Bella Saphira Lemos
Wanita Cantik yang sangat mencintai pria yang bernama Bima Wijaya, ia memendam perasaannya dari bangku SMA namun ia tidak berani mengungkapkan perasaannya karna ia tau bahwa pria yang ia cintai sudah memiliki tambatan hati lain
Sampai akhirnya setelah lulus Kuliah ia dijodohkan Oleh orang tuanya dengan Bima anak dari rekan kerja sekaligus teman Ayahnya, pria yang di damba-damba kannya dulu.
Kehidupan pernikahannya berlangsung lancar walaupun didalamnya hanya ada perasaan hampa karna suaminya sibuk dengan pekerjaannya di kantor dan ketika pulang suaminya sering mengabaikannya.
Walaupun begitu ia tetap bersabar karna ia yakin Lambat laut suaminya pasti akan berbalik mencintainya.
Namun harapannya pupus saat teman dari suaminya, Alexander Graham terus-menerus mengganggu kehidupannya.
Alexander Graham.
Pria Tampan yang memiliki otak cerdas yang berhasil mendirikan perusahaannya sendiri tanpa bantuan dari keluarganya yang sangat kaya raya.
Dengan Otaknya ia telah membawa perusahaannya menduduki peringkat pertama tersukses di Asia di ikuti oleh perusahaan Graham, Lemos, dan Wijaya
Wajahnya selalu terpampang jelas didalam Koran bisnis maupun TV.
Banyak Partner bisnis lainnya yang mendekatinya hanya untuk memperkenalkan putrinya berharap siapa tau Alex mau ngelirik putri mereka karna mereka tau Alex belum memiliki kekasih.
Namun Mereka tidak tau jika ia telah memiliki pujaan hati yaitu Bella Saphira namun ia harus menelan pil pahit karna Bella mencintai Bima teman bodohnya.
Bima Wijaya.
Pria tampan ceria yang juga memiliki otak yang cerdas dalam dunia bisnis namun sedikit bodoh dalam percintaan.
Ia sudah menjadi suami dari wanita pemalu dan lemah lembut yang bernama Bella namun tidak bisa ia pungkiri bahwa ia tidak mencintai istrinya itu.
Karna hatinya dari dulu sudah dimiliki oleh wanita lain, wanita ceria dan berani yang pada pandangan pertama sudah mengikat hatinya dia adalah Amelia Angelina sehingga membuat ia tidak bisa untuk mencintai istrinya.
Amelia Angelina Lee.
Wanita Cantik seorang model papan atas yang digilai banyak pria.
Ia memulai karirnya didalam dunia modelling pada umur belasan tahun hingga membuatnya menjadi senior di dalam dunia modelling dan membuatnya terkenal seperti sekarang, banyak orang yang memujanya
Namun Orang-orang tidak tau bahwa ia adalah alasan yang membuat rumah tangga Seseorang menjadi hampa
Walaupun begitu ia tidak perduli karna ia hanya memperdulikan dirinya sendiri, ia hanya perduli dengan orang yang ia cintai yaitu Alexander Graham.
.......
.......
.......
Rasanya kehidupan Bella selalu di dominasi oleh sosok lelaki itu.
Lelaki penuh semangat, yang selalu menantang dunia dengan senyum cerianya, sehingga membuat Bella yang saat itu masih belum mengenal apa itu jatuh cinta, menjadi tergila-gila.
Lelaki yang telah sukses mencuri hati Bella dan juga telah sukses mengenalkan Bella tentang bagaimana rasanya Jatuh cinta, Dan karena lelaki itu pula lah, Bella mengenal sosok suram itu.
Bella benar-benar kaget sekaligus ngeri menatap sosok lelaki yang kini berdiri gagah di hadapannya. Sungguh ia tidak menyangka lelaki ini berani datang ke rumahnya.
"Bagaimana jika suaminya mengetahui hal ini!" Batin Bella Takut
"A Alex?" Gumam Bella pelan. Rasa kaget membuatnya marah.
"Bima sedang tidak ada di rumah."
"Aku tahu." Jawab lelaki itu singkat, seolah-olah tidak terpengaruh dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Bella
"Aku ingin menemui mu." berjalan mendekati Bella
"Ma maaf. Tapi aku rasa sebaiknya kau pergi." Ucap Bella dengan tubuh gemetar. Ia ingin segera menutup pintu rumahnya, dan mengunci diri di kamar. Melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan akhir-akhir ini.
