NovelToon NovelToon

Dinikahi Majikan Arogan

Dingin

"Ambilkan aku minum!" terdengar titah seorang pria bernama Gaston menggema ke seluruh ruangan. Dia adalah seorang Ceo arogan yang suka bertindak semaunya.

Mendengar perintah sang majikan, dengan cepat Dara berlari menuju ke dapur untuk mengambilkan minuman dingin untuk pria tersebut.

"Ini Tuan. " Ucap Dara seraya menyodorkan satu gelas minuman dingin.

"Siapa yang suruh ambil minuman dingin? Apa kamu sengaja memancing radang ku kambuh?" bentak pria itu dengan suara yang lantang.

"Ma-maaf Tuan, saya lupa." Jawab Dara dengan bibir gemetar.

Dara adalah gadis ke dua puluh yang bekerja sebagai asisten rumah tangga Gaston selama satu tahun terakhir. Dari ke dua puluh orang yang bekerja di rumah Gaston tersebut, hanya Dara yang mampu bertahan hingga genap tiga puluh hari. Dia mampu bertahan selama satu bulan bukan karena betah, tapi karena butuh. Keluarganya terlilit hutang sehingga membuatnya harus bekerja keras meski di usianya yang masih muda.

Dengan begitu gugup Dara kembali ke dapur untuk mengambil minuman yang tidak dingin.

"Sikapnya aja dingin kayak kulkas, tapi nggak tahan minum dingin ! Huuhh, coba saja kalau kamu bukan bos?" gerutu Dara dalam hati selama mengambil minuman tersebut.

Hanya butuh waktu tiga menit, Dara kembali ke hadapan pria kulkas itu dengan menyodorkan segelas besar berisi air mineral. Gaston lekas meneguk minuman itu dengan kasar dan hanya dalam hitungan detik minuman tersebut raib.

Pria itu nampak begitu emosi sejak pulang dari kantor, dan Dara orang yang tidak tahu apa apa itu menjadi sasaran pelampiasan.

"Kenapa masih berdiri di situ? Balik ke belakang sana !" bentak sang majikan persis seperti orang yang kesetanan.

"Ba-baik Tu-an." Dengan terbata bata Dara menjawab perintah majikannya.

"Mending aku ke belakang dari pada meladeni laki laki nggak waras ini!" gumam Dara dalam hati .

Rupanya pria itu baru saja mengalami patah hati karena melihat sang kekasih sedang bercumbu dengan sahabatnya.

"Dasar breng*sek! Si*alan! Nggak tau diri!"

umpatnya berkali kali hingga benda benda di sekitarnya ikut melayang berhamburan ke lantai.

"Kenapa aku begitu bodoh dan tidak menyadari kebohongan mereka? Aargghh..." teriak Gaston sambil menarik satu kain besar yang tertata di meja yang di atas nya ada vas bunga besar lengkap dengan rangkaian bunga cantik. Seketika itu juga terdengar suara meriah akibat benturan vas bunga dan lantai marmer yang sama sama keras.

Praaanngg,

Terdengar menusuk ke telinga Dara karena bisa dia pastikan ruang tamu seperti kapal pecah dan akan menjadi tugasnya semalaman nanti. Setelah memecahkan vas, sudah tak terdengar lagi suara ngauman singa jantan yang sedang mengamuk itu. Perlahan Dara mengintip ke arah ruang tamu yang ternyata benar benar sudah tak berpenghuni dan entah kemana perginya singa jantan tadi. Kini ruangan itu hanya menyisakan barang berantakan persis pasca terkena bencana gempa bumi.

Sambil membawa sapu dan alat serok sampah, Dara menuju ruangan tersebut meski tanpa perintah.

"Astaga, ada apa ini?" tanya seorang wanita berusia enam puluh tahun yang baru saja datang.

"Ii-tu Nyonya, Tu- tuan, " jawab Dara gelagapan.

"Pasti Gaston, dimana dia sekarang?" tanya Nyonya Mariam.

"Mungkin di kamarnya Nyonya." jawab Dara dengan menunduk.

