NovelToon NovelToon

Hidden Husband

HH BAB 1 - Ternoda

"Hiks... Hiks..."

Megan mendengar suara tangisan yang mengganggu tidurnya. Perlahan dia membuka matanya, dia merasakan tubuhnya ngilu dan bagian intinya nyeri.

Dia tahu rasa ini, rasa setelah melakukan hubungan intim.

Dan benar saja tubuhnya tanpa busana sekarang.

"Eugh!" Megan melenguh dan mencoba mendudukkan dirinya. Dia belum sadar sepenuhnya dan suara tangisan semakin jelas Megan dengar.

"Berisik," Megan merasa terganggu dan matanya melebar ketika mendapati seorang lelaki telanjang yang menangis di sudut kamar.

Buru-buru Megan menutupi tubuhnya memakai selimut.

"Siapa kau, sialan?" Megan bertanya dengan nada gusar.

Lelaki itu membenamkan wajahnya di kedua lututnya jadi wajahnya tidak terlihat, dia hanya menangis seperti orang depresi.

Masih tidak ada respon dari lelaki itu walaupun Megan membentaknya, justru dia tampak ketakutan.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Megan memegangi kepalanya yang pusing. Perempuan itu mengingat-ngingat apa yang sebelumnya terjadi.

Sedetik kemudian ingatan demi ingatan kembali satu persatu di kepala Megan.

"Oh my God!" serunya.

Beberapa jam sebelumnya, Megan pergi ke club malam dan mabuk-mabukan di sana. Dia merayakan atas perhargaan yang berhasil Megan raih tahun ini.

"Top aktris tahun ini, wuhu!" seru Megan dengan memamerkan piala yang dia dapatkan.

Kerja kerasnya akhirnya mendapatkan apresiasi.

Megan Brox seorang perempuan keturunan Inggris -- Indonesia. Sejak kecil dia tinggal di Inggris namun ketika orang tuanya bercerai, Megan ikut kembali ke tanah air bersama sang ibu.

Sudah lima tahun hidup di ibukota, Megan mengikuti berbagai ajang dan mendapat tawaran bermain film. Wajahnya yang cantik dengan talenta akting yang mumpuni membuatnya meraih popularitas tinggi.

Namun, Megan tidak bisa menghilangkan kebiasannya saat tinggal di luar negeri. Kadang perempuan itu butuh sentuhan dan belaian kasih sayang dari lawan jenis.

Megan tidak suka menjalin hubungan serius jadi dia hanya akan melakukan one night stand kemudian tidak akan menghubungi teman tidurnya lagi.

"Aku menunggumu, Baby," Megan yang mabuk malam itu menghubungi salah satu teman laki-lakinya.

Perempuan itu memesan sebuah kamar hotel dan menunggunya di sana. Tentu saja semua sudah diatur oleh sang asisten supaya Megan tidak ketahuan.

"Jika kau tidak berhenti, suatu hari kau pasti akan terkena masalah dan karirmu bisa hancur seketika. Kerja kerasmu selama ini pasti sia-sia," ucap Tia mencoba mengingatkan. Tia selama ini begitu setia menjadi asisten Megan dan selalu berusaha menutupi semua kebiasaan buruk Megan.

"Aku pasti akan berhenti jika sudah waktunya," Megan menjawab dengan setengah sadar. Perempuan itu mabuk sampai tidak sengaja memecahkan gelas yang ada di meja.

"Ck! Kau begitu ceroboh," decak Tia melihat serpihan gelas kaca di lantai. "Aku akan memanggil petugas kebersihan dan sekalian pulang!"

Tia keluar dari kamar Megan, saat dia membuka pintu kamar itu kebetulan ada petugas kebersihan lewat.

"Tolong bersihkan pecahan kaca di dalam," Tia memberikan lembaran seratus ribu pada petugas laki-laki yang usianya terlihat masih muda.

Mendapat tips yang baginya besar di hari pertamanya kerja, membuat petugas kebersihan itu langsung menerima tanpa bertanya.

