NovelToon NovelToon

SECRET STAR

Bab 1: Bintang Langit Malamku

Suara heli terdengar cukup jelas. Benda bergerak itu mulai mendekati landasan sebuah atap gedung pencakar langit. Di bawah sana terlihat beberapa pria berseragam hitam sudah menjaga tempat pendaratan helikopter dengan ketat. Hingga heli mendarat dan pintu terbuka setelah beberapa saat tertutup.

Kaki jenjang bersepatu terlihat turun dengan sekali lompatan bak atlet laga. Topi dengan bintang emas menutupi kepalanya. Kacamata hitam yang bertengger di hidung mancung, membuat wanita berseragam khusus itu sangat memukau. Banyak mata yang tertegun dengan ekspresi terkejut. Namun, penjagaan masih tetap kondusif.

Tap!

Tap!

Tap!

Suara sepatu penuh tekanan terdengar jelas, tangan kanan wanita berpangkat pimpinan melambai. Para pria seragam hitam berkumpul dengan senjata laras panjang tergantung sempurna di punggung.

"Siapkan semuanya! Kita eksekusi lima menit lagi," seru wanita itu dengan melepaskan kacamata hitamnya dan meletakkan di saku kanannya.

"Siap, komandan."

Semua memberikan hormat, dan membubarkan diri. Dari atas gedung pencakar langit, banyak bangunan bisa terjangkau. Tujuannya adalah menangkap incarannya setelah melakukan pengejaran selama setahun lebih. Senyuman tipis dengan tangan kanan di saku celana, membuat wanita itu terlihat puas.

Akhirnya, aku menemukan mu. Bintang langit malamku. Kini karirku akan bersinar dengan penangkapan mu. ~batin wanita itu dan berjalan menuju lift khusus.

Lift kaca dengan ukuran yang muat hanya untuk lima orang. Lift yang didesain khusus dengan sistem operasi menggunakan jalur berbeda dari lift lainnya di seluruh gedung Grand Moon. Wanita itu melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya, lalu bertransformasi menjadi gadis cantik bergaun pendek warna biru laut.

Dilepaskannya topi hingga gelungan rambut terurai jatuh bebas. Jemarinya mengacak rambut panjang berwarna kecoklatan dan merapikan penampilan dengan wajah tenang.

Dari lift khusus, tak ada seorang pun yang melihat tindakannya. Perubahan wujud seorang abdi negara, berubah menjadi wanita cantik dengan penampilan bak dewi malam.

Triing....

Pintu lift kaca terbuka tepat di lantai nomor sembilan, dimana lorong lantai itu deretan club berbintang. Seorang pria bertato sudah menunggu di pinggir lift. "Hay, ambil dan berikan milikmu, padaku."

Satu paperbag di sodorkan, wanita itu menerimanya dengan menukar semua miliknya. "Pergilah!"

"Okay, bos," jawab pria bertato dan meninggalkan tempatnya menunggu.

Sepasang heels dengan tinggi lima belas senti, bergaya tali dengan hiasan mutiara kecil kini memperindah kaki jenjangnya. Penampilannya sudah sempurna, meskipun make up hanya natural. Tanpa tas jinjing ataupun ponsel, wanita itu berjalan menuju lampu kerlap-kerlip. Dimana tulisan Club Escape terpampang lebih bersinar dari club lainnya.

Tidak ada penjaga di depan pintu, club yang bebas untuk semua pengunjung hotel Grand Moon. Suara musik dengan alunan keras dan berirama, membuat para pengunjung club bergoyang mengikuti ritme. Langkah yang gemulai dengan aroma parfum mawar menyelinap di antara pengunjung dengan begitu akrabnya.

Dari sisi lain, dimana seorang pria tengah memainkan gelas winenya di dalam ruangan khusus. Matanya tak lepas dari pesona tamu terbaru di antara para pengunjung lainnya. Satu isyarat tangan kanan dari pria itu, membuat seorang bodyguard maju dan menunduk di sebelah bosnya.

