NovelToon NovelToon

Istri Figuran

Bayi siapa ini?

Hanum menatap awan yang terlihat gelap diikuti angin yang berhembus sangat kencang setelah ia keluar dari dalam ruangan dosen pembimbingnya sore itu. Cuaca kota Bandung satu minggu belakangan ini cukup buruk jika sudah sore hari seperti saat ini. Hanum sudah dapat menebak apa yang akan terjadi sebentar lagi. Apa lagi jika bukan hujan deras yang akan segera turun dan ia akan kembali kehujanan pulang ke kosnya yang berjarak dua kilometer dari kampus.

"Hanum, kenapa masih di sini?" Suara dosen pembimbing Hanum yang baru saja keluar dari dalam ruangannya mengagetkan Hanum.

"Agh, ya. Ibu." Ucap Hanum.

"Hari sudah semakin gelap dan sebentar lagi akan turun hujan. Sekarang lebih baik kau segera pulang agar tidak kehujanan lagi di jalan!" Titah Bu Shanty dosen pembimbing Hanum sekaligus dekan di fakultas ia menuntut ilmu.

Hanum mengangguk-anggukkan kepalanya lalu berpamitan pada Bu Shanty untuk pergi ke parkiran motornya. Bu Shanty mengiyakannya dan menatap Hanum pergi dari hadapannya.

"Anak itu... bukannya pulang malah melamun lebih dulu." Bu Shanty menggeleng-gelengkan kepalanya lalu beranjak menuju parkiran mobilnya.

Kini Hanum sudah berada di parkiran motornya. Dibukanya jok motornya lalu dikeluarkannya mantel dari dalam jok motornya. Hanum segera memakai mantel dan helm lalu menghidupkan mesin motornya dan melajukannya dengan kecepatan sedang menuju kosnya berada. Walau hujan belum turun tapi Hanum sudah siap siaga dengan mantel bewarna pink pastel melekat di tubuh mungilnya.

"Nah, aku kehujanan!" Ucap Hanum saat hujan mulai turun membasahi mantel yang ia kenakan.

Hanum menambah laju motornya agar cepat sampai di kosannya. Beberapa pengendara motor yang sejalan dengannya nampak menepi karena hujan mulai turun dengan deras namun Hanum memilih tetap melajukan motornya menuju kosannya. Lagi pula saat ini Hanum sudah mengenakan mantel di tubuhnya jadi tidak ada lagi alasan untuk Hanum berhenti bersama pengendara motor yang lainnya.

"Akhirnya sampai juga." Hanum bernafas lega setelah sampai di depan kosannya. Dibukanya mantel yang ia pakai lalu digantungnya di depan kosannya. Setelahnya Hanum pun masuk ke dalam kosannya.

Tanpa pikir panjang Hanum segera membersihkan tubuhnya yang sudah lengket setelah beraktivitas seharian di kampus ditambah terkena hujan saat di jalan.

*

Hujan masih terdengar cukup deras di luar sana. Hanum yang sudah selesai mandi dan kini sedang mengistirahatkan tubuhnya di atas ranjang sambil membaca novel online kesukaannya dikagetkan dengan suara tangisan bayi yang terdengar dari luar kosannya.

"Seperti tangisan bayi." Ucap Hanum setelah menghentikan bacaan novelnya.

Oek

Oek

Suara tangisan bayi itu semakin terdengar jelas dan keras. Hanum segera bangkit dari atas ranjang dan melangkah ke arah pintu kosnya. Saat pintu kos telah terbuka, Hanum terkejut saat melihat sosok bayi mungil yang berada di dalam keranjang di depan kosnya.

"Bayi siapa ini?" Tanya Hanum. Hanum melihat ke sekitarnya. Tidak terlihat siapa pun di sekitar kosnya selain pengandara motor yang berlalu lalang.

Suara tangisan bayi yang terdengar semakin keras membuat Hanum segera mendekatinya lalu mengambil bayi itu dari dalam keranjang.

"Bayi siapa ini? Siapa yang meletakkannya di depan kosku?" Tanya Hanum sambil menatap iba bayi mungil di tangannya.

Tidak ingin banyak pikir Hanum segera membawa bayi mungil yang sudah kedinginan itu ke dalam kosnya dan tak lupa membawa keranjang bayi tersebut.

