"Hoaammm."
"Kenapa aku mimpi ayah dan bunda tiada?" ucap Yana.
"Aku juga" ucap Kana dan yang lain pun membenarkan.
"Tidak dek, mereka memang sudah tiada semalam" sahut Indra dengan mata kosongnya. Sehingga yang lain segera tersadar, bila apa yang mereka pikir mimpi yang sama ternyata sebuah kenyataan.
Hingga ketukan pintu menyadarkan mereka.
~Tok...tok…tok~
"Ya, masuk!"
"Maaf tuan muda dan nona muda, waktunya Anda semua bersiap untuk menuju pemakaman" kata orang yang mengetuk pintu.
"Bisakah tinggalkan kami sebentar?" pinta Indra.
"Baik tuan muda, Anda semua punya 20 menit untuk menenangkan diri" dia pun memberikan sedikit waktu.
Pelayan pun segera keluar dari ruangan tersebut dan membiarkan para tuan muda dan nona muda mereka menenangkan diri.
"Mereka pasti terkejut" pikirnya.
20 menit waktu yang diberikan telah berlalu, mau tidak mau mereka harus segera bersiap untuk bertemu Arya dan Dita untuk terakhir kalinya.
"Kita harus ingat kata ayah dan bunda!" tegas Indra.
"Kita harus kuat, jangan selalu menangis!"
"Setidaknya kita masih bisa melihat mereka untuk terakhir kalinya" lanjut Indra.
"Iya, kak.." mau tidak mau, mereka harus setuju.
Pelayan yang berada dibalik pintu berniat membantu mempersiapkan tuan muda dan nona muda mereka. Namun berhenti saat ia mendengar perkataan anak sulung di keluarga ini.
Sungguh hatinya serasa diiris dan air mata menetes tanpa diminta. Mengetahui bahwa tuan muda mereka bersikap kuat dan dewasa untuk adik-adiknya.
Segera ia menormalkan keadaan dan mengetuk pintu sebagai tanda kesopanan.
~Tok...tok…tok~
"Permisi tuan muda dan nona muda" ujarnya.
"Ya, ada apa?" balas suara dari dalam ruangan.
"Bolehkah saya masuk, sudah waktunya Anda semua untuk bersiap" ucapnya dari balik pintu.
"Masuk saja bik, pintu tidak dikunci" ucap Gane.
Mereka semua bersiap dan masuk ke dalam mobil yang telah disiapkan untuk menuju tanah pemakaman.
"Kita berangkat tuan muda dan nona muda."
Disepanjang jalan, sang sopir sungguh canggung dengan suasana yang ada. Tidak biasanya mereka terdiam seperti ini. Namun sang sopir juga tahu, bahwa ini wajar saat ditinggal pergi untuk selamanya oleh orang terkasih. Apalagi mereka masih berada di usia yang sangat muda.
Tidak lama kemudian, sopir memberitahukan bahwa mereka telah sampai di tempat yang akan menjadi peristirahatan terakhir orang tua double twins.
Tidak ada suara, bahkan air mata yang tergenang saat mereka turun dan melihat secara langsung prosesi pemakaman tersebut.
Bukannya tidak peduli, mereka hanya ingin terlihat kuat dimata orang lain.
Banyak sekali orang-orang yang berdatangan membawa rangkaian bunga dan mengucapkan belasungkawa atas kepergiannya orang yang terhormat.
Para karyawan Batara Company juga turut hadir di pemakaman sejak pagi tadi hingga siang hari.
Saat matahari telah diatas, pelayan meminta double twins untuk masuk mobil dan pulang.
Sebelumnya, mereka menyempatkan diri untuk mencium batu nisan Arya dan Dita seraya berdo'a "Semoga, ayah dan bunda tenang di alam sana" ucap double twins dengan air mata yang menetes.
Mereka akan selalu ingat perkataan yang diucapkan bunda mereka dan juga sang ayah.
Keheningan melanda meja makan berbariskan kursi berjumlah 6 buah. 2 kursi milik orang tua mereka berada di ujung meja. Double twins makan dengan saling berhadapan.