"Bawa dia padaku!" titah pria itu dengan menunjuk wanita berambut kecoklatan bergaun biru laut di bawah sana.

"Siap, Bos." jawab di bodyguard dan mengambil ponselnya.

Panggilan yang dilakukan sang bodyguard tak mengubah arah pandang pria di kursi kebesarannya. Pria itu mengikuti kemana arah si wanita melangkah. Hingga terlihat seorang pria buncit mulai merayu wanita incarannya. Wanita bergaun biru laut terlihat tak menjawab ataupun menjauh, dan itu membuat pria buncit semakin gencar mencoba mendekati wanita incarannya.

Pyaar....

"Bos....," seru bodyguard terkejut dengan gelas wine di tangan Tuannya yang pecah dan darah mengalir.

Tangan sang bos terangkat, dan pria itu berdiri dengan wajah mengeras bak patung semen. "Seret pria buncit itu, SEKARANG!"

Gleek....

Apalah daya seorang bodyguard, ketika aura amarah dengan wajah singa bosnya sudah mode on. Tanpa menjawab, sang bodyguard meninggalkan ruangan kerja tuannya. Sementara pria yang dipanggil bos memilih mengambil kotak obat, dan mulai mengobati luka di telapak tangan kirinya.

Lima menit kemudian terdengar beberapa langkah kaki mendekat, pintu terbuka otomatis.

Bruug....

Seorang pria dengan perut buncit, dilemparkan begitu saja dan mencium kaki pria di kursi kebesarannya. "Kenapa masih hidup?"

"Tuan, ampuun. Apa salah saya...." pria buncit memohon dan bangun membungkuk di depan pria berwajah tampan, yang dikenal sebagai pemilik hotel Grand Moon.

"Hey, Tuan, apa maumu? Aku ingin bersenang-senang, dan kenapa dibawa ke tempat membosankan seperti ini." Wanita bergaun biru laut mencebikkan bibirnya dengan jari menunjuk ke depan, dimana pria pemilik Grand Moon duduk.

Suara yang penuh keberanian, pria buncit dan bodyguard di belakang si wanita menelan saliva dengan susahnya. Bagaimana bisa wanita itu berbicara secara bar-bar. Apa wanita itu, tidak tahu pria yang ditunjuk dengan jari telunjuknya itu adalah pemimpin mafia terkejam. Kekejaman yang tak bisa diragukan lagi.

Prook....

Prook....

Prook.....

Tiga tepuk tangan dengan senyuman manis di wajah bosnya, membuat bodyguard di depan pintu tercengang. Darimana asal senyuman semanis itu? Sepertinya dunia sebentar lagi kiamat.

"Sudahlah, aku bosan. Bye....." Wanita itu membalikkan badan, dan satu langkah kakinya hampir menyentuh lantai marmer keemasan.

"Stop! You stay here."

Suara tegas dengan nada bariton memenuhi ruangan mewah nan elegan. Gaya klasik jelas terlihat menjadi kesukaan si pemilik ruangan. Wanita bergaun biru laut berhenti dan kembali berbalik. "You, talking with me?"

Tap!

Tap!

Tap!

Pria berjas biru dengan kemeja putih berdasi corak putih dan hitam berjalan melewati pria buncit yang masih diam membungkuk dengan tubuh gemetar. Gaya jalan yang angkuh dan tegas, pria itu berhenti di depan wanita incarannya. Tangannya terulur terangkat ke atas mendekati wajah wanita di depannya.

Pluk!

Wanita itu menepis tangan si pria. "Don't touch me!"

"Really?"

Wush...

Greeb...

"Hey,.... Empt."

"Shuut. Diamlah!"

Pria berjas membungkam mulut wanita incarannya, setelah berhasil merengkuh wanita itu ke dalam pelukannya. Dengan kuncian tangan di belakang punggung. Kini si wanita berada di bawah kekuasaannya.

