Wanita itu menghirup udara pagi yang cukup cerah sambil tersenyum, toko kuenya cukup kecil namun terasa sangat hangat,bau aroma roti yang habis dipanggang sungguh sangat semerbak harumnya,wanita itu membereskan toko rotinya dan terkejut ketika ada yang memeluknya dari belakang
"Pagi ma"
wanita itu langsung tersenyum lebar dan membalikkan badannya lalu membungkuk ke anaknya yang lucu dan menggemaskan dan mencium kedua pipinya yang gembul
"Pagi sayang, anak mama sudah bangun?" tanya Arini sambil mengusap rambut anaknya dengan rasa sayang, anaknya langsung tersenyum lucu menggemaskan
"Aku lapar ma" ujar anak itu sambil duduk di bangku dekat jendela tempat kesukaan anaknya
"Lalu pagi ini kamu mau makan apa sayang?" tanya Arini masih sambil menatap wajah anaknya, dia tampak berpikir sebentar lalu dia menjawab pertanyaan Arini mamanya "Aku mau nasi goreng ma, karena dari semalam aku ingin sekali makan nasi goreng" jawab anak laki laki itu dengan suara manjanya
"Kalau begitu kamu tunggu sebentar disini, mama ke dapur dulu untuk buatkan kamu nasi goreng kesukaan kamu bagaimana?" tanya Arini kepada anak laki laki yang berusia mau berumur empat tahun itu, anak laki laki itu langsung menganggukkan kepalanya, dia dengan patuh duduk di bangku kesukaannya dia didepan jendela
anak itu menatap ke arah luar jendela sambil memandangi orang orang di luar sana yang sibuk lalu lalang, toko itu masih belum waktunya buka karena biasanya Arini harus menyiapkan sarapan pagi anaknya terlebih dahulu baru dia membuka toko rotinya itu
Tidak lama kemudian sepiring nasi goreng lengkap dengan sayur mayur dan kerupuk terhidang didepan anak itu, Anak laki laki itu langsung mencium aroma nasi goreng yang wangi buatan sang mama
"Terima kasih ma" kata anak laki laki itu sambil tersenyum senang
"Iya, habiskan ya sayang ingat jangan lupa untuk berdoa dulu" kata Arini dengan lembut sambil mengusap rambut anaknya
"Iya ma" jawab Anak itu lalu dia memakan nasi gorengnya dengan lahap
"Mama tinggal dulu ya sayang, mama mau siap siap membuka toko rotinya" kata Arini yang dibalas dengan anggukan kepala Nak laki laki lucu yang menggemaskan
"Anak pintar" puji Arini sambil membelai rambut anak itu dengan rasa sayang dan kemudian pergi meninggalkan anak itu seorang diri yang sedang lahap menikmati sarapan paginya
Wanita itu bernama Arini,seorang gadis manis dengan warna kulit kuning Langsat, mata yang jernih dan polos, tubuh yang cukup proposional dengan rambut hitam panjangnya, yang kini membuka toko usaha roti yang pernah menjadi impiannya sejak dari dulu
Banyak yang ingin mempersunting dirinya, namun Arini menolaknya dengan alasan ingin fokus mengurus anaknya dan toko kuenya, dia mungkin sudah tidak tertarik lagi dengan yang namanya pernikahan baginya pernikahan cukup sekali dan seumur hidup, namun saat ini ada yang menganggu di pikiran wanita cantik itu
Arini wanita yang dengan senyum lembutnya mempunyai sebuah kisah masa lalu yang menurut dia harus dia lupakan, dia tidak boleh terjebak dengan masa lalunya baginya hanya anak laki laki itu lah yang menjadi penyemangat dalam hidupnya saat ini dan tidak ada yang lain
