"Wah ... jadi begini kelakuan kalian, mesum di lingkungan sini. Kamu juga anak muda, datang kemari setiap pagi saat orang tuanya si Nara tidak ada, rupanya punya maksud terselubung. Vidio ini bisa jadi bukti bahwa kalian sudah berbuat asusila di lingkungan komplek ini." Seorang wanita paruh baya datang tiba-tiba dan menghardik ke arah Nara dan Aldin. Seketika Aldin dan Nara sangat terkejut dan merasa malu. Mereka berdua kompak ternganga, karena kejadian barusan sebenarnya hanya kecelakaan saja.
"Bu, jangan nuduh kami sembarangan! Kami tidak berbuat mesum. Kami hanya kecelakaan dan tubrukan saja. Dan kebetulan posisi kami seperti yang di vidio Ibu, tapi percayalah kami tidak pernah melakukan perbuatan mesum. Sumpah!" Nara mencoba meyakinkan Bu Juleha tetangga sebelah rumah orang tua Nara, yang kebetulan orangnya bermulut ember dan suka ikut campur urusan orang lain.
"Alah, alasan saja. Saya sudah sering lihat laki-laki muda ini datang setiap hari ke rumahmu. Dan rupanya ini yang kalian lakukan." Bu Juleha memperlihatkan kembali vidio adegan Aldin dan Nara yang berhasil direkamnya.
"Ini tidak seperti yang ada di vidio, bahwa kami sedang mesum, ini hanya kecelakaan dan kami tadi benar-benar tubrukan," jelas Nara mulai berkaca-kaca.
"Alah ... biasa kalau terciduk pasti alasannya, 'ini tidak seperti yang kalian pikirkan', ihhh muak banget dengan alasan yang persis di sinetron-sinetron itu. Padahal kalian melakukan perbuatan itu," tudingnya lagi bersungut-sungut.
"Bu, Nara benar, kami tidak seperti apa yang ada di vidio. Apa yang terjadi pada kami hanyalah sebuah kecelakaan, kami tidak sedang mesum. Kalau mau mesum, sudah sejak tadi saat saya tahu orang tua Nara tidak ada, saya ajak saja Nara mesum di dalam. Kan aman, Ibu juga tidak mungkin merekam adegan kami," bela Aldin jujur.
"Kalian sekongkol menyangkal, padahal melakukan perbuatan itu." Bu Juleha tidak mau kalah dengan pembelaan dan sangkalan Nara dan Aldin, dia tetap pada pendiriannya bahwa Aldin dan Nara sudah berbuat mesum.
Aldin geleng-geleng kepala dengan tuduhan mesum yang ditimpakan pada dirinya dan Nara, walau lubuk hatinya sudah ada rasa ingin memiliki si 'gadis kecil' begitu Aldin sering menyebut, tapi bukan dengan cara terciduk seperti itu dia harus mendapatkannya.
Nara sudah terlihat menangis, dia takut keributan dengan Bu Juleha akan berdampak mendatangkan warga setempat, sebab Bu Juleha ngomongnya cempreng naik beberapa desibel dari biasanya kalau masuk telinga, dan oktafnya seakan melebihi penyanyi Celin Dion saat menyanyi. Jadi kekhawatiran Nara ini sangat beralasan.
"Biasa, kalau merasa ya pasti diam atau menangis," tudingnya lagi.
"Bu, sekali lagi saya jelaskan, bahwa kami tidak sedang mesum di rumah ini. Tadi saya dan Nara hanya tubrukan saja. Kalau Ibu merasa mengawasi kami, harusnya pada adegan awal Ibu ngeshoot kami dong. Di situ akan ketahuan apakah kami sengaja mesum atau tidak!" sangkal Aldin sedikit meninggi. Bagaimanapun juga dia dan Nara memang tidak sedang mesum, hanya kejadian dan posisinyalah yang menggiring ke arah mesum. Opini orang yang sekilas melihat ini, pasti akan berpikir bahwa Nara dan Aldin sedang mesum.
Karena suara dari keributan ini terdengar ke samping kiri dan kanan tetangga rumah orang tua Nara, otomatis tetangga sekitar berdatangan dan penasaran dengan apa yang diributkan Bu Juleha dan Nara serta Aldin. Bersamaan dengan itu Bu Melati, ibunya Nara pulang habis dari mengantar pesanan makanan ke tetangga kampung sebelah.