Wajah bodyguard masih ambigu, hingga suara dari seberang earphones mengubah ekspresinya menjadi tegang dan cemas. Ingin menegur bosnya, tapi sungkan.

"Bos...."

"Apa kamu tidak lihat...."

Bodyguard menarik nafasnya dan menahan, "Club di serang..."

"Ish, kau kejam Tuan!" bentak wanita bergaun biru laut setelah tangannya dilepaskan begitu saja.

Pria berjas memberikan kode pada bodyguard nya untuk pergi, dan pria buncit ikut diseret sang bodyguard. Sementara wanita bergaun biru laut masih menjadi tahanan sang bos.

"Kamu ikut denganku!" titah pria berjas menarik tangan wanita bergaun biru laut begitu saja.

"Hey, kenapa anda semakin kejam saja." Wanita itu berusaha melepaskan genggaman tangan si pria, namun usahanya sia-sia saja.

Sebuah pigura dengan lukisan bukit hijau nan rimbun digeser memutar berbalik arah jarum jam. Suara deritan terdengar mengalihkan perhatian si wanita. Matanya tak lepas dari setiap inci desain ruangan Tuan pemilik hotel Grand Moon.

Finally, aku masuk ke duniamu. Bintang langit malamku.~ batin wanita itu.

.

.

.

.

Selamat tahun baru reader's.

Jangan lupa jejak kalian ya, like, comment dan juga gift. Support kalian semangat buat othoor. 😍

Happy Reading.

Bab 2: Pencurian Manis

"Hey, kenapa anda semakin kejam saja." Wanita itu berusaha melepaskan genggaman tangan si pria, namun usahanya sia-sia saja.

Sebuah pigura dengan lukisan bukit hijau nan rimbun digeser memutar berbalik arah jarum jam. Suara deritan terdengar mengalihkan perhatian si wanita. Matanya tak lepas dari setiap inci desain ruangan Tuan pemilik hotel Grand Moon.

Finally, aku masuk ke duniamu Bintang langit malamku.~ batin wanita itu.

Si pria mengalihkan perhatian sekejap, dan itu dimanfaatkan oleh sang wanita untuk mengambil sebuah pulpen di atas nakas. Pulpen merah yang sengaja dibuka.

Tanpa aba-aba, tubuhnya tertarik memasuki sebuah terowongan dengan lampu kecil di atas sepanjang mata memandang.

"Halooo! Mau dibawa kemana aku?" tanya sang wanita berusaha melepaskan diri, tapi ukuran terowongan tidak begitu luas, membuatnya kesulitan bergerak.

Sedangkan pintu perlahan mulai tertutup, dan langkah kaki keduanya mulai menjauh.

"Maju! Aku tidak mau kamu terluka," bisik sang pria dengan hembusan nafas hangat di telinga wanitanya.

Ntah apa yang merasuki wanita itu, hingga bulu kuduk nya berdiri karena hembusan nafas pria yang merengkuh serta memaksanya untuk tetap berjalan maju.

"Okay aku turuti permintaanmu, tapi lepaskan aku! Pintunya saja sudah tertutup, tidak mungkin kembali kesana lagi sekarang," pinta sang wanita yang akhirnya mengalah dengan tatapan lembut, membuat pria itu menurut tanpa perdebatan.

Satu isyarat mata dari sang pria, membuat wanitanya berjalan tanpa paksakan. Tanpa dirinya sadari. Jika goresan tinta merah di dinding ditorehkan wanita itu dengan hati-hati, agar tidak ketahuan.

"Tuan, kenapa terowongan ini sangat panjang?" tanya sang wanita.

"Apa kamu takut?" tanya balik sang pria.

Aku tidak takut, meskipun gelap ataupun badai salju. Langkahku tidak akan pernah salah sasaran.~batin wanita itu, dan berhenti berjalan lalu berbalik menatap pria di belakangnya.

Tatapan takut ditunjukkan. "Bisakah Tuan di depan? Rasanya kepalaku berputar melihat lampu yang temaram sepanjang itu...,"

Wush!