Berdoa kepada tuhan agar mau mengampuni dosa yang telah ia lakukan.
"Apa kau berusaha menghindari ku?" Tanya Alex dengan nada dingin yang membuat Bella waspada.
"Y ya ku kumohon Tuan, pergilah kau sudah berjanji."
"Aku hanya berjanji merahasiakan aktivitas kita di ranjang dari si tolol itu." Ujarnya datar sembari mendorong paksa pintu yang sejak beberapa saat lalu menjadi tameng pertahanan Bella, dan mencengkram lengan wanita itu kuat. Kemudian menariknya mendekat, hingga tubuh mungil Bella menabrak keras dada bidangnya.
"Dan aku tidak ingat berjanji melepaskan mu."
"Tuan Alexander kumohon."
"Alex, panggil aku dengan nama itu, teriakkan namaku seperti saat pertama kali aku memasuki mu."
"Ku kumohon pergilah, nanti orang-orang curiga." Ratap Bella lagi. Mengabaikan ucapan tidak sopan yang dilontarkan lelaki itu sebelumnya.
"Aku menginap malam ini."
"A apa?! Ti tidak bisa, Bima" Belum sempat Bella mencari alasan Alex sudah lebih dulu menyela ucapannya
"Sedang diluar kota." Potong Alex dengan senyum arogannya. Dengan Seringainya
"Sekarang, dimana letak kamar tidurnya?" Mendengar pertanyaan Alex entah mengapa membawa kembali ingatan Bella saat terjadinya kecelakaan yang tidak di inginkan dan mengingatnya membuat kepala Bella seketika itu pula pusing bukan main.
Alkohol tidak boleh diminum.
Itu pelajaran yang Bella ambil saat ia terbangun di kamar asing dengan kepala yang ingin pecah.
Ia berjanji tidak akan meneguk cairan itu lagi.
...Flashback...
Kepalanya pusing.
Dan ia kebingungan mendapati dirinya terbaring di ranjang besar, yang tampak berantakan, tanpa busana. Sebelum beberapa saat kemudian ia bangkit dengan panik.
Tubuhnya lengket oleh keringat dan oleh sesuatu yang lain.
Tubuhnya pun terasa pegal di beberapa tempat. itu membuatnya merasa tersiksa.
Namun yang membuat hatinya mencelos adalah noda merah yang terlihat jelas di atas kasur berwarna putih itu. Dengan perasaan bersalah, ia memalingkan wajahnya. Berharap semua ini hanya mimpi buruk.
Pikirannya teralih oleh suara percikan air dari arah kamar mandi. Dan tanpa pikir panjang. ia segera memunguti pakaiannya yang tergeletak di depan pintu.
Saat ia tengah mengancingkan kemejanya dengan tergesa, pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan sosok lelaki yang hanya mengenakan handuk.
Bella tanpa sadar menelan ludah saat melihat pemandangan itu.
Ini pertama kalinya ia menatap langsung pria telanjang!
Walaupun sudah menikah lebih dari setahun, ia tidak pernah melihat suaminya hanya mengenakan handuk. Ia selalu berdiri di dapur saat suaminya berganti pakaian sehingga pemandangan seperti ini selalu luput dari perhatiannya yang telah menikah selama 1 tahun 6 bulan. Benar, suaminya selalu sungkan untuk menyentuhnya, mengingat Bella tidak pernah berhasil mengikat hati lelaki itu. Karena, hati suaminya selalu menjadi milik perempuan lain.
"Mau kemana?" Tanya lelaki itu datar. Rambutnya yang lembab berwarna hitam legam membingkai wajahnya yang putih pucat dengan sedikit brewok. Tubuhnya yang basah oleh titik-titik air terlihat sangat mempesona.
Untuk pertama kalinya, Bella melihat rupa lelaki itu dengan seksama.
Lelaki, yang sudah mengambil miliknya yang paling berharga.
Dan sialnya, Bella mengenal sosok itu.
"Alex?"
"Hm?"
"A apa yang kau lakukan disini?" Alex hanya mengangkat alis mendengar pertanyaan yang di ucapkan Bella dengan terbata-bata itu. Seolah menantangnya.