Hanya suara dentingan sendok yang terdengar. Setelah selesai, mereka langsung menuju ke kamar untuk mengistirahatkan tubuh dan jiwa mereka yang diguncang keadaan.
Mereka tertidur dengan nyenyak karena para pelayan sengaja memasukkan obat tidur di makanan mereka. Dengan harapan agar tuan dan nona muda mereka dapat beristirahat dengan tenang sejenak tanpa memikirkan kejadian yang sudah terjadi.
Double twins masih saja tidak menyangka, jika orang tua mereka telah beristirahat untuk selamanya. Saat sedang makan pun, pikiran mereka entah pergi melayang kemana? karena mereka sama sekali tidak fokus dengan sarapan mereka.
Setelah dari ruang makan, double twins berjalan menuju ruang bioskop untuk mengalihkan pikiran mereka sejenak, karena jujur kejadian kemarin sangat membuat mereka tertekan dan jatuh ke dalam jurang.
3 jam mereka habiskan di dalam bioskop untuk menonton film.
Double twins izin untuk tidak sekolah dan para guru juga memahami, bahkan mereka semua datang ke acara pemakaman orang tua double twins kemarin.
Kemungkinan selama seminggu ini, mereka akan tetap di rumah dan mencoba untuk memulihkan diri.
Beberapa hari setelah kematian orang tua mereka, sikap dan kebiasaan pun mulai sedikit berubah. Yang biasanya selalu berebut mainan hingga makanan, sekarang malah memilih berdiam diri dikamar dan hanya keluar ketika bosan dan makan saja.
Padahal sebelum semua itu terjadi, mereka masih sempat berebut cake di meja makan. Karena cake merupakan salah satu desert kesukaan mereka.
Waktu pun berjalan ....
Disebuah taman yang sangat indah, berisikan berbagai macam jenis bunga lokal dan luar yang sangat harum aromanya. Disana ada satu gazebo kecil untuk orang yang ingin menikmati suasana menenangkan.
Tak disangka, ternyata para tuan muda dan nona muda Batara berada disana. Taman tersebut merupakan favorit mendiang bunda mereka. Sehingga secara tidak sadar, mereka dituntun ke arah taman tersebut.
Entah mengapa, tubuh dan jiwa mereka seakan pulih secara perlahan saat berada disana.
Double twins sangat menikmati hamparan bunga yang aromanya sungguh harum di depan mereka. Seakan-akan, bunda dan ayah mereka masih ada dan menemani mereka duduk disana.
Bunga-bunga itu seakan-akan menjadi sebuah obat dan penyemangat.
Seorang pelayan mendatangi dan menawarkan sesuatu "permisi tuan muda dan nona muda, adakah yang bisa saya bantu?"
Double twins pun menolehkan kepala mereka ke arah pelayan tersebut, mereka terdiam sejenak. Lalu mengatakan "Iya, tolong bawakan kami teh hijau dan biskuit, lalu bawa kesini" pinta Gane.
"Baik, tuan muda. Saya permisi dulu."
"Terimakasih" ucapnya tulus.
"Sudah tugas saya melayani Anda semua" ujar pelayan seraya tersenyum tipis karena mendengar kata terimakasih dari tuannya.
Setidaknya tuan dan nona muda mereka sedikit pulih dari hari ke hari.
Sekitar 10 menit kemudian, pelayan tadi membawa meja dorong berisikan pesanan double twins, bahkan berbagai dessert yang sudah beberapa hari ini tidak mereka makan.
...*****...
Sangatlah lama mereka menikmati pemandangan tersebut ditemani cemilan dan obrolan singkat namun hangat. Mereka rasa, perasaan mereka semakin baik bila berada disana.
Matahari pun kini telah menyembunyikan cahayanya, double twins memutuskan untuk segera masuk ke dalam rumah. Udara sangat dingin pada malam hari, mereka tidak mau menjadi sakit.
Kali ini, tidak hening seperti sebelumnya. Akan ada obrolan kecil yang tercipta. Itupun membuat para pekerja rumah bahagia.
Saat bangun, mereka langsung menuju kamar mandi dan bersiap-siap. Dirasa semuanya siap, mereka langsung turun bersama-sama dan menuju meja makan untuk sarapan.