***

Selamat datang di karya baru Shy🤗

Memutuskan merawatnya

"Cup, cup, cup, tenanglah, bayi." Hanum berupaya menenangkan bayi mungil yang terus menangis dengan kencang digendongannya. "Sepertinya dia kehausan." Ucap Hanum merasa mulai panik.

"Sebenarnya bayi siapa ini? Kenapa orang tuanya meletakkannya di depan kosanku?" Tanya Hanum bingung dan masih berupaya menenangkan bayi di dalam gendongannya saat ini. "Apa sebaiknya aku membawa bayi ini ke rumah Ibu kos saja." Ucap Hanum.

Setelah cukup berpikir, Hanum pun membawa bayi itu ke rumah ibu kosnya yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kos Hanum berada. Untung saja Hanum selalu menyediakan payung di kosannya sehingga bisa digunakan seperti saat ini.

"Maafkan aku karena membawamu hujan-hujan begini, bayi." Ucap Hanum merasa bersalah.

Saat sudah berada di rumah ibu kos, Hanum pun memberitahukan pada ibu kos jika ia baru saja menemukan seorang bayi di depan kosnya. Tentu saja perkataan Hanum membuat ibu kosnya terkejut sekaligus tak percaya ada orang tua yang tega menelantarka bayinya dan meletakkannya di depan kos Hanum.

Untuk membuktikan perkataan Hanum benar adanya, ibu kos pun meminta Hanum untuk masuk ke dalam rumah dan memutar rekaman cctv yang terhubung di layar ponselnya. Dan benar saja, beberapa saat setelah Hanum pulang ke kosnya seorang wanita nampak mengendap-ngendap di sekitar kos dan meletakkan bayi yang digendongnya di depan kos Hanum.

"Keterlaluan sekali dia!" Ucap ibu kos merasa marah sekaligus prihatin pada bayi mungil yang masih menangis digendongan Hanum.

"Ibu, bagaimana ini? Bayinya terus menangis. Sepertinya dia haus." Ucap Hanum.

"Tunggulah sebentar." Ucap Ibu kos yang bernama Endah itu lalu beranjak ke arah dapur. Entah apa yang Ibu Endah lakukan di dapur yang jelas setelah ia kembali Bu Endah terlihat membawa dot susu di tangannya.

"Coba berikan susu ini padanya, Hanum." Ucap Bu Endah pada Hanum.

Hanum mengiyakannya lalu memberikan dot susu itu ke mulut bayi.

"Ternyata dia benar-benar haus." Ucap Bu Endah menatap bayi mungil itu yang kini sudah diam karena asik menyedot susu dari dalam dot.

"Ibu, apa yang harus Hanum lakukan saat ini? Apa kita harus memberitahu Pak RT jika Hanum baru saja menemukan bayi di depan kos?" Tanya Hanum.

"Sebaiknya begitu Hanum. Mungkin saja warga di sini mengetahui siapa ibu dan ayah dari bayi ini." Ucap Bu Endah.

Hanum mengiyakannya lalu meminta Bu Endah untuk menghubungi Pak RT dan memberitahukan apa yang terjadi saat ini. Tak berselang lama, Pak RT pun datang ke kediaman Bu Endah untuk melihat bayi yang baru saja ditemukan oleh Hanum.

"Saya akan mencoba mencari tahu siapa orang tua dari bayi ini. Namun selama pencarian dilakukan, sebaiknya bayi ini dirawat lebih dulu oleh Bu Endah." Ucap Pak RT.

Bu Endah langsung menatap pada Hanum. "Saya tidak bisa merawatnya karena ada dua cucu saya yang harus saya rawat juga. Bukannya tidak mau, hanya saja saya takut menelantarkannya." Ucap Bu Endah.

Mendengar jawaban Bu Endah yang benar adanya membuat Hanum berpikir keras. Walau tidak mengetahui siapa orang tua dari bayi digendongannya saat ini namun Hanum menaruh rasa kasihan pada bayi mungil di tangannya itu.

"Biar Hanum saja yang merawatnya, Pak. Semoga dalam waktu dekat orang tua bayi ini segera ditemukan." Ucap Hanum pada akhirnya.