"Dasar anak itu, nggak pernah berubah ! Kalau mama nggak boleh tinggal di sini, sepertinya dia harus mama paksa untuk menikah secepatnya !" ucap Nyonya Mariam yang juga tak kalah keras dengan putranya.

Dara hanya menggelengkan kepala tiap kali mendengar kedua majikannya itu berdebat.Tak mau lama lama di buat pusing, gadis itu segera menyelesaikan pekerjaannya agar segera bisa beristirahat.

Tok.. tok.. tok..

Pintu di ketuk berkali kali oleh Nyonya Mariam. Namun sepertinya tidak ada jawaban dari pemilik kamar sehingga wanita enam puluh tahun itu harus mengeluarkan suara merdunya

"Gaston, Gaston..." teriakan Nyonya Mariam menggema hingga ke seluruh ruangan di rumah besar tersebut.

Merasa tetap di abaikan, wanita itu mengeluarkan ponsel dari dalam tas lalu mencari nomor kontak putranya dan mulai menghubunginya. Dering ponsel melengking di gendang telinga pria dewasa itu karena dia sedang memakai headset.

"Ckckck, busyit .. !" umpat pria itu dengan lirih.

Terpaksa dia mematikan musik yang sengaja dia putar dengan volume tinggi agar tidak mendengar panggilan mamanya.Dan dengan malas malasan pria itu mengangkat panggilan Nyonya Mariam.

"Iya, ada apa Ma?" tanyanya datar.

"Keluarlah, Mama tunggu sekarang !" titah wanita yang usianya lebih dari setengah abad itu melengking di telinga Gaston.

"Tapi Gaston capek Ma, pengen istirahat. " jawab Gaston.

"Jangan beralasan, Mama tunggu atau Mama akan membawa penghulu ke rumah!" ancam Nyonya Mariam kepada putranya.

"Iya iya, aku keluar !" jawab Gaston dengan lesu karena dia paling tidak suka jika di suruh menikah.

Ceklek!

Pintu kamar pun kemudian terbuka.Dengan langkah gontai, pria itu melangkah mendekat ke arah sang mama yang sudah menunggunya di ruang tamu.

"Duduk. " seru Nyonya Mariam.

Pria itu menjatuhkan tubuhnya ke sofa dengan kasar.

"Gaston, menikahlah. Kamu sudah cukup usia untuk berumah tangga agar ada yang bisa mengurus hidupmu!" Gaston menerima wejangan dari sang Mama.

"Nikah sama siapa ma? Gaston tidak punya kekasih." jawab pria itu dengan enteng.

"Jangan bohong, Mama sering lihat kamu bawa wanita pulang dan jalan bareng. Jika dia niat serius, nikahin aja!" Nyonya Mariam begitu antusias.

"Dia mantanku Ma, kita udah putus!" jawab Gaston dengan menyimpan wajah kesal.

" Putus? Sejak kapan ?" tanya Nyonya Mariam.

"Sejak tadi siang, setelah kita bertengkar." Jawaban Gaston masih mengundang pertanyaan mamanya.

"Oh , yang membuat rumah menjadi berantakan seperti kapal pecah itu karena kalian bertengkar? " Nyonya Mariam bertanya balik. Gaston hanya mengangguk sekilas lalu memalingkan wajah.

"Gaston, cobalah berpikir untuk lebih serius !" ucap Nyonya Mariam.

Pria itu tidak menjawab karena baru saja dia akan menjauhi semua wanita karena merasa sakit hati dengan kekasihnya, namun ternyata dia malah di suruh menikah.

"Gaston, dengarkan Mama bicara!" Bentak Nyonya Mariam.

"Iya Ma, Gaston denger. Udah nggak usah teriak teriak, nanti kambuh hipertensinya." sahut Gaston dengan asal.

"Pokoknya Mama kasih kamu waktu," tutur wanita itu dengan nada tinggi.

"Waktu? untuk apa Ma?" sekali lagi Gaston bertanya.

" Iya, waktu. Mama kasih waktu kamu satu bulan. Kamu harus menikah, atau Mama akan pilihkan jodoh untuk kamu ! " tegas sang mama.