Hari ini suasana meja makan tampak terlihat lebih hidup dengan beberapa candaan dan pembicaraan yang terjadi. Para pelayan yang mendampingi sangat bersyukur, karena double twins sudah mulai kembali ke keadaan semula.
Seperti biasa, setelah selesai makan mereka akan berterimakasih kepada pelayan yang telah menyiapkan sarapan mereka. Tak lama kemudian bell rumah berbunyi.
~Ting~tong~ting~tong~
Pelayan langsung bergegas membukakan pintu untuk tamu. Sebelum itu, ia bertanya maksud kedatangan tamu tersebut yang ternyata seorang pengacara terkenal.
"Permisi tuan, ada keperluan apa ya Anda kemari?"
"Ohh, maafkan saya yang bertamu ke rumah orang pagi-pagi sekali. Saya ada perlu dengan tuan muda dan nona muda Batara" ucapnya.
"Tidak apa-apa tuan, akan segera saya sampaikan kedatangan anda kepada tuan dan nona muda" pelayan itu mempersilahkan pengacara untuk masuk.
Tidak sampai 5 menit waktu berjalan. Double twins telah terlihat dari arah dimana tangga berada. Mereka pun langsung duduk di kursi ruang tamu. Dan menanyakan maksud kedatangan tamu spesial tersebut.
"Maaf tuan pengacara, Anda telah menunggu lama" ucap Indra memulai percakapan.
"Tidak terlalu lama tuan muda, saya hanya menunggu sebentar saja."
"Ada keperluan apa? Seorang pengacara terkenal datang kemari pagi-pagi sekali" ujar Indra dengan matanya yang memincing curiga.
"Seperti yang saya tahu, Anda sangat pintar tuan muda Indra" ucapnya yang dibalas senyuman tipis oleh Indra.
"Begitukah?"
Sang pengacara pun hanya mengangguk dan langsung mengatakan tujuannya datang kesini. "Saya hanya ingin menyampaikan beberapa hal untuk tuan muda dan nona muda Batara."
"Saya disini atas perintah tuan Arya sebelum beliau meninggal" ucapnya tenang dan serius.
Mendengar kalimat tersebut double twins langsung tegang. Mereka bertanya-tanya, kapan ayah mereka menyuruh pengacara tersebut untuk kesini. Si pengacara pun dapat langsung menebak ekspresi mereka.
"Saya tahu apa yang kalian pikirkan, saya kesini atas perintah Almarhum Tuan Arya tepat sebelum beliau meninggal"
"Beliau mempercayakan saya untuk menyampaikan surat wasiat yang telah dibuat tuan Arya, jauh sebelum beliau meninggal" yang lain pun hanya menyimak tanpa berniat memotong perkataan pengacara tersebut.
Sang pengacara melanjutkan ucapannya ketika melihat raut wajah yang ditampilkan oleh double twins "baik, langsung saja saya mulai. Karena saya harus segera pergi ke luar kota untuk membantu klien saya yang lain."
Si pengacara pun mengambil beberapa lembar kertas dan membacakan isinya. "Di kertas ini tercantumkan nama dan isi wasiat dari tuan Arya untuk Anda semua."
Memakai kacamatanya, pengacara mulai berbicara.
"Disini tertulis, bahwa harta milik keluarga Batara akan dibagi secara merata oleh tuan Arya untuk anak-anaknya. Tuan Arya mengatakan bahwa kalian, masing-masing akan mendapatkan saham Batara Company sebesar 20 %."
"Sedangkan sisa penghasilan saham akan diberikan dan di bagikan kepada panti asuhan dan orang-orang yang kurang mampu."
"Tuan Arya juga berpesan, untuk Anda semua menggunakan saham tersebut sebaik-baiknya" tuturnya.
"Baik hanya itu yang ingin saya sampaikan, apa ada pertanyaan?" Ucap pengacara tersebut.
Suasana di ruang tamu tersebut hening, hingga tak lama kemudian Kana mulai bertanya. "Apakah tidak ada anggota keluarga yang lain?"
