NovelToon NovelToon

Tangisan Seorang Istri

*Tangisan seorang istri*

Pagi yang indah, tapi tidak bagi dewi, ia masih tidak percaya apa yang ia alami beberapa bulan yang lalu, dia meninggal kan orang tua nya dan datang ke kota untuk mengubah nasibnya dan keluarganya tapi allah berkata lain.

Dewi menangis mengingat ibunya saat ia akan menikahi bosnya, sedikit pun tak pernah dewi bayangkan akan menikah secepat ini, masih banyak yang ingin ia buktikan pada keluarganya.

"Gimana,apa kamu sudah siap? kalo sudah,kita berangkat sekarang." ajak iwan.

Dewi melihat kebelakang dan dewi hanya mengangguk saja tandanya sudah siap.

Dewi menatap pria itu penuh banyak pertanyaan,tanpa harus mengeluarkan kata kata,pria tersebut paham makna tatapan nya.

"Kamu tenang saja, keluargamu aman semua kebutuhan sudah terpenuhi" ucap pria itu. "terimakasih pak" ucap dewi singkat.

tepat 11 siang dewi meninggal kan kota G, menuju kota D.

Dewi berdoa dalam hati,

" Ya Allah lindungi lah aku semoga keputusanku ini benar." sambil memejamkan mata nya.

Iwan hanya melirik tanpa perduli apa yang dewi rasakan, usia mereka sangat jauh berbeda Dewi berusia 17 thun sedang kan Iwan sudah 25 tahun. setelah menempuh perjalanan selama 7 jam ahir nya dewi sampai di kediaman iwan "Aassalamualaikum ayah,ibu." sapa dewi ramah.

"Waalaikumsalam,eh kamu sudah pulang wan? kenapa tidak menelpon dulu?"

"namanya juga kejutan bu, oh ya bu,aku bawa calon menantu buat ibu"

mia dan suaminya gak bisa berbuat apa apa,hanya diam menyaksikan putra sulung mereka membawa gadis pilihan nya.

"bu...,ibu" iwan mengejutkan ibunya.

"haaah,i i iya" ibunya kaget dan terbata melihat calon menantunya yang sama sekali jauh dari kata sempurna.

Hendarawan menarik lengan iwan,dan mencoba bicara dengan iwan.

"kamu yakin itu calon menantu buat ayah dan ibu? kamu ketemu dimana?" tanya hendrawan sambil melihat kearah dewi,memastikan kalau dewi tidak mendengar kan obrolan mereka.

"kok ayah nanya nya gitu? ya yakinlah yah." "ayah cuma ingin pastikan kalau kamu gak salah pilih?" sambung hendrawan sedikit khawatir.

"ayah tenang saja,iwan yakin kok dengan pilihan iwan." jawab iwan sambil berusaha menenangkan sang ayah.

Di sisi lain dewi sangat ketakutan, "sepertinya mereka tidak menyukaiku,mana ada sih pria tampan mau sama wanita biasa sepertiku," gumam dewi.

"Ayo masuk,kamu istrihat dulu,aku tunjukkan kamar kamu, besok bangun pagi pagi kita cari perlengkapan untuk persiapan pernikahan kita besok." ajak iwan

akhirnya pagi pun tiba dan iwan langsung mengajak dewi mencari perlengkapan.

"tok tok tok...dewi,apa kamu udah siap?" iwan menanyakan dari depan pintu.

"iyaaa...sebentar" jawab dewi.

setelah keluar dari dalam kamar merekapun bergegas mencari perlengkapan.

setelah seharian berkeliling mencari perlengkapan,merekapun pulang istirahat.

dalam perjalanan iwan kembali mengingatkan dewi untuk tenang dan ikuti saja semua sesuai perkataannya.

"kamu tenang saja dan ikuti saja semua rencana saya,oke"

"i i iya pak" dewi menjawab dengan gugup.

setelah sampai dirumah dewi langsung kembali kekamarnya "Ya allah apa yang akan terjadi besok,semoga semua yang kulakukan benar" gumam dewi khawatir.