"Ini zaman modern Ma, nggak ada istilah perjodohan!" seru Gaston dengan nada tinggi karena merasa tidak setuju dengan keputusan mamanya.

"Ada, jika di perlukan!" jawab Nyonya Mariam.

"Gaston nggak mau Ma! " teriak Gaston.

Keduanya akhirnya melakukan perdebatan sengit siang itu. Perdebatan yang sangat sering terjadi di antara keduanya.

Hari sudah berganti malam, Nyonya Mariam sudah pulang dan kini tinggal ada Gaston dan pembantunya Dara di mansion Ceo tersebut.

Ketika Dara sedang beberes, Gaston tiba tiba memanggilnya.

"Heh kamu, " panggil Gaston kepada Dara.

"Iya Tuan," Dara menunduk dengan manggut manggut menjawab panggilan majikannya.

"Heh, apa kamu tidak pernah di suruh menikah oleh ibumu?"

Glek!

Satu pertanyaan dari Gaston, membuat Dara mendadak hilang fokus.

"Emm, maksudnya bagaimana Tuan?" Dara bertanya balik.

"Ya di suruh nikah. Kamu kan sudah dewasa!" Tukas Gaston dengan ketus.

"Tidak Tuan, saya harus bekerja dulu sampai hutang saya lunas." Jawab Dara.

"Hutang? Kamu masih muda harus bayar hutang? Memangnya kemana orang tua kamu?" Pria itu bertanya seenak jidatnya.

"Orang tua saya sudah meninggal dalam kecelakaan, dan mereka meninggalkan banyak hutang Tuan." Jawab Dara dengan raut wajah sedih.

"Sudah, sudah. Jangan di teruskan lagi. Aku bukan orang yang tepat untuk kamu ajak curhat!" sahut Gaston dan seketika membuat Dara kesal.

"Siapa juga yang curhat? Kan dia sendiri yang tanya." gerutu Dara dalam hati dengan bibir mencebik.

Berpura pura

Malam itu Dara merebahkan tubuhnya di kasur dengan segala penatnya setelah banyak aktifitas yang dia kerjakan siang itu. Bukan hanya lelah secara fisik, dia juga lelah secara hati karena sang majikan arogannya yang selalu menyuruh dan berkata sesuka hati.

"Nyonya dulu waktu hamil ngidam apa sih ? Kok lahirnya seperti itu? Apa ngidam batu ya?" lirih Dara mengutarakan isi otaknya.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan gadis itu mulai memejamkan mata. Namun ketika beberapa saat matanya berhasil terpejam,tiba tiba dia mendengar ketukan pintu dan panggilan yang memekakkan telinga.

Tok.. tok... tok...

"Dara, buka pintunya Dara!" suara Gaston terdengar melengking menembus benda segiempat dari kayu itu.

Gadis itu terkejut sekaligus kesal karena tidurnya terganggu. Namun apalah daya yang dia lawan adalah singa buas yang berkuasa atas dirinya. Dara juga di buat heran karena tidak biasanya di jam segitu bos nya mencarinya.

Dengan tergesa gesa Dara berjalan ke arah pintu, namun dia lupa bahwa dia sudah tidak mengenakan bra.Memang sudah jadi kebiasaan dia, tidur tanpa menggunakan benda mirip kaca mata itu.

"Astaga," lirih Dara dan segera dia meraih selimut dengan asal untuk menutupi dadanya.

Ceklek, perlahan Dara membuka pintu namun segera dia mendapat sambutan panas dari sang majikan.

"Kenapa lama sekali bukanya? Apa telinga kamu tidak berfungsi? Lagian masih sore kok sudah tidur?" Gaston memberi pertanyaan bertubi tubi, tanpa dia sadari seharusnya Dara yang memberikan pertanyaan kepadanya karena membangunkan tidurnya.

"Ma_maaf Tuan." Hanya kalimat itu yang bisa di ucapkan Dara meski hatinya menyimpan sebongkah kekesalan.

"Ikut aku!" titah pria arogan itu sambil menggandeng tangan Dara tanpa meminta izinnya dulu.