Bukannya menjawab, sang pria langsung mengangkat tubuh wanitanya tanpa permisi. "Ini lebih baik. Sekarang jangan takut!"

Tatapan mata keduanya saling bertemu. Ketenangan, kegelapan, ketajaman menyatu menjadi satu. Tanpa berkedip, tatapan mata itu semakin dalam hingga senyuman manis tersungging di bibir sang pria.

"Turunkan, Aku," pinta sang wanita.

"Diamlah! Hidupmu akan aman bersamaku," ujar pria itu kembali fokus berjalan menyusuri lorong.

Hening!

Lima belas menit kemudian sebuah pintu besi menyambut keduanya, tapi pria itu tak berniat menurunkan wanitanya.

"Siapa namamu?" tanya sang pria.

"Rose," jawab singkat Rose dengan bibir manyun.

"Mau ku cium?" goda sang pria, membuat Rose memukul dada pria itu.

Pukulan yang tak seberapa. Sama seperti pukulan seorang wanita biasa, membuat pria itu terkekeh kecil. "Buka pintunya!"

Rose memutar matanya jengah melihat sikap absurd pria yang stay menggendongnya. "Ini terowongan punya siapa?"

"Punya bagunan," jawab sang pria santai.

Buug!

Satu pukulan kembali Rose layangkan tepat mengenai dada pria itu, hingga ia berhasil di lepaskan.

"Auuw. Kukira pukulan mu sama saja, tapi cukup memberikan kejutan di jantungku," Pria itu menurunkan Rose, tapi langsung mencengkram tangan kanan wanitanya.

Rose berusaha melepaskan tangan pria di sampingnya. Namun, cengkraman terlalu erat, "Tuan, bisa tidak pake perasaan? Aku wanita loh."

Tidak ada jawaban selain kesibukan pria itu memasukkan password di papan panel sisi kanan pintu. Rose melirik melihat lima digit angka, dan mengingatnya.

Pintu terbuka dengan sendirinya, membuat pria itu melebarkan pintu seraya melepaskan tangan Rose. "Masuklah!"

Rose menatap ruangan putih di depan sana, dimana ternyata itu sebuah kamar mandi mewah. Lalu beralih menatap pria di sampingnya yang masih setia menunggu agar dirinya masuk terlebih dahulu. Wajah bingung Rose, membuat pria itu mengedipkan satu mata kiri.

"Perkenalkan namaku Azka Dirga Dewantara," Azka memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangannya dengan senyuman manis.

Apa aku salah orang? Setahuku, bintang langit malamku tidak selebay ini. Lalu kenapa malah berbanding seratus delapan puluh derajat? ~batin Rose menatap Azka tanpa berkedip.

Lamunan Rose memberikan Azka ide gila. Tiba-tiba saja mendekati wajah cantik dengan bibir merah alami yang terlihat sangat menggoda, dan satu pendaratan sempurna. Disambut bola mata yang membulat sempurna.

"Manis sekali bibirmu," ucap Azka dan berlalu meninggalkan Rose yang terdiam di tempat.

"Apa dia baru saja mencuri ciuman pertamaku?" tanya Rose pada dirinya sendiri.

Azka yang mendengar perkataan Rose bersorak di dalam hati. Namun, tidak dengan Rose yang tersadar dan mengumpulkan rasa kesalnya.

"HEY MESUM!" seru Rose.

Azka menutup telinganya. Bukan karena merasa bersalah, tetapi ia ingin wanita yang telah mencuri hatinya semakin mengejarnya. Yah, meskipun dengan amarah sekalipun. Ia siap menanggung setiap konsekuensi karena jatuh cinta pada pandangan pertama. Sementara itu, Rose melemparkan pulpen merah ke sudut, lalu mengejar sang pencuri kiss first yang selama ini di jaga baik-baik.