"Ada apa ini, kok pada ribut dan ngumpul di depan rumah saya?" Bu Melati heran dan merangsek masuk pada kerumunan orang-orang yang rupanya sedang mengerubungi Bu Juleha yang memperlihatkan vidio hasil rekamannya.
Saat Bu Melati mendekat, Bu Juleha sengaja memperlihatkan rekaman vidio itu ke wajah Bu Melati. Seketika Bu Melati terkejut menahan dadanya yang seakan sesak.
"Awas, kalian menjauhlah! Ini tidak seperti yang kalian lihat. Yang sebenarnya terjadi pada kami adalah tubrukan yang tidak sengaja, dan kami sama-sama jatuh, sialnya posisi jatuh kami malah seperti di vidio itu. Dan lebih sialnya, saat kami dalam posisi seperti itu, ada orang yang kurang kerjaan merekam adegan kami yang tidak disengaja." Aldin datang dan melakukan pembelaan atas tudingan mesum yang diperlihatkan Bu Juleha pada tetangga dan Bu Melati yang baru saja datang.
Bu Juleha langsung terbelalak saat disebut kurang kerjaan oleh Aldin, merasa tidak terima Bu Juleha balik menyerang.
"Anakmu dan pria muda ini benar-benar melakukan perbuatan mesum, Melati. Pria muda ini sedang membela diri di hadapanmu dan kita semua. Percuma anak dikurung terus di rumah dan dibatasi pergaulannya, ehhh tahu-tahu terciduk mesum. Pura-pura saja untuk menyembunyikan kebusukannya," sindir Bu Juleha mengiris hati Bu Melati. Bu Melati tiba-tiba berderai air mata mendengar sindiran pedas Bu Juleha.
"Bubar kalian semua, awas jika vidio itu disebarkan lewat media sosial, maka saya akan mencari orang yang menyebarkannya termasuk kamu, Ibu tukang gosip!" tunjuk Aldin pada Bu Juleha mengancam. Seketika Bu Juleha melotot tidak terima.
"Baiklah, kami akan pergi, asal kalian harus pertanggungjawabkan perbuatan mesum kalian," tandas Bu Juleha seraya menggiring tetangga yang terlanjur berkumpul di depan rumah Bu Melati.
Berita tentang Nara dan Aldin yang terciduk berbuat mesum, dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut saat itu juga. Bu Melati shock, tubuhnya lemas tidak berdaya. Nara dan Aldin membawanya ke dalam rumah dengan perasaan yang bersalah. Akibat tubrukan tadi, tidak disangka akan terjadi kericuhan ini, sampai membuat Bu Melati shock.
Pak Kusuma yang sedang berada di bengkel pun mendengar berita tidak mengenakkan ini dari Mardi, tetangga dekatnya yang datang dan mengabarkan berita itu dengan muka yang masih kaget. "Yang benar, Mar? Apakah kamu tidak salah dengar?"
"Saya tidak salah dengar, tadi Bu Juleha berkumpul di depan rumah Pak Kusuma dengan memperlihatkan bukti vidio mesum. Nara dan seorang lelaki muda, tengah terciduk melakukan perbuatan mesum," berita Mardi ngos-ngosan.
Pak Kusuma saat itu juga menunda dulu pekerjaannya dan menitipkan bengkel pada salah satu pekerjanya, dan menuju rumah dengan motor bebek bututnya.
"*Ada-ada saja Nak, ada apa sebenarnya*? *Terciduk mesum dengan lelaki mana? Setahu* *bapak, kamu tidak pernah punya teman lelaki*, *kecuali Nak Aldin. Tapi bukankah kalian tidak ada* *hubungan khusus*?" Sepanjang jalan menuju rumahnya, Pak Kusuma diikuti Mardi tetangga dekatnya, bertanya-tanya heran dalam benaknya tentang kejadian yang baru saja didengarnya.
Tiba di depan rumah, Pak Kusuma melihat pemandangan yang tidak biasa. Dia melihat istrinya, Bu Melati sedang di kelilingi Nara dan seorang lelaki muda yang pernah ke rumahnya tempo hari. Seketika emosi Pak Kusuma memuncak. Apa yang akan dilakukan Pak Kusuma? Apakah dia akan mengamuk pada Aldin? Lanjutannya di bab 2 ya....