"Tapi Tuan, saya.." ucapan Dara terputus karena Gaston keburu membentaknya.

"Menurut atau aku potong gaji?" satu pertanyaan yang menyudutkan gadis malang itu.

Padahal dia mau minta izin sejenak untuk mengenakan bra. Namun kini dia di buat tidak berdaya lagi ketika sang majikan kembali memberikan titah,

"Apa kamu akan tetap membawa selimutmu seperti ini? Cepat tanggalkan!"

Seketika Dara melebarkan kedua kelopak mata karena tidak bisa dia bayangkan jika sang majikan melihat kedua gundukan miliknya yang pasti menempel di tank top tipis yang dia kenakan.

"Jangan Tuan, saya tidak memakai..." lagi lagi Gaston memotong ucapan Dara dengan menarik paksa selimutnya. Seketika Dara mendekap tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya.

Kini kedua kelopak mata Gaston juga terbuka lebar. Antara kagum dan juga kesal karena menganggap Dara sengaja menggodanya.

Pria itu susah payah menelan saliva melihat pemandangan vulgar di depan matanya. Namun bukan Gaston namanya jika mau di salahkan, dia justru balik menyalahkan Dara.

"Apa maksud kamu dengan semua ini? Apa kamu sengaja menggodaku? Seharusnya kamu bilang dari tadi, jangan diam menurut saja!"

Glek,

Ganti Dara yang susah payah menelan saliva menghadapi majikan konyolnya.

"Tadi saya mau bicara tapi Tuan tidak.." pembelaan gadis itu terpotong lagi.

"Tidak apa? Kamu mau menyalahkan aku? Jelas jelas kamu yang salah. Cepat kembali ke kamarmu dan pakai barang mu itu!" titah Gaston sesuka hati.

Tanpa menunggu lama Dara segera berbalik badan dan kembali ke kamar untuk memakai perlengkapannya, setelah itu dia segera menemui majikan songong nya.

"Sudah Tuan." ucap Dara sambil menunduk.

"Ikut aku!" pria itu kembali memberi perintah.

Dara berjalan mengekor di belakang majikannya yang ternyata menuju ke kamar.

Gadis malang itu hanya menurut saja pada perintah Gaston tanpa menghiraukan berjuta pertanyaan yang muncul di benaknya mengapa dia di bawa majikannya ke kamar malam hari?

"Pakai ini, dan ganti bajumu!" titah Gaston sembari memberikan sebuah masker wajah dan juga sehelai dress lebih mirip seperti lingerie yang sangat minim dan terawang.

"I_ii_ini untuk apa Tuan?" tanya Dara ragu.

"Ya kamu pakai aja di muka kamu, dan bajunya juga. Cepetan!" bentak Gaston.

Dara masih mematung sambil memperhatikan lingerie yang harus dia pakai.

"Jangan berpikir yang tidak tidak. Aku hanya memintamu untuk pura pura menjadi kekasihku malam ini. Lagian aku tidak akan sembarangan menyentuh wanita yang bukan kelasku!"

Seketika Dara menghembuskan nafas kasar dengan muka masam mendengar ucapan sang majikan. Pria itu selalu berkata semaunya tanpa memikirkan perasaan orang yang di ajak bicara. Tapi di sisi lain Dara lega karena singa buas itu hanya mencari domba, bukan ayam kampung seperti dirinya.

Dara menuju kamar mandi menjalankan titah sang majikan, dan sepuluh menit kemudian dia keluar dengan wajah putih penuh masker serta mengenakan lingerie pemberian Gaston.

"Sini kamu!" tutur majikan arogan itu.

Dara berjalan menuju ke tepian ranjang dan duduk dengan ragu di sana.

"Kesini!" pria itu kembali mengeluarkan suara kasarnya.

Setelah duduk bersebelahan, Gaston segera mengambil ponsel dan melalukan video call dengan mantan kekasihnya.

Setelah panggilan terhubung, pria itu menarik tubuh Dara hingga menempel di dadanya.