Hari pernikahan tiba,

Pagi pagi sekali dewi sudah bangun menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslimah,dewi bukan wanita solehah dan juga tidak berhijab, dia gadis sederhana, sangat jauh berbeda dari iwan yang sebentar lagi menjadi suaminya.

Iwan berasal dari keluarga kaya tapi tidak sombong,mereka berdua bagai api dan air, entah pernikahan apa yang akan mereka jalani hanya allah yang tau nasib pernikahan mereka.

tok tok tok suara ketukan pintu dari luar kamar dewi.

"Masuk" jawab dewi

"kenapa suara kakak parau? kayaknya kakak habis nangis ya? ada apa kak?" tanya saudaranya iwan,dewi pun tidak tau siapa nama nya.

dewi tidak menjawab hanya menggeleng kan kepala nya karna sejujur dia juga bingung apa sebenarnya yang terjadi kenapa takdir selalu mempermainkan hidup nya,dewi tak mampu lagi membendung air mata nya dia menangis sejadi jadi nya.

"hiks hiks hiks...astagfirullahhallazidm, bimbinglah aku ya allah,ini kulakukan demi keluargaku" gumam dewi ditengah tangisnya.

tanpa mengetuk pintu iwan pun masuk, "kenapa lama sekali? apa kamu berfikir mau kabur dari sini?" tanya iwan sedikit kesal.

"Apa yang kamu pikir kan? apa kamu akan menggagalkan rencanaku?" sambung iwan dengan kesal.

"saya sama sekali tidak berfikir seperti itu pak,sungguh" jawab dewi.

"ingat.! didepan semua orang kamu tidak boleh memanggilku pak ,panggil aku kakak ngerti kamu? iwan memberi peringatan

Dewi mengangguk tanda mengerti.

"Bagus,siapkan dia dalam 5 menit bi,bawa dia keluar" perintah iwan kepada pembantunya.

"baik tuan."

"Yang sabar non" ucap pembantu iwan menenangkan dewi.

"Iya bi, terimakasih ya"

"Sama sama non,mari kita keluar nanti keburu tuan marah lagi"

" ayo bi"

Semua orng sudah perkumpul di ruangan semua mata tertuju pada dewi,mereka berbisik "kok bisa iwan yang tampan dapat istri..."

"ssssssst diam,sudah jodohnya dia, doa kan saja mereka langgeng"

iwan ijab qabull dengan fasih dan lancar, hanya satu kali ucapan.

wali dan saksi mengucapkan sah bersamaan.

dewi memcium punggung tangan suami nya.

tidak banyak undangan yang disebarkan, hanya teman dekat,keluarga dan tetangga yang hadir dan seluruh staff kantor.

Dewi permisi masuk kamar membersihkan dirinya, dia begitu lelah, setelah berapa menit akhirnya dewi selesai membereskan dirinya, dia merebahkan tubuhnya di sofa, dia tau diri bahwa sebenar nya iwan hanya menikahinya di atas kertas.

entah sudah berapa lama dewi tertidur iwan pun masuk kekamar nya, langsung menuju kamar mandi membersihkan diri nya, barganti pakaian lalu tidur di tempat tidurnya, dia tidur dan tidak membangunkan istri nya.

Tidak ada yang terjadi di malam pertama mereka,dan mungkin tidak akan pernah terjadi, masih subuh dewi sudah bangun untuk sholat, setelah itu turun kebawah membantu bibi masak dan memberes kan rumah,sampai semua selesai tidak satupun di keluarga iwan yang melarang nya bekerja.

setelah semua selesai akhir nya bangun dan turun menuju meja makan.

"Selamat pagi semua" sapa iwan.

"selamat pagi" jawab mia dan hendrawan.

"ayah,ibu besok aku akan keluar negri."

"apa kamu pergi sendirian?" tanya sang ayah.

."iya ayah, ini urusan kerja" jawab iwan singkat.

"Kirain mau bulan madu" sambung mia membuat iwan terbatuk batuk .

"Uuhuuuk uhuuuk"

dewi mengambil kan air minum buat suami nya.

"ini,minum dulu"

"Kamu ikut aku kekamar ya,ada yang ingin aku jelas kan." ajak iwan.