"Baik," jawabnya.

Tia langsung berlalu pergi dan petugas itu masuk ke kamar Megan perlahan.

"Permisi," ucapnya saat masuk.

Petugas itu kaget ketika melihat ada seorang wanita yang terbaring di pinggir kasur dengan kaki menjuntai ke bawah.

Kepala petugas kebersihan sudah berpesan padanya, untuk menutup mata dan telinga saat bekerja di hotel itu. Jadi, lelaki muda itu mencoba tidak memperdulikan keberadaan Megan.

Dipikirannya sekarang, bagaimana supaya bisa cepat keluar dari kamar itu. Dia membersihkan pecahan gelas yang ada di lantai segera mungkin.

Namun, dia tidak menyangka jika Megan akan bangkit dan mendekatinya dari belakang. Megan yang mabuk mengira jika petugas itu adalah teman laki-lakinya.

"Akhirnya kau datang juga, Baby," Megan langsung menerkam mangsanya dari belakang.

Tentu saja petugas itu kaget setengah mati, dia hanyalah pemuda desa yang baru menginjakkan kaki di ibu kota.

"No... nona," petugas itu merasa takut apalagi ketika melihat Megan membuka bajunya.

Refleks dia memejamkan matanya, jantungnya berpacu dengan cepat karena baru pertama kalinya melihat tubuh telanjang seorang wanita.

"Apa mataku setelah ini akan bintitan? Aku tidak akan mengintip," batinnya frustasi.

"Kenapa nona itu tidak punya malu?"

"Bukankah dia sudah besar, kenapa bertelanjang di depan orang lain?"

Tidak sampai disitu, Megan justru semakin menjadi-jadi dengan mendekat dan menyentuh milik petugas kebersihan itu.

Petugas itu berteriak dan berlari, dia ingin keluar dari kamar Megan dengan melempar uang seratus ribu yang dia dapatkan dari Tia.

"Sa... saya tidak mau uang itu!"

Namun, tidak semudah itu karena Megan berhasil menangkap tangannya dan menarik tubuh lelaki muda itu sampai terduduk di atas ranjang.

"No... nona, tolong lepaskan saya," pintanya yang sudah ketakutan.

"Kenapa, Baby?" Megan justru menindih lelaki itu. "Kau jual mahal, ya?"

Megan meraba milik petugas itu kemudian mengelusnya. Sesuatu yang sebelumnya tidur pun langsung bangun.

"Ke... kenapa itu berdiri?" petugas itu bingung, yang dia tahu miliknya akan bangun ketika pagi hari saja. "Apa dia sudah lupa waktu?"

Pikirannya seketika kalut apalagi Megan semakin melakukan apa yang perempuan itu inginkan.

"Sepertinya kau ingin aku yang memimpin permainan ya, Baby. Baiklah kalau begitu," Megan bersiap-siap melakukan gaya favoritnya.

"Tidak... tidak..." petugas itu sekarang mulai sadar kalau dia saat ini tengah dilecehkan. "Aku ternodaaa...."

HH BAB 2 - Tanggung Jawab

Megan sudah ingat sepenuhnya, laki-laki yang menangis itu ternyata telah menghabiskan malam dengannya.

"Hei, berhenti menangis!" tegur Megan sambil melempar selimut. "Setidaknya pakailah baju!"

Namun, lelaki itu bergeming. Dia tetap menangis ketakutan.

"Ish, merepotkan!" Megan akhirnya turun dari ranjang karena tidak sabaran.

"Jangan dekati saya!" teriak lelaki itu.

Megan berhenti, sepertinya lelaki itu memang mengalami trauma. Yang benar saja, Megan tidak habis pikir.

"Apa ini pertama kalinya bagimu?" tanya Megan.

Lelaki itu masih saja menangis tapi dia harus kuat, dia tidak boleh terpuruk karena ada perempuan yang telah memperkosanya.