dia adalah seorang wanita yang dulunya merupakan seorang pelayan yang bekerja di rumah majikannya yang lumayan kaya dan kekayaannya menjadi nomor satu di kota itu, awalnya Arini bekerja dengan sangat baik dan cekatan, dia dibantu oleh beberapa pelayan lain untuk mengurus rumah majikannya dan mengurus keperluan anak majikannya hingga suatu hari tanpa dia sangka anak majikannya itu menaruh hati padanya, semula Arini menolak keras karena dia masih ingin bekerja untuk bisa menghasilkan uang dan menabung untuk dia bisa melanjutkan sekolahnya, dia tidak ingin mencari gara gara di rumah itu sampai anak majikannya itu meminta dia untuk menjadi istrinya
Devandra adalah nama dari anak majikannya, dia selalu mendekati Arini disaat ada kesempatan, namun berkali kali pulak Arini selalu menghindar dari Devandra hingga pada suatu saat, Devandra mabuk dan ketika melihat Arini sedang sibuk merapihkan kasur di kamar Devandra, Devandra langsung menjadikan malam itu sebagai malam pertama untuk mereka berdua, Arini yang langsung diserang oleh Devandra menangis dan memberontak namun kekuatan Devandra tidak sebanding dengan dirinya yang bertubuh kecil dan mungil hingga akhirnya Arini menyerahkan semuanya kepada Devandra
Devandra yang terbangun pagi itu melihat Arini menangis sesenggukan, merasa terkejut apa yang dia perbuat semalam
"Maafkan aku" cicit Devandra kepada Arini, dia ingin memeluk Arini dan menenangkan wanita cantik itu
"Jangan sentuh aku Tuan " kata Arini spontan berusaha mengelak sentuhan dari Devandra
"Maaf sekali lagi, aku bersedia bertanggung jawab kamu tenang saja" kata Devandra berusaha meyakinkan Arini yang masih menangis sambil memegang selimutnya menutupi tubuhnya yang telanjang
"Kamu jahat Tuan" lirih Arini sambil menangis
"Maafkan aku Arini, aku janji akan bertanggung jawab terhadap perbuatan aku bahkan aku akan menikahi kamu saat ini juga" ujar Devandra, dia melihat noda merah diatas spreinya yang putih itu
"Kamu tahu Tuan itu tidak mungkin terjadi karena orang tua Tuan tidak akan setuju menikahi pembantu seperti saya" kata Arini dengan sedih
"Kamu jangan khawatirkan itu, apapun yang terjadi kita akan hadapi bersama, kamu percaya sama aku kan Arini" kata Devandra berusaha meyakinkan Arini untuk mempercayai dirinya
Arini hanya diam saja, dia tidak menjawab kata kata dari Devandra barusan, dia hanya bisa merenung sambil menyesali nasibnya yang entah bagaimana caranya dia harus menghadapi ini semua ke depannya nanti
"Arini tolong percayalah kepada aku, aku tidak akan menyalahi janjiku" pinta Devandra kepada Arini, Arini hanya menghela nafas panjang
"Aku tidak tahu Tuan " jawab Arini dengan lemah dan tidak berdaya
Semenjak saat itu Arini berubah menjadi pendiam, dia selalu takut jika dia benar benar hamil, sementara Devandra masih terus mendekati Arini meski Arini berusaha untuk menghindar dari dirinya, hingga Arini mendapatkan kabar jika ibunya jatuh sakit di kampung, Arini meminta ijin untuk menjenguk ibunya yang sedang saki dan tanpa disangka Devandra yang bersikeras untuk mengantarkan Arini untuk pulang menemui ibunya yang sedang sakit
Arini yang saat itu sempat menolak keras, akhirnya dengan sedikit ancaman dari Devandra, Arini akhirnya dengan pasrah menerima bantuan Devandra untuk mengantarkan dirinya ke kampung halamannya, dan selama perjalanan Arini hanya bisa diam membiarkan Devandra menyetir sendirian di sampingnya
"Kamu lapar?" tanya Devandra yang masih fokus menyetir mobilnya