"Setahu saya, dari pihak tuan Arya memang sudah tidak ada anggota keluarga yang lain, hanya kalian yang tersisa" jawabnya
"Bagaimana dengan pihak bunda?" tanya Gane.
"Kalau soal itu, saya tidak tahu tuan muda. Saya tidak mendapatkan sedikit informasi mengenai itu."
"Informasi tersebut, seperti sengaja ditutup untuk umum" lanjutnya.
"Apakah benar-benar tidak ada informasi yang lebih mendetail?" tanya Indra.
"Benar-benar tidak ada tuan muda" jawabnya.
"Lalu, siapa yang mengurus perusahaan setelah ayah tiada?"
"Untuk sementara, perusahaan akan diurus oleh pemerintah sampai salah satu dari kalian siap untuk menggantikan posisi tuan Arya secara resmi"
"Apakah kalian sudah memutuskan siapa yang akan memimpin perusahaan?" tanyanya.
"Bolehkah Anda memberikan waktu satu hari untuk kami memikirkannya?" tanya Yana.
"Sangat boleh nona muda, saya akan kembali lagi besok siang untuk meminta jawabannya" katanya.
"Agar saya bisa langsung mengurus dokumen yang diperlukan" ucapnya lagi seraya merapikan kertas tadi dan memasukkannya ke dalam tas kerja.
"Baik, terimakasih telah memberikan kami waktu tuan pengacara" ucap double twins.
"Sudah tugas saya untuk menuruti keinginan klien yang telah membayar dengan jumlah yang sangat besar" sang pengacara berucap seraya tersenyum memperlihatkan giginya yang tampak rapi dan putih.
Sungguh, benar-benar pengacara yang menyilaukan. Double twins pikir, mungkin sang pengacara punya sedikit karakter unik. Terbukti dari perkataannya yang menyiratkan bahwa ia sangat menyukai uang.
Lama waktu berjalan, hingga tak terasa bahwa matahari akan segera terbenam ke arah barat.
Doble twins segera menuju meja makan untuk makan malam. Mereka sudah tidak sabar untuk memakan makanan yang ada di meja, karena jujur saja, perut mereka berbunyi minta diisi dengan makanan yang enak.
Wajar saja mereka begitu, karena tadi siang mereka sibuk membahas siapa yang akan menjadi penerus ayah mereka dimasa depan. Dan diskusi mereka pun berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang sesuai.
Bulan berada makin tinggi di atas langit, double twins belum mau tidur. Mereka pun memutuskan untuk mengunjungi taman bunda mereka.
Disana mereka berbaring di atas alas dan dibawah bintang yang bertebaran di sekitar bulan yang bersinar. Mata mereka mengarah ke atas dan melihat bintang. Terlihat 6 bintang yang sangat terang dan dekat dengan bulan.
"Lihatlah kak, keenam bintang itu sangat terang" Yana berucap.
Iya ya, kenapa bisa seperti itu?" heran Kana.
"Andaikan bintang itu keluarga kita, dan bulan adalah simbol kebersamaan. Pasti keluarga kita masih lengkap kan sampai sekarang"
Yang lain pun hanya terdiam, mereka berharap. Dimasa depan, mereka akan terus bersama. Dalam suka maupun duka.
Malam pun semakin larut, tak terasa jarum jam menunjukkan angka 11 tepat. Mereka segera bangkit dari alas dan berjalan menuju kamar untuk beristirahat.
Pada siang hari…
Mereka, bersama pengacara yang kemarin datang duduk bersama di ruang tamu.
Para pelayan segera menyiapkan cemilan dan minuman untuk mendampingi pembicaraan mereka. Tanpa basa-basi lagi, sang pengacara langsung menanyakan jawaban yang diinginkan.
"Bagaimana?"
"Apakah kalian sudah memutuskannya?" tanyanya melihat double twins serius.
"Sudah tuan pengacara" jawab Yana.
"Kami sepakat untuk Kak Indra yang menggantikan posisi ayah dimasa depan" ujar Kana.
"Ya, kak Indra itu anak pertama. Ia lebih layak untuk mendapatkannya" kalimat tersebut keluar dari mulut Gane.