Azka membuka pintu kedua. Dimana kamar mewah dengan ranjang king size premium berselimut bad cover biru tua menggembung. Di sisi lain ada jendela kaca dengan tertutup tirai putih memanjang. Perabotan kualitas terbaik dengan fasilitas yang lengkap. Sudah pasti kamarnya menjadi kamar terbaik di hotel Grand Moon.

Langkah menggebu-gebu Rose harus terhenti. Ketika dengan mata kepalanya sendiri, ia menyaksikan betapa kehidupan targetnya bak pangeran Inggris. Super mewah dan tidak ada kata yang keluar selain *wow*.

Rose, sadar! Dia itu tiket emas mu. Haduh, kenapa jadi begini, ya? Niat hati meringkus. Justru aku yang terjebak disini, tapi tak apa. Berteman dengan musuh, tidak ada salahnya. Iya, kan?~batin Rose menyembunyikan senyuman nakalnya.

Sementara Azka yang melihat wajah polos Rose. Rasanya ingin sekali mengurung wanita itu agar tetap bersamanya. Tetapi ia masih waras untuk menahan diri, sedangkan yang ditatap berpura-pura menundukkan kepala karena malu.

"Kenapa menunduk?" tanya Azka berjalan menghampiri Rose.

Rose berjalan mundur setiap kali langkah Azka mendekatinya, hingga tubuhnya tak bisa lagi mencari jalan lain karena terbentur dinding penghalang. Tatapan mata menuntut pria yang kini berdiri di depannya, membuat wanita itu tersenyum tipis.

Ketika Azka berniat merengkuh pinggang Rose untuk membawa wanita itu ke dalam pelukannya. Hal tak terduga mengejutkan dirinya. Satu pijakan kuat, membuat kaki kirinya berdenyut. Bukan hanya itu saja, karena di saat yang sama tubuh terhuyung kebelakang dan jatuh menyapa lantai yang dingin.

"SKAKMAT! Hadiahku untuk pria MESUM seperti mu," kata Rose dengan menjulurkan lidahnya, setelah berhasil menginjak kaki Azka lalu mendorong tubuh pria itu hingga jatuh terjerembab.

"Wanita licik, tapi aku suka," gumam Azka lirih, membuat Rose menaikkan satu alisnya.

"Awas, ya. Jangan macem-macem denganku," tegur Rose memperingatkan Azka dengan acungan jari lentiknya.

Bab 3: Bersatu dalam Kabut

"Awas, ya. Jangan macem-macem denganku," tegur Rose memperingatkan Azka dengan acungan jari lentiknya.

Peringatan Rose terdengar begitu manis di telinga Azka. Pria yang harusnya merasakan sakit karena jatuh. Justru tersenyum sumringah dengan tatapan mendamba ke arah wanita yang kini berjalan menjauh darinya. Sementara itu, yang ditatap menelusuri seluruh sudut kamar dengan tatapan mata takjub.

"Apa kamu suka dengan kamarku?" tanya Azka seraya bangun menjauh dari dinginnya lantai.

Pertanyaan yang jelas, tetapi diabaikan wanitanya. Sontak saja Azka berjalan menghampiri Rose. Bukan untuk merasakan bantingan tubuh. Namun, untuk memberikan touring dadakan pada tamu istimewa. Tanpa permisi, ia menggandeng tangan Rose. Lalu tangan satunya menjentikkan jari.

Suara dinding bergeser dengan perlahan menunjukkan sebuah pemandangan yang jauh lebih indah. Tatapan mata Rose semakin takjub, membuat Azka tersenyum puas. Ternyata kemewahan dan seleranya ada juga yang suka. Yah itu yang ada di pikirannya, tapi siapa yang tahu isi pikiran Rose?

"Bagaimana bisa semua keindahan menjadi satu tempat? Hutan, lautan dan juga daratan. Apa itu replika?" tanya Rose melepaskan tangan Azka, lalu berjalan menghampiri dinding kaca di depannya.