"Baik pak... eeh kak." dewi terbata bata. dewi pamit sama bi irah,

"saya ke atas dulu bi"

"silahkan non"

"kasian sekali kamu non" gumam bibi, pembantu rumah iwan.

"kenapa ngeliatin dewi kayak gitu bi? Emang nya ada yang salah ya sama dewi?" tanya anisa yang merasa kalau iwan itu tidak mencintai dewi.

"kayaknya mereka gak saling mencintai,ya kan bi? tanya anisa.

bibi hanya mengangkat bahu nya tanda tidak tau.

Dikamar iwan menjelaskan bahwa dia akan pergi.

"Dewi besok aku akan pergi,dan aku gak tau kapan aku kembali, jika kamu ingin pulang aku tidak akan melarangmu, jika kmu ingin tetap disini juga tidak apa apa" jelas iwan.

"oh iya,satu lagi, jangan terlalu berharap padaku, aku tidak akan bisa mencintaimu" sambung iwan, iwan menjelaskan panjang lebar.

Disinilah awal penderitaan dewi.

"jika kamu ingin bekerja,bekerjalah dirumah ini, aku akan membayarmu" peringatan iwan.

"terimakasih pak" jawab dewi singkat.

tidak ada yang bisa dewi ucapkan selain terimakasih,dia pun tidak menangis.

"kamu boleh tempati kamar ku"

dewi menganggukkan kepala nya,

"aku pergi kerja dulu, jangan tunggu aku pulang"

Dewi masuk kekamar mandi menyiram seluruh tubuh nya sampai puas sambil menangis sejadi jadi nya.

"Ya Allah hukuman apa yang kau berikan padaku, Ya Allah hiks hiks hiks" gumam dewi dalam tangisannya.

dewi mengingat setiap kata yang diucapkan iwan.

tak terasa sudah satu jam dewi didalam kamar mandi setelah merasa puas dia pun keluar.

*Dijadikan pembantu*

"apa yang harus aku lakukan,kalau pulang gak mungkin,ya allah beri aku kekuatan menghadapi cobaanMu ini" batin dewi.

"tok...tok...tok" tiba tiba pintu dibuka,dewi memejamkan matanya,seakan dia tidur.

Iwan masuk langsung tidur,seperti biasa dewi bangun lebih pagi dari iwan,sekarang dia sadar suaminya tidak akan pernah menganggapnya istri, melainkan pembantu rumah saja.

"pagi non, kenapa gak bangunin bibi?" sapa bi irah.

"nggak apa apa bi,saya udah biasa kok" dewi tersenyum kecil.

Setelah beberapa jam bergelut dangan alat dapur akhirnya semua sarapan pun siap, semua sudah berkumpul di meja makan untuk menyantap sarapan yang sudah disiapkan.

"Wan jam berapa kamu berangkat?" tanya hendrawan.

"ini mau berangkat yah" jawab iwan singkat.

"kapan kamu kembali nak" lanjut mia.

"belum tau bu,kerjaan lumayan banyak hari ini" jawab iwan kepada mia.

"lalu bagaimana dengan istrimu?" mia lanjut bertanya.

untuk pertama kalinya mia menanyakan dewi pada iwan.

"dia akan tetap disini bantu bantu bi irah bu" jawab iwan dingin.

Mia melihat kearah dewi,pandangan yang sulit diartikan,seakan dewi mengerti tatapan ibu mertuanya, dengan cepat dewi memjawab.

"tidak apa apa bu disanakan kak iwan bekerja" dewi kembali tersenyum kecil.

"andai saja ibu tau bahwa anak ibu menikahiku hanya buat setatus saja, gak lebih" batin dewi.

setelah selesai sarapan ayah ibu juga dewi mengantar iwan pergi kebandara.

sepanjang perjalanan dewi hanya diam mendengar suami dan kedua mertua nya bercengkerama, tak terasa sampai sudah dibandara,iwan langsung masuk, dewi memegang tangan suaminya,memcium nya.

"aku berangkat yah, bu, assalamualaikum" iwan mencium tangan kedua orang tuanya.