Pak Kusuma menghampiri Bu Melati yang sedang dikerumuni Aldin dan Nara.
"Ada apa ini, Bu?" Pak Kusuma bertanya dengan Nada sedikit emosi saat melihat Aldin dan Nara di sana. Bu Melati belum sanggup berkata-kata, tubuhnya masih lemas.
"Pak, mohon maaf. Ijinkan saya berbicara dengan Bapak. Istri Bapak, alangkah baiknya dibiarkan istirahat dulu." Aldin tiba-tiba menyela. Pak Kusuma mendongak melihat ke arah Aldin. Sorot matanya tajam dan menyala. Aldin sudah bisa menduga, Pak Kusuma sudah tahu kabar tentang perbuatan mesum dirinya dengan Nara dari vidio yang dilihat. Dan kini saatnya Aldin berbicara yang sebenarnya, walau apapun tanggapan Pak Kusuma nanti.
Pak Kusuma akhirnya mau menerima ajakan Aldin untuk berbicara. Mereka ke ruang tamu, meninggalkan Nara dan ibunya.
Aldin memulai menceritakan kejadian yang sebenarnya, tentang kejadian yang terlanjur dilihat warga dari vidio yang berhasil direkam Bu Juleha.
"Semua itu tidak benar, Pak, dan tidak seperti yang dilihat di rekaman itu. Kami tidak sengaja tubrukan, saya habis dari kamar mandi, dan menubruk Nara yang berada di muka pintu, sedangkan saya sendiri tidak menyadari Nara ada di muka pintu, maka dari itu kami akhirnya tubrukan," tutur Aldin mengakhiri penjelasan mengenai kejadian yang sebenarnya. Pak Kusuma diam seakan sedang mencerna apa yang Aldin ceritakan.
"Saya tidak tahu, apakah kalian berdua benar atau sedang berbohong. Sebab vidio kalian sungguh sudah menyebar dari mulut ke mulut. Semua orang satu kampung ini bakal tahu dan saya pastinya akan malu dengan kejadian ini," tanggap Pak Kusuma kecewa.
"Saya minta maaf, Pak! Sungguh ini diluar dugaan saya," ucap Aldin lagi penuh sesal.
Sebaiknya kita bicarakan ini dengan istri saya, kalian beri kami penjelasan bagaimana ini semua bisa terjadi, dan Nak Aldin bisa ada di sini itu kenapa, kami ingin penjelasan.
Tiba-tiba Bu Melati dan Nara menghampiri, sepertinya Bu Melati sudah tidak lemas lagi dan siap mendengar penjelasan dari Nara dan juga Aldin. Nara membawa Bu Melati duduk di kursi ruang tamu sambil mengusap bahunya.
"Bu, apa yang Ibu lihat dari vidio yang diperlihatkan Bu Juleha tadi?" tanya Pak Kusuma penasaran. Akhirnya dengan perasaan sedih Bu Melati menceritakan apa yang dilihatnya di vidio tadi, sambil sesekali mengusap bulir bening yang mulai merembes pipinya. Pak Kusuma meraba dadanya seakan sesak napas setelah mendengar penuturan istrinya.
"Dan lagi Bu Juleha bilang, Nak Aldin ini sudah ketahuan tiga kali bertamu ke rumah kita di saat Ibu pergi mengantar pesanan."
"Apa? Jadi kalian diam-diam bertemu di sini di saat kami berdua tidak ada? Apa yang kalian rencanakan?" Pak Kusuma terbelalak tidak percaya.
"Tapi sebentar, Bu. Apakah hal ini bisa dipercaya, mengingat Bu Juleha selalu usil dan ikut campur urusan orang lain?" lanjut Pak Kusuma seakan meragukan laporan Bu Juleha yang terkenal tukang ikut campur masalah orang lain di kampungnya.
"Itu benar, Pak. Yang tetangga Bapak bilang benar adanya. Saya sudah tiga kali berturut-turut datang ke sini dan sengaja bertamu pada anak Bapak, sejatinya tadinya saya ingin melakukan pendekatan pada anak Bapak, sebab ada niat dalam hati saya," ungkap Aldin akhirnya memberi alasan yang sesungguhnya. Nara terkejut mendengar pengakuan Aldin yang menyebutkan ingin melalukan pendekatan padanya.