Sebuah ruangan dengan semua element di desain sedemikian rupa hingga membentuk sebuah wilayah dengan daratan yang memiliki pegunungan serta lautan di bawahnya. Benar-benar seni tingkat tinggi karena di depannya bukan sebuah lukisan. Kekaguman Rose membawa Azka pada tingkat kepercayaan semakin tinggi.

"Keindahan itu tak seindah dirimu. Senyumanmu bahkan bisa melumerkan hatiku...," kata Azka dengan kerlingan mata nakalnya.

Rose mencebikkan bibir, "Tuan mesum, Aku gak peduli soal dirimu. Lagian mau sampai kapan, kamu menahan diriku di sini? Apalagi hanya berdua dengan pria asing sepertimu."

"Bagaimana, jika sampai aku bosan denganmu?" tanya Azka serius, meskipun sebenarnya menahan diri untuk tidak tersenyum.

"Boleh saja," Rose menyibakkan rambutnya ke belakang, lalu melipat kedua tangannya di depan dada, "Mau kuburan atau rumah sakit?"

"Benarkah? Apa yang bisa kamu lakukan dengan tangan mulusmu itu?" tanya Azka berjalan mendekati Rose dengan wajah tenang.

Pergerakan Azka di sambut hangat Rose. Wanita itu juga melangkah maju, hingga keduanya berhadapan dengan jarak setengah meter. Bukannya gugup, seketika ia menarik tubuh sang pria mendekati wajahnya. Tatapan mata kembali terpatri. Perlahan, tapi pasti. Tatapan itu semakin dalam, hingga satu pukulan telak terasa menyentuh perut Azka.

"Auuw...,"

"Mau lagi?" tanya Rose melepaskan tangannya dari kerah kemeja Azka, setelah memberikan sikutan lutut ke perut pria yang berani menggodanya.

Azka meringis. Namun, ia tak mau kalah. Disaat Rose hampir berbalik, tangannya dengan cepat merengkuh pinggang wanita itu hingga tubuh keduanya saling berhimpitan.

"Tuan mesum, lepaskan!" bentak Rose berusaha melepaskan kuncian tangan Azka.

Azka tak menggubris permintaan wanita itu. Smirk yang terpantul ke kaca di depan sana, membuat Rose bergidik. Sudah jelas ada pikiran buruk dari bintang langit malamnya. Benar saja hembusan nafas hangat menerpa leher jenjangnya. 

Azka membiarkan Rose tersiksa dengan tiupan hangat dari bibirnya. Aroma mint menguar menyebarkan sensasi dingin. Bulu-bulu halus merem@ng, hingga sentuhan lembut bibir perlahan mendarat merasakan lembut dan wangi kulit sang wanita. 

"Aroma mu memabukkan," bisik Azka, membuat Rose mengeliat berusaha melepaskan diri. 

"Please lepasin, aku...," pinta Rose dengan serak karena tidak bisa menahan gelenyar aneh yang menyebar di dalam tubuhnya. 

Reaksi Rose, membuat Azka semakin menikmati memberikan permainannya. Sentuhan demi sentuhan ia berikan. Perlahan kuncian tangan terlepas,  mengubah posisi keduanya saling berhadapan. Bibir menggoda dengan warna merah muda alami kini dikuasai Azka. Pagutan yang menuntut membangkitkan hasrat yang terpendam. 

Ntah apa yang merasuki keduanya. Tubuh yang semula tertutup rapat. Satu persatu terlepas tanpa menyisakan sehelai benang pun. Tubuh indah Rose terpampang sempurna. Begitu juga dengan tubuh kekar Azka yang jelas pasti di idamkan banyak wanita. Sejenak keduanya menghentikan pagutan, tatapan mata berkabut tak bisa berpikir jernih. 

"Rose, bolehkah aku memilikimu seutuhnya?" tanya Azka serius dengan tatapan tak terlepas dari mata wanita yang kini ada di bawah kungkungan nya. 