"Ma maksudku a apa yang sebenarnya terjadi?" Ujarnya Gugup
"Kau lupa?"
Tanpa memedulikan tubuh Bella yang menegang, Alex mendekatinya. Mengurung tubuh mungil itu dalam dekapannya yang posesif.
"Aku suka pakaianmu" Ujarnya dengan nada menggoda. Jemarinya dengan perlahan menyusup membelai paha telanjang wanita itu, belaiannya terus naik sampai ke tepi ****** ***** Bella, dan tanpa ragu menurunkannya.
"Tapi aku lebih suka saat kau tidak memakainya."
Bella tersentak dan dengan terlambat mencoba memberontak.
"Tuan tolong jangan begini." Ucapnya sedikit tersendat saat Alex dengan mudah mengangkat tubuh Bella, membuat wanita itu tidak punya pilihan lain selain melingkarkan kakinya di pinggang lelaki itu.
Dan itu menjadi Kesalahan besarnya.
Sekarang ia bisa merasakan kejantanan pria itu, dan dengan malu mengakui dirinya terangsang.
"Ayo kembali ketempat tidur."
Pagi ini, Bella merasa seperti mengalami deja vu ketika ia terbangun dengan kepala sedikit pusing dan mendapati lelaki asing tengah memeluknya.
Lelaki asing yang merupakan sahabat baik suaminya.
"Tuhan, kumohon ambil nyawaku. aku sudah tidak memerlukannya lagi." Batin Bella putus asa. Ia bisa membayangkan kehidupan kelam yang menantinya setelah ini. Dan dengan berat hati mengakui, semua ini merupakan kesalahannya.
...Flashback end ...
Rumah pribadi milik Bima. 11:20 Malam
Bella masih terjaga saat waktu menunjukan hampir tengah malam.
Pikirannya berkecamuk.
Malam ini, seperti malam-malam sebelumnya, dia sendirian. Karena suaminya, Bima, lebih memilih lembur dari pada menghabiskan waktu yang dengannya.
Awalnya ia akan merasa kesepian. Sangat kesepian. Tapi setelah sebulan terlewati, dia mulai terbiasa.
Dengan segelas ocha hangat dan beberapa bungkus cemilan, ia akan menunggu suaminya pulang sambil menonton dorama tengah malam. Dan tak jarang, ia terus menunggu hingga terlelap di sofa ruang tamu.
Kegiatan itu sudah rutin ia lakukan hingga menjadi sebuah kebiasaan.
Tapi sungguh, Bella tidak keberatan dengan itu semua. Baginya, hal itu merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada suaminya.
Namun, semua itu berubah saat ia bertemu dengan Alex.
Semua berawal dari Klara yang berinisiatif mengajak Bella untuk ikut ke pesta pertunangan Aulia dan Faris teman SMA mereka dulu. Dan tanpa menghiraukan protes gadis mungil itu, Klara berhasil memaksa Bella memakai gaun terbaiknya untuk pergi ke pesta itu.
Saat itulah awal kesalahannya dimulai.
Hanya kesalahan kecil sebenarnya.
Ketika ia salah meminum cocktail non-alkohol dengan sampanye milik Gilang. Bella yang tidak pernah mengecap minuman beralkohol seumur hidupnya langsung terhuyung menuju bar. Tenggorokannya terasa tidak enak dan kepalanya pusing.
Saat itulah Alex menyapanya.
Awalnya hanya basa-basi biasa antar teman, atau begitulah anggapan Bella, hingga ia tidak keberatan saat Alex mengajaknya keluar dari tempat itu.
Pesta Aulia memang luar biasa meriah, tapi bagi Bella, pestanya membuatnya tidak nyaman. Di dalam kebisingan yang tak pernah bisa membuatnya nyaman, ajakan Alex terasa seperti oasis di padang pasir. Yang dengan senang hati ia terima.
Dan kesalahan kecilnya berubah rumit saat ia menemukan dirinya di ranjang pria itu.
kini, sudah hampir sepuluh hari ia menjalin hubungan gelap dengan Alex, sahabat sekaligus orang yang dianggap saudara oleh suaminya. Hubungan gelap yang membuatnya tertekan dan kesulitan mengatur emosinya ketika lelaki itu terus membuntutinya kemanapun ia pergi.
Membuatnya selalu diliputi rasa cemas dan rasa bersalah hingga kian membesar.