"Sedikit lapar" jawab Arini singkat dengan matanya memandang ke depan, saat itu hari sudah menjelang malam sementara kampung halaman Arini masih jauh, perjalanan yang masih harus ditempuh adalah sekitar 9 jam, dan mereka berangkat sore hari setelah Devandra pulang bekerja
"Kita mampir dulu ya buat cari makan" kata Devandra, Arini hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan ajakan Devandra yang saat itu memang dirinya sudah sangat lapar
Devandra langsung membelokkan mobilnya ke rumah makan yang cukup besar, mereka berdua turun dan masuk ke dalam rumah makan tersebut, setelah mereka menemukan tempat duduk yang nyaman mereka berdua langsung memesan makanan, tidak ada obrolan disana, masing masing sibuk dengan gadgetnya hingga pesanan makanan itu tiba, mereka kemudian menyantapnya dengan lahap
Setelah selesai dan membayar tagihan makanan, mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju ke tempat dimana orang tua Arini itu tinggal
"Kalau ingin tidur, tidurlah terlebih dahulu" kata Devandra masih fokus menyetir mobilnya
"Aku masih belum mengantuk" jawab Arini pelan
"Ya sudah kalau begitu, kalau sudah mengantuk tidurlah,jangan dipaksa nanti kamu sakit" kata Devandra dengan penuh perhatian
"Iya terima kasih " jawab Arini pendek
Tidak berapa lama mata Arini tampak sangat berat sekali hingga dia pun jatuh tertidur, Devandra yang melihat itu langsung tersenyum
'Kamu ga usah khawatir, aku akan menjaga kamu dan bertanggung jawab terhadap apa yang aku perbuat kepadamu' gumam Devandra sambil menyetir mobil dengan kecepatan sedang
Arini menggeliat lalu membuka matanya,dia tersadar dia masih didalam mobil bersama dengan Devandra, pria yang ada di sebelahnya itu kini sedang tertidur lelap, Arini menatap wajahnya, wajahnya yang tegas,dengan bulu mata yang lentik,bibir yang lentik dan belum lagi alis matanya yang tebal, dengan kulit berwarna sawo matang, membuat siapapun pasti akan jatuh hati dengan pria ini belum lagi asal usul keluarganya yang merupakan keluarga terkaya no satu di kota ini
Arini tidak habis pikir kenapa Tuan mudanya yang satu ini menyukai dirinya yang notabene adalah pelayan dari keluarganya yang disegani dan dihormati, apakah itu tidak menjadi coreng bagi keluarganya dan silsilahnya, Arini menghela nafas panjang, dia agak setengah melamun sambil memandang wajah Devandra
"Kalau kamu pandangi aku terus, aku tidak bisa membukakan mata aku loh" goda Devandra, Devandra sebenarnya sudah terbangun dari tadi, namun dia pura pura memejamkan matanya hanya agar membiarkan Arini menikmati memandang wajahnya, Arini yang mendengar itu langsung tersentak kaget wajahnya langsung memerah, dia buru buru memalingkan wajahnya
"kamu sudah bangun?" tanya Arini dengan suara perlahan kepada Devandra yang kini sedang menatap Arini dengan pandangan intensnya
"Sudah dari tadi semenjak kamu menatap aku" jawab Devandra sambil nyengir memperlihatkan giginya yang putih berderet rapih
Arini diam tidak menanggapi ucapan Devandra
"Sebentar lagi kita sudah sampai, kita sebaiknya mencari rumah makan yang buka pagi pagi sekalian sarapan" usul Devandra meminta persetujuan dari Arini, Arini hanya menganggukkan kepalanya diam