"Hei, kamu lihat kan? Kamu pikir hanya kamu yang bisa bermain main? Aku juga bisa. Malah dia udah aku ajak tidur di rumahku!" ucap pria itu kepada sang mantan, karena sebelumnya mantan kekasih Gaston mengira bahwa dirinya tidak akan pernah bisa move on.

Terkesima

Mantan kekasih Gaston segera menutup panggilannya dengan kasar dan hal itu membuat Gaston tertawa puas.

"Sudah pergi sana, tugas kamu sudah selesai!" titah Gaston sambil sedikit mendorong tubuh Dara dengan kasar.

Dengan wajah muram Dara menjauh. Meski sudah sering mendapat perlakuan dan ucapan kasar , tetap saja hati Dara masih sering bersedih jika dirinya di perlakukan kasar oleh majikannya.

Gadis itu beranjak dan pergi ke kamar mandi untuk berganti baju dan membersihkan masker di wajahnya.Setelah keluar dari kamar mandi dia melipat lingerie yang baru saja dia kenakan.

"Pakaian ini bagaimana Tuan?" tanya Dara dengan ragu.

"Buang saja sana. Lagian siapa juga yang mau pakai pakaian bekasnya pembantu,"

Degh, Dara rasanya ingin teriak mendengar ucapan Gaston yang tak henti menghinanya.

"Baik Tuan, permisi." Dara berpamitan dan tetap menunjukkan senyum manis meski hatinya berontak.

Malam itu dia rebahkan tubuhnya kembali di kasur dengan mood yang tidak baik.

Ingin marah dan melampiaskan kekesalan, namun dia tidak punya daya.

Gadis itu membalikkan badannya hingga berposisi tengkurap. Dia pejamkan mata hingga air matanya menetes. Dara rindu kepada kedua orang tuanya.

Tak terasa air matanya menetes dengan deras membasahi pipi mulusnya.

"Ayah ,ibu, Dara rindu." lirihnya.

Terlalu lama menangis akhirnya gadis itu lelah dan tertidur. Keesokkan harinya Dara bangun dari tidur lalu melakukan rutinitas paginya.

Setelah selesai menyiapkan sarapan, dia kembali ke belakang untuk melanjutkan tugas lainnya.Namun, langkahnya terhenti ketika sang majikan memanggilnya.

"Heh sini kamu!" selama satu bulan Dara bekerja di rumah Gaston, pria itu mungkin baru dua atau tiga kali memanggil Dara dengan sebutan nama. Karena selebihnya dia hanya memanggil dengan sebutan "Heh".

"I_iiya Tuan." Dara selalu gugup jika majikan arogannya itu memanggil.

"Cepat mandi dan ikut aku, ini pakai baju ini!" titah Gaston.

Dara tidak segera menerima pakaian yang Gaston beri, dia justru terdiam memandanginya.

"Aku menyuruhmu mandi dan memakai baju ini, bukan malah bengong!" bentak Gaston.

'Ii_iiya maaf Tuan.Tapi saya sudah mandi tadi pagi pagi sekali" tutur Dara kemudian menerima pakaian yang di berikan oleh Gaston.

"Mandi lagi sana! Aku tidak mau ada kuman menyebar karena kamu baru saja melakukan banyak aktifitas dan pasti berkeringat." seru Gaston dengan nada suara tinggi.

Tanpa banyak berkata lagi, gadis itu segera meninggalkan tempat dan berjalan menuju kamar mandi. Namun selama melangkah ke belakang, dia menggerutu karena tidak terima.

"Enak aja bilang aku nyebarin kuman. Aku kan memang sudah mandi tadi pagi!"

Lima belas menit kemudian Dara kembali ke hadapan sang majikan dengan mengenakan pakaian yang Gaston berikan.

Tanpa melirik ke arah Dara , pria itu kembali memberi perintah dadakan.

"Ikut aku dan pakai ini!" Gaston memberikan sepasang sandal dengan hak pendek dan juga tas branded yang sengaja dia beli untuk Dara.

Ketika Dara sedang memakai sandalnya, Gaston kembali berulah dengan kata kata masamnya.

