NovelToon NovelToon

HIDUPKU SETELAH MENIKAH

Cibiran Mertua

Zakira, ia baru saja melangsungkan pernikahan dengan sang kekasih pujaan hatinya.

Pernikahan itu didasari rasa cinta dan saling menyayangi, berharap selalu ada cinta di dalam rumah tangganya.

Zakira, gadis berambut hitam panjang bergelombang itu mengikuti permintaan suaminya yang mengajaknya untuk tinggal bersama di rumah yang sudah disiapkan oleh darma dan Norma (Ibu dan Ayah dari Pras, suami Zakira).

Darma dan Norma menyiapkan rumah itu tidak khusus untuk Pras dan Zakira saja. Di sana sudah ada Ninik dan Anto yang lebih dulu menempati rumah tersebut.

Ninik dan Anto adalah kakak ipar Zakira dan semua anak menantu dari Darma akan menempati rumah tersebut sampai mereka mampu membeli rumah sendiri.

****

Setelah perjalanan yang cukup jauh, Bogor-Jakarta, Zakira dan Pras sudah sampai di rumah Darma.

"Assalamu'alaikum." Pras dan Zakira mengucap salam saat keduanya berada di depan pintu, Pras pun segera membuka pintu itu dari luar.

Terlihat, Darma dan Norma baru saja keluar dari ruang tengah.

"Eh, kalian udah sampai, ayo, sini, makan malam dulu. Kalian pasti lelah!" perintah Norma pada Pras Dan Zakira.

Zakira yang merupakan anggota keluarga baru itu hanya membalas dengan senyum dan mengikuti langkah kaki suaminya.

Pras menarik-kan kursi makan untuk istrinya. "Terimakasih," ucap Zakira seraya memberikan senyum manisnya.

"Sama-sama," jawab Pras seraya menarik kursi sebelah Zakira untuk dirinya duduk.

Pras memperlakukan Zakira layaknya seorang ratu. Pria muda berusia 25 tahun itu tidak segan memperlihatkan kasih sayangnya di depan ibu dan bapaknya.

Pras tidak perduli dengan sebutan suami takut istri atau bucin.

Yang Pras tau hanya ingin mengekspresikan rasa cintanya.

Zakira mengambilkan nasi beserta lauk pauk untuk suaminya dan saat itu juga Norma mengingatkan padanya kalau Pras sangat menyukai sup ayam buatannya. Norma juga meminta pada Zakira untuk memperbanyak kuah di piring Pras.

Zakira menurutinya.

Setelah melayani suaminya, Zakira yang masih merasa malu-malu itu mengambil sedikit nasi untuk piringnya.

Dan karena Zakira tidak begitu menyukai makanan berkuah, gadis berkulit kuning langsat itu hanya mengambil isian dari sup tersebut.

Selesai dengan makan malam, Darma mengajak Pras dan Zakira untuk duduk di ruang tengah, sepertinya Darma akan memberikan sedikit wejangan untuk pasangan muda ini.

Dan benar saja, Darma langsung membuka pembicaraan, pria sepuh berambut putih ini menepuk bahu Pras yang duduk di sampingnya.

"Sementara, sampai punya rumah sendiri, bareng dulu sama mbak kamu, rumahnya mau disekat nanti enggak sama orang disangkanya kalian enggak akur, biar akrab juga kalian nya, ya!"

Tentu saja Pras akan sangat setuju, selain bisa menghemat pengeluaran biaya sewa rumah, Pras juga akan meminta pada Zakira untuk mengurus ibunya.

Pras selalu mengatakan kalau dirinya ingin menjadi anak yang berbakti kepada ibu dan bapaknya.

Selama itu benar di mata Zakira, maka, Zakira sangat setuju, Zakira berpikir kalau Pras adalah anak yang baik dan sholeh mungkin akan berlaku juga untuk orang tuanya nanti.

Apakah benar yang telah terpikirkan oleh Zakira?

****

Selesai dengan mengobrol, Pras mengajak Zakira untuk berjalan kaki menuju rumah tersebut, rumah itu tak jauh dari rumah ibunya.