***

Tamparan keras

Keputusan Hanum untuk merawat bayi mungil itu sampai bertemu dengan kedua orang tuanya kembali membuat hidup Hanum berubah seratus persen selama satu bulan belakangan ini. Jika biasanya Hanum hanya mengurus dirinya sendiri dan fokus pada skripsinya, kini Hanum justru membagi waktunya untuk mengurus bayi mungil yang sudah mulai ia sayangi itu. Dan itu semua tentu saja memberikan efek pada Hanum karena skripsinya jadi sedikit terhambat untuk Hanum kerjakan.

"Bayi, kenapa sampai saat ini kedua orang tuamu belum ketemu juga?" Tanya Hanum sambil mengusap pipi bayi mungil yang sedang tertidur di atas ranjang kecilnya.

Hari ini sudah lebih satu bulan dari waktu penemuan bayi mungil itu. Namun sampai saat ini Hanum belum juga mendapatkan informasi jika kedua orang tua bayi itu sudah ditemukan. Hanum pikir dengan Pak RT meminta bantuan polisi semuanya akan cepat terungkap namun ternyata apa yang Hanum harapkan tidak terjadi. Walau pun begitu Hanum tetap mencoba sabar menantinya dan merawat bayi itu layaknya anaknya sendiri.

Karena pagi itu Hanum sudah ada janji dengan dosen pembimbingnya untuk melakukan bimbingan skripsi, akhirnya Hanum pun menitipkan bayi mungil itu di kediaman Bu Endah. Untung saja jika saat seperti ini Bu Endah mau membantunya hingga Hanum tak merasa khawatir bayi mungil itu tidak ada yang menjaganya.

Saat sore hari telah tiba, Hanum sudah nampak berada di perjalanan untuk kembali pulang ke kosannya. Selama dalam perjalanan Hanum terlihat terus tersenyum karena tak sabar untuk bertemu dengan bayi mungil yang sampai saat ini belum ia berikan nama.

Deg

Baru saja Hanum memarkirkan motornya di depan kosannya, Hanum sudah dibuat terkejut melihat pintu kosnya yang terbuka dan melihat sebuah mobil yang sangat dikenalinya terparkir tidak jauh dari motornya berada.

Hanum pun segera turun dari atas motornya dan melangkah tergesa-gesa menuju kosannya.

"Mama, Papa?" Hanum tersenyum menatap kedua sosok yang sangat dikenalinya ternyata datang untuk mengunjunginya.

Plak

Bukannya menjawab sapaan dan senyuman dari Hanum, Papa Hanum yang bernama Irfan justru melayangkan sebuah tamparan cukup keras pada pipi Hanum.

"Papa, apa-apaan ini?" Tanya Hanum sambil meringis kesakitan.

"Ternyata ini balasan untuk Mama dan Papa selama hampir empat tahun menguliahkanmu?" Tanya Papa Irfan dengan berapi-api.

"Apa maksud Papa? Hanum tidak mengerti." Tanya Hanum sambil menangis.

"Hanum, kau sudah membuat Mama dan Papa kecewa. Kau benar-benar sudah melemparkan kotoran ke wajah kami dengan perbuatan kotormu itu!" Timpal Mama Jelita dengan keras.

"Perbuatan kotor?" Hanum masih tidak mengerti dengan perkataan kedua orang tuanya itu.

"Kau jangan berpura-pura bodoh, Hanum. Papa dan Mama sudah mengetahui jika saat ini kau sudah memiliki seorang anak dari perbuatan kotormu!" Sentak Mama Jelita.

Deg

Hanum dibuat begitu tertegun mendengarnya. "Anak?" Lirih Hanum. Anak siapa yang kedua orang tuanya itu maksud? Apa bayi mungil yang baru saja ia temukan satu bulan lalu? Hanum pun mencoba bertanya anak yang dimaksud kedua orang tuanya. Namun bukannya menjawab, Papa Irfan justru melayangkan tamparan kembali di sebelah pipinya yang tidak sakit.

"Papa?" Hanum dibuat tak dapat berkata-kata. Hanya air mata yang mengalir di kedua pipinya yang menandakan jika saat ini ia benar-benar terluka dengan perbuatan dan tuduhan kedua orang tuanya.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!