"Ya ampun, Nak Aldin. Jika memang Nak Aldin punya niat baik ingin mendekati anak saya, kenapa tidak datang saat kami ada di rumah? Apakah adegan di vidio yang direkam Bu Juleha itu bagian dari rencana Nak Aldin juga?" tuding Pak Kusuma geram.
"Tidak, Pak. Itu semua tidak benar. Awalnya saya datang ke sini memang tidak tahu kalau setiap pagi kalian tidak ada di rumah. Dan kebetulan hanya saat pagi sebelum saya ke kantor, saya ada sedikit waktu senggang. Jadi saya mampir ke sini." Aldin memberikan alasannya lagi.
"Jadi, benar Nak Aldin punya niat ingin mendekati anak saya, Nara?" Pak Kusuma sepertinya ingin mempertegas maksud kedatangan Aldin datang ke rumahnya tiap pagi tiga kali berturut-turut.
Aldin sejenak melihat ke arah Nara, Nara yang dilihat hanya menundukkan kepalanya, seakan menyimpan rasa takut yang dalam.
"Iya, betul Pak. Cuma waktunya saat ini saya belum banyak. Jadi, saya hanya bisa di pagi hari dan kebetulan Nara kerja shift sore. Kalau sore, seperti Bapak tahu, Nara kerja dan saya tidak bisa menjumpainya." Alasan Aldin menemui Nara kali ini masuk akal bagi Pak Kusuma dan Bu Melati, sepertinya Pak Kusuma bisa menerimanya.
"Akan tetapi, sekali lagi saya tegaskan. Bahwa kejadian di rekaman itu bukan bagian dari rencana saya, Nara juga pasti akan berkata jujur sama Bapak dan lagi saya tidak perlu melakukan pelecehan yang disengaja buat mendapatkan anak Bapak. Itu bukan sifat saya," tegas Aldin berapi-api, seakan mempertegas bahwa dia memang punya niat baik pada Nara.
"Iya, Pak, Bu. Percayalah, kami tidak pernah melakukan perbuatan mesum seperti yang dituduhkan Bu Juleha. Kalau memang Bu Juleha ingin ikut campur masalah orang lain, kenapa tidak dari awal kedatangan Kak Aldin saja dia merekam. Dia hanya merekam saat kejadian kami tubrukan saja, dan sengaja ingin memperkeruh masalah orang lain. Bu Juleha, kan selalu sinis jika melihat Nara," ucap Nara tiba-tiba menimpali, mencoba menyangkal dan meyakinkan kedua orangtuanya. Nara juga tidak mau dirinya dituduh mesum begitu saja.
"Iya, Nak, Kami percaya kalian sepertinya berkata jujur. Tapi, kejadian ini sudah diketahui tetangga sekitar. Mereka juga melakukan kehebohan di sekitar rumah kita. Bapak seakan ditelanjangi oleh perbuatan kalian yang tidak kalian lakukan menurut pengakuan kalian. Jadi, sekarang Bapak bingung apa yang harus Bapak lakukan." Pak Kusuma menarik nafasnya dalam, menunduk penuh keputus asaan.
"Pak, diluar ada Pak RT. Alangkah baiknya Beliau diajak masuk saja. Sepertinya Pak RT ingin minta penjelasan dari keluarga Pak Kusuma. Biarkan Pak RT mendengar penjelasan dari pihak Bapak, supaya Beliau yang mencoba meredam kehebohan warga sekitar di luar sana," ujar Mardi yang muncul tiba-tiba dan melaporkan keadaan di luar rumah Pak Kusuma.
"Baiklah, suruh masuk Pak RTnya, Mar!" titah Pak Kusuma pada Mardi tetangga sebelah yang masih ada sedikit ikatan persaudaraan. Mardi mempersilahkan Pak RT dan salah satu warga yang dituakan di sana untuk masuk ke dalam rumah Pak Kusuma.
Setelah di dalam, Aldin yang seakan di sidang langsung berdiri dan berbicara dengan lantang.
"Baiklah, mungpung sudah ada Pak RT di sini. Saya tegaskan saya akan bertanggungjawab jawab atas apa yang ada di video rekaman tetangga orang tua Nara. Saya akan menikahi Nara sekarang juga," tegasnya membuat semua yang ada di sana terbelalak tidak percaya.