Sesampainya di rumah itu, Zakira tak disambut oleh kakak iparnya, hanya ada dua keponakan dari suaminya yang masih kecil-kecil sedang menonton televisi.

Setelah melihat siapa yang datang, dua keponakan itu berlari masuk ke kamarnya, mungkin merasa malu pada Zakira yang mulai sekarang akan bergabung dengan keluarganya.

Dalam hati, Zakira mengatakan kalau dirinya akan bisa dengan cepat beradaptasi dan mulai akrab dengan keluarga suaminya.

Tapi nyatanya tidak seperti itu.

Setelah sebulan pernikahan, Zakira yang masih bekerja dan juga harus mengurus mertuanya itu mulai mengerti keadaan dirinya yang ternyata tidak baik-baik saja.

Zakira yang bekerja sebagai karyawan perusahaan swasta, tepatnya garmen, dan Zakira menjadi asisten leader operator itu mendapatkan pertanyaan dari teman dekatnya.

Di pojok kantin, tempat biasa Zakira dan teman-temannya duduk untuk beristirahat juga mengisi perutnya, di sana, Tatiana, teman dekat Zakira tak sengaja menyenggol lengan Zakira saat akan mengambil jus jeruk pesanannya yang baru sampai. Lengan itu terasa hangat.

"Rara, kamu demam?" tanyanya seraya memperhatikan wajah pucat Zakira.

Zakira menjawab kalau dirinya sedikit tidak enak badan.

"Kalau begitu, nanti istirahat aja di klinik. Biar aku sampaikan sama Kak Nia kalau kamu sakit!?" perintah Tatiana yang biasa di sapa Ana.

"Enggak papa Kak Ana. Aku kuat, kok. Aku enggak enak. Baru cuti nikah kemarin masa mau males-malesan." Zakira pun menyeruput teh hangatnya.

Dan setelah meminum teh hangat, Zakira menjadi berkeringat. Gadis berseragam biru itu merasa membaik.

Selesai jam kerja, Pkl 17.00 wib, Zakira sudah ditunggu oleh Pras.

Zakira pun berjalan dengan cepat, sesampainya di depan Pras, Zakira tersenyum dan Pras mengusap pucuk kepala Zakira, setelah itu, Pras memakaikan helm untuk Zakira.

Perlakuan Pras membuat Zakira merasa beruntung, beruntung memiliki suami yang baik walau saat ini pendapatan Zakira lebih besar dari Pras. Tetapi, Zakira tak mempersalahkan itu, Zakira juga menyemangati suaminya supaya tidak minder atau berkecil hati.

Di perjalanan, Pras bertanya, "Sayang, mau makan apa?" seraya tangan yang mengusap punggung tangan istrinya yang berada di atas perutnya.

"Apa aja, kamu mau makan apa?"

"Sate padang, mau?" tanya Pras dan Zakira pun mengiyakan.

Sesampainya di rumah, di sana ada mertuanya yang baru saja pulang berjualan, ya Norma memiliki toko di pasar, toko sembako tepatnya.

Mungkin karena Pras dan Zakira tidak membelikan untuknya membuat Pras dan Zakira mendapatkan cibiran.

"Ngapain beli, mending masak, biar hemat!" ucapnya seraya memberikan barang bawaannya untuk Ninik.

Ya, Norma memang tidak perhitungan untuk memberi pada anaknya, ia sering memberikan beras atau kebutuhan lainnya.

"Ini buat kamu, Ra! Rajin masak, ya!" kata Norma seraya memberikan sekarung kecil beras.

"Makasih, Bu. Tapi enggak usah repot-repot begini," kata Zakira seraya menerima karung itu.

"Biarin, biar uang Pras sama kamu ditabung aja, biar kumpul buat beli rumah!" jawabnya. Setelah itu, Norma pergi dari rumah Pras.

"Mas, tadi enggak inget buat beliin ibu sekalian! Jadi enggak enak aku, belum lagi keponakan kamu, masa kita beli buat sendiri aja," kata Zakira.

"Biarin aja, lagian, biasanya Ibu enggak pernah mau dibeliin makan di luar," jawab Pras.