Satu-satunya orang yang berpikir dan diharapkan bisa membantunya hanya Bima, suami sekaligus orang yang telah mengabaikannya selama ini.
Ia hanya berharap Bima mau mendengarkan. Karena kemarahan lelaki itu masih bisa ia tanggung, tapi keacuhannya selalu membuat ia sakit.
Perusahaan Wijaya. 08:01 Pagi
Dengan jantung berdebar kencang dan sedikit ragu, Bella berdiri di depan ruang kerja suaminya. Ini kali pertama ia mengunjungi tempat kerja Bima setelah pernikahan mereka. Karena itu pula, ia tidak heran saat merasakan tatapan curiga dan ingin tahu dari orang-orang yang berpapasan dengannya, mengiringi langkahnya saat menuju meja resepsionis.
"Apa Bima ada?"
"Iya ada, kalo boleh tau apa anda sudah membuat janji?" Ujar Resepsionis itu dengan wajah curiga, karna baru ini kali pertama ia lihat Wanita yang sangat cantik mengunjungi kantor
"Saya Istrinya!" Dan Jawaban Bella membuat Resepsionis itu menunduk dengan cepat
"Maaf nyonya, silahkan lewat sini!" Ujarnya mengiring Bella ke depan ruangan Bima
"Terimakasih!" Ujar Bella setelah ia sampai di depan ruang kerja suaminya
Dengan sekotak bento di pelukan nya, ia menarik napas panjang sebelum membuka pintu ruang kerja suaminya dengan tekad penuh.
Ia siap mengaku dosa.
"Bi Bima." Sapa Bella menambahkan. Dilihatnya lelaki itu sedang duduk memeriksa selembar kertas dari tumpukan kertas yang berhamburan di mejanya.
"Ada apa Bella?" Tanya Bima datar tanpa mengalihkan perhatiannya dari kertas-kertas itu.
"Aku bawa bekal makan siang." Ujar Bella ragu. Ia bisa merasakan Bima menghela napas tidak suka sebelum menanggapi ucapan wanita yang berstatus sebagai istrinya sejak beberapa bulan lalu.
"Kau seharusnya tidak perlu repot-repot. Aku bisa makan di kafetaria." Ujar Bima
"Maaf." gumam Bella lagi, kali ini lebih pelan. Perasaan kecil hati kembali menghujam nya. Rasanya, dihadapan Bima semua yang ia lakukan selalu terasa salah. Dan itu membuat Bella kesulitan menjalankan niatnya.
"Taruh saja di sana, nanti aku makan." Ucap Bima akhirnya, sambil menunjuk ke sudut mejanya yang tampak lumayan kosong.
Saat Bella bergerak ke arah yang disarankan, Bima menaruh kertas yang sedari tadi ia teliti dengan berat hati sebelum mengalihkan pandangannya pada Bella yang masih terlihat mencolok.
"Bella."
"Y ya?" Ujar Bella gugup
"Malam ini!" Ucapnya ragu-ragu. "Bagaimana kalau kita makan diluar?" Lanjutnya dengan nada yang sedikit dipaksakan.
"Eh?"
"Kita kencan." Ujar Bima datar
untuk beberapa saat, Bella hanya terpaku melihat suaminya, tidak menyangka dengan apa yang ia dengar
Bima mengajaknya kencan! Ya Tuhan betapa senangnya Bella sekarang karna salah satu harapannya menjadi kenyataan.
ini adalah hal terindah yang tak pernah dibayangkan oleh Bella sebelumnya.
Ajakan spontan yang langsung diterimanya dengan senang hati itu, mampu membuatnya senang setengah mati dan melupakan segalanya.
Ya, segalanya. Termasuk tujuannya mendatangi Suaminya.
Dengan perasaan senang, ia keluar dari ruang kerja suaminya dengan langkah bahagia dan wajah memerah. Senyum manisnya tak bisa lepas dari wajahnya. bahkan saat ia tengah menunggu lift diujung koridor.
Namun tubuhnya langsung kaku saat pintu lift terbuka dan menampilkan sosok yang sangat dikenalnya tengah berdiri tepat di hadapannya.
"Alex." Gumam Bella pelan
mereka saling menatap, sebelum akhirnya Bella tersadar, dengan terlambat berbalik mencari tempat persembunyian yang aman.
Sayangnya, lelaki itu lebih cepat.