"Apa salah saya, Nona? Kenapa anda lakukan ini pada saya?" tanya lelaki itu.

"Dasar lebay! Kau itu justru beruntung karena menghabiskan malam dengan artis top sepertiku," Megan berjalan ke arah lemari dan mengambil bathrobe yang tersedia untuk menutupi tubuh polosnya.

"Bagaimana mungkin saya merasa beruntung, saya akan mempersembahkan keperjakaan saya untuk istri saya kelak tapi anda menghancurkan semuanya," lelaki itu melakukan protes.

"Sekarang masa depan saya sudah hancur, saya merasa kotor..."

Megan mengerutkan keningnya dalam sekali, dia baru menemukan laki-laki kelewat polos seperti itu. Sepertinya dia harus berbicara lebih sabar lagi.

"Kita bicarakan baik-baik, jangan menangis karena aku pasti akan bertanggung jawab," ucap Megan mode sabar.

Mendengar itu, entah kenapa laki-laki itu merasa lega. Dia pun menghapus air matanya dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang sudah dijamah oleh Megan.

"Siapa namamu?" tanya Megan ketika melihat lelaki itu sudah tenang.

"Nama saya Sulis," jawabnya.

"Sulis?" Megan bertanya untuk memastikan dia tidak salah dengar.

"Panjangnya Sulistiyono," ucap lelaki itu lagi.

"Namamu sangat kampungan," komentar Megan. Mulutnya rasanya alergi mengucapkan nama panjang lelaki itu.

"Saya memang berasal dari kampung, saya baru saja lulus SMA dan pergi ke ibukota setelah mendapat ijazah. Saya melamar bekerja di hotel ini dan diterima sebagai karyawan housekeeping. Ini sebuah prestasi bahkan ibu saya di kampung sampai membuat acara syukuran tapi anda menghancurkan semuanya," jelas lelaki itu kembali sedih. Dia memikirkan ibunya, sawah satu-satunya yang mereka miliki sampai dijual untuk keberangkatannya ke ibukota.

Besar harapan ibunya karena dia adalah anak tunggal dan bapaknya sudah meninggal dari dia umur lima tahun. Bapaknya meninggalkan sepetak sawah yang ibunya selama ini gunakan untuk bertani.

Sekarang mata pencarian ibunya sudah tidak ada, lelaki itu akan bekerja keras di ibukota dan akan mengirimkan uang setiap bulan untuk ibunya. Dia tidak mau ibunya terus-terusan berada di sawah.

Tapi, dia justru diperkosa di hari pertamanya bekerja.

"Aku akan memanggilmu Theo, itu nama barumu," ucap Megan yang tidak mau memanggil nama lelaki itu.

"Berapa umurmu?"

"Saya masih delapan belas tahun," jawab Theo.

"Astaga!" Megan menghela nafasnya. Ternyata dia tidur dengan daun muda, mereka berbeda sepuluh tahun.

Dia harus menyelesaikan masalah ini dengan cepat dan jangan sampai bocor pada siapa pun.

"Berapa yang kau butuhkan? Aku akan membayarnya asal kau tutup mulut," ucap Megan kemudian.

Theo merasa tidak percaya Megan akan bertanya seperti itu. "Katanya anda akan bertanggung jawab," tuntutnya.

"Aku akan memberimu uang sebagai bentuk tanggung jawab, tugasmu hanya melupakan semuanya," balas Megan. Dia yakin Theo akan menerimanya.

Namun di luar dugaan, Theo meminta hal mengejutkan.

"Tolong nikahi saya," pinta Theo.

HH BAB 3 - Tidak Ada Jalan

"Menikah? Apa kau gila!" Megan jadi emosi. Tidak mungkin dia akan sudi menikahi bocah ingusan itu.

"Kau itu seharusnya cukup bersyukur karena melepas perjaka dengan artis, aku sudah cukup baik akan memberimu uang tapi kau justru meminta hal yang tidak berguna!"

Theo semakin dibuat terbingung-bingung dengan perkataan Megan itu. "Bagaimana anda bisa menggampangkan semua ini?"