Semua yang ada di sana terbelalak tidak percaya dan saling pandang satu sama lain. Bisa jadi mereka bertanya-tanya, benarkah atau seriuskah? Aldin berhasil membuat semua orang di ruangan tamu sana terdiam dan tenggelam dengan pikirannya masing-masing.
"Benarkah Nak Aldin, apa yang Nak Aldin katakan barusan?" Pak Kusuma seolah belum percaya.
"Benar, Pak. Saya serius. Dan tolong persiapkan segalanya," ujar Aldin memutuskan dengan suara yang tenang. Pak Kusuma saling pandang dengan istrinya. Pak RT juga yang lainnya saling pandang kembali, belum yakin akan keseriusan Aldin. Terlebih Nara, dia tidak percaya bahwa Aldin akan mengajaknya menikah secepat itu.
"Baiklah kalau begitu, untuk meredam kehebohan warga, maka proses pernikahan yang disetujui oleh saudara Aldin akan segera digelar. Kami sebagai saksi dari pihak perempuan akan mengikuti prosesnya sampai selesai. Persiapkanlah mulai sekarang, kami tunggu satu jam dari sekarang." Pak RT angkat bicara seraya beranjak meninggalkan kediaman Pak Kusuma.
Akhirnya pernikahan itu terjadi setelah semua syarat terpenuhi. Sah di mata agama. Namun belum sah secara hukum negara. Orang tua Nara paham betul akan hal ini, maka sebelum pernikahan siri itu terjadi Pak Kusuma mewanti-wanti kepada Aldin memberikan sebuah nasihat.
"Nak Aldin, pernikahan ini sah secara agama, akan tetapi belum sah secara hukum negara dan tidak tercatat di catatan sipil. Namun demikian pernikahan ini sakral, dan ikrar yang telah Nak Aldin ucapkan tadi, tidak untuk dipermainkan!" petuah Pak Kusuma sungguh-sungguh. Aldin menatap Pak Kusuma tegas, seolah dia menegaskan bahwa dia sungguh-sungguh dan tidak akan mempermainkan pernikahan ini. Walaupun belum sah secara hukum negara.
"Saya berjanji tidak akan menyia-nyiakan Nara sebagai istri saya," balas Aldin yakin.
"Dan yang terpenting, pernikahan ini jika Nak Aldin sungguh-sungguh, maka .... "
"Secepatnya akan saya urus pernikahan sah kami secara hukum negara dan tercatat dicatatan sipil," tegas Aldin memotong pembicaraan Pak Kusuma.
Pak Kusuma dan Bu Melati saling lempar pandang, mereka terlihat lega dan terpancar senyum di wajah keduanya. Sedangkan Nara, terlihat kaget tidak percaya. Dia masih shock dengan pernikahan sirinya serta ucapan Aldin barusan. Hatinya bertanya-tanya benarkah Aldin serius?
"Baiklah Pak, Bu, untuk mencegah kehebohan warga sekitar atas pernikahan kami. Maka, hari ini ijinkan saya membawa Nara ke rumah saya. Karena bagaimanapun Nara sudah menjadi tanggung jawab saya." Aldin meminta ijin kepada orang tua Nara untuk membawa Nara tinggal di rumahnya. Nara seketika terkejut, tapi tidak begitu dengan Pak Kusuma dan Bu Melati.
Menjelang siang, Aldin berpamitan pada kedua orang tua Nara. Nara, mau tidak mau terpaksa ikut, meski dalam hatinya belum siap untuk ikut Aldin, lelaki yang sudah menjadi suaminya meskipun hanya sah secara agama.
"Bu, Pak, saya pamit ya. Saya ijin membawa Nara, Ibu dan Bapak jangan khawatir dengan kami," ucap Aldin hormat, seraya menyalami kedua tangan orang tua yang kini sudah berganti nama menjadi mertua.
"Iya, Nak, kami percayakan anak kami pada Nak Aldin," ucap Pak Kusuma penuh harap. Nara kemudian menyusul melakukan hal yang dilakukan Aldin menyalami tangan kedua orang tuanya. Tidak kuasa menahan haru, akhirnya Nara menangis di bahu Bu Melati.
"Nara pamit ya, Bu, Pak!" Bersamaan dengan itu Nara melepaskan pelukannya. Bu Melati menatap dalam wajah anak gadisnya yang kini sudah menjadi seorang istri.