Devandra langsung menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan tempat tersebut yang dia sendiri tidak tahu dimana mereka berada, karena malam itu matanya Devandra terasa sudah sangat lelah yang akhirnya dia menemukan tempat untuk mereka beristirahat, lalu Devandra langsung memejamkan matanya, hingga pagi menjelang ketika dia ingin membukakan matanya dia melihat Arini sedang memandangi dirinya lekat lekat, dan dia memutuskan untuk memejamkan matanya
Hingga badannya sudah berasa pegal dengan posisi duduk, akhirnya Devandra langsung celetuk menggoda Arini membuat Arini menjadi malu sendiri, dia sangat gemas begitu melihat wajah Arini yang memerah
Sesampainya mereka di rumah makan, mereka langsung segera memesan makanan lalu kemudian membayar tagihan makanan itu dan kembali melanjutkan perjalanan
"Sebentar lagi kita sudah sampai" kata Arini pelan menatap jalan dengan pandangan yang lurus fokus menatap jalanan yang kini sudah terhampar sawah sawah yang sudah menguning, jalannya yang tadinya beraspal kini berubah menjadi jalanan yang berbatu, tampak para petani sedang sibuk memanen hasil padi, dan anak anak kecil yang berlari di pematangan sawah serta ibu ibu yang menyiapkan bakul untuk makan siang, suasana desa itu sangat begitu asri dan jauh di pelupuk mata sebuah pegunungan terhampar megah seperti seorang raja yang tengah duduk memandang ke bawah
"Tempat mu sungguh indah" puji Devandra kepada Arini, Arini menanggapinya dengan senyuman, dan Devandra mengatakan seperti itu karena dia benar benar takjub dengan pemandangan yang berada di kiri kanannya tampak begitu asri dan sepi
"Nanti kita akan berhenti didepan" kata Arini sambil menunjukkan jari tangannya, dan tak lama kemudian sesuai dengan arahan Arini mobil sedan mewah itu berhenti tepat di rumah Arini yang cukup sederhana, rumah dengan tembok putih dan didepan ya terdapat tanaman bunga,Arini langsung membuka pintu mobilnya dan meninggalkan Devandra seorang diri di dalam mobil, tidak lupa dia berterima kasih kepada Devandra yang sudah berbaik hati mengantarkan dirinya, sementara Devandra sendiri sedang sibuk mematikan mesin mobilnya
Setelah mematikan mesin mobilnya, Devandra mengikuti Arini dari belakang dan Arini tidak menyadari jika Devandra sedang mengikuti langkahnya yang Arini pikirkan Devandra langsung pergi setelah habis mengantarkan Arini ke rumahnya
"Assalamualaikum" panggil Arini dari luar, pintu diketuk dengan keras oleh Arini, tampak pria separuh baya membukakan pintu untuk Arini dan membalas salam dari Arini, pria separuh baya itu terkejut begitu Arini menyalami dirinya
"Kamu sama siapa kemari nduk?" tanya pria separuh baya
"Ngg itu sama.." belum sempat Arini menjawab tiba tiba Devandra langsung menyalami pria itu lalu berkata dengan suara yang penuh dengan wibawa
"Perkenalkan nama saya Devandra, saya calon suaminya Arini" kata Devandra dengan penuh keyakinan
Arini dan pria separuh baya itu langsung terkejut begitu Devandra memperkenalkan dirinya sebagai calon suami dari Arini, namun rasa terkejutnya Arini buru buru dia buang, dia langsung ingat tujuannya dia datang kesini untuk menjenguk ibunya yang sedang sakit
"Ayah, mohon maaf ibu dimana dan bagaimana keadaannya?" tanya Arini khawatir kepada pria yang disebut sebagai ayahnya itu
"Ya ampun ayah lupa, ayok silahkan masuk ke dalam dulu" kata ayahnya mengajak mereka masuk ke dalam, rumah itu lumayan sederhana didalamnya ada ruang tamu kecil dengan kamar dua dan dibelakangnya terdapat dapur dan kamar mandi, namun halaman belakang lumayan luas untuk dibuat berkebun sebagai penghasil yang mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari
"Ayok silahkan duduk nak Devandra, mohon maaf rumahnya kecil" kata ayah Arini yang bernama bapak Agus
"Ayah bagaimana kondisi keadaan ibu?" tanya Arini lagi
"Ibumu ada di kamar nak, kamu ke dalam kamar saja" kata pak Agus kepada anaknya yang semata wayang itu, tanpa banyak cakap Arini langsung segera menuju ke dalam kamar menemui sang ibu yang sedang terbaring lemah, sementara Devandra menunggu di luar bersama dengan pak Agus
"Ibu ibu bagaimana keadaan ibu?" tanya Arini begitu Arini masuk ke dalam kamar ibunya, tampak ibunya sedang terbaring di dipan dengan wajah yang lumayan pucat, Arini langsung duduk di samping dipan, tempat dimana ibunya berbaring
"Ibu ibu" panggil Arini pelan, wanita setengah baya itu langsung membuka matanya dan menatap Arini dengan lembut
"Kamu pulang nak?" tanya Bu Sumi kepada anaknya Arini
Arini langsung menggenggam tangan ibunya dan mencium tangannya dengan penuh rasa sayang
"Arini pulang Bu" kata Arini dengan suara pelan, mata indahnya berkaca kaca melihat ibunya yang terbaring lemah tidak berdaya
"Ibu kenapa?" tanya Arini lagi
"Hanya kecapekan aja nak " jawab ibu Sumi dengan suara lemahnya, ibu Sumi berusaha bangun dari tidurnya, namun buru buru dicegah oleh Arini
"Ibu tiduran saja dulu" kata Arini sambil mencegah ibunya bangun dari tempat tidur
"Kamu sama siapa pulang?" tanya ibunya lagi
"Sama anak majikan saya Bu, ibu sudah ke dokter?" kata Arini sambil balik bertanya
"Sudah dua hari yang lalu, dokter bilang ibu cuman harus istirahat saja karena ibu kecapekan" jawab Bu Sumi
"Alhamdulillah kalau begitu Bu, Arini pikir ibu ada apa apa, obat sudah diminum Bu?" tanya Arini menatap ibunya
"Barusan tadi sudah minum obat sebelum kamu datang" jawab ibu Sumi dengan suara lemah
Di luar sana tampak Devandra sedang menunggu di ruang tamu yang tidak begitu luas, dengan kursi yang sudah sangat tua
"Mohon maaf, rumah kamu seperti ini" kata Pak Agus
"Tidak apa apa pak" jawab Devandra sopan
"Kalau boleh tahu, Aden ini ada hubungan apa sama anak saya Arini?" tanya pak Agus menatap Devandra dengan rasa ingin tahu
"Begini, sebenarnya Arini itu bekerja di rumah orang tua saya, namun kemarin saya meminta Arini untuk menjadi istri saya, hanya saja Arini menolak maka dari itu saya kesini untuk meminta bapak mau menikahi saya dengan Arini" jawab Devandra sambil menjelaskan hubungannya dengan Arini
Pak Agus tampak sangat terkejut mendengar penjelasan dari Devandra, dia terdiam sebentar sambil berpikir dan menimbang sesuatu
Devandra berkata lagi kepada pak Agus
"Saya hanya ingin bapak bisa meyakinkan Arini untuk mau menjadi isteri saya, dan saya berjanji akan menjaganya sampai maut yang memisahkan kita dan tidak akan menyia nyiakan Arini" janji Devandra kepada Pak Agus ayah Arini
Ayah Arini terdiam mendengar ucapan dari Devandra, disisi lain dia sangat bahagia mendapatkan mantu orang yang cukup berada dan ada yang bersedia menjaga Arini, namun disisi yang satunya sangat berat melepaskan Arini, mengingat Arini adalah anak semata wayang mereka dan ayah Arini khawatir setelah mendapatkan Arini, Devandra akan membuang Arini dan mencari yang baru begitu mereka bosan
"Begini saja nak, saya menyerahkan sepenuhnya di tangan Arini, dan jika nanti Arini setuju maka kamu akan setuju, tapi jika tidak maka kami tidak bisa berbuat apa apa" jawab Pak Agus dengan nada bijak