Setelah itu, Pras memanggil keponakannya. "Damar, Wisnu. Om punya sate padang, kamu mau, enggak?"

Damar yang sudah duduk di bangku SD kelas lima itu menolak, sepertinya pria kecil itu masih malu pada tante barunya.

Sedangkan Wisnu, ia pria kecil yang dengan mudahnya Zakira taklukkan, sekarang, Wisnu sudah duduk di samping Zakira dan Pras.

Mereka bertiga duduk di lantai beralaskan karpet.

"Wisnu suka?" tanya Zakira dan Wisnu mengiyakan.

Wisnu juga meminta pada Pras untuk tidur di kamarnya. Dan Zakira tidak keberatan. Seraya menunggu Zakira yang sedang membersihkan diri, Wisnu memainkan ponsel Zakira seraya berbaring di ranjang.

Dan saat itu ada panggilan masuk, Ibu Zakira yang menelepon.

Wisnu pun berlari ke kamar mandi yang berada di pojok dapur.

"Tante, ada yang telepon," kata Wisnu yang sudah berada di depan pintu.

Tidak lama, Zakira yang sudah selesai itu keluar dari kamar mandi dan menerima panggilan tersebut.

"Halo, Bu." Zakira menempelkan benda pipih itu di telinga kanannya dan obrolan pun di mulai.

"Nanti Zakira ajak Mas Pras, ya, Bu." Setelah itu, keduanya menyudahi obrolan tersebut.

Zakira mencari Pras dan lelaki itu ada di kamarnya sedang memainkan ponsel.

"Mas...," lirih Zakira seraya duduk di bibir ranjang.

"Hmm," jawab Pras yang sedang serius bermain game online.

"Udah lama aku enggak ketemu sama mama, bapak. Besok kan hari sabtu, libur. Kita jenguk mereka, ya!" pinta Zakira seraya mengeringkan rambut menggunakan Handuk kecil.

Apakah Pras akan mengiyakan permintaan istrinya?

Bersambung.

Jangan lupa like, komen dan subscribe, ya.

Kecewa

Zakira mengulangi ajakannya, gadis berambut panjang itu mengira kalau suaminya tidak mendengar.

"Mas, besok-"Dan ucapan Zakira terpotong saat Pras menjawabnya.

"Aku capek, lain kali aja!" jawab Pras seraya terus bermain game online.

"Capek juga enggak setiap hari libur, kan. Masih ada hari minggu buat kamu santai nanti," kata Zakira yang masih mencoba membujuk suaminya. Ia hampir menangis karena sangat merindukan ibu dan ayahnya.

"Kalau aku bilang enggak berarti enggak!"

Mendengar jawaban itu, air mata Zakira lolos begitu saja. Ia pun segera mengusapnya.

Zakira yang merasa kecewa itu tak menunggu suaminya untuk tidur. Gadis yang sudah rapih dengan piyamanya itu meringkuk, menangis tanpa sepengetahuan suaminya.

Tetapi, dari gerak tubuh Zakira, Pras mengetahui kalau istrinya sedang menangis.

Entah apa yang dipikirkan oleh Pras sehingga ia tetap melanjutkan permainannya tanpa menenangkan istrinya lebih dulu.

Selesai dengan game, Pras memindahkan Wisnu ke kamarnya. Ia tidak ingin Wisnu mengganggu malamnya bersama Zakira.

Setelah itu, Pras kembali ke kamarnya dan membalikkan tubuh istrinya.

Terlihat mata sembabnya karena menangis.

Zakira pun membuka matanya, terlihat wajah suaminya yang berada di dekat wajahnya.

Pras mengecup kening istrinya dan mengucapkan kata maaf.

"Maaf, aku udah bikin kamu nangis!"

Zakira menjawab dengan menganggukkan kepala.

Setelah itu, Zakira pun masuk ke pelukan Pras dan Olahraga malam pun terjadi.

Keesokannya, Zakira yang sudah selesai dengan mandi dan melaksanakan sholat subuh. Zakira mulai berperang di dapur.