"waalaikumsalam..da da da sayang cepat kembali ya nak" jawab mia dan hendrawan.

iwan hanya melambaikan tangan tampa menjawab ibu nya.

"hati hati kak" dewi melambaikan tangan sementara iwan hanya mengangguk kan kepala nya.

setelah iwan tak terlihat, dewi dan mertuanya pun pulang,diperjalanan ayah mertua nya mengajukan banyak pertanyaan.

"dewi apa boleh kami bertanya?" hendrawan memecahkan kesunyian,membuat dewi kaget, karna dia melamun sepontan dia menjawab, "oh boleh yah,soal apa?"

"berapa lama kamu kenal iwan?" tanya hendrawan.

"2 bulan yah" jawab dewi singkat.

"haaaa 2 bulan" sambung mia kaget.

"itu artinya kamu belum begitu mengenal sifat baik buruk suamimu, iya kan? lanjut hendrawan.

"lalu bagaimana klian bisa memutuskan untuk segera menikah? apa kamu sedang hamil?" lanjut mia.

dewi shok mendengar nya, spontan menjawab "sama sekali tidak ibu,kami sama sekali belum pernah melakukannya."

dewi tak sanggup lagi menahan air mata nya, "hiks hiks hiks" tangis dewi.

"lalu apa yang membuatmu menerima iwan menikahimu?" mia kembali bertanya.

kali ini dewi tak bisa menjawabnya, hanya mengelengkan kepalanya, dia juga tidak tau kenapa, karna keluarga atau memang dewi mencintai bos nya itu.

"ya sudah lah apa pun kesepakatan kalian, toh kamu sudah jadi menantu keluarga hendarawan, jaga sikapmu jangan buat suamimu malu, jangn bicara jika tidak penting, ngerti kamu?" peringatan mia.

Dewi semangkin ngerti bahwa di rumah besar ini tidak ada yang menganggapnya keluarga, selain pembantu rumah.

waktu pun cepat berlalu tidak ada yang berubah sama dewi, tak terasa sudah 3 bulan iwan disana, tak sekalipun dia menanyakan dewi, padahal hampir setiap hari ayah ibu serta adik nya menelpon selama itu pula dewi mengis tiap malam meratapi nasib nya juga merindukan keluarganya.

"Ya Allah semoga keluargaku baik baik saja, biarlah aku menderita asalkan mereka bahagia, lindungi lah orang Ya Allah." batin dewi.

kali ini dewi bangun agak siang, mungkin karna terlalu banyak nangis, kecapean makanya dia ketiduran sampai siang.

karna hawatir bi irah pergi ke kamar dewi. "tok...tok...tok, non dewi, bangun non, udah siang" panggil bi irah.

setelah beberapa menit akhirnya dewi membuka pintunya,.

"jam berapa ini bi?" tanya mia lemas.

"sudah siang ini non,bentar lagi tuan dan nyonya bagun, buruan mandi dan turun." jawab bi irah.

"terimakasih bi."

"bi, hari ini pergi kepasar ya" mia menyuruh bi irah ke pasar karna putranya akan segera pulang.

"Iwan akan pulang, kamu masak makanan kesukaan dia, bawa dewi bersama mu" perintah mia.

"tapi non dewi tidak enak badan nyonya." jawab bi irah.

belum sempat mia menjawab, dewi lebih dulu memjawabnya.

"saya gak apa apa kok bi,saya bisa kok ikut bibi ke pasar" dewi tersenyum kecil.

Di perjalanan bi irah bertanya kepada dewi dengan nada khawatir.

"non, bibi boleh nanya?"

"boleh bi"

"sampai kapan non dewi mau kayak gini? bibi gak tega lihat non kayak gini, setiap malam non dewi berselimut air mata, bibi tau non dewi memderita, gimana kalau non dewi pulng saja, bibi akan membantu." bi irah bicara panjang lebar

"saya tidak apa apa kok bi, asalkan orang tua saya tenang, adik adik saya bisa sekolah,saya akan bertahan dalam keadaan apapun." jawab dewi sambil tersenyum kecil menyembunyikan rasa sakitnya.