"Saya berharap Arini mau menikah dengan saya pak " jawab Devandra, entah kenapa dia merasa tidak yakin dengan perkataannya padahal kalau dipikir pikir banyak wanita yang bersedia antri untuk bisa mendapatkan cintanya namun Devandra selalu menutup hati dan bersikap dingin terhadap semua wanita cantik yang mengejar dirinya, dan hanya kepada Arini hati pria tampan itu tertambat
Cukup lama juga Arini berada di dalam kamar ibunya, hingga hari sudah menuju ke siang
"Nak Devandra akan menginap disini?" tanya pak Agus dengan sopan
Devandra langsung berpikir keras lalu dia langsung menganggukkan kepalanya "Saya siapkan tempat dulu ya nak buat nak Devandra beristirahat dan biar Arini menyiapkan makan siangnya" kata pak Agus kepada Devandra
"Tidak usah repot repot pak " kata Devandra sopan
"Gag direpotkan kok, tuh kan bapak sampe lupa kasih minum buat tamu bapak ini" ujar Pak Agus sambil tertawa
"Bapak permisi dulu sebentar mau ke dalam" pamit pak Agus kepada Devandra, meninggalkan Devandra seorang diri di ruang tamu
Tidak lama kemudian Arini keluar dari kamar ibunya, lalu duduk di ruang tamu berhadapan dengan Devandra
"Bagaimana dengan kondisi ibumu?" tanya Devandra penuh rasa ingin tahu
"Ibu baik Tuan " jawab Arini sopan
"Baguslah kalau begitu " jawab Devandra lega mendengarnya
"Tuan maaf kalau tuan ijinkan saya mau ambil cuti dulu buat merawat ibu saya selama satu minggu" kata Arini meminta ijin kepada Devandra dengan takut takut
Devandra terdiam sebentar lalu dia langsung menganggukan kepalanya
" Boleh saja" jawab Devandra sambil tersenyum misterius
"Terima kasih Tuan " jawab Arini sopan
Tidak lama kemudian Pak Agus datang membawa minuman untuk Devandra
"Silahkan diminum nak Devan" kata Pak Agus sambil menaruh cangkir gelas berisikan teh ke atas meja
"Oh iya pak terima kasih banyak" jawab Devandra dengan sopan
Devandra langsung mengambil gelas cangkir yang sudah ditaruh di atas meja dan kemudian meminumnya hingga tandas
"Arini, kamu belikan makan siang untuk nak Devan, di tempat yang biasanya saja" perintah pak Agus kepada Arini
"Aduh pak, jangan repot repot, biar nanti saya cari makan sendiri" kata Devandra sungkan
"Tidak apa apa, lagian ini juga sudah siang kok, harusnya sudah waktunya untuk makan siang" kata pak Agus, menatap Arini untuk segera membelikan makan siang untuk tamunya lewat tatapan matanya
"Iya ayah, Arini akan belikan di tempat biasanya " ucap Arini patuh
"Kalau begitu aku ikut" ucap Devandra sambil berdiri
"Tapi Tuan, ini agak sedikit jauh, saya kesana mau naik sepeda motor saja" balas Arini menolak secara halus jika Devandra ikut dengannya
Sebenarnya Arini sangat sungkan dengan Devandra, karena Devandra selain adalah majikannya, Arini merasa Devandra tidak pantas melakukan itu untuknya karena dia adalah salah seorang pelayan yang bekerja di rumahnya Devandra, Arini tidak ingin ada gosip miring darinya meskipun dia sendiri sudah ternodai oleh anak majikannya
Arini sendiri akhir akhir ini sering melamun semenjak kejadian malam itu, dia tidak bisa melupakannya karena kejadian itu masih membekas dalam hati dan pikirannya, dan Arini takut jika Devandra akan mengulanginya lagi seperti malam itu, malam dimana kesuciannya terenggut paksa dan dia sangat takut jika dia hamil nantinya