Zakira memasak untuk suami dan mertuanya. Di sela-sela masaknya, Damar mencium aroma wangi masakan itu dan terdengar kalau Damar merengek meminta pada Ninik.

Mendengar Damar yang merengek, Zakira pun berjalan ke ruang tengah untuk menawarkan sarapan bersama pada Damar, tetapi, Damar hanya diam saja, membuat Zakira tidak tau harus berbuat apa.

Terlihat Ninik sedang membawa buku penjualan ibunya, Zakira pun menyapa dan menawarkan sarapan yang diinginkan Damar.

Tetapi, Ninik sama sekali tak menjawab tawaran itu.

"Mungkin dia enggak suka serumah sama aku," batin Zakira.

Entah, sudah berapa kali Zakira diabaikan oleh kakak iparnya.

Zakira tak mengambil hati, ia yang berdiri di ruang tengah itu kembali ke dapur.

Zakira mulai menyiapkan sarapan untuk suaminya di meja makan, tidak lupa menyiapkannya juga untuk Ibu dan Ayah mertuanya.

Selesai dengan itu, Zakira segera mengantarkan sarapan yang berupa tumis sawi hijau dengan ayam goreng.

"Makasih, Ra. Udah repot-repot, itu di kulkas banyak sayuran, kalau mau makan tinggal ambil aja buat masak!" kata Norma yang sedang bersiap untuk pergi ke pasar.

"Masak apa ini? Kayanya enak," kata Darma yang baru selesai dengan tadarusnya. Terlihat, ayah mertuanya itu masih lengkap menggunakan sarung dan koko, pria tua itu mulai duduk untuk menatap sarapannya sebelum pergi ke pasar.

"Iya udah, Rara balik dulu, mau nyuci, sama nanti Rara sama Mas Pras mau pergi," kata Rara seraya merapikan kembali rantang di meja makan.

"Kemana, Ra?" tanya Norma yang mulai ikut duduk di kursi meja makan.

"Mau cari mesin cuci, Bu."

"Beli mesin cuci yang biasa aja, enggak usah mahal-mahal, yang penting bisa dipakai buat nyuci!" kata Norma dan Zakira hanya bisa menjawab iya.

Setelah itu, Zakira pun benar-benar pergi dari rumah mertuanya.

Ia memikirkan orang tuanya, di sini, Zakira memperlakukan mertuanya dengan baik, tetapi, kenapa hanya sekedar menjenguk orang tuanya sendiri tidak bisa.

Zakira merasa kalau suaminya itu tidaklah adil.

Zakira yang sudah kembali ke rumahnya itu mencuci perabotan, berdiri di depan wastafel ditemani air mata kerinduan atas ibu dan ayahnya.

Dan Pras yang hendak membuang air kecil itu melihat istrinya berdiri sedang mencuci piring pun memeluknya dari belakang.

Zakira hanya bisa diam saja, ia ingin marah, tetapi masih ia bisa tahan rasa kesal itu. Zakira takut akan menjatuhkan harga diri suaminya di depan kakaknya. Maka dari itu, Zakira ingin membicarakannya lebih dulu.

Zakira mulai melepaskan pelukan Pras.

"Kenapa?" tanya Pras yang kembali memeluk Zakira.

"Jangan begini, malu, nanti terlihat sama keponakan kamu!" kata Zakira dan Pras pun akhirnya melepaskan, pria yang sedikit tampan itu menarik kursi meja makan, ia memperhatikan Zakira yang menjadi pendiam.

"Kamu kenapa?" tanyanya.

Zakira menjawab kalau dirinya tidak apa-apa.

"Enggak usah bohong, kamu enggak bisa bohong sama aku!"

"Aku rindu sama orang tua ku!" jawab Zakira tanpa melihat suaminya.

"Iya sudah, besok kita ke sana, hari ini kita jalan dulu," kata Pras, Zakira sangat senang mendengar itu dan mulai menunjukan kembali senyumnya.

"Kamu siap-siap dulu, katanya mau beli mesin cuci biar enggak capek!" kata Pras seraya bangun dari duduk, ia pergi ke kamar mandi.