"Sebenarnya wanita itu tampak mempesona jika menggunakan high heel, tapi aku ragu menyuruhmu memakainya. Kamu kan orang kampung yang biasa pakai sandal jepit, ntar jatuh pake high heel malah malu maluin aku,"

Gaston mengakhiri kalimat dengan tawa meremehkan.

"Iiihhh, dasar orang yang tidak punya perasaan. Coba kalau aku nggak butuh bekerja di tempat kamu, udah aku sumpelin tuh mulut pakai sandal!" geram Dara dalam hati.

Pagi itu Gaston mengajak Dara entah kemana, dan ternyata tujuan mereka adalah salon.

Dara begitu heran kenapa majikannya meminta model rambut Dara di rumah bahkan di warnai. Gadis itu juga di pasang bulu mata serta cat kuku.

Begitu bertanya tanya, namun apalah daya dia tidak berani melawannya.

Usai di make over, penampilan Dara sangatlah berbeda dan hal itu sempat membuat Gaston terkesima.

Namun dengan cepat pria arogan itu mengkondisikan pandangannya agar tidak larut dalam pesona kecantikan Dara.

Gaston membawa Dara masuk mobil, dan di dalam mobil dia memberi tahukan satu misi penting.

"Aku akan ajak kamu bertemu dengan mantan kekasihku, jadi kamu harus berpura pura menjadi kekasihku. Jangan menghindar jika mungkin nanti aku memegang tanganmu atau bahkan memelukmu. Paham!" titah Gaston.

Dara hanya mengangguk saja karena dirinya tidak mungkin menolak.

Setelah tiba di sebuah kafe, Gaston turun lebih dulu lalu membukakan pintu untuk Dara.

Gadis itu amat canggung, namun dia berusaha untuk rileks agar tidak mendapat makian.

Sejak turun dari mobil Gaston sudah memperlihatkan kemesraannya dengan menggandeng tangan Dara dan kadang merangkul pinggangnya. Hal itu Gaston lakukan karena dia tahu bahwa mantan kekasihnya sudah lebih dulu datang di kafe tersebut.

Mereka bertiga akhirnya bertemu, dan rencana Gaston berjalan mulus.Dia berhasil membuat mantan kekasihnya percaya bahwa Gaston bukan pecundang dan bukan pria bucin yang patah hati karena putus cinta.

Usai melakukan drama romansa dengan Dara, mereka berdua pulang. Dan sangat tidak Gaston sangka, kepulangannya itu di sambut oleh sang mama di depan pintu.

"Hei kalian," sapa nyonya Mariam.

Dara sangat ketakutan jika di anggap lancang.

"Maaf nyonya, saya minta maaf. Ini tidak seperti yang nyonya pikirkan." ucap Dara dengan jantung berdebar.

"Gaston," panggil nyonya Mariam.

"Iya ma, ada apa?" sahut pria itu dengan santai sementara Dara hampir saja mati berdiri karena takut.

"Kamu nikahi saja Dara!"

Degh,

Satu titah konyol itu membuat Gaston dan Dara membulatkan kedua bola matanya.

"Me_ ni_ kah?" tanya Dara pelan.

"Apa? Mama nggak lucu bercandanya." sahut Gaston.

"Tidak, mama tidak bercanda. Kalian cocok. Dara cantik, baik dan sabar . Mama yakin dia bisa menjadi istri yang baik untuk kamu." tutur nyonya Mariam kepada putranya.

"No.. Gaston nggak mau!" tolak pria itu.

"Baiklah, kalau gitu biarkan mama tinggal di sini buat ngurus kamu." tukas nyonya Mariam.

"Tidak.. tidak.. itu juga tidak mau. Aku sudah bisa mengurus diri sendiri ma," sangkal Gaston.

"Tidak. Kamu tidak bisa mengurus diri kamu. Semua berantakan sejak kamu minta mama tinggal di rumah adik kamu." tegas nyonya Mariam.

"Baiklah, aku lebih baik aku memilih mau menikah dengan dia saja!" Gaston menjawab dengan enteng tanpa dia pikirkan bagaimana tanggung jawab dalam menikah.

Degh,

Satu kalimat yang Gaston ucapkan membuat jantung Dara hampir copot dan sejenak berhenti berdetak.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!