"apa maksud non dewi?" tanya bi irah heran.

"nanti ya bi,dewi ceritakan, yang penting sekarang do'akan agar saya tetap kuat" jawab dewi.

"amiiiiiiiiiinnnnnnn" jawab bi irah.

setelah berkeliling,akhirnya selesai sudah mereka belanja, mereka pun pulang.

sesampai nya dirumah, dewi terkejut melihat iwan sudah pulang, tapi agak kurusan.

dewi menyalami suaminya, walaupun iwan tidak menganggapnya istri, tapi dewi tetap memperlakukannya layaknya seorang istri kepada suaminya.

"gimana kabar kamu kak?" tanya dewi.

"saya baik baik saja" jawab iwan singkat.

"gimana urusanmu disana nak? sudah beres?" tanya mia.

"alhamdulillah udah bu" jawab iwan.

tanpa terasa malam pun tiba, waktu nya makan malam, seperti biasa dewi makan bersama pembantu rumah, setelah selesai makan iwan langsung kekamar nya.

"non,sana urus den iwan, kasian dia, pasti capek" saran bi irah.

"tapi bi?"

"sudah non,disini biar bibi yang bereskan, non susul den iwan saja" paksa bi irah.

dewi pun pasrah menuruti bi irah, dan segera menyusul iwan kekamarnya.

sesampai nya dikamar dewi membersihkan diri dulu agar tidak mengganggu penciuaman iwan karna dewi sadar hampir separuh waktu dihabiskan dipasar dan didapur, pasti bau rempah.

setelah selesai dewi keluar dari kamar mandi, sudah rapi kali dia harus tidur disofa lagi,

berniat mengambil bantal sama selimut nya, tiba tiba iwan menyapa dan membuat dewi kaget.

"dewi apa kabar kamu?" tegur iwan.

"astagfirullahhalazdim, Ya Allah kaget aku, belum tidur kak?"

"belum,kamu apa kabar?" iwan mengulangi pertanyaannya.

"aku baik seprti yang kakak lihat, kakak sendiri gimana? sepertinya agak kurusan" dewi memberanikan diri bertanya.

"iya, aku jarang tidur, makan tak tepat waktu,pekerjaan sangat banyak" jelas iwan.

dewi hanya diam dan gak tau lagi apa yang harus dia bicarakan.

"terimakasih ya wi" senyum iwan kecil.

dewi terheran heran mendengar ucapan suaminya, kenapa iwan berterimakasih pada nya.

"apa maksud kakak? dewi gak ngerti"

iwan mengingat 2 hari disingapura, ayah menelfon, "assalamualaikum wan"

"iya ayah ada apa?"

"ayah hanya ingin tau apa tujuan kamu menikahi dewi" tanya hendrawan.

"maksud ayah? iwan gak ngerti" iwan heran.

"kamu jangan pura pura gak tau ya?"

seketika iwan menebak apa saja yang dewi ceritakan sama keluarganya, "semoga saja tidak menceritakan yang sebenarnya", batin iwan.

"wan apa kamu masih mendengarkan ayah?" hendrawan membuyarkan lamunan iwan.

"i i iya yah" jawab iwan terbata.

"aku menikahi dia karna dia wanita tangguh yah, aku salut sama dia,emang ada apa yah?"

tanya iwan.

"tidak apa apa, hanya heran saja kenapa kamu tidak pernah melihat dia lebih tepat nya kamu menganggapnya seperti pembantu, ya kan?"

FlASH ON

*Merasa kasihan*

Sudah satu minggu iwan pulang ke Indonesia tidak banyak yang berubah dengan nasib dewi, hanya saja iwan lebih menghargai nya

sedikit, tidak seperti biasa kali ini iwan pulang lebih awal.

Mia melihatnya dengan heran, "kamu sudah pulang wan?" tanya mia heran.

Iwan hanya menganggukkan kepalanya.

bi irah yang melihat itu bergegas memberitahu dewi.

"non, den iwan sudah pulang, coba non dewi lihat dulu, barang kali dia butuh sesuatu" ucap bi irah.

"tapi dewi takut bi."

