Pagi hari Dian sudah memulai aktifitasnya, seperti biasa bangun tidur, mandi, sholat dan membuat nasi goreng untuk sarapannya lalu berangkat kerja.
Pagi ini angkot yang biasa di tumpangi Dian sedikit lama.
Rika datang dengan motornya "hey mau bareng?"
"Pastinya mau, biar cepat sampai" ucap Dian.
Merekapun berangkat bersama, sampailah mereka di parkiran Pabrik tempat mereka bekerja.
"Masih sepi ka".
Rika mengangguk, "seram juga kalau masih sepi".
"Iya mending kita tunggu yang lain dulu, baru kita masuk".
Tidak berselang lama karyawan yang lainpun berdatangan, merekapun masuk bersama dan menempati tempat masing-masing, jam istirahatpun tiba, setelah sholat merekapun menuju kantin untuk makan siang.
"Dian kenapa kamu belum pernah berpacaran? padahal usia mu sudah cukup matang".
Dian tersenyum, "iyah tidak terasa usia ku sudah 20 tahun, lebih tua satu taun dari kamu".
"Jadi kenapa sampai sekarang kamu masih betah sendiri", Tanya Rika.
"Aku juga tidak tau", jawab Dian.
"Tidak mungkin, jika kamu tidak tau alasannya".
Dian tersenyum, "sebenernya aku tiadak mau berpacaran, aku mau langsung nikah, soalnya pacaran dilarang Agama, aku berharap bisa menikah tanpa berpacaran. Dia akan datang kerumah orangtua ku, untuk melamarku tanpa ku undang, terdengar aneh bukan, tapi itulah keinginan ku".
"Memang aneh dan tidak mungkin dijaman sekarang, tapi aku doakan semoga harapan mu tercapai, aamiin".
Dian pun tersenyum, "ayo sudah mau masuk jam kerja.
Merekapun kembali ke tempat mereka bekerja, tidak terasa jam pulangpun tiba mereka bersiap-siap untuk pulang.
Saat dian dan rika berada di tempat parkir tiba-tba ada seseorang yang memanggil nama mereka.
Rika pun melambaikan tangannya, saat melihat orang yang memanggil nama mereka.
"Dian, sepertinya kita tidak bisa pulang bersama, soalnya aku mau main dulu sama dia", tunjuk Rika pada orang yang tadi memanggil mereka.
"Iyah, tidak apa-apa, aku bisa pulang naik angkot atau ojeg". jawab Dian.
*Dian, dari pada kamu naek ojeg atau angkot mending kamu bareng sama Ridwan saja !.
"Dia, mana mungkin mau mengantar aku". ucap Dian. "Bukan dia yang tidak mau, tapi kamu yang tidak mau".
Dianpun tersenyum, "sudah sanah pergi, kasian pacar kamu sudah lama nunggu".
"Ya sudah aku duluan, kamu hati-hati di jalan kalau sudah sampe kabari aku", pesan rika.
Dian menganggukan kepalanya, Dianpun pulang ke kosannya. Setelah sampai dian langsung membersihkan dirinya, lalu sholat. Setelah sholat Dian duduk di kursi yang berada di kamarnya, lalu membuka ponselnya melihat dan mengomentari beberapa setarus teman sekolahnya. Dian masih berhubungan baik dengan teman sekolahnya kadang mereka mengadakan pertemuan, jika hari raya tiba.
Saat Dian sedang asik dengan ponselnya,
tiba- tiba ada panggilan masuk dari ibunya yang bernama Siti. Dian mengangkat telpon dari ibunya, "assalamu'alaikum Bu, tumben ibu menelpon dian?" tanya Dian.
"Wa'alaikumussalam", apa salah jika ibu menghubungi mu nak?. tanya ibu.
Dian tersenyum, "tidak Bu hanya tumben saja Ibu menghubungiku".
"apa kabar mu nak?". "Alhamdulillah Dian sehat disini, kalau ibu dan bapa bagai mana?.
Alhamdulillah ibu dan bapa sehat, kamu sedang apa?.
"Dian sedang istirahat Bu, sambil nunggu isya".
"Dian, jika kamu libur kerja bisakah kamu pulang?.
" Bisa bu memang ada apa seperti ada hal yang penting".
"Iya, ada yang ingin ibu bicarakan kepada mu, sekalian ibu pengen ketemu kamu".
"Iya Bu Dian akan pulang kalau sudah libur".