Dengan mudah ia mencekal lengan Bella dan menariknya masuk ke dalam lift yang saat itu sedang kosong.
"A alex." Bella dengan sia-sia berusaha melepaskan diri dari cekatan lelaki itu.
"Bella." bisiknya tepat ditelinga Bella, membuat wanita itu menggeliat tak nyaman dan risih.
Mengabaikan tubuh gemetar wanita itu didepannya, tanpa ragu Alex menundukkan kepalanya cukup rendah untuk bisa mengecup pipi Bella sekilas. Menimbulkan rona merah yang sangat ia sukai. "Apa yang kau lakukan disini?"
"Bu-bukan urusanmu." Ujar Bella Gugup
Saat Alex kembali mendekatkan wajahnya, tiba-tiba pintu lift kembali terbuka. Membuat Alex terpaksa mengendurkan cengkraman nya pada lengan wanita itu, dan perlahan, tanpa menarik perhatian, ia menarik tubuh Bella ke belakang tubuhnya.
"Sekarang kau mau kemana?" Bisiknya lagi.
"Pu pulang."
"Ku Antar."
"Tidak perlu." Sahut Bella tanpa pikir panjang. Ia ngeri membayangkan apa yang terjadi jika kabar kedekatannya dengan Alex sampai ke telinga suaminya. Bella lebih suka Bima mendengar kebenarannya langsung dari mulutnya sendiri, bukan dari orang lain.
"A aku bisa sendiri." Lanjutnya.
Namun lelaki itu dengan mudah kembali mengabaikan ucapannya.
Saat lift kembali terbuka di bagian bawah gedung, dimana mobil-mobil terparkir dengan rapi, Alex segera menarik Bella menuju mobilnya tanpa mengindahkan rontaan yang dilancarkan wanita itu.
"A a Alex, kumohon lepaskan."
"Masuk." Perintahnya dengan nada tak terbantahkan.
Merasa tak ada pilihan, Bella hanya bisa menurut dengan tubuh kaku.
"Apa kau datang menemui Bima?" Tanya Alex datar ketika mereka telah menjauh dari gedung.
Pertanyaan itu tampak biasa, kalau saja Bella tidak merasakan nada menghina dalam suara lelaki itu. Dengan ragu dan sedikit takut, ia menganggukkan kepalanya. Membuat Alex mendengus tak suka.
Perjalanan yang sebenarnya hanya memakan waktu 30 menit, terasa sangat lama saat hanya keheningan yang menemani mereka. Bella tahu Alex bukan tipe ramah yang senang mengobrol, atau tersenyum.
Bella sangat tahu hal itu.
Namun status mereka yang menjijikan membuatnya tak nyaman berada saat dekat lelaki ini.
"Ki-kita melewati jalan ke arah rumah ku." Ucap Bella saat menyadari Alex membelokan kendaraannya ke arah yang berlawanan.
"Tapi tidak melewati jalan menuju rumahku." Jawab Alex enteng, yang lagi-lagi membuat Bella terperangah tak percaya.
"Bagaimana ini!" Batin Bella Resah
Rumah Pribadi Milik Alexander
"A Alex, ku-kumohon hentikan." Rintih Bella kalut, saat Alex dengan kurang ajar menggerayangi tubuhnya. Jemarinya tenggelam dalam rambut kelam lelaki itu, berusaha menariknya pergi.
Saat ini mereka tengah berada di apartemen Alex, atau lebih tepatnya, berada di tempat tidur lelaki itu. Dengan Bella yang tanpa busananya tak berdaya berada di bawah himpitan lelaki yang selama ini ia hindari.
"Kenapa? Kau tidak merindukan sentuhanku?" Bisiknya pelan sambil meremas payudara wanita itu pelan. Membuat Bella menggeliat karena terangsang. Ia lalu menggigit bibir bawahnya dengan kuat, berusaha meredam desahannya yang hampir keluar.
Salah satu jemari Alex mengikuti tubuh Bella dan berhenti di paha mulus perempuan itu, sebelum akhirnya bergerak naik ke wajah wanitanya.
Sentuhan lembut yang membuat Bella melayang dan menyerah menahan desahannya.