"apa yang non takutkan? ayo non segera susul den iwan dikamar." paksa bi irah.

dengah langkah berat dewi masuk kamar melihat kearah iwan yang terbaring diranjang.

"apa yang harus aku lakukan membagunkan nya takut dia marah tapi kelihatannya dia kurang enak." badan batin

dewi membarani kan diri mendekati iwan meriksa suhu badannya.

"ternyata benar dia sakit" batin dewi.

dia turun mengambil air hangat buat ngomperes iwan, untuk pertama kalinya dewi menyentuh tubuh suaminya, dia mersa kasihan melihat keadaan iwan yang lemas, dibukanya semua pakaian suaminya, mengganti nya dengan baju santai, mungkin sebagian orang akan bergetar atau mungkin jantung nya berdetak kencang, tapi tidak dengan dewi dia menganggap dirinya hanya pembantu, jadi untuk merasakan cinta sungguh jauh sekali.

setelah semua nya beres dewi turun masak bubur buat iwan, agar dia bisa makan obat.

bubur pun siap.

"kak bangun kak, makan dulu baru minum obat" kejut dewi membangunkan iwan.

dewi membantu iwan bersandar di tepi tempat tidur.

"terimakasih kamu sudah merawatku"

"iya sama sama pak"

sebenarnya iwan kasihan melihat dewi, tapi entah kenapa dia tidak bisa menerima dewi dalam hidupnya, padahal yang membawa dewi kerumah ini dia bukan kemauan dewi.

"hhuuuufffffttttt" iwan menarik napas dalam dalam seoalah olah ada beban berat yang menghimpit dada nya.

setelah dewi yakin iwan sudah mendingan dia pun melanjutkan kerjaan nya di dapur.

makan malam pun tiba, "dewi, panggil iwan makan malam sudah siap" perintah mia.

dengan langkah cepat dewi memanggil suaminya "pak...di panggil ibu makan malam."

"aku makan disini saja buatkan aku bubur, sampaikan sama ibu aku kecapean mau istrihat dulu, makannya di kamar saja" perintah iwan kepada dewi.

"iya pak aku permisi dulu"

entah kenapa dia tidak suka dewi seperti pembantu.

"kenapa sih aku ini" batin iwan.

semangkin merasa kasihan, apa lagi dewi agak kurusan, "apa aku laki laki kejam? entah lah" batin iwan.

setelah beberapa menit dewi kembali membawa nampan berisi bubur, iwan pun makan di suap dengan dewi, tak pernah sekali pun dewi melihat iwan memperhatikannya, kulit wajah dewi sudah bersih sudah jauh berbeda dari pertama dia datang.

"apa kamu merindukan keluarga mu?" iwan tiba tiba menanyakan keluarga dewi, sepontan membuat dewi menatap wajah suami nya dengan serius mencari kebohongan ternyata iwan serius dengan ucapan nya, dewi hanya mengangguk kan kepala nya.

Tanpa terasa, setahun sudah pernikahan dewi dengan iwan, selama itu pula mereka tidak pernah melakukan hubungan suami istri. sebenar nya iwan sudah mulai lelah dengan rumah tangga nya tapi dia tidak bisa jauh dari dewi, apa iwan sudah mulai mencintai dewi atau hanya kasian saja.

lagi lagi iwan menghela napas panjang.

seperti biasa dewi bangun lebih awal untuk sholat subuh dan dewi kaget melihat iwan disampingnya.

"apa dia semalaman tidur disampingku?" batin dewi heran.

"ada yang bisa saya bantu pak?" ucap dewi masih menetral kan pikiran nya.

"bersiap lah aku akan mengajakmu keluar" ajak iwan.

"iya pak"

setelah pekerjaan rumah selesai dewi kembali kekamar nya, membersihkan dan merapikan diri nya.

sementara iwan hampir selesai dengan pakaian formal nya.

akhirnya dewi juga selesai merapikan diri,mereka bergegas menuju mobil.

mia melihat mereka spontan bertanya, "loh kalian mau kemana?" tanya dewi heran.