"Ya sudah kalau begitu, ibu tutup telponnya assalamu'alaikum".
"Wa'alaikumsalam", panggilan pun terputus.
Hari demi hari Dian lewati seperti biasanya, tidak ada hal yang berkesan, Dian baru saja pulang bekerja.
"Assalamu'alaikum bu". "Wa'alaikumsalam" jawab ibu kos, "baru pulang nak".
"Iya bu", jawab dian sambil membuka kunci kamarnya "bu Dian masuk dulu" Ibu kos pun menganggukan kepalanya.
Besok adalah hari libur Dian, sesuai janjinya pada ibu, dian akan pulang ke rumah orangtuanya besok.
Sebanarnya, Dian malas untuk pulang, karna di kampung, banyak orang yang bertanya pada dian. "kamu kapan nikah?, teman-teman kamu sudah pada nikah, sudah punya anak malah ada yang sudah dua", bukan hanya satu orang tapi hampir semua ibu-ibu di lingkungan rumah orangtua dian berbicara seperti itu.
Karna omongan ibu ibu itulah alasan Dian bekerja di kota, agar Dian jauh dari ibu-ibu seperti mereka.
Sebenarnya orangtua Dian melarang Dian bekerja karna orangtua dian berkata
"untuk apa bekerja toh bapa masih sanggup membiyayai kamu, kamu di sini saja tidak usah kerja ke kota, kalau kamu jenuh kamu bisa bantu kaka mu mengajar di paud".
"Orang-orang pulang kampung menyiapkan oleh-oleh", gumam dia. "Kalau aku menyiapkan mental untuk menghadapi Ibu-ibu bawel itu, entah lah padahal ucapan Ibu-ibu itu benar dan hal sepele tpi rasanya menusuk hati, untung saja bapa dan ibu tidak bawel seperti mereka", ucap dian.
kini sudah waktunya Dian sholat isa. Setelah selesai sholat, Dianpun mengambil makanan yang dia beli di warteg dekat kosannya, setelah makan dian pun membuka ponselnya untuk melihat apakah ada pesan atau setatus teman sekolahnya yang bisa Dian komentari sesuka hati.
"Seru banget rasanya kaya masih jaman sekolah", Lalu Dian menyimpan ponselnya, Dian ingin istirahat lebih awal, karna besok dian harus bangun pukul 4 untuk bersiap siap pulang, jadi pas adzan subuh Dian tinggal sholat langsung berangkat.
"alhamdulillah udah nyampe, tapi lumayan pegel jga untung ga macet, coba kalau macet pasti bakalan lama banget dan pegelnya pasti berkali-kali lipat. Dian pun berjalan sambil melihat pemandangan yang indah di pandang mata, persawahan yang hijau tpi ada juga yang sudah menguning siap untuk di panen.
sampailah dian di halaman rumah orangtuanya
tok tok tok "assalamu'alaikum Bu Ibu" teriak Dian.
dari dalam terdengar suara ibu menjawab salam dan tak berselang lama pintu pun terbuka.
"Ibu" teriak Dian, Dian langsung memeluk ibu Siti, " Dian kangen sama ibu" lalu Dian mencium tangan ibu.
Ibu tersenyum,, "ibu juga kangen sama kamu, kamu jam berapa dari kota?.
tadi sesudah sholat subuh langsung berangkat bu, biar tidak kesiangan, juga biar tidak ketemu Ibu-ibu bawel, ucap Dian sambil tersenyum,, tpi sesaat kemudian senyuman itu berganti cemberut.
"loh kok jadi cemberut gitu bukannya tadi kamu tersenyum".
Habis sebel sama ibu, "anaknya baru sampai bukannya di ajak masuk rumah, disuruh istirahat, kan cape Bu dari kota kesini, mana di tambah jalan kaki. kenapa sih kampung kita itu letaknya nanggung, jadi ga ada tukang ojeg yang mangkal di gapura.
letak gapura kampung dian berada di pinggir jalan raya dan letak kampung dian nanggung kalau menggunakan ojeg terlalu dekat, tapi kalau jalan kaki lumayan jauh.
lebay deh, ucap ibu,. kamu mau masuk ya tinggal masuk, kaya tamu aja mesti di suruh, kalau masalah letak kampung itu bagus biar kamu olahraga.
Dian masuk ke dalam rumah dan langsung duduk di kursi, "alhamdulillah akhirnya bisa duduk dengan nyaman".