"Baik-baik ya, Nak! Ikuti suami kamu, dan patuhi suami kamu jika itu kebaikan," pesan Bu Melati dalam. Nara menunduk tidak kuasa menahan kesedihannya.
"Pergilah, Nak!" titah Pak Kusuma seraya memberi isyarat supaya Nara mengikuti Aldin yang sudah beranjak menuju mobil. Pak Kusuma mengantar Nara sampai mobil dengan tas besar di tangannya, berupa beberapa baju dan lain-lain yang penting bagi Nara. Nara masuk mobil, setelah Aldin membukakan pintu mobil untuknya.
"Tid, tid .... " suara klakson tanda isyarat berpamitan telah diperdengarkan oleh Aldin pada Bu Melati dan Pak Kusuma. Mobilpun melaju membelah jalanan kota itu menuju apartemen Aldin.
Sepanjang perjalanan, baik Nara maupun Aldin sama sekali tidak bersuara, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Lima belas menit kemudian, *Corolla Cross* milik Aldin sampai di depan apartemen. Aldin turun dan memutar mengitari mobilnya lalu membuka pintu samping kiri yang diduduki Nara.
"Keluarlah," titahnya. Untuk pertama kali setelah dinyatakan suami istri, Aldin baru kali ini berbicara pada Nara. Nara mengikuti intruksi Aldin, dia menurunkan kakinya perlahan. Aldin membuka pintu belakang dan meraih tas besar milik Nara.
"Ikuti aku!" titahnya seraya berjalan duluan. Keduanya berjalan beriringan menuju pintu unit apartemen Aldin. Keduanya masuk lift sebelum sampai di depan pintu unit apartemen. Tidak berapa lama mereka sampai di lantai 10, keduanya keluar dari lift dan menuju apartemen Aldin yang beberapa saat lagi sampai. Nara masih setia mengekori Aldin.
Akhirnya mereka tiba di depan unit milik Aldin, ketika bunyi klik terdengar pintupun terbuka, Aldin segera masuk diekori Nara di belakangnya. Nara berdiri gugup menatap ruangan apartemen Aldin, lelaki yang kini telah menjadi suaminya.
"Kenapa masih berdiri di situ?" tanya Aldin datar. Nara yang ditanya terlihat bingung harus menjawab apa.
"Kamar Nara yang mana?" Tiba-tiba Nara bersuara hanya untuk menanyakan kamarnya. Aldin mengerutkan keningnya heran.
"Kamar kamu? Kamu sudah menjadi istri aku, itu artinya kamar kamu sama seperti kamar aku."
"Apa?" Nara ternganga tidak percaya. Aldin nampak tersenyum puas melihat Nara kaget seperti itu.
"Tapi .... "
"Kamu belum siap satu kamar dengan aku? Baiklah, jika itu maumu. Kamu boleh menggunakan kamar sebelah. Tapi jangan harap kamu bisa menolak jika aku menginginkannya," ucap Aldin penuh misteri.
"Maksud Kak Aldin?"
"Jangan banyak tanya sebelum aku berubah pikiran!" tegas Aldin membuat jantung Nara ciut dan segera berlari kecil menuju kamar yang satunya lagi sebagai kamar untuknya.
Di dalam kamar, Nara duduk sejenak di atas ranjang. Pikirannya kembali pada kejadian tadi saat dinikahkan secara agama oleh ayahnya sebagai wali dan Pak Ustadz sebagai orang yang menikahkan. "Saya terima nikah dan kawinnya Nara Asnara binti Kusuma dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai." Ucapan ijab qobul Aldin tadi, masih terngiang-ngiang di telinganya. Rasa tidak percaya masih menyelimuti dirinya.
"Benarkah aku sudah jadi istri? Duhhh bagaimana ini, kalau sudah jadi istri, itu artinya aku harus melakukan kewajiban sebagai istri," gumannya bingung.
Saat sedang bingung seperti itu, tiba-tiba pintu kamar diketuk. "Nara, apakah kamu tidak sedang tidur? Bukalah, kita harus bicara dan membuat kesepakatan, " ujarnya lantang. Tidak ada pilihan lain, perlahan Nara membuka pintu kamar dan melihat Aldin berdiri di depan pintu dengan membawa sebuah map.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!