"Bima Maafkan aku!" Batin Rara kehilangan kendali
Beberapa saat kemudian, tanpa peringatan sebelumnya, Alex menurunkan tubuhnya, menindih tubuh Bella. Dan dengan gerakan yang seolah-olah sudah ratusan kali mereka lakukan, lelaki itu mengarahkan kejantanannya yang menegang memasuki tubuh Bella yang kini sudah pasrah di bawahnya.
Bella terkesiap saat kenikmatan yang mulai di kenalnya menghantam kesadarannya. tanpa sadar, ia melingkarkan kedua kakinya memeluk pinggang Alex, mendorong lelaki itu memasukinya lebih dalam lagi. Jemarinya mencengkram punggung lelaki itu, memeluknya erat mencari pegangan.
De***** pelannya berubah menjadi jeritan keras, saat Alex memutuskan memasuki tubuhnya dengan kecepatan yang membuatnya gila.
Membuat Bella kehilangan kewaspadaannya dalam sekejap dan mulai menikmati apa yang dilakukan Alex ke tubuhnya.
Restoran Italia.
Restoran yang dipilih Bima untuk makan malam mereka, adalah restoran bernuansa Italia yang sangat elegan. Membuat Bella langsung merasa salah kostum.
Mengingat Bima tidak memberitahu dirinya tentang restoran ini sebelumnya, dan kekacauan yang ia alami saat tergesa-gesa pulang ke rumah tadi.
Berpakaian sekaligus membasuh tubuhnya untuk menghilangkan sisa-sisa percintaannya dengan Alex beberapa saat lalu, ia merasa sangat wajar jika penampilannya tidak maksimal.
Dan sangat tidak memuaskan.
Membuatnya kembali merasa rendah diri.
Dan kalau bisa jujur, dia sama sekali buta dengan masakan Italia.
Jadi saat Bima memilihkan valpolicella sebagai minuman mereka tanpa bertanya dulu pada Bella, dia tidak keberatan.
Baru beberapa saat kemudian Bella menyadari jika nama minuman aneh itu merupakan jenis minuman anggur dengan kualitas terbaik. Sayangnya, meski minuman tersebut termasuk berkualitas, lidah Bella tidak bisa menerima minuman itu dengan sukarela.
Setelah berpengalaman dengan minuman neraka itu, Bella baru bisa mencoba makanan mereka dengan sangsi sebelum akhirnya menyuap makanan itu dengan ragu.
Untung makanan, entah apa namanya, cukup kerasan di lidahnya. Dan makanan penutup mereka cukup menggiurkan. Membuatnya menghela napas lega.
Mereka makan malam dengan tenang sebelum beberapa menit kemudian akhirnya Bima memutuskan untuk membuka suara.
"Bella" Ucap Bima dengan ragu, yang berhasil menarik perhatian wanita yang kini berstatus sebagai istrinya.
"Saat memutuskan menikahi mu, aku tidak pernah sekalipun berniat untuk menyakiti mu." Lanjutnya pelan. Raut wajah Bima yang tampak merasa bersalah membuat Bella tersentuh.
"Walaupun akhir-akhir ini tindakanku malah mengarah sebaliknya, tapi.." Ucapan Bima kembali terhenti saat ia tampak memikirkan kalimat yang tepat. Membuat Bella merasa sedikit was-was.
"Bisakah, bisakah kita memulainya dari awal lagi?" Ucap Bima akhirnya.
Dan Bella merasa seakan ia sedang bermimpi, Mimpi yang sangat indah.
ia bahkan tak percaya mendengarnya.
Maksudnya kenapa sekarang?
Kenapa semuanya terasa sangat tiba-tiba.
Dan dia merasa Tuhan kembali melempar lelucon tak lucu padanya, saat pandangannya menangkap sosok yang membuat hidupnya bagai di neraka.
Bima yang menyadari tatapan horor Bella kearah lain, mengikuti arah pandangan wanita itu dengan penasaran. Dan apa yang dilihatnya, tak lain adalah sahabatnya sendiri, yang tak pernah disangka, juga ada di tempat ini.
Tanpa merasa curiga, Bima menyapa lelaki itu dan mengajaknya ikut serta dalam makan malam dimeja mereka.
Tak menyadari perbuatannya itu justru membuat Bella menjerit ngeri dalam hati.
"Oh Tuhan Tolong Aku!" Batin Bella menjerit saat melihat Alex yang sedang berjalan semakin dekat dengan seringai di wajah tampannya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!