"Di kampung saya, hubungan seperti ini akan dilakukan setelah menikah. Pelajaran biologi pun mengatakan jika pertemuan alat reproduksi dilakukan oleh pasangan suami istri," Theo berusaha menjelaskan.

"Hidup jangan terlalu banyak memikirkan teori," komentar Megan.

"Teori bagaimana? Apa anda tidak pernah sekolah? Gini-gini saya itu juara tiga dari sebelas murid di kelas," ucap Theo membanggakan diri.

Semakin Megan berbicara dengan pemuda desa itu, semakin membuatnya pusing dan emosi. Jadi, lebih baik Tia yang harus bertindak.

Megan mencari ponselnya untuk menghubungi asistennya supaya menyusulnya ke hotel.

"Cepat kemari, emergency!" seru Megan.

"Ada apa lagi? Aku akan menjemputmu nanti siang, hari ini jadwalmu mengambil naskah film dan latihan dialog," jelas Tia dibalik telepon.

"Pokoknya kesini dulu, ada kutu yang harus kau basmi," Megan tetap memaksa.

Sepertinya Megan membuat masalah lagi jadi Tia bersiap-siap menemui perempuan itu.

Sambil menunggu Tia datang, Megan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Dia menggosok seluruh tubuhnya, ada rasa geli karena Megan bercinta dengan pemuda desa.

Setelah selesai, Megan meminta Theo untuk bergantian mandi.

"Cepat bersihkan dirimu yang menyedihkan itu!" perintah Megan.

Theo berjalan ke arah kamar mandi dengan membungkus tubuhnya memakai selimut, pemuda itu mandi dengan menyalakan shower, air pun membasahi tubuhnya yang sudah ternoda.

Terpaksa Theo memakai baju seragamnya lagi, baju itu sudah lusuh karena dirinya yang melakukan perlawanan semalam. Tenaga Megan begitu kuat dalam keadaan mabuk.

"Tunggu sampai managerku datang," ucap Megan yang melihat Theo tampak gelisah.

Manager sekaligus asisten Megan pun datang, hal pertama yang dilihat Tia tentu saja Theo.

"Bukankah kau petugas kebersihan semalam?" tanya Tia.

Theo menganggukkan kepalanya. "Ini berawal dari seratus ribu itu, saya jadi ternoda karenanya..."

"Apa maksudnya?" Tia bertanya pada Megan. Dia meminta penjelasan pada perempuan itu.

"Aku tidak sengaja tidur dengannya, aku begitu mabuk semalam," jelas Megan.

Tia tampak marah pada sang aktris. "Petugas kebersihan? Apa tidak salah?"

"Jangan memperjelasnya," Megan merasa terhina akan hal itu.

"Masalahnya ini untuk pertama kali baginya dan dia minta tanggung jawab. Dia memintaku untuk menikahinya, bukankah itu gila?"

Tia memejamkan matanya karena Megan melibatkan pemuda polos itu dalam skandal. Dia harus cepat membereskannya.

Seperti Megan, Tia menawarkan sejumlah uang sebagai tanda damai.

Lagi-lagi Theo menolaknya justru kali ini pemuda itu mengancam.

"Kalau saya tidak dinikahi, saya akan melaporkan kasus ini pada polisi," ucap Theo.

Megan ingin marah lagi tapi ditahan oleh Tia, jangan sampai ada masalah baru lagi.

"Nikahi saja tapi hanya sebatas status, kau bisa menyembunyikannya," Tia memberi saran. "Ini demi nama baikmu!"

"Ini terdengar tidak masuk akal," Megan masih berusaha menolak.

Tapi, sepertinya tidak ada jalan lain karena Theo bukanlah laki-laki mata duitan. Theo lebih menjunjung prinsip walaupun dia hanya pemuda dari desa.

"Kalau sampai media tahu, karirmu akan langsung hancur," ucap Tia masih berusaha membujuk.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!