Dengan semangat 45, Zakira mulai bersiap, ia berdandan untuk suaminya, agar suaminya tidak malu saat mengajak Zakira keluar.

Baru saja Zakira keluar dari kamar, di depan kamar itu sudah ada Ninik.

"Mbak mau pergi, titip Wisnu, ya! Bapaknya Wisnu lagi jaga toko!" kata Ninik, terlihat, Ninik membawa beberapa barang di dalam plastik yang ia tenteng.

"Iya," Zakira hanya bisa menjawab 'iya'.

Berharap, setelah menurutinya, Ninik tidak lagi mengabaikannya saat diajak bicara.

Dan singkat cerita, hari sudah sore, Norma yang mendengar kalau anaknya baru saja membeli mesin cuci bagus itu segera datang.

Terlihat, mesin cuci bukaan depan itu menyita perhatian Norma.

"Berapa mesin cuci kaya gini?" tanyanya dan Zakira menjawab apa adanya.

"Mahal," ucap Norma seolah tak menyukai, wanita tua itu menganggap kalau Zakira membuang-buang uang anaknya.

"Iya, Mas Pras maunya yang ini, katanya biar masuk kering, keluarnya juga kering, sekali pencet-pencet tombol aja udah, bisa ditinggal ngerjain kerjaan yang lain," jawab Zakira seraya memberitahu kelebihan mesin tersebut.

Dan raut tak suka dari Norma itu semakin terlihat saat wanita tua itu pergi dengan mengucapkan kata, "Halah."

Zakira hanya bisa memperhatikan dari belakang. "Emaknya maunya ngirit, anaknya maunya beli yang mahal," batin Zakira.

"Alhamdulillah, udah kebeli mesin cuci, tinggal kulkas belum, mungkin bulan depan bisa kebeli," kata Zakira dalam hati.

"Tante... mesin cuci nya bagus, kaya yang di laundry!" celetuk Wisnu seraya membuka tutup mesin cuci baru tersebut.

"Iya, Wisnu mau masuk ke dalam?" ledek Zakira pada keponakannya itu.

Wisnu menjawab dengan tertawa renyahnya.

****

Malam ini, Zakira berharap kalau akan segera berlalu, ia ingin hari esok segera datang lalu pergi menemui ibu dan ayahnya.

Tetapi, tidak seperti yang diharapkan.

Pagi sekali, Norma sudah datang, ia menyuruh Zakira memasak untuk menyambut anak lainnya.

Benar saja, Zakira hanya bisa bersedih, bukan berarti ia tidak suka dengan kehadiran ipar-iparnya.

"Ra, lain kali aja, ya. Enggak enak, masa ada tamu kita pergi!"

Bersambung.

Like dan komen ya, all.

Ternyata Seberat ini

Zakira terdiam, ia mencoba menahan kekecewaan dan kekesalannya itu. Tetapi, Zakira merasa tidak bisa diam saja.

"Kalau aku diam aja, berarti aku menerima, kalau aku diam aja, apa Mas Pras akan mengerti aku?" tanyanya dalam hati.

Zakira yang berkutat di dapur itu segera menyelesaikan memasaknya, menyeduh teh untuk menyambut para keponakan jauhnya.

Selesai memasak, Zakira memanggil suaminya ke kamar, ingin mengajaknya berbicara empat mata.

"Ada apa?" tanya Pras yang sudah masuk ke kamar, Pras menutup pintunya.

"Mas, aku kan udah selesai mengerjakan semua, nanti kalau kakak kamu udah agak lama di sini, kita kan bisa pamit, kita juga punya keperluan, kan?"

Zakira sudah mencoba berbicara dengan baik, tetapi, Pras tetap tidak mau dengan alasan tidak sopan.

"Enggak sopan, ada tamu kita pergi, nanti lain kali aja kita ke rumah orang tua mu!" kata Pras yang kemudian pergi ke ruang tamu, terdengar kalau anak-anak ibu mertua Zakira sudah sampai.

"Waalaikumsalam," sahut Pras.

Sementara Zakira, wanita itu merasa sebal, tetapi, tak dapat berbuat apa-apa.