"saya mau ajak dewi keluar sebentar bu" jawab iwan sambil melangkah keluar rumah, dewi tersenyum kecil melihat mia.

mereka masuk ke dalam mobil dan segera melaju, sepanjang perjalanan tidak ada yang bersuara,suasana didalam mobil begitu hening, dewi mau pun iwan sama sama larut dalam pikiran mereka masing masing.

"apa yang akan pak bos lakukan sama aku di hotel ini? Ya Allah lindungilah aku kali ini, seperti nya kali ini pak bos akan... sampai kapan aku harus menangis Ya Allah?" batin dewi khawatir,dia mengira iwan membawanya ke hotel, padahal itu apartemen.

iwan membuyarkan lamunan dewi setelah sampai ditempat tujuan.

"ayo masuk, kita akan membeli apartemen disini, aku sudah memikirkannya tadi malam, aku akan menerima pernikahan ini seutuhnya, semoga kamu juga demikian" iwan menjelaskan sambil tersenyum kecil.

"apa kah aku bermimpi?" tanya dewi heran.

"kamu tidak bermimpi, ini kenyataan, apa kamu perlu bukti?" jawab iwan

iwan mencubit pinggang dewi, "aowwww sakit pak".

"mulai sekarang jangan panggil aku pak lagi panggil aku kakak saja" ucap iwan.

dia menggandeng tangan dewi,dewi masih tidak percaya perlakuan suaminya,

"apa pun itu semoga saja ini yang terbaik". batin dewi.

"apa kamu menyukai nya?" iwan menanyakan pendapat dewi.

"iya pak, eh kak, apartemen nya bagus"

"besok kita pindah kesini, kita mulai hidup kita yang baru, hanya ada kamu dan aku" ucap iwan.

dewi masih tak percaya apa yang dia dengar,

"lalu bagaimana dengan ibu dan keluargamu kak? apa mereka setuju?" tanya dewi.

"tentu saja, kamu kan istriku, siapa yang akan melarangku membawamu".

malam pun tiba, setelah seharian melihat lihat apartemen, mereka pulang kerumah, kediaman pak henderawan.

"kalian sudah pulang?" hendrawan langsung bertanya kepada iwan dan mengajaknya bicara, dewi langsung masuk kamar.

"iya yah" jawab iwan.

"duduk wan, ayah sama ibu mau bicara" ucap hendrawan.

"ada apa bu?" tanya iwan heran.

mia mengeluar kan sebuah map warna coklat.

"jelaskan sama kami, apa kamu akan pindah wan?" tanya mia.

"iya bu,aku akan memulai hidup baru bersama dewi, do'ain ya bu, ayah" jawab iwan serius.

"apa kamu yakin wan?" tanya hendrawan.

"sangat yakin ayah"

"kapan tencana nya kalian pindah?" sambung mia.

"besok bu"

"secepat itu?"

"iya bu,bukankah lebih cepat lebih baik"

"ya sudah istirihat sana, besok pasti melelah kan"

"semua nya sudah siap bu, tinggal pergi saja besok"

"hmm yasudah kalau begitu" mia menghela nafas.

"ayo kita tidur" ajak hendrawan kepada mia.

dengan berat hati mereka menyetujui keputusan iwan,karna mereka tau iwan keras kepala dan tidak akan mendengarkan mereka.

Pagi pun tiba,

"apa kamu sudah siap wi" tanya iwan.

"Insya Allah siap kak" jawab dewi.

setelah selsai sarapan, iwan sama dewi pamit.

"kami pamit yah,bu" iwan mencium tangan kedua orang tuanya.

"bi irah" dewi memeluk bi irah tak dapat membendung air matanya.

"saya pamit ya bi, terimakasih banyak selama ini bi irah sudah sangan baik sama saya".

"iya non,baik baik disana ya" pesan bi irah.

"ayok kita berangkat" ajak iwan.

setelah menempuh perjalanan 30 menit mereka pun sampai.

"selamat datang di istana kecil kita" ucap iwan sambil tersenyum kecil, dewi hanya diam.

"Ya Allah, jika ini mimpi maka aku tidak mau bangun, mimpi ini terlalu indah untuk seorang gadis miskin seperti ku" batin dewi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!