Ibu pun masuk, "loh ko disini bukannya tadi bilang mau istirahat?".
"Ini juga lagi istirahat bu".
"ibu pikir kamu mau rebahan di kamar".
"Tidak Bu, kalau istirahat di kamar bisa-bisa Dian ketiduran, Ibu tau sendiri kalau Dian sudah nempel di kasur pasti tidur".
"ya tidak apa-apa, kalau kamu mau tidur juga".
"tidak Bu, sayang kalau Dian tidur, jauh jauh dari kota cuman pindah tidur, mana cuman sehari dian di sini, besokkan Dian sudah bekerja lagi.
oh iya bu pada kemana kok sepi".
"Bapa lagi ke sawah, kaka mu, lagi di rumahnya pak ustad dan adik mu sudah main sama teman-temannya".
"Oh, bu Dian ambil minum dulu haus. Dian berjalan ke dapur lalu Dian mengambil gelas, saat Dian mau menuangkan air, ih ko panas. Ibu airnya panas". Teriak Dian dari dapur. ''Ada air yang dingin tidak? ini air di teko panas semua".
"Iya ibu lupa memberi tahu kamu, kalau airnya panas semua".
Dian pun berjalan keruang tamu, "kenapa ibu tidak bilang dari tadi". Ucap Dian, "lupa" jawab ibu.
"ya sudah dian beli minuman dulu ke depan".
"Kamu duduk saja biar ibu yang membelikan minuman, kamu pasti masih cape?".
" Biar dian saja bu, sekalian jalan jalan ibu lanjut setrika saja!".
"Baiklah kalau begitu". ucap ibu.
Dian pun membuka pintu. Ketika pintu terbuka ibu berpesan. " Jangan lama-lama ada yang ingin ibu bicarakan". Dian pun menganggukan kepalanya.
"Assalamu'alaikum, bi".
Wa'alaikummussalam eh neng Dian, kapan datang?.
"Barusan Bi, Bi beli es teh satu sama beberapa cemilan!".
"Iya neng".Jawab tukang warung tersebut.
setelah Dian mendapatkan apa yang Dian inginkan. Dian pun berpamitan untuk pulang ke rumahnya.
Sampailah Dian di rumah dan duduk di dekat ibu yang sedang menyetrika.
"Bu" panggil Dian
"Ya, ada apa?, tanya ibu.
"Katanya ada yang mau ibu obrolin".
"Iya sebentar, nanggung ini tinggal satu lagi. setelah selesai menyetrika Ibu pun bertanya. "nak apakah kamu sudah punya calon? Tanya ibu.
"Belum Bu, kan ibu tau alasan Dian tidak menerima salah satu dari mereka, bukan karna Dian pilih-pilih pasangan, tapi dian nunggu kaka nikah dulu, baru Dian akan pilih salah satu dari mereka" ucap Dian.
"Dian tidak mau melangkahi ka Sinta bu, kasian kaka sudah di tinggal meninggal calon suaminya, masa iya mau dian langkahi".
"Ibu pengen kamu terima salah satu dari mereka dan bawa kemari kenalkan sama kami!. perintah Ibu.
"Lo ko bu gitu Bu".
Ibu pun menjelaskan jika satu bulan yang lalu ada yang datang melamar ka Sinta, tapi ka Sinta bilang tidak mau, jadi ibu kawatir sama ka sinta, semakin kesini bukan nya membuka hati tpi malah semakin menutup diri. Ibu berharap jika kamu membawa calon suami mu ke rumah, ibu punya alasan untuk memaksa ka Sinta, untuk menerima lamaran yang datang.
Dian tersenyum. "Dian kira ibu menyuruh Dian untuk melangkahi kaka, kalau itu alasannya Dian akan usahakan".
"Walau ibu telat ngomongnya, coba ibu bilang nya sebelum aku menolak mereka kan enak tinggal terima nah sekarang gimana caranya?.
Ibu tesenyum, "begini saja, pertama-tama kamu tentuin dulu diantara mereka yang paling pas di hati kamu, terus, ibu men jeda ucapannya.
"Terus apa bu? tanya Dian.
"Terus kamu pikir sendiri cara selanjutnya". jawab Ibu sambil tersenyum.
Dian menghembuskan napasnya, "kalau gini aku harus berguru pada Rika, tapi Rika pasti akan menertawakan aku, jika aku meminta pertolangannya".
"tpi kalau aku tidak membatu ibu, kasihan juga kaka" ucap Dian dalam hati.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!