"Jahat banget, sih, kamu!" batin Zakira, ia menangis dan segera menghapus air matanya saat mendengar suara mertuanya yang memanggil.

"Ra! Bikinin teh buat Lina sama anak-anak, kopi juga buat mas Heru!" teriak mertua Zakira.

"Iya, Bu!" jawab Zakira seraya bangun dari duduk.

Zakira segera membuatkan jamuan untuk kakak iparnya itu dan Zakira persis seorang pembantu siang itu.

Selesai dengan menjamu, Zakira mencoba ikut membaur, tetapi, perasaannya tidak nyaman, ia berpikir kalau anak mertuanya saja bisa berkumpul di akhir pekan kenapa dirinya tidak dapat berkumpul dengan orang tuanya.

"Ya ampun, Mas. Padahal enggak setiap minggu aku minta ke sana!" batin Zakira, di sana, Zakira mendapatkan banyak pertanyaan.

"Kamu udah hamil, Ra?" tanya Lina, istri dari Heru, anak pertama Norma yang sukses dan memiliki banyak rumah, dua mobil dan beberapa tanah kavling.

"Belum, Mba," jawab Zakira singkat. Zakira yang notabene orang biasa itu merasa tidak nyambung saat keluarga itu membahas soal harta.

"Pras, di sana, deket komplek ada perumahan baru buka, coba aja ajuin di sana!" kata Heru pada Pras yang sedang memangku Jeje anak bungsu Heru yang masih duduk di bangku TK.

"Nanti aja, belum kumpul uangnya," jawab Pras apa adanya.

"Gimana mau kumpul, orang kerjaannya merabot mulu, belinya juga yang mahal-mahal!" timpal Norma yang kemudian menyeruput teh hangatnya.

Ucapan mertuanya itu, seolah menjadi sindiran untuk Zakira.

"Aku ke belakang dulu," kata Zakira yang merasa tidak nyaman. Zakira memilih untuk mencuci piring di dapur.

Baru selesai mencuci perabotan, Norma sudah kembali memanggil Zakira, memintanya untuk menyiapkan makan siang.

"Ya Tuhan. Mereka kaya raja banget, apa karena mereka kaya. Aku juga menantu di sini sama kaya Mbak Lina!" batin Zakira dan Zakira berpapasan dengan Lina yang ingin membantunya.

"Sini, biar Mbak bantu!" kata Lina seraya mengangkat penanak nasi dan membawanya ke ruang tengah, semua orang makan dengan duduk lesehan di depan televisi.

Melihat anak dan cucu berkumpul, tentu saja itu membuat Norma bahagia. Tidak lama kemudian datang Ninik dan Anto. Ninik dan Anto melihat anak-anaknya sedang bergabung dengan anak-anak Heru. Ninik dan Anto pun ikut bergabung untuk sesaat.

"Bapak mana, Bapak?" tanya Heru pada Ninik yang baru saja pulang dari pasar.

"Tadi toko lagi ramai, aku capek jadi pulang dulu," jawab Ninik.

"Iya, ini aku mau berangkat lagi, bantu Bapak, kasian, pulang cuma anter dia aja, Assalamualaikum," kata Anto yang kemudian pergi.

"Waalaikumsalam," sahut semua orang.

Dan selesai dengan makan siang, semua orang bersantai, tetapi, tidak dengan Zakira. Zakira masih harus membereskan yang berantakan.

Selesai dengan itu, Zakira pergi ke kamar, supaya dapat istirahat.

Tak melihat keberadaan Zakira, Pras pun mencarinya.

"Kok kamu di kamar, sih? Enggak enak, ayo ke depan!" perintah Pras seraya mengulurkan tangan kanannya.

Zakira yang sedang berbaring itu tak meraih tangan suaminya, hanya melihatnya saja dan tak terasa buliran bening dari pelupuk mata Zakira menetes.

"Nangis mulu! Biar apa, sih? Biar aku kasian? Air mata andalan!" ucap Pras yang kemudian pergi dari kamar.