Rose mengedipkan mata menyetujui permintaan Azka, "Aku ingin tahu, seberapa mesum dirimu? Apa dengan menghabiskan malam bersamaku. Kamu bisa stay dengan satu wanita saja?" 

Pernyataan sekaligus pertanyaan dari Rose seperti sebuah peringatan. Banyak wanita di luar sana, siap mengiba bahkan mengemis hanya untuk bermalam dengan dirinya. Tetapi tatapan mata angkuh dengan senyuman nakal Rose. Jelas tidak sama dengan wanita di luaran sana. 

Ada sesuatu yang tidak bisa di jelaskan dengan kata. Apapun yang masih menjadi rahasia seakan tak ingin diabaikan. Persetujuan Rose, membuat Azka menghadiahi kening wanita itu dengan kecupan hangat. Kecupan yang tulus tanpa niat buruk. 

"I'll stay with you, Rose," bisik Azka ditelinga Rose setelah memberikan kecupan kening. 

Rose melingkarkan kedua tangannya di punggung Azka, "So, do it, Boy!"

Perlahan Azka memberikan sentuhan cinta dengan tanda merah di leher jenjang wanitanya. Sentuhan demi sentuhan memulai penjelajah. Bibirnya sibuk memberikan stempel kepemilikan, begitu juga dengan tangannya ikut berkelana memainkan squash kenyal yang memberikan kenikmatan untuk Rose. 

"Emmmmpptt... Aa@ahhh.... "

Des@han lolos dari bibir Rose, membuat Azka semakin bergerak liar. Tubuh putih berubah menjadi jejak merah. Perjalanan semakin menurun hingga aroma memabukkan lainnya tercium, lembah gua yang mulus tanpa dedaunan menambah kabut di mata pria itu. Kenikmatan dunia tak lagi terelakkan. 

Setiap sentuhan Azka, membuat Rose mendes@h tanpa henti. Namun, di saat siap mencapai awal penyatuan. Tiba-tiba saja, pria itu berhenti dengan tatapan menyesal, ia tak bisa meneruskan permainan. 

"Hey, kamu kenapa?" tanya Rose membalas tatapan Azka yang menatapnya dengan penyesalan. 

"Maaf, tidak seharusnya aku merenggut yang bukan milikku," kata Azka dengan ucapan lembut seraya mengusap pipi Rose. 

Rose tersenyum, sekarang dirinya tahu. Pria itu tak se brengsek yang selama ini ia dengar. Namun, lihat posisi sekarang. Keduanya sudah terlanjur menikmati satu sama lain. Sebuah ide gila melintas di benaknya menghadirkan senyuman manis. Azka yang melihat itu bisa merasakan aura dingin dari tubuh wanita yang membuatnya jatuh cinta dalam pandangan pertama. 

"Apa yang kamu pikirkan, Rose?" tanya Azka tanpa mengalihkan tatapan matanya. 

Rose hanya tersenyum, tanpa memberikan jawaban. Tetapi tangannya menarik tubuh Azka yang sontak langsung jatuh ke tubuhnya sendiri. 

"Nikmati malam ini, kita bisa menikah esok." 

Bisikan Rose seperti angin segar bagi Azka. Pria itu berniat menjawab, tapi bibirnya langsung dibungkam dengan kecupan hangat wanitanya. Pergul@tan panas kembali mengalir seperti aliran listrik. Tak ada lagi penghalang untuk melakukan penyatuan. Suara des@han terdengar memenuhi seluruh kamar, hingga di saat ular naga yang tegak berdiri mencoba membobol lembah gua yang sempit. 

Wajah Rose terlihat menahan sakit. Melihat itu, Azka memberikan usapan lembut di punggung wanitanya dengan sentuhan bibir tanpa tuntutan. Disaat sudah kembali relax, barulah satu hentakan ia lakukan. Rasa hangat yang mengalir di sela-sela ular naga nya, menyadarkan bahwa wanita yang ia jamah masih perawan. 

"Ouh $h!!t," gumam Azka merutuki kebodohannya. 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!