"Tidak apa apa, kita kesana naik mobil, atau kamu mau kita berboncengan naik sepeda motor kamu?" tanya Devandra sambil mengerlingkan matanya ke arah Arini, Arini hanya diam saja tidak menjawab apapun
"Ya sudah jika kamu tidak mau menjawab, aku yang memutuskan karena aku sangat lapar" kata Devandra sambil berjalan mendekati Arini yang masih terdiam
"Pak mohon maaf kami ijin pamit dulu, mau mencari makan siang dulu" kata Devandra yang langsung menarik tangan Arini didepan ayah Arini
Arini langsung kaget begitu tangannya ditarik oleh Devandra
"Tuan lepaskan tangan saya " seru Arini
"Siapa suruh kamu diam saja ketika diajak ngobrol, aku kan bukan patung" kata Devandra kesal
"Maaf tuan, maaf" kata Arini dengan penuh ketakutan
Devandra langsung menghentikan langkahnya dan kemudian berbalik menatap Arini, namun genggaman tangannya ke Arini tidak dia lepaskan
"Kamu tahu Arini, saya paling tidak suka didiamkan, terus satu lagi jangan panggil saya Tuan, terserah kamu mau panggil saya apa" kata Devandra masih menatap Arini lekat lekat, sementara yang ditatap wajahnya bersemu merah salah tingkah
"Jika kamu panggil saya Tuan, maka saya akan kasih hukuman buat kamu" kata Devandra lagi dengan wajah yang serius
"Terus saya harus memanggil apa?" tanya Arini dengan nada bingung
"Terserah kamu, mau panggil saya apa pokoknya jangan panggil saya dengan sebutan Tuan, paham kamu?" kata Devandra sambil balik bertanya
Arini hanya menganggukkan kepalanya seperti kucing kecil yang patuh pada tuannya
"Oke sekarang kita mau naik apa, motor apa mobil?" tanya Devandra masih menatap Arini
"Motor saja Tuan karena tidak terlalu dekat juga tidak terlalu jauh" jawab Arini
Namun tiba tiba keningnya dikecup oleh Devandra membuat Arini kaget dan menatap Devandra dengan pandangan bertanya
"Kamu tau kan kenapa?" tanya Devandra dengan wajah jahilnya
Arini menggelengkan kepala, bingung
"Ingat jika kamu masih memanggil saya Tuan, maka hukumannya adalah itu dan tadi kamu memanggil tuan kepada saya" kata Devandra tersenyum melihat wajah Arini yang bingung bercampur malu
"Jadi gimana kamu mau naik apa?" tanya Devandra lagi
"Naik motor saja, saya akan ambilkan kuncinya dulu" jawab Arini sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggamannya Devandra
"Ya sudah jangan lama lama, saya tunggu disini" ucap Devandra, Arini menganggukkan kepalanya lalu bergegas menuju ke kamar ibunya lagi untuk mengambil kunci sepeda motor yang digantung di kamar orang tuanya
Dan tak lama kemudian Arini kembali ke tempat dimana Devandra sedang menunggu dirinya
"Ayok mas" kata Arini malu malu
Devandra yang mendengar Arini memanggil dirinya mas, langsung tersenyum lebar
"Aku suka dengan panggilan itu" kata Devandra dengan wajah senangnya
Sebenarnya Arini sendiri merasa malu memanggil Devandra dengan sebutan mas, karena dia merasa tidak terlalu dekat dengan Devandra, dan yang kedua dia juga merasa sangat tidak sopan memanggil sebutan mas karena status sosialnya khawatir jika terdengar oleh orang tuanya Devandra, Mungkin dia akan diberikan peringatan dan yang terakhir dia merasa terlalu intim, tapi daripada dia mendapatkan ancaman berupa ciuman seperti tadi jadi lebih baik dia memanggil dengan sebutan 'mas' agar Devandra tidak menghukumnya dengan ciuman seperti tadi
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!