"Astaga, Ya Tuhan. Kenapa jadi begini, apa enggak boleh aku merasa lelah? Aku ini manusia, bukan robot dan juga aku bukan pembantu, kenapa aku harus melayani mereka, mereka juga sama kan menantu di rumah ini?" tanya Zakira dalam hati.

Zakira merasa sakit karena tidak ada satupun yang mengerti, hanya satu yang diharapkan oleh Zakira yaitu suaminya.

Tetapi, perasaan Zakira semakin hancur saat suaminya sama seperti mereka. Lalu, pada siapa Zakira akan berkeluh kesah.

Zakira menangis sesenggukan, memanggil nama ibunya. "Maaa, aku enggak betah di sini!"

Zakira menangis sampai tertidur dan saat Zakira bangun, keadaan rumahnya sudah sepi, hanya ada Norma yang sedang membereskan dapur.

Melihat itu, Zakira pun merasa tidak enak hati dan mulai membantu Norma.

Di sela-sela aktivitasnya, Norma yang selalu merasa tidak memiliki dosa dan salah itu memuji Lina dan Heru yang dapat mengelola keuangan keluarga. Bahkan Norma meminta pada Zakira agar bisa mencontohnya.

"Kamu tau, Ra. Lina itu orangnya super ngirit. Dia bisa loh jengkol seperempat buat seminggu! Makanya dia bisa jadi orang yang punya!"

"Iya, Bu." Hanya kata itu lah yang dapat Zakira katakan. Lalu, Zakira pun teringat kalau Pras sama sekali tak menyukai jengkol.

"Tapi... anak Ibu enggak doyan jengkol," kata Zakira yang sedang mencuci gelas di wastafel.

"Iya, Pras sama sekali enggak mau ada jengkol atau pete di rumah. Ibu cuma salut aja kalau Lina bisa sengirit itu orangnya, tapi ada benarnya juga," kata Norma.

"Bu... Bu. Anak mantu pelit medit bin koret gitu kok di sanjung-sanjung, ke sini juga enggak ngasih ibu duit, kan? Padahal kaya loh mereka itu!" batin Zakira.

Ya, Zakira mengetahui itu karena Norma sering bercerita soal Heru yang jarang datang juga memberinya uang. Bahkan, Norma sering merindukan Heru lantaran tidak setiap bulan datang menjenguknya.

"Ah, biarin. Yang penting mereka sehat orang tua udah seneng!" kata Norma yang sedang menyantap pisang bawaan Lina, duduk di kursi meja makan.

"Begitu juga dengan Ibu, Bapakku, Bu! Aku enggak pernah jauh dari mereka, mereka juga pasti rindu sama aku." Zakira kembali mengingat orang tuanya yang jauh di sana.

Lalu, Zakira yang baru saja selesai dengan mencuci piring itu mendapatkan panggilan. Ponselnya berdering dan Zakira segera pergi ke kamar.

Terlihat, Pras sedang tidur dan Zakira segera menerima panggilan itu supaya tidak berisik.

"Iya, nanti Zakira transfer ya, Pak." Setelah itu, Zakira segera menyudahi panggilan tersebut dan ternyata, Pras memperhatikan Zakira.

"Ada apa?" tanya Pras yang sudah merubah posisinya menjadi duduk.

"Bapak minta dikirimin uang, jualannya lagi sepi katanya," jawab Zakira seraya menatap Pras.

"Uang mulu!" jawab Pras yang kemudian kembali berbaring.

"Enggak papa, kan. Aku kirim sekarang, ya! Sedikit kok, cuma 500 aja buat mereka makan," lirih Zakira.

"Terserah, lah!" jawab Pras yang tak mau menatap Zakira.

"Astaghfirullah, Mas. Aku juga bantu kamu nyari duit loh. Kamu aja ngasih orang tuamu dan aku enggak keberatan, masa aku enggak boleh kasih," ucap Zakira masih dengan suara lirih, ia tak mau obrolannya itu di dengar oleh orang lain.

Zakira mengusap dadanya, tak menyangka berumah tangga dengan kekasih hatinya itu ternyata seberat ini.

Bersambung.

Like dan komen ya. Yang like dan komen aku do'ain masuk surga.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!