"Apalagi, kak Indra lebih tau mengenai dunia bisnis" gantian Yana yang berbicara. Sedangkan Indra hanya pasrah menerima keadaan yang menyudutkannya.
"Pilihan yang bagus" puji si pengacara.
"Dari awal aku telah mencari informasi tentang kalian, dan menemukan bahwa tuan muda Indra lah yang sangat cocok dan menguasai materi bisnis di usia yang terbilang sangat muda" lanjutnya.
"Saya benar kan? tuan muda Indra" sang pengacara mengucapkan hal tersebut dengan senyuman penuh makna.
Dan tentunya, Indra membalas senyuman tersebut dengan senyuman yang sangat tipis. Namun, mengandung makna yang sangat dalam di senyumannya.
Hari semakin sore, si pengacara pun telah pamit sedari tadi. Kini, double twins sedang dilanda kebosanan yang sangat besar.
Mereka bingung ingin melakukan apa. Akhirnya mereka memutuskan untuk bersih-bersih dan bersiap menuju pasar malam yang ada di dekat rumah dengan ditemani 2 pengurus rumah.
Tidak mungkin mereka membiarkan tuan muda dan nona muda mereka sendirian di pasar malam.
Sekarang matahari telah sepenuhnya terbenam dan diganti dengan bulan berbentuk setengah lingkaran. Mereka pun asyik menikmati seluruh wahana yang ada, seperti bianglala, rumah hantu, roller coaster mini, ayunan putar dan masih banyak permainan yang bisa mereka mainkan.
Setelah semua selesai dimainkan, rasa lelah menempel di tubuh mereka. Apalagi para pengurus rumah yang sudah sangat kewalahan mengikuti anak majikan mereka.
Namun, mereka sangat senang ketika melihat anak majikan mereka bahagia. Seketika rasa lelah yang melanda hilang entah kemana.
Karena semua merasa lelah dan lapar, segera saja mereka berkeliling pasar malam untuk membeli beberapa makanan yang bisa mengisi perut mereka dan memakannya di kursi taman dekat bianglala berada.
Saat menikmati makanan yang ada, perhatian mereka teralihkan ke arah roller coaster berada. Mereka bisa mendengar dan melihat bahwa disana banyak orang yang berteriak senang dan takut, bahkan ada yang sudah pingsan disana.
"Hihihi….hahahaha, lihat itu! Wajah mereka sangat lucu" Kana dan Yana tertawa bersama melihatnya. Yang lain pun hanya tersenyum menahan tawa.
Tiba-tiba, salah satu pengurus rumah mengatakan sesuatu. "Maaf tuan muda dan nona muda, hari semakin malam. Sudah waktunya Anda semua untuk tidur"
Double twins pun langsung menyadari jika hari telah sangat larut. "Hahaha, iya kamu benar. Kami terlalu senang bermain tadi, jadinya kami tidak menyadarinya"
Akhirnya mereka pun memutuskan untuk segera pulang dan langsung istirahat di kamar dengan melewatkan makan malam. Karena perut mereka semua sudah terasa kenyang.
Para pelayan yang ada di rumah, sebelumnya sangat panik dan khawatir karena double twins bersama 2 pengurus rumah belum juga pulang. Setelah double twins sampai, rasa panik dan khawatir mereka langsung saja hilang dan digantikan dengan kelegaan.
Kemudian, para pelayan membersihkan tubuh mereka masing-masing dan langsung tidur karena kecapekan. Apalagi, bila tuan rumah belum tidur. Mereka juga dilarang untuk tidur. Mereka sudah diajarkan begitu sejak masih berada di bimbingan.
Di bimbingan tersebut mereka akan diajarkan tata krama, dan beberapa bahasa asing yang mereka pilih sendiri. Mereka juga diajarkan bagaimana caranya mengurus rumah bahkan mereka diajarkan untuk bisa menghitung gizi suatu makanan.
Masa pelatihan mereka biasanya, selama 2 sampai 3 tahun tergantung dengan kemampuan individu. Untuk masuk ke sana pun hanya membutuhkan sedikit biaya. Yakni 3 sampai 5 juta per tahunnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!